Metodologi Penelitian. Peran Elit Politik dalam proses penetapan kebijakan publik.

g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan. Pembentukan, susunan dan tugas dan wewenang alat kelengkapa DPRD propinsi, kabupatenkota terhadap peraturan tata tertib dan kode etik DPRD serta sumpahjanji. 1 Melakukan penyelidikan, ferifikasi dimaksud pada rekomendasi untuk ditindaklanjuti dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, masyarakat danatau pemilih, 2 menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada bagian 3 sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh DPRD. Yang dimaksud dengan tindak lanjut dalam ketentuan ini ialah pemberian sanksi apabila terbukti adanya pelanggaran atau rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran.

2. Metodologi Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Prosedur pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Moleong,2004. Pendekatan ini mementingkan fenomena yang teramati dan konteks makna yang melingkupi suatui realitas, menggambarkan atau melukiskan keadaan subjektifobjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain.

3. Peran Elit Politik dalam proses penetapan kebijakan publik.

Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah 13 sebagaimana dikemukakan oleh Wasistiono dan Wiyoso 2009 apabila terjalin hubungan kerjasama antara kedua lembaga yang ada di daerah yaitu dapat berfungsinya kekuatan yang seimbang antara pemerintah daerah lembaga eksekutif dan DPRD sebagai lembaga legislatif. Pada kenyataannya penguatan keran dari kedua lembaga tersebut nampaknya tidak seimbang, dimana praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah selama ini lebih didominaso oleh peran eksekutif. Dominannya eksekutif akan membuat pihak eksekutif lebih berkuasa di banding pihak legislatif. Kenyataan ini terjadi dimana dapat dilihat dari mandulnya peran DPRD. DPRD sebagai wakil rakyat seharusnya menjadi sumber inisiatif, sumber ide dan konsep serta pemberi legitimasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kurang berperannya DPRD selama ini karena tradisi dalam iklim politik di daerah lebih menonjolkan peranan eksekutif. Hal ini dapat dipahami karena DPRD sebagai pengemban amanat rakyat memiliki berbagai kelemahan baik dari segi internal maupun eksternal. Dari segi internal DPRD menghadapi berbagai masalah diantaranya rendahnya kualitas sumber daya manusia anggota DPRD karena berasal dari berbagai latar belakang keilmuan dan pengalaman serta keanggotaannya yang bersifat temporer. Dari segi eksternal DPRD memiliki kelemahan karena terdapat berbagai kebijakan yang bersifat ambivalen. Dalam praktek yang terjadi hubungan kepala daerah dan DPRD cenderung berhadapan secara diametral. Hal ini merupakan konsekuensi kedudukan antara kepala daerah dan DPRD yang terpisah sebagai warisan dari semangat undang-undang tentang pemerintahan daerah yang selama ini berubah-ubah. 14 Walaupun sudah terjadi perubahan khususnya dalam UU No.32 tahun 2004 dan amandemen UU No.12 tahun 2008 tentang pemerintahan daerah belum dapat menciptakan keseimbangan terhadap mekanisme check and balances antara pihak eksekutif daerah dan DPRD maupun masyarakat. Seharusnya kedua lembaga ini dapat berperan secara seimbang dalam menciptakan sistem pemerintahan yang lebih harmonis. Menurut Kaloh 2002 ada berbagai faktor yang mempengaruhi hubungan antara eksekutif dan legislatif yang kurang seimbang antara lain dapat dipahami dalam bentuk, pertama hubungan secara positif, kedua bentuk hubungan konflik dan ketiga bentuk hubungan negatif. Dalam hubungan secara positif bentuk hubungan ini terjadi bila pihak eksekutif daerah dan DPRD memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalankan pemerintahan dan bertujuan untuk kemajuan daerah itu sendiri good governance, hal ini dapat dilihat dalam cirri-ciri birokrasi, transparan, demokratis, akuntabel, baik, berkeadilan dan objektif. Bentuk hubungan konflik terjadi bila kedua lembaga ini saling bertentangan dalam visi menyangkut tujuan kelembagaan serta tujuan daerah. Hal ini akan berwujud pada pertentangan yang mengakibatkan munculnya tindakan-tindakan yang tidak produktif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pencapaian tujuan-tujuan daerah itu secara keseluruhan. Sedangkan bentuk hubungan secara negatif terjadi bila pihak eksekutif dan legislative berkolaborasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan secara bersama-sama menyembunyikan kolaborasi tersebut kepada publik. Dari ketiga prinsip hubungan tersebut diatas adalah meliputi representasi, anggaran, pertanggungjawaban, pembuatan peraturan daerah, pengangkatan sekretaris daerah, pembinaan dan pengawasan. Menurut Suwandi 2005, ada beberapa hal yang dapat menjadikan disharmonisasi antara pihak eksekutif dan legislatif DPRD , dalam UU No.32 tahun 2004 antara lain : 1. Pemilihan kepala daerah secara langsung akan membuat akuntabilitas kepala daerah lebih kuat dibandingkan dengan akuntabilitas DPRD. Akibat dari kondisi tersebut akan terjadi titik berat kekuatan politik yang tidak seimbang, sehingga posisi kepala daerah yang lebih diperkuat. 2. Bahwa konsekuensi dari pemilihan langsung, DPRD maupun kepala daerah akan bertanggung jawab langsung kepada rakyat pemilih. 3. Oleh karena itu kepala daerah tidak lagi menyampaikan laporan 4. pertanggungjawabannya kepada DPRD, namun mekanismenya diatur dalam pasal 27 ayat 2, oleh karena itu mekanisme pertanggungjawaban kepala daerah diatur sebagai berikut : a. Keadaan kepada Presiden cq. Menteri dalam negeri berupa LPPD Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. b. Kesamping kepada Dewan Perwakilan Rakyart Daerah namun berupa LKPJ Laporan Keterangan Pertanggungjawaban. c. Kebawah kepada masyarakat berupa IPPD informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3. DPRD akan tetap mempunyai otoritas dalam bidang legislasi, anggaran dan kontrol apabila DPRD mampu menggunakan kewenangan tersebut secara efektif, maka DPRD diharapkan akan mampu menciptakan keseimbangan dan kekuatan dengan pihak eksekutif kepala Daerah 4. Terjadinya perubahan signifikan terhadap konstruksi pemerintah daerah yang ada sekarang, dimana terdapat kejelasan antara pejabat politik Kepala Daerah dan DPRD dengan pejabat karir. Pejabat politik bertugas merumuskan kebijakab politik, sedangkan pejabat karir mengoperasikan kebijakan tersebut kedalam pelayanan publik. Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa dengan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat akan dapat meningkatkan legitimasi politiknya dalam memimpin pemerintahan daerah dan sekaligus menciptakan check anda balances dalam hubungannya dengan DPRD. Namun apabila DPRD terlam[pau lemah atau dikuasai oleh partai yang sama dengan kepala daerah, maka akan menciptakan power shift kearah executive heavy. Untuk itu pemberdayaan DPRD dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan keseimbangan antara eksekutif daerah dengan DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah pembuat kebijakan public sedangkan pemerintah daerah kepala daerah adalah pelaksana kebijakan piblik. Namun keduanya mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 25 UU No.32 tahun 2004 tentang tugas dan wewenang kepala daerah, serta tugas dan fungsi Dewan Perwakilan rakyat daerah tercantum dalam pasal 1 butir keempat, dimana disebutkan bahwa DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat sebagai unsure pemnyelenggara pemerintahan daerah. Dari pasal tersebut menunjukkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempubayi kedudukan yakni sebagai wakil rakyat dan sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah. Kedua kedudukan tersebut seringkali menimbulkan masalah terutama dalam konflik kepentingan yang akan mempersulit posisi elit politik DPRD dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam penentuan kebijakan public.

