2 Asisten Surveyor Kadastral yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib mengikuti ujian sesuai dengan status yang diinginkan.
3 Surveyor Berlisensi yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan telah lulus ujian dibuatkan Surat Keputusan Surveyor Berlisensi yang baru.
Pasal 21
1 Surveyor Berlisensi yang mengajukan permohonan peningkatan kewenangan penggunaan alat wajib mendaftar kembali dengan melampirkan foto copy Surat
Keputusan pemberian lisensi dan foto copy Kartu Identitas Surveyor Berlisensi. 2 Surveyor Berlisensi yang akan meningkatkan kewenangan penggunaan alat sebagai-
mana dimaksud pada ayat 1 diwajibkan mengikuti ujian sesuai dengan kewenangan yang diinginkan.
3 Surveyor Berlisensi yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan telah lulus ujian dibuatkan Surat Keputusan Peningkatan Kewenangan Peng-
gunaan Alat yang baru.
BAB VI PERUBAHAN DAERAH KERJA
Pasal 22
1 Surveyor yang bermaksud pindah kerja dari satu KabupatenKotamadya ke KabupatenKotamadya lain dalam satu propinsi wajib mengajukan permohonan tertulis
kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor Pertanahan daerah kerjanya. 2 Surveyor yang bermaksud pindah kerja dari satu KabupatenKotamadya ke
KabupatenKotamadya lain di luar propinsi harus mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan dan Kepala Kantor Wilayah daerah
kerjanya.
3 Surat permohonan pindah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 harus dilampiri dengan foto copy Surat Keputusan Surveyor Berlisensi, foto copy Kartu
Identitas Surveyor Berlisensi serta Surat persetujuan dari Kepala Kantor Per-tanahan daerah kerja yang dituju.
4 Surveyor Berlisensi dapat mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 setelah yang bersangkutan bertugas di daerah kerjanya sekurang-
kurangnya 2 dua tahun. 5 Surveyor yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat
2 tidak perlu mengikuti ujian. 6 Surveyor Berlisensi yang memenuhi persyaratan untuk pindah kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 dan 4 dibuatkan Surat Keputusan pindah kerja oleh Kepala Kantor Wilayah, dalam hal perpindahan daerah kerja di dalam satu propinsi, atau oleh
Deputi bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah, dalam hal perpindahan daerah kerja antar propinsi.
7 Surveyor Berlisensi yang telah memperoleh Surat Keputusan pindah Daerah Kerja wajib melapor kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat.
BAB VII STATUS USAHA
Pasal 23
Surveyor Berlisensi berdasarkan status usahanya terbagi atas : a. Surveyor Berlisensi sebagai usaha jasa pelayanan kepada masyarakat yang berdiri
sendiri. b. Surveyor Berlisensi sebagai pegawai badan hukum yang bergerak di bidang pengukuran
dan pemetaan kadastral, atau dalam hal Asisten Surveyor Berlisensi, sebagai pegawai Surveyor Kadastral yang membuka usaha pelayanan masyarakat yang berdiri sendiri.
Pasal 24
1 Surveyor Berlisensi yang berstatus usaha jasa pelayanan kepada masyarakat yang berdiri sendiri dapat merangkap status usaha sebagai pegawai badan hukum.
2 Surveyor Berlisensi yang berstatus sebagai pegawai badan hukum tidak terikat pada daerah kerjanya sendiri melainkan dapat melakukan tugas pengukuran dan pemetaan
dimanapun sesuai dengan penugasan dari badan hukum yang bersangkutan.
Pasal 25
Surveyor Berlisensi yang berstatus sebagai pegawai badan hukum tidak dapat bekerja rangkap pada 2 dua atau lebih badan hukum pada saat yang bersamaan.
Pasal 26
1 Surveyor Kadastral dalam melaksanakan usahanya dapat berdiri sendiri atau dibantu oleh satu atau beberapa Asisten Surveyor Kadastral yang mempunyai daerah kerja yang
sama. 2 Asisten Surveyor Kadastral dalam melaksanakan usahanya harus dibawah pengawasan
seorang Surveyor Kadastral yang mempunyai daerah kerja yang sama.
BAB VIII PELAKSANAAN PEKRJAAN SURVEYOR BERLISENSI
Bagian Kesatu Pelaksanaan Pekerjaan Surveyor Berlisensi Sebagai Usaha Jasa Yang Berdiri Sendiri
Pasal 27
Pekerjaan Surveyor Berlisensi sebagai usaha jasa pelayanan kepada masyarakat yang berdiri sendiri adalah sebagai berikut:
a. melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka pendaftaran tanah
untuk pertama kali secara sporadik; b. melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka pemisahan,
pemecahan, dan penggabungan bidang tanah.
Pasal 28
1 Surveyor Berlisensi melaporakan mengenai permintaan pengukuran dari masyarakat yang diterimanya kepada Kepala Kantor Pertanahan setempatsecara tertulis dengan isian
yang dibuat sesuai contoh pada Lampiran 4 dengan melampirkan permohonan pengukuran dari masyarakat yang bersangkutan Daftar Isian 301.
2 Kepala Kantor mencatat setiap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut pada Buku Daftar Isian 302 pada hari yang sama dengan diterimanya laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3 Kepala Kantor wajib memberikan informasi yang ada di Kantor Pertanahan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kepada Surveyor Berlisensi yang bersangkutan selambat-lambatnya 6 enam hari kerja sejak tanggal pencatatan
pada Buku Daftar Isian sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
Pasal 29
Asisten Surveyor Kadastral wajib menyampaikan tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 kepada Surveyor Kadastral yang mengawasinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat 2.
