Determination of N, P, and K Fertilizer Optimum Rates for Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L] Verdcourt)

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN N, P, DAN K
PADA TANAMAN KACANG BOGOR
(Vigna subterranea [L.] Verdcourt)

SRI AYU DWI LESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Dosis
Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna
subterranea [L.] Verdcourt) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Sri Ayu Dwi Lestari
NIM A252114061

RINGKASAN
SRI AYU DWI LESTARI. Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K
pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt). Dibimbing
oleh MAYA MELATI sebagai ketua dan HENI PURNAMAWATI sebagai
anggota komisi pembimbing.
Kacang bogor merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki
potensi tinggi untuk dikembangkan. Tanaman kacang bogor mempunyai
ketahanan kekeringan terbaik diantara tanaman kacang-kacangan dalam tanah
lainnya, selain itu juga memiliki keunggulan lain yaitu toleran pada lahan miskin.
Hasil rata-rata bobot kering polong kacang bogor yang ditanam petani di
Indonesia masih di bawah 4 ton ha-1, nilai ini masih tergolong rendah. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya maksimal untuk meningkatkan produksi kacang bogor
yang cukup potensial ini, salah satunya adalah pemberian pupuk dengan dosis
yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk N, P,

dan K agar pertumbuhan dan produksi tanaman kacang bogor (Vigna subterranea
[L.] Verdcourt) maksimal.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2013 di
Kebun Percobaan Cikarawang IPB, Dramaga, Bogor. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Kimia Tanah, Departemen ITSL, IPB. Penelitian ini terdiri atas tiga
percobaan paralel, yaitu percobaan pemupukan N, P, dan K. Rancangan yang
digunakan untuk masing-masing percobaan adalah rancangan acak kelompok tiga
ulangan dengan lima dosis pemupukan yaitu 0, 50, 100, 150, dan 200% dosis
acuan (100% N = 45 kg N ha-1, 100% P = 54 kg P2O5 ha-1, 100% K = 45 kg K2O
ha-1). Aplikasi pupuk N diberikan dua tahap yaitu 30% saat tanam dan 70% saat 5
MST, sedangkan aplikasi pupuk P dan K diberikan satu tahap yaitu 100% saat
tanam. Ukuran setiap petak percobaan adalah 6 m x 3 m, dengan jarak tanam
60 cm x 30 cm. Panen dilakukan pada 16 MST.
Aplikasi pupuk N hanya berpengaruh nyata terhadap kadar P daun dengan
pola respon linier positif. Perlakuan pemupukan P berpengaruh terhadap panjang
tangkai daun ke-5 pada 5 dan 7 MST, kadar N daun, serta kadar N biji. Pola
respon linier negatif ditunjukkan pada kadar N daun serta kadar N biji. Pemberian
pupuk K berpengaruh terhadap jumlah daun 7 MST dan laju tumbuh relatif 8-10
MST dengan pola respon linier negatif, serta pada kadar P daun dengan pola
respon linier positif. Bobot basah akar 8 MST, kadar N biji, dan bobot kering

brangkasan panen menunjukkan respon berbeda nyata setelah diberi perlakuan
pupuk K dengan pola respon kuadratik. Pendekatan multi nutrient response belum
dapat diterapkan pada penelitian ini dan juga belum dapat ditentukan rekomendasi
pemupukan N, P, dan K. Hal ini karena karakter pengamatan yang menghasilkan
kurva kuadratik hanya terdapat pada percobaan K, sehingga rekomendasi
pemupukan ditentukan dengan menggunakan rentang dosis optimum.
Rekomendasi pupuk K berdasarkan rentang dosis optimum adalah sebesar 51.4869.78 kg K2O ha-1. Dilihat dari produksinya, diduga dengan pemberian 30.91 kg
N, 54.81 kg P2O5, dan 46.85 kg K2O menunjukkan produktivitas per hektar
tertinggi walaupun hasilnya tidak berbeda nyata.
Kata kunci : multi nutrient response, pemupukan NPK

SUMMARY
SRI AYU DWI LESTARI. Determination of N, P, and K Fertilizer Optimum
Rates for Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L.] Verdcourt). Under
supervision of MAYA MELATI as chairman and HENI PURNAMAWATI as
member of the advisory committee.
Bambara groundnut is the one of nuts that have a high potential to be
developed. Bambara groundnut has the best drought resistance among other nuts,
but it also has another advantage that is tolerant of unfertile soils. The average
yield of dry pod weight from agricultural fields in Indonesia were under 4 ton ha-1,

that value is still low. Therefore, must be an efforts to improve Bambara
groundnut production. Fertilization is the key efforts for increased the
productivity of Bambara groundnut. The objective of the research was to
determine optimum rate of N, P, and K fertilizer for Bambara groundnut (Vigna
subterranea [L.] Verdcourt) production.
Three experiments were conducted at Cikarawang Farm, Dramaga, Bogor
from March to July 2013. Each experiment tested different rates of N or P or K
fertilizer with randomized compeletely block design and three replications. The
fertilizer rates were 0, 50, 100, 150, and 200% of reference rate (100% N = 45 kg
N ha-1, 100% P = 54 kg P2O5 ha-1, 100% K = 45 kg K2O ha-1). On all experiments,
100% P, 100% K, and 30% N were applied at planting, while 70% N was applied
at 5 week after planting. Plot size was 6 m x 3 m, with plant spacing of 60 cm x 30
cm. Harvesting were conducted at 16 week after planting.
The result showed that leaf P content increased linearly with N fertilizer
application. Leaf N content decreased linearly with P fertilizer application. Root
fresh weight, seed N content, and shoot dry weight quadratically increased with K
fertilizer application. Because of very limited numbers of variable that were
significantly affected by the treatment, optimum rate of N, P, K fertilization can
not be determined through multi nutrient response technique in these experiments.
Only the optimum rate of K fertilizer that can be determined with the range of

51.48-69.78 kg K2O ha-1. Based on production, the highest productivity estimation
were 30.91 kg N ha-1, 54.81 kg P2O5 ha-1, and 46.85 kg K2O ha-1 although not
significant.
Keywords : multi nutrient response, NPK fertilization

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN N, P, DAN K
PADA TANAMAN KACANG BOGOR
(Vigna subterranea [L.] Verdcourt)

SRI AYU DWI LESTARI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi Ujian Tesis : Dr Ir Iskandar Lubis, MS

Judul Tesis : Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman
Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt)
Nama
: Sri Ayu Dwi Lestari
NIM
: A252114061


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc
Ketua

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr


Tanggal Ujian: 30 Januari 2014

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pad a Tanaman
Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt)
: Sri Ayu Dwi Lestari
Nama
: A252114061
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Heni Pumamawati, MSc.Agr
Anggota

