Respons physiologis of catfish Pangasianodon hypopthalmus at different calsium concentration of media and its consequence on Survival rate and growth

RESPONS FISIOLOGIS IKAN PATIN SIAM
Pangasianodon hypopthalmus PADA BERBAGAI TINGKAT
KALSIUM MEDIA SERTA KONSEKUENSINYA TERHADAP
SINTASAN DAN PERTUMBUHAN

MULIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SUMBER TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Respons Fisiologis
Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus pada Berbagai Tingkat Kalsium
Media serta Konsekuensinya terhadap Sintasan dan Pertumbuhan adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulis lain telah
disebutkana dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, September 2011
Muliani
NIM C151090131

ABSTRACT

MULIANI. Respons physiologis of catfish Pangasianodon hypopthalmus at
different calsium concentration of media and its consequence on Survival rate and
growth . Under direction of D. DJOKOSETIYANTO and TATAG BUDIARDI
Calcium is one of macromineral that needed by fish for physiological
processes such as osmoregulation, enzyme regulation, ossification and cell
permeability. This study aimed to determine the optimum concentration of
calcium carbonate (CaCO3) at 3 ppt salinity of media and evaluated the effects of
adding calcium to physiological conditions and the affect to the survival rate and
growth of catfish. The study was conducted in two stages; the first stage was
determined the optimum concentration of calcium, the second stage was evaluated
the effect of calcium on the physiological condition of fish. Randomized
completely design with four treatments and three replication; 3 ppt + 0 mg/L

CaCO3, 3 ppt + 50 mg/L CaCO3, 3 ppt + 100 mg/ L CaCO3, 3 ppt + 150 mg/L
CaCO3, were used in this study. The results showed that the salinity of media
with the addition of calcium can reduce levels of osmotic performance, oxygen
consumption, and blood glucose levels, and it can increase the feed efficiency and
daily growth rate. Treatment 3 ppt + 100 mg/L showed the best physiological
condition among other treatments.

Keywords : calcium; salinity; catfish; Pangasianodon hypopthalmus

RINGKASAN
MULIANI. Respons Fisiologis Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus
pada Berbagai Tingkat Kalsium Media serta Konsekuensinya terhadap Sintasan
dan Pertumbuhan. Dibimbing oleh D. DJOKOSETIYANTO dan TATAG
BUDIARDI.
Kualitas dan kuantitas benih merupakan salah satu faktor yang penting
dalam usaha budidaya ikan. Dewasa ini usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas benih ikan patin telah banyak dilakukan diantaranya dengan
memperbaiki kualitas lingkungan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang susah dikontrol dan
berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti seks, keturunan, ketahanan terhadap

parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang
berhubungan dengan lingkungan media hidup ikan dan mudah dikontrol yang
meliputi kemampuan dalam pemanfaatan pakan serta sifat fisika kimia air. Salah
satu faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan adalah salinitas.
Salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan karena salinitas mempunyai tekanan
osmotik yang dapat menyebabkan perubahan aktivitas fisiologi ikan. Selain
salinitas, kalsium juga memiliki peranan penting dalam proses osmoregulasi yang
terjadi dalam tubuh ikan dengan lingkungan, serta penting untuk pembentukan
tulang dan pengaturan permeabilitas dinding sel.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kalsium karbonat
(CaCO3) yang optimum pada media bersalinitas 3 ppt dan mengevaluasi efek
penambahan kalsium karbonat terhadap kondisi fisiologis serta konsekuensinya
terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan patin siam. Penelitian ini dilakukan
dalam dua tahap yaitu penelitian Tahap I (satu) bertujuan untuk mendapatkan
kisaran konsentrasi kalsium yang akan digunakan pada penelitian Tahap II.
Penelitian Tahap II (dua) bertujuan mengevaluasi peranan penambahan kalsium
serta menentukan konsentrasi kalsium optimum terhadap sintasan dan
pertumbuhan benih ikan patin siam. Ikan uji yang digunakan berukuran panjang
5,96±0,11 cm dan bobot awal rata-rata 1,78±0,06 gram dengan padat tebar 2
ekor/liter. Media yang digunakan yaitu media bersalitas 3 ppt dengan penambahan