Pasal 30
1 Surveyor Berlisensi wajib menyampaikan pemberitahuan kepada pemilik bidang tanah yang bersangkutan dan pemilik bidang-bidang tanah yang berbatasan bahwa akan
dilaksanakan pengukuran bidang tanah dengan surat yang dibuat sesuai contoh pada Lampiran 5.
2 Surat Pemberitahuan akan dilaksanakan pengukran bidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan selambat-lambatnya 10 sepuluh hari sebelum
tanggal dilaksanakannya pengukuran. 3 Surveyor Berlisensi melakukan pengukuran bidang tanah berdasarkan batas yang
ditunjukkan oleh yang bersangkutan dan disetujui oleh pemilik tanah yang berbatasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 4 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1998.
4 Dalam rangka pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah khususnya penunjukan batas, Surveyor Berlisensi memiliki kewenangan sama dengan Juru Ukur
Badan Pertanahan Nasional. 5 Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat 3 harus dilakukan sendiri oleh seorang
Surveyor Berlisensi. 6 Surveyor Berlisensi dapat membantu menyelesaikan pekerjaan pengukuran yang ada di
Kantor Pertanahan atas permintaan Kepala Kantor Pertanahan.
Bagian Kedua Pelaksanaan Kendali Mutu Atas Hasil Pekerjaan Surveyor Berlisensi Sebagai
Usaha Jasa Pelayanan Masyarakat Pasal 31
Dalam pelaksanaan kendali mutu hasil pekerjaan Surveyor Berlisensi sebagai usaha jasa pelayanan masyarakat ditunjuk petugas pemeriksa oleh Kepala Kantor Pertanahan
setempat.
Pasal 32
1 Hasil pemeriksaan dituangkan dalam bentuk daftar pemeriksaan yang menggambarkan komponen atau tahapan kegiatan yang berkaitan dengan prosedur yang ditempuh dan
hasil pekerjaan yang dihasilkan. 2 Komponen teknis yang diperiksa oleh petugas pemeriksa adalah :
a. Asas kontradiktur delimitasi; b. Spesifikasi pembuatan dan pemasangan tugu batas;
c. Kesesuaian peralatan yang dipakai dengan lisensi yang dimiliki; d. Prosedur teknis pengukuran dan pemetaan kadastral sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997; e. Pembuatan dan penandatanganan gambar ukur dan konsep peta bidang tanah;
f. Kaidah kartografi yang digunakan dalam penggambaran; g. Dapat tidaknya hasil ukuran dipetakan pada peta pendaftaran;
h. Penghitungan luas; i. Format dan kualitas bahan yang digunakan.
3 Komponen administrasi yang diperiksa oleh petugas pemeriksa adalah : a. Kelengkapan dokumen yang dibutuhkan;
b. Kebenaran pengisian daftar-daftar isian; c. Ketepatan waktu penyelesaian.
4 Berdasarkan hasil pemeriksaan, petugas pemeriksa memutuskan apakah hasil pekerjaan Surveyor Berlisensi dapat diterima oleh Kantor Pertanahan dan dapat diteruskan proses
pendaftarannya atau ditunda karena harus dilakukan pengukuran ulang atau diperlukan dokumen pendukung tambahan lainnya.
5 Surveyor Berlisensi wajib melakukan pengukuran ulang apabila diminta oleh petugas pemeriksa hingga hasil pekerjaannya diterima oleh petugas pemeriksa.
6 Petugas pemeriksa dapat melaksanakan peninjauanpengukuran lapangan bersama- sama dengan Surveyor Berlisensi yang bersangkutan, apabila data atau hasil yang
diperiksa dianggap meragukan. 7 Setelah pemeriksa memutuskan bahwa suatu hasil pengukuran bidang tanah dapat
diteruskan proses pendaftarannya, Surveyor Berlisensi wajib memetakan bidang tanah hasil pengukuran pada peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran di bawah
pengawasan petugas pemeriksa yang sekaligus akan memberikan Nomor Identifikasi Bidang NIB tanah yang bersangkutan.
8 Apabila di daerah tersebut belum tersedia peta pendaftaran atau peta dasar pendaf-taran sebagaimana dimaksud pada ayat 7 Surveyor Berlisensi wajib mengusahakan peta
lainnya sebagai peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997.
9 Dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah Surveyor Berlisensi berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat
3.
Bagian Ketiga Pelaksanaan Pekerjaan Sebagai Pegawai Badan Hukum
Pasal 33
1 Pelaksanaan pekerjaan dan petunjuk teknis dilaksanakan sesuai kontrak atau perintah kerja yang disepakati.
2 Waktu penyelesaian dan hasil yang diserahkan disesuaikan dengan kontrak atau surat perintah kerja yang telah disepakati bersama.
3 Dalam hal pengukuran dan pemetaan bidang tanah : a. Gambar ukur hasil pengukuran bidang tanah ditandatangani oleh Surveyor Kadastral
dan sebelumnya diparaf oleh Asisten Surveyor Kadastral; b. Surveyor Kadastral wajib membuat konsep Peta Pendaftaran, Konsep Peta Bidang
Tanah untuk keperluan pengumuman hasil pemetaan bidang tanah dan konsep surat ukur D.I. 207;
c. Asisten Surveyor Kadastral wajib membuat konsep peta bidang tanah untuk keperluan pengumuman hasil pemetaan bidang tanah.
Bagian Keempat Pelaksanaan Kendali Mutu Atas Hasil Pekerjaan Surveyor Berlisensi
Sebagai Pegawai Badan Hukum Pasal 34
Kendali mutu atas hasil pekerjaan Surveyor Berlisensi sebagai pegawai badan hukum dilaksanakan sesuai kontrak atau surat perintah kerja yang telah dibuat dan disepakati
bersama.
BAB IX PAPAN NAMA, KOP SURAT DAN STEMPEL