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc
Ketua


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi セ。ョ@
Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Tanggal Ujian: 30 Januari 2014

Tanggal Lulus:

2 6 F[ B ?O 14

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2013 ini adalah
pemupukan, dengan judul Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K
pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt).
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc dan Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penulisan tesis.
2. Crop for the Future Research Centre atas dana penelitian yang telah
diberikan.
3. Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Dr Ani Kurniawati, SP, MSi selaku dosen
penguji yang banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis.
4. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Adik, serta seorang pria terkasih atas segala
doa, semangat, bantuan, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.
5. Bapak Sarta dan Bapak Argani sebagai Staf Kebun Percobaan Cikarawang
yang telah membantu selama percobaan di lapangan.
6. Teman-teman Pascasarjana AGH 2011 Genap dan AGH 2012 Ganjil atas
segala bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan
kepada pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Februari 2014
Sri Ayu Dwi Lestari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Hipotesis
Kerangka Pemikiran

1
1
2
2
2
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Asal Usul dan Klasifikasi Kacang Bogor
Botani Kacang Bogor
Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan
Pemupukan
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Rekomendasi Pemupukan

5
5
5
6
6
7
7
8
8

3 METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode
Pelaksanaan

11
11
11
11
13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Tanah
Kondisi Umum
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Hasil
Pembahasan Umum
Jumlah Daun
Kadar N, P, dan K dalam Daun
Biomassa
Produksi
Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor

18
18
19
21
23
37
37
38
40
40
41

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Percobaan paralel pemupukan N, P, dan K
Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K
Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan
Hasil analisis kandungan hara tanah setelah panen
Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi
kacang bogor pada perlakuan pemupukan N, P, dan K
Pengaruh pupuk N terhadap jumlah daun
Pengaruh pupuk N terhadap panjang tangkai daun ke-5
Pengaruh pupuk N terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan
penyakit
Pengaruh pupuk N terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST
Pengaruh pupuk N terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST
Pengaruh pupuk N terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih
Pengaruh pupuk N terhadap kadar N, P, dan K biji
Pengaruh pupuk N terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong
total
Pengaruh pupuk N terhadap bobot basah polong isi, polong cipo,
polong total, dan brangkasan
Pengaruh pupuk N terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir
biji, dan brangkasan
Pengaruh pupuk N terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total,
bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas
Pengaruh pupuk P terhadap jumlah daun
Pengaruh pupuk P terhadap panjang tangkai daun ke-5
Pengaruh pupuk P terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan
penyakit
Pengaruh pupuk P terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST
Pengaruh pupuk P terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST
Pengaruh pupuk P terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih
Pengaruh pupuk P terhadap kadar N, P, dan K biji
Pengaruh pupuk P terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong
total
Pengaruh pupuk P terhadap bobot basah polong isi, polong cipo, polong
total, dan brangkasan
Pengaruh pupuk P terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir
biji, dan brangkasan
Pengaruh pupuk P terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total,
bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas
Pengaruh pupuk K terhadap jumlah daun
Pengaruh pupuk K terhadap panjang tangkai daun ke-5
Pengaruh pupuk K terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan
penyakit
Pengaruh pupuk K terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST
Pengaruh pupuk K terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST
Pengaruh pupuk K terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih
Pengaruh pupuk K terhadap kadar N, P, dan K biji

12
14
18
19
22
23
24
24
25
25
25
26
26
26
27
27
28
28
28
29
29
29
30
30
31
31
31
32
32
33
33
33
34
34

DAFTAR TABEL (lanjutan)
35 Pengaruh pupuk K terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong
total
36 Pengaruh pupuk K terhadap bobot basah polong isi, polong cipo,
polong total, dan brangkasan
37 Pengaruh pupuk K terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir
biji, dan brangkasan
38 Pengaruh pupuk K terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total,
bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas
39 Rekapitulasi dosis optimum pada perlakuan pemupukan K

34
35
35
35
37

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir kerangka pemikiran
2 Benih kacang bogor
3 Rata-rata curah hujan, temperatur, dan intensitas penyinaran matahari
selama masa penelitian
4 Penyakit busuk pangkal batang oleh Sclerotium rolfsii di gambar kiri
dan penyakit bercak daun oleh Cercospora sp.di gambar kanan
5 Pengaruh pemupukan K terhadap (a) bobot basah akar 8 MST, (b)
kadar N biji, dan (c) bobot kering brangkasan panen
6 Pertambahan jumlah daun
7 Rata-rata kadar N, P, dan K daun pada (a) percobaan N, P, dan K; (b)
survei pendahuluan di Kabupaten Sumedang

4
11
20
21
36
37
38

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
Hasil analisis pupuk kandang ayam, Urea, SP-36, dan KCl
Hasil analisis tanah di Desa Cilopang dan Desa Pamulihan
Data jumlah curah hujan di daerah Sumedang
Perbandingan tanaman contoh di Desa Cilopang dan Desa Pamulihan
Hasil analisis NPK batang + tangkai dan daun