kalsium karbonat (CaCO3). Perlakuan yang diaplikasikan pada penelitian Tahap I
yaitu A (3 ppt tanpa penambahan kalsium), B (3 ppt + 100 mg/L CaCO3),
C (3 ppt + 200 mg/L CaCO3). Parameter yang diamati adalah kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan ikan dan parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH,
kesadahan, alkalinitas) selama 20 hari. Perlakuan yang diaplikasikan pada
penelitian Tahap II yaitu A (3 ppt tanpa penambahan kalsium), B (3 ppt + 50
mg/L CaCO3), C (3 ppt + 100 mg/L CaCO3), D (3 ppt + 150 mg/L CaCO3).
Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air baik kimia maupun fisika,
konsentrasi kalsium media dan tubuh ikan, sintasan, laju pertumbuhan bobot
harian, tingkat kerja osmotik, kadar glukosa darah, tingkat konsumsi oksigen dan
efisiensi pakan selama 40 hari.
Nilai parameter fisika kimia air selama penelitian tidak mengalami fluktuasi
yang signifikan sehingga kisaran nilai tersebut dikatakan masih layak untuk
pemeliharaan ikan patin siam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium
media relatif meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi kalsium.

Hasil Penelitian Tahap I (satu) menunjukkan bahwa media 3 ppt dengan
penambahan kalsium berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan ikan patin
siam. Sintasan ikan patin siam meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi kalsium media dan mulai menurun pada penambahan kalsium 200

mg/CaCO3. Hasil Penelitian Tahap II (dua) menunjukkan bahwa media
bersalinitas 3 ppt tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
sintasan ikan patin siam (P>0,05) namun memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap laju pertumbuhan bobot dan panjang harian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa media salinitas 3 ppt dengan
penambahan kalsium 100 mg/L CaCO3 (perlakuan C) merupakan perlakuan
terbaik karena memiliki laju pertumbuhan bobot dan panjang harian tertinggi
2,82% dan 1,03 %, tingkat kerja osmotik terendah 0,187 Osmol/kg, tingkat
konsumsi oksigen terendah 0,33 mgO2/g/jam, kadar glukosa darah terendah 45,88
mg/100 ml, nilai efisiensi pakan tertinggi 62,74 %.
Kata kunci : kalsium, salinitas 3 ppt, Pangasianodon hypopthalmus

©Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya unyuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPONS FISIOLOGIS IKAN PATIN SIAM
Pangasianodon hypopthalmus PADA BERBAGAI TINGKAT
KALSIUM MEDIA SERTA KONSEKUENSINYA TERHADAP
SINTASAN DAN PERTUMBUHAN

MULIANI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si


Judul Tesis : Respons Fisiologis Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus
pada Berbagai Tingkat Kalsium Media serta Konsekuensinya
terhadap Sintasan dan Pertumbuhan.
Nama
: Muliani
NIM
: C151090131

Disetujui
Komisi pembimbing

Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA
Ketua

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si.
Anggota

Diketahui


Ketua Program Studi
Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 23 September 2011

Tanggal lulus :

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis diselesaikan dengan baik. Tesis
ini berjudul “Respons Fisiologis Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus
pada Berbagai Tingkat Kalsium Media serta Konsekuensinya terhadap Sintasan
dan Pertumbuhan”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada dosen komisi

pembimbing Bapak Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA dan Bapak Dr. Ir. Tatag
Budiardi atas waktu, kebijaksanaan, tuntunan, kesabaran, serta masukan dan
arahan hingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda M.Yusuf Latief dan Ibunda Kamariah
(Alm); Kakak-kakakku: Ridwan, Nazariah, Asnawiyah, Bakhtiar, Mulyadi
dan adikku Safarina.
2. Ibu Dr. Mia Setiawati, M.Si selaku dosen penguji luar komisi atas segala
arahan dan masukannya.
3. Bapak Prof. Dr. Enang Harris, MS sebagai ketua Program Studi Ilmu
Akuakultur yang telah banyak memberikan bantuan selama mengikuti
pendidikan.
4. Teman-teman Akuakultur 2009 (Riri Ezraneti, Jenny Abidin, Jacqueline
Sahetapy, Muznah Toatubun, Dewi Puspaningsih, Hary Krettiawan, Eulis
Marlina, Rahman, Erna Thalib, Zuraida, Safrizal Putra, Iko Imelda Arissa
Wahyuni Fanggitasik, Aras Syazili, Novi Mayasari, Tansbiyaskur, Dian
Febriani, Reza Samsudin, Mariana Beruatjaan, Jakomina Metungun), Budiono
Senen dan Anna Oktavera.
5. Staf dan pegawai di Departemen Budidaya Perairan, FPIK.


