26 II -
2.5. Perencanaan Struktur Atas Upper Structure
Struktur atas adalah struktur bangunan dalam hal ini adalah bangunan gedung yang secara visual berada di atas tanah yang terdiri dari struktur
sekunder seperti pelat, atap, tangga, lift, balok anak dan struktur portal utama yaitu kesatuan antara balok, kolom, pelat dan shear wall.
2.5.1. Perencanaan Pelat
Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dan material monolit dengan tinggi yang kecil dibandingkan dengan dimensi - dimensi
lainnya. Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tetapi harus juga ukuran dan
syarat-syarat dan peraturan yang ada. Pada perencanaan ini digunakan tumpuan terjepit penuh untuk mencegah pelat berotasi dan relatif sangat
kaku terhadap momen puntir dan juga di dalam pelaksanaan pelat akan dicor bersamaan dengan balok.
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem strukturnya. Apabila
pada struktur pelat perbandingan bentang panjang terhadap lebar kurang dari 3, maka akan mengalami lendutan pada kedua arah sumbu. Beban pelat
dipikul pada kedua arah oleh empat balok pendukung sekeliling panel pelat. Apabila panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok
keliling dalam menopang pelat akan sama. Sedangkan apabila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih
besar dan balok yang pendek penulangan satu arah. Dimensi bidang pelat Lx dan Ly dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
27 II -
Gambar 2.7. Arah sumbu lokal dan sumbu global pada elemen pelat
Langkah perencanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut ini: 1. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.
2. Menentukan tebal pelat lantai berdasarkan rumus SNI 03 - 2847 - 2002.
Memperhitungkan beban-beban yang bekerja pada pelat lantai q
u
, yang terdiri dari beban mati DL dan beban hidup LL.
9 36
1500 fy
0.8 Ln
h
min
+ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ +
≥
2.16
36 1500
fy 0.8
Ln h
max
⎟⎠ ⎞
⎜⎝ ⎛
+ ≥
2.17 dan tebal tidak boleh kurang dari 90 mm
Dimana: β = Ly Lx,
2.18
slab way
one :
3 β
slab way
two :
3 ≤
β
Ln = panjang sisi terpanjang 3. Memperhitungkan beban - beban yang bekerja pada pelat dengan
kombinasi pembebanan : 1,2 DL + 1,6 LL 4. Tentukan momen yang menentukan Mu dengan bantuan program
SAP 2000 5. Hitung penulangan arah-x dan arah-y
28 II -
Data-data yang diperlukan : h, tebal selimut beton p, Mu, diameter tulangan, tinggi efektif dx dan dy.
6. Mencari tinggi efektif dalam arah x dan arah y.
Gambar 2.8. Tinggi Efektif Pelat
dx = h - p -
2 1
Ø 2.19 dy = h - p - Ø -
2 1
Ø 2.20 7. Tentukan momen yang menentukan
2
d b
Mu
2.21 Dimana : Mu = momen yang terjadi
b = lebar pelat per meter d = tinggi efektif pelat
8. Menentukan harga ρ berdasarkan tabel 5.1.d. “Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang” 9. Memeriksa syarat rasio penulangan
ρ
min
ρ ρ
max
fy 1,4
ρ
min
=
atau lihat tabel 7 CUR 1 2.22
fy c
f 0,85
fy 600
450 1
ρ
max
× ×
+ ×
=
atau lihat tabel 8 CUR 1 2.23
Dimana : ρ
min
= rasio penulangan minimum ρ
max
= rasio penulangan maksimum f’c
= kuat
tekan beton
β1 = 0,85 untuk f’c 30 Mpa β1 = 0,81 untuk f’c = 35 Mpa
10. Menghitung luas tulangan As untuk masing - masing arah x dan y As =
ρ b d 10
6
2.24
29 II -
11. Memilih tulangan yang akan dipasang berdasarkan tabel 2.2.a “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang”.
12. Memeriksa lebar jaring maksimal berdasarkan tabel 11 CUR 1.
2.5.2. Perencanaan Atap
Struktur atap pada gedung ini direncanakan menggunakan konstruksi atap rangka baja sedangkan metode perhitungannya menggunakan metode
LRFD Load and Resistance Factor Design. Dalam perencanaan struktur, tegangan akibat beban terfaktor diusahakan mendekati atau mencapai
tegangan leleh. Hal yang paling penting pada konstruksi rangka baja adalah tinjauan
terhadap tegangan normal tarik dan tegangan normal tekan. 1. Tegangan normal tarik
Elemen tarik merupakan elemen yang paling sederhana perhitungannya. Perencanaan elemen tarik didasarkan pada luas
penampang minimum yang dibutuhkan agar elemen dapat memikul beban yang bekerja padanya.