46
46
46
47
47
47

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt) atau kacang bambara
merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang populer di Afrika tetapi belum
dikenal secara luas di Indonesia. Budidaya tanaman ini di Indonesia dijumpai
pada lahan terbatas di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB,
dan NTT. Tanaman ini mempunyai potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan
secara luas (Sjamsudin 2002).
Bentuk vegetasi kacang bogor menjurai (spread) dan tegak (bunch).
Umumnya tanaman kacang bogor di Indonesia berbentuk menyebar sehingga
sangat sesuai dijadikan tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan
brangkasannya dapat dibenamkan sebagai pupuk hijau. Tanaman kacang bogor
mempunyai ketahanan kekeringan terbaik di antara tanaman kacang-kacangan
dalam tanah lainnya (groundnut), selain itu juga memiliki keunggulan lain yaitu
toleran pada lahan miskin dan kering, serta relatif tahan terhadap hama dan
penyakit (Linneman 1990; Nakano 2002; Redjeki 2007). Tanaman kacang bogor
dapat meningkatkan kesuburan tanah karena akar-akarnya bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara (Fachruddin
2000).
Kacang bogor sangat baik untuk dikonsumsi dan nilai gizinya dapat
dibandingkan dengan kedelai, lentil, buncis, serta beberapa kacang-kacangan
lainnya yang dikenal secara umum. Kandungan gizi dari kacang bogor per 100 g
adalah 370 kalori energi, 16% protein, 6% lemak, 85 mg Ca, 264 mg P, 2.4 mg Fe,
dan 0.8 mg vitamin B1 (Fachruddin 2000). Kacang bogor di Indonesia biasanya
dikonsumsi dalam bentuk: 1) polong muda digunakan untuk sayur asam, 2)
polong tua direbus sebagai makanan ringan, dan 3) biji kering digoreng sebagai
makanan ringan. Kacang bogor ini, selain dapat dikonsumsi segar, juga dapat
diolah menjadi tepung sebagai bahan pembuat kue. Tidak hanya kacangnya, daun
dari tanaman kacang bogor yang kaya akan nitrogen dan fosfor dapat
dimanfaatkan sebagai makanan ternak (Atifach 1992).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, hasil rata-rata kacang bogor yang
ditanam petani di Indonesia masih di bawah 4 ton ha-1, nilai ini masih tergolong
rendah (Rukmana dan Oesman 2000). Oleh karena itu, perlu adanya upaya
maksimal untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi kacang bogor yang
cukup potensial ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman kacang
bogor dapat berproduksi secara maksimal adalah pemberian pupuk dengan dosis
yang tepat.
Usaha pemupukan yang dilakukan saat ini masih kurang tepat, karena
pupuk belum digunakan secara rasional sesuai kebutuhan tanaman dan
kemampuan tanah menyediakan unsur hara. Pemupukan belum didasarkan atas
hasil uji tanah, sehingga di beberapa tempat, pemupukan dapat menaikkan jumlah
produksi, tetapi di tempat lain pemupukan tidak berpengaruh. Pemupukan yang
tepat dari suatu tanaman didasarkan pada kebutuhan nutrisi tanaman untuk hasil
produksi maksimal dan tingkat ketersediaan hara dari tanah (Kasno dan Nurjaya
1995).

2
Penetapan dosis pupuk yang tepat dapat dilakukan dengan cara uji tanah
dan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah uji korelasi yang bertujuan
untuk menghasilkan metode ekstraksi terpilih untuk suatu tanaman pada suatu
tanah di lokasi yang spesifik. Metode ekstraksi terbaik yang diperoleh dari uji
korelasi kemudian dikalibrasikan dengan respon tanaman di lapangan. Uji
kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu
unsur hara atau nilai kritisnya dengan respon tanaman di lapangan terhadap unsur
hara tersebut (Setyorini et al. 2003).
Keseluruhan proses rekomendasi yang telah dijabarkan di atas
memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. Menurut Waugh et al.
(1973) untuk mendapatkan data awal serta membangun rekomendasi pemupukan
awal, dapat dilakukan shortcut (jalan cepat) melalui metode pendekatan multi
nutrient response. Percobaan dilakukan dengan cara menanam pada tiga
percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk
menggunakan dosis bertingkat, sehingga didapatkan kebutuhan masing-masing
hara pada kondisi threshold yield (ambang batas) dan juga kondisi optimum.
Threshold yield mengacu pada titik awal respon hasil akibat tanpa pemberian
tambahan hara. Pendekatan multi nutrient response akan menghasilkan empat
pilihan rekomendasi, yaitu berdasarkan pemupukan optimum serta ambang batas
pemakaian pupuk N, P, dan K.
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah produksi
kacang bogor adalah berapa dosis pupuk N, P, dan K yang optimum untuk
tanaman kacang bogor?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk N, P, dan
K agar pertumbuhan dan produksi tanaman kacang bogor (Vigna subterranea [L.]
Verdcourt) maksimal.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada dosis optimum
pupuk N, P, dan K untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kacang bogor
(Vigna subterranea [L.] Verdcourt).

3
Kerangka Pemikiran
Tanaman kacang bogor mempunyai ketahanan kekeringan terbaik di
antara tanaman kacang-kacangan dalam tanah lainnya (groundnut), selain itu juga
memiliki keunggulan lain yaitu toleran pada lahan miskin dan kering, serta relatif
tahan terhadap hama dan penyakit. Kandungan gizi dari kacang bogor ini cukup
tinggi sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan alternatif sumber kalori dan
protein. Tanaman kacang bogor ini juga sangat sesuai dijadikan tanaman penutup
tanah untuk mencegah erosi dan brangkasannya dapat dibenamkan sebagai pupuk
hijau.
Masalah utama dalam peningkatan hasil tanaman kacang bogor adalah
benih yang tidak seragam, berumur panjang (4-5 bulan), serta masih rendahnya
produksi per hektar. Produksi rata-rata kacang bogor yang ditanam petani di
Indonesia masih tergolong sangat rendah. Produksi pada kondisi lingkungan
suboptimum dapat menghasilkan 0.77 ton biji kering ha-1, sedangkan pada kondisi
lingkungan tumbuh optimum dapat menghasilkan 4 ton biji kering ha-1.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman kacang bogor dapat
berproduksi secara maksimal adalah dengan pemupukan. Pemupukan adalah
penambahan sejumlah hara yang dibutuhkan tanaman dan tidak dapat disediakan
oleh tanah. Rekomendasi pemupukan yang tepat bagi setiap tanaman adalah
penting agar dapat diperoleh hasil yang maksimal. Proses uji korelasi dan uji
kalibrasi perlu dilakukan untuk mendapatkan suatu rekomendasi pemupukan.
Akan tetapi, keseluruhan proses rekomendasi yang disebutkan membutuhkan
waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.
Pendekatan multi nutrient response merupakan salah satu metode jalan
cepat (shortcut) untuk mendapatkan data awal rekomendasi pemupukan.
Percobaan multi nutrient response dilakukan dengan cara menanam pada tiga
percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk
menggunakan dosis bertingkat 0, 50, 100, 150, dan 200% dari dosis acuan. Dosis
acuan yang digunakan adalah berdasarkan penelitian Juwita (2012), yaitu 100 kg
Urea ha-1 (45 kg N ha-1), 150 kg SP-36 ha-1 (54 kg P2O5 ha-1), dan 75 kg KCl ha-1
(45 kg K2O ha-1). Hasil akhir akan didapatkan kebutuhan masing-masing hara
pada kondisi threshold yield (ambang batas) dan juga kondisi optimum.
Pendekatan multi nutrient response akan menghasilkan empat pilihan
rekomendasi pemupukan. Pilihan pertama berdasarkan pemupukan optimum. Tiga
pilihan rekomendasi yang lain adalah berdasarkan ambang batas pemakaian pupuk
N, P, dan K yaitu nilai pada dosis = 0. Diagram alir dari kerangka pemikiran dapat
dilihat pada Gambar 1.