Bogor, September 2011

Muliani

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayah Usein, Pidie Jaya, Aceh pada tanggal 11
Agustus 1982, putri kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak M. Yusuf
Latief dan Ibu Kamariah (Alm).
Tahun 2000 Penulis lulus dari SUPM Negeri Ladong Aceh. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Abulyatama Aceh dan
berhasil lulus pada Tahun 2005.
Tahun 2007 penulis bekerja sebagai staf penjagar di Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Aceh, kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi pada Program
Magister (S2) di Sekolah Pascasarjana, Mayor Ilmu Akuakultur, Institut Pertanian
Bogor.

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

vi

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang ..................................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................
Tujuan ...............................................................................................
Hipotesis ...........................................................................................

1
1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus..................................
Salinitas dan Osmoregulasi ................................................................
Peran Salinitas terhadap Sintasan dan Pertumbuhan ...........................
Mineral Kalsium ................................................................................
Glukosa Darah sebagai Indikator Stres ..............................................
Fisika Kimia Air ................................................................................

3
3
3
5
6
7
8

METODE PENELITIAN ..........................................................................
Tempat dan Waktu ............................................................................
Alat dan Bahan ..................................................................................
Tahapan Penelitian ............................................................................
Penelitian Tahap I .........................................................................
Penelitian Tahap II ........................................................................
Pemeliharaan Ikan Uji .......................................................................
Rancangan Penelitian ........................................................................
Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................................
Analisis Data .....................................................................................

11
11
11
12
12
13
13
13
13
17

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Hasil ..................................................................................................
Penelitian Tahap I .........................................................................
Penelitian Tahap II ........................................................................
Pembahasan .......................................................................................

19
19
20
21
26

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

33

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

35

LAMPIRAN .............................................................................................

39

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Metode dan alat analisis parameter kualitas air ..................................

16

2

Nilai parameter fisika kimia air pada setiap perlakuan selama
penelitian ..........................................................................................

21

Rata-rata konsentrasi mineral Ca di media dan tubuh ikan patin siam
selama penelitian ...............................................................................

22

3

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Rata-rata sintasan ikan patin siam selama penelitian Tahap I ............

19

2

Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama
penelitian Tahap I .............................................................................

20

Rata-rata laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama
penelitian Tahap I .............................................................................

20

4

Rata-rata sintasan ikan patin siam selama penelitian tahap II ............

22

5

Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama
penelitian Tahap II ............................................................................

23

Rata-rata laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama
penelitian Tahap II ............................................................................

23

Rata-rata tingkat kerja osmotik ikan patin siam selama penelitian
Tahap II ............................................................................................

24

Rata-rata tingkat konsumsi oksigen ikan patin siam selama peneltian
Tahap II ...........................................................................................

25

Rata-rata kadar glukosa darah ikan patin siam selama penelitian
Tahap II ............................................................................................

25

Rata-rata efisiensi pakan ikan patin siam selama penelitian
Tahap II ............................................................................................

26

3

6
7
8
9

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Prosedur pengambilan cairan tubuh ikan patin ...................................

39

2

Prosedur pengamatan tingkat keja osmotik (TKOs) ...........................

40

3

Prosedur pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih ikan
patin siam .........................................................................................

41

4

Prosedur pengukuran kadar glukosa darah ikan patin siam ...............

42

5

Prosedur preparasi benih ikan patin siam dan pengukuran kadar
mineral dengan AAS .........................................................................

43

6

Analisis sintasan benih ikan patin siam selama selama penelitian ......