Batang baja akan putus ketika tegangan yang terjadi sama dengan tegangan tarik ultimate. Adapun titik putusnya terletak
ketika Au ≤ A biasanya akibat perkuatan yang tidak sempurna,
adanya gelembung udara, dll. 2. Tegangan normal tekan
Kapasitas penampang elemen tekan sangat tergantung panjang elemen tersebut. Pola kehancurannya selain ditandai
dengan perilaku tekuk, juga disertai dengan lelehnya sebagian penampang.
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya perilaku tekuk pada batang baja adalah besarnya gaya aksial yang diterima,
kelangsingan batang dan panjang batang. Untuk menentukan kelangsingan batang terlebih dahulu kita harus menentukan
30 II -
koefisien tekuk, dari nomogram panjang tekuk didapat koefisien tekuk untuk sendi-sendi adalah 1.
Macam gaya tekuk yang terjadi pada batang baja antara lain: 1. Tekuk lokal
Tekuk yang terjadi pada satu bagian saja : bagian sayap atau bagian badan saja.
2. Tekuk lateral Untuk mencegahnya dapat dengan memperbesar dimensi
batang atau dengan menggunakan bracing
Batang Bracing
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menambah efisiensi elemen tekan adalah dengan menggunakan bracing.
Gaya dominan pada konstruksi atap adalah angin, angin memiliki sifat yang dinamis sehingga angin tidak bertiup dari satu sisi saja tapi dari semua sisi.
Fungsi dari bracing ialah untuk menahan gaya lateral pada struktur atap yang diakibatkan oleh angin. Caranya adalah dengan memperkecil panjang
efektif batang sehingga kapasitas pikul bebannya akan meningkat. Batang bracing selain diperhitungkan terhadap gaya angin juga harus
dianggap ada gaya P’ yang arahnya sejajar sumbu gording, sehingga besarnya total gaya pada hubungan gording ikatan angin adalah :
P’ = 0,01 P
kuda-kuda
x n + P
angin
Dimana: P
kuda-kuda
= gaya terbesar pada bagian tepi kuda-kuda di tempat gording itu
P
angin
= gaya akibat angin tekan n
= jumlah kuda-kuda
31 II -
2.5.3.Perencanaan Struktur Portal Utama 2.5.3.1.
Perencanaan Struktur Balok
Menurut SK SNI T-15-1991-03 seperti yang tercantum dalam buku CUR 1, secara umum desain tinggi balok direncanakan L10 – L15, dan
lebar balok diambil 12H – 23H. Perhitungan gaya-gaya dalam pada balok menggunakan software SAP
2000 V.10. Dari hasil output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan tulangan berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
CUR 1.
A. Menghitung Kapasitas Penampang
Gambar 2.13. Penampang, Diagram Regangan dan Tegangan Dalam
Keadaan Seimbang Balance
• Menghitung tinggi efektif balok d :
d’ = p + Øsengkang +
2 1
Ø tulangan utama 2.46
d = h–p+Øsengkang+
2 1
Ø tulangan utama 2.47
Gambar 2.14. Tinggi Efektif d Balok
’cu = 0,003
y
= fyEs a =
β
1
.c
32 II -
• Menghitung jarak serat tekan terluar ke garis netral penampang c :
s c
c s
c c
E fy
ε ε
d ε
ε ε
d c
+ =
+ =
2.48
c a
1
=
2.49 Dimana :
ε
c
= regangan beton ε
c
= 0,003 ε
s
= regangan baja fy = kuat tarik baja
E
s
= modulus elastisitas baja = 200.000 Mpa a = tinggi blok tegangan tekan ekivalen penampang beton
Cari harga
2
b.d Mu
2.50 Dari tabel 5.1.e buku ”Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang”,
diperoleh nilai
ρ fy
c f
0,85 fy
600 450
ρ
1 max
+ =
2.51
fy 1,4
ρ
min
=
2.52 Syarat rasio tulangan :
max min
ρ ρ
ρ ≤
≤
6
10 d
b ρ
As1 =
2.53 • Jika :
max
ρ ρ
, cari harga
1