4

Kacang bogor memiliki potensi
tinggi untuk dikembangkan

Produktivitas masih rendah

Pemupukan

Rekomendasi pemupukan

Multi Nutrient
Response

Pemupukan N (N)
0, 50, 100, 150, 200%
dosis acuan

Pemupukan P (P2O5)
0, 50, 100, 150, 200%
dosis acuan

Pemupukan K (K2O)
0, 50, 100, 150, 200%
dosis acuan

Dosis optimum N, P, K untuk
mendapatkan hasil maksimal

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Asal Usul dan Klasifikasi Kacang Bogor
Kacang bogor memiliki nama umum Bambara groundnut yang diambil
dari nama distrik di dekat Timbuktu di daerah Nigeria, Afrika. Kacang bogor
berasal dari Afrika, kemudian berkembang di kawasan Amerika, Asia, dan
Australia. Tanaman ini dikembangkan di daerah sub Sahara Afrika, terutama pada
daerah semi kering. Bentuk liarnya ditemukan di sepanjang Nil, Nigeria Utara,
dan Kamerun Utara (Doku dan Karikari 1971; Duke et al. 1977; Hepper 1970).
Kacang bogor telah dibudidayakan di wilayah Asia, seperti India, Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan Thailand. Bambara groundnut di Indonesia telah lama
beradaptasi dengan baik di wilayah Bogor, sehingga dikenal sebagai kacang bogor.
Saat ini, kacang bogor telah menyebar ke Banten; Sukabumi; Majalengka;
Tasikmalaya; Bandung (kacang ini disebut dengan kacang bandung); Jawa
Tengah (Pati dan Kudus); Jawa Timur (Gresik) (biasa disebut dengan nama
kacang kapri); Lampung; NTB; dan NTT. Berbeda dengan tanaman legum pada
umumnya, kacang bogor lebih adaptif dan toleran pada daerah yang kurang subur
(Linneman 1990; Rukmana dan Oesman 2000; Stephens 2003).
Kacang bogor termasuk ke dalam famili Leguminosae, sub famili
Papilionidae, dan merupakan satu-satunya spesies dari genus Voandzeia (Doku
dan Karikari 1971). Linnaeus menamakan tanaman ini Glycine subterra,
sedangkan nama Voandzeia subterranea diusulkan oleh Du Petit Thouars pada
tahun 1806. Meskipun sudah diubah menjadi Vigna subterranea (L.) Verdcourt,
kebanyakan orang masih menyebutnya Voandzeia subterranea (L.) Thouars
(Samsoedin dan Harmastini 1989).
Botani Kacang Bogor
Kacang bogor memiliki batang yang pendek dan melengkung, tangkai
daunnya panjang dan daunnya tebal sehingga tanaman kacang bogor ini terlihat
seperti seikat daun lebat yang muncul hampir berasal dari satu titik di tanah.
Bunganya berwarna kuning pucat dan polongnya berada dalam tanah (Masefield
et al. 1969). Linneman dan Ali (1993) menyatakan bahwa perkecambahan
hipogeal dari tanaman kacang bogor yang dibudidayakan biasanya mencapai
waktu 7-15 hari, sedangkan perkecambahan dari tanaman kacang bogor liar
seperti varietas spontanea yang tidak menentu dan lambat, yaitu 26-31 hari hingga
tidak terbatas. Benih kacang bogor sangat beragam warnanya, yaitu putih, krem,
kuning, merah, ungu, cokelat, atau hitam. Pewarnaan (corak) juga beragam, yaitu
burik, bergaris, dan lain-lain. Menurut Masefield et al. (1969) benih kacang bogor
keras serta berwarna merah, putih, hitam atau berbintik-bintik dan memiliki hilum
berwarna putih.
Menurut Linneman dan Ali (1993) kacang bogor mulai berbunga pada 3055 HST dan mungkin berlanjut hingga tanaman mati. Kacang bogor yang
bergenotip genjah mencapai tahap mature saat 90 HST, sedangkan tanaman yang
berumur panjang mungkin memerlukan 150 HST atau lebih. Hal ini berarti musim
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai masak fisiologis.
Berdasarkan penelitian Hamid (2009) tanaman kacang bogor telah memasuki fase

6
generatif pada umur 42 HST, pada 56 HST 75% populasi tanaman kacang bogor
telah berbunga, dan pada 70 HST 100% populasi tanaman kacang bogor telah
berbunga.
Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan
Kacang bogor merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi luas,
mulai dari daerah savana sampai daerah hutan hujan atau transisi savana di Afrika
dan tumbuh subur pada daerah dengan penyinaran matahari yang cerah. Tanaman
kacang bogor lebih menghendaki tanah yang berpasir namun dapat tumbuh pada
tanah dengan drainase baik. Tanaman dapat tumbuh baik pada pH 5.0-6.5, tetapi
toleran hingga pH 4.3. Kacang bogor merupakan tanaman hari pendek dan bisa
bertahan sampai ketinggian 1 520 m di atas permukaan laut. Tanaman ini akan
berproduksi baik bila ditanam di bawah suhu tinggi dan curah hujan yang rendah,
namun sangat baik bila curah hujan cukup sering pada saat penanaman hingga
pembungaan.
Curah hujan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang bogor. Curah hujan yang dikehendaki adalah 500-3 500
mm per tahun dengan suhu rata-rata tahunan 20-28oC. Tanaman ini toleran pada
curah hujan tinggi, kecuali pada saat pembentukan buah dan pemanenan, namun
juga dapat tumbuh baik pada curah hujan rendah 500 mm per tahun. Curah hujan
yang tinggi terutama pada saat pembentukan buah, akan menurunkan hasil.
Apabila keadaan curah hujan melebihi batas optimum maka tanaman akan rentan
terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, serta menyebabkan pertumbuhan
gulma yang cepat. Di Malagasi, tanaman kacang bogor memberikan hasil yang
tinggi bila curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 900-1 200 mm, akan
tetapi sebenarnya tanaman ini masih mampu tumbuh baik pada curah hujan antara
600-750 mm (Duke et al. 1977; NAS 1979; Rukmana dan Oesman 2000).
Redjeki (2007) melaporkan hasil penelitiannya di Gresik, bahwa pada
kondisi lingkungan yang suboptimal dapat dihasilkan 0.77 ton biji kering kacang
bogor ha-1. Hasil survey Redjeki (2006) pada petani kacang bogor di Gresik
menunjukkan rata-rata panen 4 ton biji ha-1 pada kondisi lingkungan tumbuh
optimal. Berdasarkan pengamatan Rukmana dan Oesman (2000) di lapangan,
hasil rata-rata kacang bogor yang ditanam petani masih di bawah 4 ton ha-1.
Pemupukan
Pemupukan adalah pemberian atau penambahan bahan-bahan atau zat-zat
kepada kompleks tanah-tanaman untuk melengkapi keadaan makanan atau unsur
hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung di dalamnya (Sutedjo 2008).
Pupuk adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada
tanaman untuk menyediakan unsur-unsur kimia bagi keberhasilan pertumbuhan
tanaman. Pupuk jenis N, P, dan K telah digunakan secara intensif dan jika
digunakan secara terus-menerus, cepat atau lambat akan terjadi kekurangan unsur
tersebut dalam tanah dan memerlukan tambahan untuk mengganti yang hilang.
Pupuk dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pupuk organik dan
anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari sumber-sumber yang
bukan makhluk hidup dan meliputi sebagian besar pupuk buatan manusia ataupun

