Aliran dasar Faktor tampungan Penelusuran Banjir Flood Routing

Bab II Studi Pustaka Laporan Tugas Akhir Perencanaan Embung di Desa Mriyan Kab. Boyolali Zulfan A M 38

e. Aliran dasar

Untuk memperkirakan aliran dasar digunakan persamaan pendekatan berikut ini. Persamaan ini merupakan pendekatan untuk aliran dasar yang tetap, dengan memperhatikan pendekatan Kraijenhoff Van Der Leur 1967 tentang hidrograf air tanah Soedibyo, 1993 : Qb = 9430 , 6444 , 4751 , D A ⋅ ⋅ ...................................................... 2.64 di mana : QB = aliran dasar A = luas DAS dalam km² D = kerapatan jaringan kuras drainage densityindeks kerapatan sungai yaitu perbandingan jumlah panjang sungai semua tingkat dibagi dengan luas DAS.

f. Faktor tampungan

0452 , 0897 , 1 1446 , 1798 , D . SF . S . A . 5617 , k − − = ……………….............. 2.65 di mana : k = koefisien tampungan

2.4 Penelusuran Banjir Flood Routing

Penelusuran banjir dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik hidrograf outflowkeluaran, yang sangat diperlukan dalam pengendalian banjir. Perubahan hidrograf banjir antara inflow I dan outflow O karena adanya faktor tampungan atau adanya penampang sungai yang tidak seragam atau akibat adanya meander sungai. Jadi penelusuran banjir ada dua, untuk mengetahui perubahan inflow dan outflow pada embung dan inflow pada satu titik dengan suatu titik di tempat lain pada sungai Soemarto, 1999. Bab II Studi Pustaka Laporan Tugas Akhir Perencanaan Embung di Desa Mriyan Kab. Boyolali Zulfan A M 39 Perubahan inflow dan outflow akibat adanya tampungan. Maka pada suatu embung akan terdapat inflow banjir I akibat adanya banjir dan outflow O apabila muka air embung naik, di atas spillway terdapat limpasan Soemarto, 1999. I O tampungan embung naik elevasi muka air embung naik. I O tampungan embung turun elevasi muka embung turun. Pada penelusuran banjir berlaku persamaan kontinuitas. I – O = ∆S . ....................................................................................……… 2.66 ∆S = Perubahan tampungan air di embung Persamaan kontinuitas pada periode ∆t = t 1 – t 2 adalah : 1 2 2 2 1 2 2 1 S S t O O t I I − = ∆ ∗ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + − ∆ ∗ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + ........................................….. 2.67 Misalnya penelusuran banjir pada embung, maka langkah yang diperlukan adalah : 1 Menentukan hidrograf inflow sesuai skala perencanaan. 2 Menyiapkan data hubungan antara volume dan area embung dengan elevasi embung. 3 Menentukan atau menghitung debit limpasan spillway embung pada setiap ketinggian air diatas spillway dan dibuat dalam grafik. 4 Ditentukan kondisi awal embung muka air embung pada saat dimulai routing. Hal ini diperhitungkan terhadap kondisi yang paling bahaya dalam rangka pengendalian banjir. 5 Menentukan periode waktu peninjauan t 1 , t 2 , …, dst, semakin periode waktu t 2 -t 1 semakin kecil adalah baik. 6 Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan tabel, seperti contoh di bawah dengan cara analisis langkah demi langkah. Bab II Studi Pustaka Laporan Tugas Akhir Perencanaan Embung di Desa Mriyan Kab. Boyolali