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
2
b.d Mu
dari tabel 5.1.e buku ”Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang”
Mu1 =
1
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
2
b.d Mu
bd
2
2.54
6 max
10 d
b ρ
As1 =
2.55
d -
d fy
Mu1 -
Mu As
As2 φ
= =
2.56
33 II -
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
= 2
a -
d fy
As Mn
2.57 Checking : Mn Mu
B. Menghitung Tulangan Geser Balok
d b
Vu Vu
=
2.58 ØVc berdasarkan tabel 15 CUR 1
Jika : Vu ØVc, tidak perlu tulangan geser Vu ØVc, perlu tulangan geser
ØVs
max
berdasarkan tabel 17 CUR 1 ØVs = Vu – ØVc
2.59 Jika : ØVs ØVs
max
, perbesar ukuran balok ØVs
ØVs
max
, tentukan tulangan geser
fy 1000
b Vc
Vu As
sengkang
φ φ
− =
2.60
fy 3
1000 b
As
min sengkang
=
2.61
Dimana : Vu = tegangan geser yang terjadi ØVc = kekuatan geser nominal yang disumbangkan beton
ØVs = kekuatan geser nominal yang harus dilawan sengkang
34 II -
C. Menghitung Torsi dan Gaya Lintang
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
+ ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ =
2
Vu Tu
Ct 2,5
1 d
b 6
c f
Vc
2.62
h b
d Ct
=
2.63 ØVc = 0,6 Vc
2.64 Jika : Vu ØVc, tidak perlu tulangan geser
Vu ØVc, perlu tulangan geser ØVs
max
berdasarkan tabel 17 CUR 1 ØVs = Vu – ØVc
2.65 Jika : ØVs ØVs
max
, perbesar ukuran balok ØVs
ØVs
max
, tentukan tulangan geser
fy 1000
b Vc
Vu As
sengkang
φ φ
− =
2.66
fy 1000
b As
min sengkang
3 =
2.67
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
+ ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ =
2 2
Tu Ct
Vu 0,4
1 h
b 15
c f
Tc
2.68
ØTc = 0,6 Tc 2.69
35 II -
Jika : Tu ØTc, tidak perlu tulangan torsi Tu ØTc, perlu tulangan torsi
ØTs
max
= 4 Tc 2.70
ØTs = Tu – ØTc 2.71
Jika : ØTs ØTs
max
, perbesar ukuran balok ØTs
ØTs
max
, tentukan tulangan torsi Jarak antar sengkang :
Ts fy
h b
A s
tul t
φ φ
α =
2.72
t
α
dapat dibaca dalam grafik pada gambar 7.8 CUR 1 Tentukan tulangan torsi yang digunakan As
torsi
Jumlah penampang sengkang yang diperlukan : As
total
=
torsi sengkang
As 2
As +
2.73 Tulangan memanjang yang diperlukan terhadap torsi didapatkan sebagai
berikut :
fy Tc
Tu 2
h b
h b
A
t t
φ α
φ −
+ =
2.74
Dimana : Vu = tegangan geser yang terjadi ØVc = kekuatan geser nominal yang disumbangkan beton
ØVs = kekuatan geser nominal yang harus dilawan sengkang Tu = tegangan torsi yang terjadi
36 II -
ØTc = kekuatan torsi nominal yang disumbangkan beton ØTs = kekuatan torsi nominal yang harus dilawan sengkang
2.5.3.2. Perencanaan Struktur Kolom
Elemen kolom menerima beban lentur dan beban aksial, menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 11.3.2.2. untuk perencanaan kolom yang menerima
beban lentur dan beban aksial ditetapkan koefisien reduksi bahan 0,65 sedangkan pembagian tulangan pada kolom berpenampang segiempat
dapat dilakukan dengan : • Tulangan dipasang simetris pada dua sisi kolom two faces
• Tulangan dipasang pada empat sisi kolom four faces
Pada perencanaan gedung apartemen ini dipakai perencanaan kolom dengan menggunakan tulangan pada empat sisi penampang kolom four
faces. Perhitungan gaya-gaya dalam pada kolom menggunakan program SAP
2000 V.10. Dari hasil output gaya-gaya dalam tersebut kemudian digunakan untuk menghitung kebutuhan tulangan berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
CUR 1.