7
pupuk-pupuk komersial. Pupuk buatan dan alami mengandung unsur-unsur yang
sama, tetapi pupuk buatan bereaksi lebih cepat (Samekto 2008).
Pupuk anorganik yang digunakan dapat berupa Urea maupun ZA (unsur
Nitrogen); SP-36 maupun TSP (unsur Fosfor); dan KCl maupun ZK (unsur
Kalium). Pemberian 100 kg TSP ha-1, 50 kg ZK ha-1, dan tanpa pupuk N
menghasilkan 1.7 ton polong kering kacang bogor ha-1 (Stephens 2003).
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk anorganik pada
kacang bogor dengan dosis 100 kg Urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, dan 75 kg KCl
ha-1 menghasilkan 1.6 ton polong kering kacang bogor ha-1 (Turmudi dan
Suprijono 2010).
Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara terpenting yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman dan bersifat mobil dalam tanaman sehingga gejala
kekurangan pertama kali tampak pada daun tua. Senyawa N digunakan tanaman
untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, membentuk
klorofil, asam nukleat, dan enzim, sehingga nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
banyak pada tahap vegetatif tanaman yang ada pada bagian di atas tanah,
meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk pembentukan buah dan biji
(Tjondronegoro et al. 1999).
Unsur N diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion
ammonium (NH4+). Sebagian besar N diserap dalam bentuk NO3- karena ion
tersebut bermuatan negatif, sehingga selalu berada di dalam tanah dan mudah
diserap akar. Sebaliknya ion ammonium (NH4+) bermuatan positif, sehingga
terikat oleh koloid tanah dan lebih sukar diserap akar. N tidak tersedia dalam
bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Kandungan nitrogen dalam
tanaman berkisar antara 1-6% bobot keringnya (Havlin et al. 2005).
Berdasarkan bentuk N yang terdapat dalam senyawa pupuk, pupuk N
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu nitrat, amida, dan
ammonium (Buckman dan Brady 1972). Pupuk N yang sering digunakan adalah
pupuk N berbahan dasar amida yaitu Urea (CO(NH2)2). Urea merupakan sumber
nitrogen anorganik yang paling umum digunakan di daerah tropis yang berbentuk
kristal berwarna putih, mengandung N sekitar 45-46%, bersifat higroskopis, dan
mempunyai reaksi fisiologis masam dengan ekivalen kemasaman sebesar 80
(Hardjowigeno 2003).
Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang paling sering dijumpai
dalam keadaan kahat setelah N (Mosali et al. 2005). Pemberian pupuk P
memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi tanaman selain pupuk
N dan K. Fosfor berperan pada berbagai aktivitas metabolisme tanaman dan
merupakan komponen klorofil. Selain itu, fosfor juga berperan dalam merangsang
pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan dasar protein (ATP dan
ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan
pembuahan, serta pemasakan biji dan buah (Marsono dan Sigit 2008).

8
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk anion yaitu dihidrogen fosfat
(H2PO4-) atau monohidrogen fosfat (HPO42-) (Jones 1998). Fosfat diubah menjadi
bentuk organik setelah masuk ke dalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem
menuju tajuk. Fosfor tidak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap sebagai
fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat pada senyawa organik sebagai
ester (Salisbury dan Ross 1992). Konsentrasi P-total pada tanaman budidaya
umumnya bervariasi antara 0.1-0.5% bobot kering tanaman (Liu 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Atifach (1992) pada tanaman kacang bogor,
pemberian pupuk fosfor sebanyak 50 kg P2O5 ha-1 berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun pada umur 7 MST dan bobot kering brangkasan dibandingkan
dengan pemberian pupuk fosfor sebanyak 0, 100, dan 150 kg P2O5 ha-1.
Kalium (K)
Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi
tanaman karena terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologi. Kalium banyak
terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein,
tetapi pada inti-inti sel tidak mengandung kalium. Peran unsur K dalam tanaman,
yaitu sebagai pengatur tekanan osmotik, pH sel, aktivasi enzim, pengatur
transpirasi dan transport asimilat, transpor pada membran sel, membantu
pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, dan
berperan dalam membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan
(Samekto 2008; Maschner 2011).
Unsur hara kalium diklasifikasikan sebagai unsur hara makro, yang berarti
bahwa hara kalium dibutuhkan dalam jumlah banyak dan pada umumnya tanaman
sering mengalami defisiensi K selama masa pertumbuhannya. Kalium diserap
tanaman dalam bentuk K+. Konsentrasi dalam tanaman antara 0.5-6% bobot
kering. Pengangkutan kalium dari larutan tanah ke akar tanaman melalui difusi
dan aliran massa, sebagian kecil diserap melalui kontak langsung antara akar
dengan partikel tanah (Tisdale et al. 1985).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan peran kalium pada tanaman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian kalium tanpa fosfor pada
tanaman kacang tanah dengan dosis 300 ppm K cenderung meningkatkan
produksi polong (Juga 1985). Pemberian kalium 160 kg K2O ha-1 pada tanaman
kacang hijau dapat menaikkan tekanan osmotik dan potensial air dalam sel
sehingga meningkatkan daya tahan terhadap kekurangan air (Arifin 1999).
Rekomendasi Pemupukan
Terdapat tiga filosofi rekomendasi pemupukan, yaitu cation saturation
ratio, nutrient maintenance, dan sufficiency level. Cation saturation ratio adalah
rekomendasi pemupukan berdasarkan jumlah kation ideal dalam tanah mengikuti
pedoman 65% Ca, 10% Mg, dan 5% K. Nutrient maintenance adalah rekomendasi
pemupukan berdasarkan konsep jumlah hara yang harus ditambahkan sesuai
dengan jumlah yang diambil oleh tanaman. Sufficiency level adalah rekomendasi
pemupukan berdasarkan keperluan tanaman di luar kemampuan tanah untuk
mendukung ketersediaan hara tersebut. Filosofi sufficiency level dianggap paling
berhasil memprediksi rekomendasi pupuk (Olson et al. 1982).