4. Kesimpulan dan Saran

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PONGELOLAAN RETRIBUSI PASAR KAROMBASAN DI KOTA MANADO | LANTAPA | JURNAL EKSEKUTIF 2523 4613 1 SM

0 1 8

PERANAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA MANADO DALAM PENINGKATAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MANADO | Tuwo | JURNAL EKSEKUTIF 16871 33922 1 SM

0 0 9

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KELURAHAN RANOMUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO | Wilem | JURNAL EKSEKUTIF 16705 33554 1 SM

0 3 12

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN RETRIBUSI PELAYANAN KEBERSHAN DI KOTA MANADO | Sudrajat | JURNAL EKSEKUTIF 16660 33454 1 SM

0 2 13

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI KELURAHAN PAALDUA KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO | Tiwa | JURNAL EKSEKUTIF 16649 33415 1 SM

0 0 11

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kecamatan Wanea Kota Manado | Trisno | JURNAL EKSEKUTIF 16611 33335 1 SM

0 1 10

PERAN KEPALA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MANADO (Studi di TPA Kelurahan Sumompo Kecamatan Tuminting Kota Manado) | Lahindah | JURNAL EKSEKUTIF 16415 32898 1 SM

0 2 11

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENYEDIAKAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MANADO | Latjandu | JURNAL EKSEKUTIF 16339 32756 1 SM

0 1 13

REKRUTMEN POLITIK PARTAI DEMOKRAT DALAM MENENTUKAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DPRD KOTA MANADO TAHUN 2014 | Gustiani | JURNAL EKSEKUTIF 16042 32168 1 SM

0 0 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANANIZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA MANADO | Bidara | JURNAL EKSEKUTIF 15502 31113 1 SM

0 1 12