A. Menghitung Tulangan Utama Kolom
• Menghitung kekakuan kolom EI :
1 2,5
I Ec
kolom EI
g
+ =
2.75
• Menghitung kekakuan balok :
1 5
I Ec
EI
g balok
+ =
2.76 Dimana : Ec = modulus elastisitas beton =
c f
4700
I
g
= momen inersia penampang
37 II -
β
d
=
0,5 1,6L
1,2D 1,2D
≈ +
2.77 • Derajat Kebebasan Kolom
Ujung bawah :
Lb EI
Lk EI
balok kolom
∑ ∑
= ψ
2.78
Ujung atas
Lb EI
Lk EI
balok kolom
∑ ∑
= ψ
2.79 Dari nomogram struktur tidak bergoyang diperoleh nilai k1
Gambar 2.15. Faktor Panjang Efektif k
2 u
kolom 2
L k1
EI Pc1
π =
2.80
.Pc1 P
- 1
1 b
u
φ δ =
2.81 Dari nomogram struktur tidak bergoyang diperoleh nilai k2
38 II -
2 u
kolom 2
L k2
EI Pc2
π =
2.82
tepi kolom
Pu tengah
kolom Pu
Pu Σ
Σ +
Σ =
2.83
tepi kolom
Pc2 tengah
kolom Pc2
0,6 Pc2
Σ Σ
+ Σ
= φ
2.84 Cm = 1
Pc2 .
P -
1 Cm
s
u
Σ Σ
= φ
δ
2.85
2s s
2b b
M M
Mc δ
δ +
=
2.86
Pu Mc
e
t
=
2.87
0,03.h 15
e
min t
+ =
2.88
c 0,85.f
.A Pu
gr.
φ
; sebagai sumbu vertical 2.89
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
h e
c 0,85.f
.A Pu
t gr.
φ
; sebagai sumbu horizontal 2.90
Menurut grafik halaman 92 Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang didapatkan r
r. ρ =
2.91 As =
ρ A
gr
2.92 As
min
= 1 A
gr
2.93
B. Menghitung Tulangan Geser dengan Gaya Aksial
φ Vu
Vn =
2.94
Ag Nu
0,3 1
d b
c f
0,3 Vc
+ =
2.95
Jika : Vn – Vc
d b
c f
3 2
, maka penampang harus diperbesar Vn – Vc
d b
c f
3 2
, maka penampang cukup
39 II -
Jika : Vu ØVc, maka tidak perlu tulangan geser Vu
ØVc, maka perlu tulangan geser • Jika Vn
2 Vc
φ
, maka perlu tulangan geser minimum
fy 3
s b
Av =
2.96
Syarat : s
2 d
• Jika Vn
2 Vc
φ
, maka perlu tulangan geser
fy d
s Vc
- Vn
Av =
2.97
Syarat : s
2 d
Jika Vn – Vc
d b
c f
0,33
, maka : s
4 d
2.98
C. Cek Kapasitas Penampang
0,6 Pu
Pn =
2.99
0,6 Mux
Mnx =
2.100
0,6 Muy
Mny =
2.101
Pn Mnx
ey =
2.102
Pn Mny
ex =
2.103
40 II -
s c
c s
c c
E fy
ε ε
d ε
ε ε
d cb
+ =
+ =
2.104
cb ab
1
=
2.105
ab b
c f
0,85 Pnb
=
2.106
d ab
Fb =
2.107 dari tabel 2 buku “Menghitung Beton Bertulang” diperoleh Kb
d d
fy As
d b
Kb c
0,85.f Mnb
2
− +
=
2.108
Pnb Mnb
eb =
1.109
d 2
h ey
e −
+ =
2.110 e eb
t t
gr
As fy
As A
c f
0,85 Po
+ −
=
2.111
Pnb Po
eb e
- Po
Py
2
− =
2.112 Untuk ex :
d 2
h ex
e −
+ =
2.113
Pnb Po
eb e
- Po
Px
2
− =
2.114 Peninjauan Biaxial :
Pn Pi
: Syarat
Po 1
Py 1
Px 1
Pi 1
− +
=
2.115
Dimana : ea = eksentrisitas gaya normal terhadap sumbu penampang Mn
= momen
terfaktor Pn = gaya normal terfaktor
ab = tinggi blok tegangan tekan ekivalen pada penampang beton dalam keadaan balanced
β = 0,85 untuk f’c 30 Mpa
41 II -
β = 0,81 untuk f’c = 35 Mpa d
= tinggi
efektif fy = tegangan leleh baja tulangan
Mnb= momen terfaktor dalam keadaan balanced Pnb = gaya normal terfaktor dalam keadaan balanced
ea = eksentrisitas gaya normal terhadap sumbu penampang dalam kedaan balanced
2.5.3.3. Pertemuan Balok Dan Kolom Beam Column Joint
V
kol
C
ki
T
ka
0,7M
kap,ki
z
ki
z
ka
0,7M
kap,ka
bj T
ki
C
ka
hc
a. Mencari Mnak,ka = Mnak,ki