9
Rekomendasi pemupukan harus disusun berdasarkan hasil uji tanah karena
lebih rasional, sifatnya yang kuantitatif, dan lebih ilmiah. Kualitas penelitian
respon pemupukan sangat ditentukan dengan data yang baik dan banyak, agar
hubungan hasil uji tanah dengan dosis pupuk dapat dikembangkan (Amisnaipa et
al. 2009). Tahapan kegiatan uji tanah meliputi : tahap ke-1 pengambilan contoh
tanah yang benar dan dapat mewakili lokasi yang diminta rekomendasinya, tahap
ke-2 analisis kimia di laboratorium dengan menggunakan metode yang tepat dan
teruji, tahap ke-3 interpretasi hasil analisis, dan tahap ke-4 rekomendasi
pemupukan (Widjaya-Adhi 1995; Sabiham 1995).
Tahap ke-2 biasanya dilakukan berdasarkan uji korelasi. Uji korelasi
adalah suatu proses yang menilai keeratan hubungan antara kadar unsur hara
dalam tanah yang terekstrak oleh suatu metode ekstraksi dengan jumlah hara yang
diserap oleh tanaman. Korelasi bertujuan untuk menghasilkan metode ekstraksi
terpilih untuk suatu tanaman pada suatu tanah di lokasi yang spesifik. Metode
ekstraksi spesifik terhadap satu tanaman dan tanah tertentu karena setiap tanaman
memiliki perbedaan faktor genetik yang menentukan potensi fisiologis dan
metabolis, sedangkan tanah memiliki sifat yang berbeda-beda. Metode ekstraksi
yang terpilih memiliki nilai koefisien korelasi yang paling tinggi, serta merupakan
cara yang paling sederhana, cepat, mudah, tepat, dan teliti (Johnson et al. 1984).
Tahap ke-3 dan ke-4 berdasarkan hasil penelitian uji kalibrasi di lapangan.
Uji kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu
unsur hara atau nilai kritisnya dengan respon tanaman di lapangan terhadap unsur
hara tersebut. Penelitian uji kalibrasi dapat dilakukan pada satu lokasi atau multi
lokasi. Penelitian menggunakan satu lokasi dilakukan dengan cara tanah dibuat
sedemikian rupa sehingga memiliki selang ketersediaan hara mulai dari sangat
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pilihan kedua adalah multi lokasi yaitu
percobaan dilakukan pada lokasi yang secara alami memiliki selang ketersediaan
hara yang beragam, namun masih dalam satu ordo tanah (Dahnke dan Olson
1990). Uji kalibrasi tanah adalah proses mengidentifikasi tingkat kekurangan atau
kecukupan hara dan jumlah hara yang akan ditambahkan jika kekurangan.
Beberapa tahapan dalam proses uji kalibrasi adalah sebagai berikut: (1) analisis
tanah dari daerah perakaran; (2) penanaman di lapangan; (3) mengukur hasil; (4)
menghubungkan nilai indeks tanah dengan hasil tanaman; (5) pengulangan pada
jenis tanah, tanaman, dan waktu yang berbeda. Setelah dilakukan uji kalibrasi,
maka dilakukan proses optimasi pemupukan yang nantinya akan menghasilkan
rekomendasi pemupukan pada tiap kondisi tanah yang berbeda (Evans 1987).
Keseluruhan proses rekomendasi pemupukan tersebut memerlukan waktu
yang lama serta biaya yang tidak sedikit. Untuk mendapatkan data awal serta
membangun rekomendasi pemupukan awal, digunakan metode pendekatan multi
nutrient response. Percobaan multi nutrient response merupakan modifikasi dari
percobaan minus one test, namun setiap hara yang dicobakan diberi dosis
bertingkat dari rendah sampai sangat tinggi. Percobaan minus one test merupakan
salah satu metode evaluasi hara di lapangan yang paling sederhana, dengan cara
melakukan percobaan agar dapat teramati secara langsung permasalahan yang
terdapat pada tanah yang bersangkutan. Percobaan tersebut bertujuan untuk
mengidentifikasi unsur hara yang menjadi pembatas paling berat serta urutan
selanjutnya dari deretan unsur yang dicobakan. Percobaan ini dilakukan dengan
membandingkan perlakuan lengkap dengan perlakuan lengkap minus satu hara

10
tertentu. Perlakuan yang mengalami penurunan pertumbuhan atau produksi yang
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lengkap menunjukkan unsur yang paling
kahat (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).
Percobaan multi nutrient response dilakukan dengan cara menanam pada
tiga percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk
menggunakan dosis bertingkat 0, 50, 100, 150, dan 200% dari dosis acuan. Hasil
panen dikonversi menjadi hasil relatif yaitu hasil pada perlakuan tersebut dibagi
hasil tertinggi yang diperoleh dari setiap percobaan. Hal ini dilakukan agar ketiga
percobaan dapat dibandingkan walaupun hasil panen tidak sama besar (Jannah
2012).
Penentuan pilihan rekomendasi berdasarkan data hasil relatif yang
diperoleh dibuat persamaan kuadrat, kemudian dibaca secara bersama-sama untuk
menentukan pilihan rekomendasi. Terdapat empat pilihan rekomendasi. Pilihan
pertama yaitu berdasarkan pemupukan optimum. Tiga pilihan rekomendasi yang
lain adalah berdasarkan ambang batas pemakaian pupuk N, P, dan K. Pemupukan
optimum diperoleh dari turunan pertama persamaan kuadrat sama dengan nol.
Apabila semua hasil percobaan menunjukkan pola respon yang sama, yaitu pola
respon kuadratik, maka ketiga grafik tersebut dapat dibaca bersama-sama untuk
menentukan kebutuhan pada ambang batas N, P, dan K (Waugh et al. 1973).
Kebutuhan pupuk P dan K pada ambang batas pupuk N dicari dengan cara
menarik garis lurus secara horisontal sampai bertemu kurva persamaan P,
kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan
kebutuhan pupuk P pada kondisi ambang batas pupuk N. Demikian pula untuk
pupuk K yang dibutuhkan dapat dicari dengan cara menarik garis lurus secara
horisontal dari titik ambang batas pupuk N sampai bertemu dengan kurva
persamaan K, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat
ditentukan kebutuhan pupuk K pada kondisi ambang batas pupuk N.
Kebutuhan pupuk N dan K pada ambang batas pupuk P dapat dicari
dengan cara menarik garis lurus secara horisontal menuju kurva persamaan N dari
titik ambang batas persamaan P, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu
X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk N pada kondisi ambang batas
pupuk P. Kebutuhan pupuk K dicari dengan menarik garis lurus secara horisontal
dari titik ambang batas pupuk P sampai bertemu dengan kurva persamaan K,
kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan
kebutuhan pupuk K pada kondisi ambang batas pupuk P.
Kebutuhan pupuk N dan P pada ambang batas pupuk K dicari dengan cara
menarik garis lurus secara horisontal sampai bertemu kurva persamaan P,
kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan
kebutuhan pupuk P pada kondisi ambang batas pupuk K. Demikian pula untuk
pupuk N yang dibutuhkan dapat dicari dengan cara menarik garis lurus secara
horisontal dari titik ambang batas pupuk K sampai bertemu dengan kurva
persamaan N, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat
ditentukan kebutuhan pupuk N pada kondisi ambang batas pupuk K.
Terdapat pilihan rekomendasi dimana tidak diperlukan pemupukan sama
sekali, yaitu pada pilihan yang menghasilkan hasil relatif paling kecil. Hal ini
disebabkan letak ambang batas persamaan kuadrat pada perlakuan lain lebih
tinggi (Rohmawati 2013).

11

3 METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga,
Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret sampai dengan Juli 2013. Lokasi percobaan
terletak pada ketinggian sekitar 250 m dpl. Analisis tanah dan hara tanaman
dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Insititut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang bogor
berwarna hitam (Gambar 2) yang berasal dari Sumedang. Bahan lain yang
digunakan adalah Urea, SP-36, KCl, kapur, pupuk kandang ayam, karbofuran 3%,
herbisida, dan fungisida.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat budidaya
pertanian. Alat-alat lain yang digunakan yaitu sprayer, timbangan analitik,
kantung sampel, dan kamera digital. Beberapa peralatan laboratorium juga
digunakan untuk menganalisis kandungan unsur hara pada tanah dan jaringan
tanaman.

Gambar 2 Benih kacang bogor
Metode
Penelitian terdiri atas tiga percobaan paralel, yaitu percobaan pemupukan
N, P, dan K. Rancangan yang digunakan dalam masing-masing percobaan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga ulangan dengan lima dosis pemupukan.
Dosis acuan yang digunakan adalah berdasarkan penelitian Juwita (2012), yaitu
100 kg Urea ha-1 (45 kg N), 150 kg SP-36 ha-1 (54 kg P2O5), dan 75 kg KCl ha-1
(45 kg K2O). Berbagai perlakuan pupuk yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.

12
Tabel 1 Percobaan paralel pemupukan N, P, dan K
% Dosis acuan
Pupuk
0
50
100
150
Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan N
N
0
22.5
45
67.5
P2O5
54
54
54
54
K2O
45
45
45
45
Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan P
N
45
45
45
45
P2O5
0
27
54
81
K2O
45
45
45
45
Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan K
N
45
45
45
45
P2O5
54
54
54
54
K2O
0
22.5
45
67.5

200
90
54
45
45
108
45
45
54
90

Keterangan : Dosis acuan berdasarkan penelitian Juwita (2012)

Model linier aditif dari rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut
(Mattjik dan Sumertajaya 2000):
Yij =  + γi + αj + ij
Yij
= Nilai pengamatan kacang bogor pada ulangan ke-i, dosis pupuk ke-j.

= Nilai tengah (rataan) umum.
γi
= Pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3.
αj
= Pengaruh dosis pupuk ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5.
ijk
= Pengaruh galat percobaan ulangan ke-i, dosis pupuk ke-j.
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (uji F), apabila hasil
sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji
lanjut kontras polinomial ortogonal. Penentuan dosis optimum N, P, dan K
dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut:
1. Nilai relatif (Relative = % R)
Merupakan nilai peubah dibandingkan dengan nilai maksimum yang diperoleh
dari setiap dosis, cara perhitungannya sebagai berikut:

Yi
Ymaks

(

)

= hasil pada perlakuan dosis N, P, dan K ke-i.
= hasil maksimum pada dosis N, P, dan K.

2. Penentuan pilihan rekomendasi
Penentuan pilihan rekomendasi akan dievaluasi pada akhir penelitian
menggunakan pendekatan multi nutrient response (Rohmawati 2013).
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan rekomendasi pemupukan
menggunakan model kuadratik dari beberapa percobaan pemupukan.
Data hasil relatif yang diperoleh dibuat persamaan kuadrat, kemudian
dibaca secara bersama-sama untuk menentukan pilihan rekomendasi. Terdapat
empat pilihan rekomendasi. Pilihan pertama yaitu berdasarkan pemupukan
optimum. Tiga pilihan rekomendasi yang lain adalah berdasarkan ambang
batas pemakaian pupuk N, P, dan K yaitu nilai pada dosis = 0.

13
Dosis pemupukan optimum dapat diketahui dengan menggunakan model
regresi kuadratik (Susila et al. 2009):
R = a + bX + cX2
dengan R = nilai relatif tanaman, X = dosis pupuk, dan a,b,c = konstanta.
Penentuan dosis pupuk optimum dilakukan dengan menggunakan rumus
turunan dari persamaan regresinya: dY/dX = b + 2cX = 0; X = -b/2c.
Pelaksanaan
1 Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Luas lahan yang digunakan sebesar 1 000 m2 dengan masing-masing petak
berukuran 6 m x 3 m. Lahan disemprot dengan menggunakan herbisida pada 1
minggu sebelum pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 2 kali.
Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan menggunakan traktor untuk semua
luasan lahan, sedangkan pengolahan tanah ke-2 untuk pembuatan petak dan
perataan tanah sehingga siap tanam.
Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis, dilakukan sebelum aplikasi
pupuk serta setelah panen. Pemberian kapur dan pupuk kandang ayam dilakukan
pada saat pengolahan tanah ke-2 atau 1 minggu sebelum tanam kacang bogor.
Kapur dengan dosis 2 ton ha-1 diberikan untuk meningkatkan pH tanah karena pH
tanah di lokasi penelitian adalah sebesar 5.40 (masam). Pupuk kandang ayam
diaplikasikan dengan dosis 10 ton ha-1. Keduanya diaplikasikan dengan cara
disebar di setiap petakan. Benih kacang bogor yang didapat masih dengan
cangkangnya, sehingga pada 5 hari sebelum penanaman dilakukan pemecahan
cangkang dengan cara diinjak dan dipukul-pukul dengan kayu.
2 Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 30 cm, dengan populasi
55 556 tanaman ha-1. Penanaman kacang bogor dilakukan dengan cara menugal
tanah sedalam 5 cm, diisi dengan 2 butir kacang bogor per lubang tanam, di dalam
lubang tanam juga diberikan karbofuran 3%. Penjarangan dilakukan pada 3 MST
ketika tanaman sudah terlihat muncul ke permukaan secara serentak.
3 Aplikasi Pemupukan
a. Percobaan Pupuk N
Pemupukan N diberikan dua tahap, yaitu 30% dosis saat tanam dan
70% sisanya pada saat 5 MST. Setiap perlakuan diberikan pupuk dasar
berupa 54 kg P2O5 ha-1 serta 45 kg K2O ha-1 dan diberikan semua pada saat
tanam.
b. Percobaan Pupuk P
Pemupukan P diberikan satu tahap, yaitu 100% saat tanam. Setiap
perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 45 kg N ha-1 dan 45 kg K2O ha-1.
Pupuk K2O diberikan semua pada saat tanam, sedangkan pupuk N diberikan
dua tahap, yaitu 30% dosis saat tanam dan sisanya pada saat 5 MST.

14
c. Percobaan Pupuk K
Pemupukan K diberikan satu tahap, yaitu 100% saat tanam. Setiap
perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 45 kg N ha-1 dan 54 kg P2O5 ha-1.
Pupuk P2O5 diberikan semua pada saat tanam, sedangkan pupuk N diberikan
dua tahap, yaitu 30% dosis saat tanam dan sisanya pada saat 5 MST.
4 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pembumbunan,
pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pembumbunan
dilakukan sebanyak empat kali, bersamaan dengan pengendalian gulma.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma atau
dengan menggunakan kored. Pembumbunan mulai dilakukan ketika tanaman telah
berbunga dan mulai berpolong. Pengendalian hama dilakukan dengan memotong
daun tanaman yang tergulung oleh hama ulat, lalu dibuang. Pengendalian penyakit
dilakukan dengan penyemprotan pestisida sebanyak tiga kali.
5 Panen
Panen tanaman kacang bogor mulai dilakukan saat tanaman berumur 120
HST atau 16 MST selama tiga hari berturut-turut, satu hari untuk satu ulangan.
Panen ditandai dengan daun-daun dan tangkainya yang telah menguning dan
polongnya yang telah mengeras. Panen dilakukan dengan cara mencangkul sedikit
di pinggir tanaman, lalu dicabut beserta polong-polongnya. Polong-polong yang
tertinggal di dalam tanah, dikeruk dengan tangan. Setelah dipanen, polong-polong
dicuci bersih, dilakukan penjemuran hingga kering selama dua minggu, lalu
disimpan.
6 Pengamatan
Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K
No.

Karakter
agronomi

Satuan

Waktu
pengamatan

Cara

1.

Analisis
tanah awal

pH; C-organik, NTotal, KB, Tekstur
(%); P (ppm); dan
Ca, Mg, Na, K, KTK
(me 100 g-1).

Sebelum
aplikasi seluruh
perlakuan

Analisis 1 sampel tanah
secara komposit.

2.

Analisis
tanah setelah
panen

N-Total
(%);
P
(ppm); dan K (me
100 g-1).

Setelah panen

Analisis 15 sampel tanah
sesuai
jenis
perlakuan,
komposit dari 3 ulangan.

3.

Analisis
pupuk Urea,
SP-36, KCl

N, P2O5 Total, dan
K2O.

Sebelum tanam

Analisis 50 g sampel pupuk.

4.

Analisis
pupuk
kandang

C-organik, N, P, K,
Ca, Mg, Fe, dan Zn

Sebelum tanam

Analisis
pupuk.

150

g

sampel

15
Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)
No.
5.

Karakter
agronomi
Kondisi
umum
tanaman

Satuan

Waktu
pengamatan
Setiap minggu

Cara
Mengamati kondisi tanaman
serta lingkungan tempat
tumbuh tanaman kacang
bogor.

6.

Jenis
penyakit
serta
intensitas
serangannya

%

9 MST

Penghitungan
intensitas
serangan penyakit.

7.

Laju Tumbuh
Relatif (LTR)

g hari-1

6, 8, dan 10
MST

Menimbang bobot kering
akar, batang, dan daun dari 2
tanaman tengah/petak. Akar
dan batang di-oven pada
suhu 105oC selama 1x24
jam, daun di-oven pada suhu
60oC selama 2x24 jam.

8.

Laju
Asimilasi
Bersih (LAB)

g cm-2 hari-1

6, 8, dan 10
MST

Menimbang bobot kering
akar, batang, dan daun; serta
mengukur luas daun pada 2
tanaman tengah/petak. Akar
dan batang di-oven pada
suhu 105oC selama 1x24
jam, daun di-oven pada suhu
60oC selama 2x24 jam.

9.

Indeks Luas
Daun

8 MST

Mengukur luas daun secara
gravimetri. Pisahkan daun
dengan tangkainya, daun dioven pada suhu 60oC selama
2x24 jam, setelah itu
timbang bobot kering

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Seledri Pada Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk N, P, K Dan Vermikompos

22 126 71

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Kadar N, P, dan K Tanah, Serapan N, P, dan K Serta Pertumbuhan Padi dengan Metode SRI (System of Rice Intensification).

2 50 93

Fertilizer Recommendation: Correlation and Calibration Study of Soil P Test for Yard Long Bean (Vigna unguilata L.) on Ultisols in Nanggung-Bogor

0 0 7

Hasil Serapan Unsur Hara N, P, dan K

0 0 8

Pengaruh Kalium dan Varietas Jagung terhadap Eksudat Asam Organik dari Akar, Serapan N, P, dan K Tanaman dan Produksi Brangkasan Jagung (Zea mays L.) Effect of Potassium and Maize Varieties on Organic Acid Exudate from Roots, Plant N, P, and K Uptakes, an

0 0 8

Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor [Vigna subterranea (L.) Verdcourt] Determination of Optimum Rates of N, P, and K Fertilizer for Bambara Groundnut [Vigna subterranea (L.) Verdcourt]

0 0 8

RHIZOME YIELD OF TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) AT N, P, K VARIOUS LEVEL AND N, K COMBINATION

0 0 8

The Effect of Addition of Some Organic Material in the Manufacture of Solid Organic Fertilizer of Biogas Sludge from Dairy Faeces on N, P and K Content

0 0 9

Fenologi, Morfologi, dan Hasil Empat Aksesi Kacang Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdc.) Phenology, Morphology, and Yield of Four Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc.) Accessions

0 0 8

Invigorasi dan Pengurangan Pupuk N untuk Meningkatkan Pertumbuhan, Hasil, dan Mutu Benih Kacang Bambara Invigoration and Reduction of N Fertilizer in Improving Plant Growth, Yield, and Quality of Bambara Groundnut Seed

0 0 7