44

7

Bobot ikan patin siam persampling 10 hari sekali selama
penelitian ..........................................................................................

45

Analisis laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama
penelitian ..........................................................................................

46

Panjang total ikan patin siam persampling 10 hari sekali selama
penelitian ..........................................................................................

48

Analisis laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama
penelitian ..........................................................................................

49

Analisis tingkat kerja osmotik benih ikan patin siam selama
penelitian ..........................................................................................

51

Analisis tingkat konsumsi oksigen benih ikan patin siam selama
penelitian ..........................................................................................

53

Analisis kadar glukosa darah benih ikan patin siam selama
penelitian ..........................................................................................

55

Analisis jumlah konsumsi pakan dan efisiensi pakan ikan patin siam
selama penelitian ...............................................................................

57

8
9
10
11
12
13
14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Target produksi perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
sampai dengan tahun 2014 adalah sebesar 353%. Ikan patin merupakan salah satu
jenis ikan budidaya yang termasuk kedalam 10 ikan unggulan yang ditetapkan
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Proyeksi produksi ikan patin
terus mengalami peningkatan, kenaikan rata-rata dari tahun 2009-2014 mencapai
1.420% atau 70%/tahun (KKP 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan target produksi ikan patin pada tahun 2011
mencapai

383.000

ton

dan

meningkat

pada

tahun

2012

sebesar

651.000 ton, sedangkan untuk tahun 2014 target produksi diperkirakan mencapai
1.883.000 ton (KKP 2011). Peningkatan target produksi ikan patin ini
menyebabkan kebutuhan benih ikan patin juga meningkat sehingga perlu
dilakukan usaha peningkatan kualitas budidaya.
Kualitas dan kuantitas benih merupakan salah satu faktor yang penting
dalam usaha budidaya ikan. Dewasa ini usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas benih ikan patin telah banyak dilakukan diantaranya dengan
memperbaiki kualitas lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan
dalam pertumbuhan adalah salinitas. Salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan
karena salinitas mempunyai tekanan osmotik yang dapat menyebabkan perubahan
aktivitas fisiologi ikan.
Menurut Boyd (1990) selain salinitas, kalsium juga memiliki peranan
penting dalam proses osmoregulasi tubuh ikan dengan lingkungan, serta penting
untuk pembentukan tulang dan pengaturan permeabilitas dinding sel. Oleh karena
itu untuk mengatur tekanan osmotik media selain dengan mengatur salinitas juga
dapat dilakukan dengan mengatur kadar kalsium.
Penambahan mineral kalsium karbonat (CaCO3) pada media bersalinitas
diharapkan akan memperbaiki sintasan dan pertumbuhan karena kebutuhan akan
mineral penting untuk menyesuaikan tekanan osmotik media dengan osmotik
tubuh dapat terpenuhi. Sehubungan dengan pentingnya peranan salinitas dan
mineral kalsium terhadap pertumbuhan, maka penelitian ini dilakukan.

2

Perumusan Masalah
Kualitas dan kuantitas benih merupakan penentu keberhasilan usaha, untuk
menjamin kualitas dan kuantitas benih ikan patin maka diperlukan upaya untuk
memperbaiki sintasan dan pertumbuhan. Salah satu faktor yang berperan dalam
pertumbuhan dan sintasan ikan adalah optimalnya kondisi lingkungan. Ikan-ikan
air tawar mempunyai tekanan osmotik cairan internal (dalam tubuh) lebih besar
dari tekanan osmotik eksternalnya (lingkungan), sehingga garam-garam dalam
tubuh cenderung keluar sedangkan air cenderung masuk ke dalam tubuh. Untuk
mangatasi masalah ini dibutuhkan proses pengaturan tekanan osmotik untuk
mengontrol keseimbangan air serta ion-ion antara tubuh dan lingkungannya.
Tekanan osmotik cairan tubuh ikan atau organisme akuatik lainnya ditentukan
oleh tingkat salinitas media dan kandungan mineral dalam air. Salah satu mineral
yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah kalsium. Jika kandungan
kalsium di perairan tidak mencukupi maka tidak hanya akan berpengaruh tehadap
pertumbuhan ikan tetapi juga mekanisme osmoregulasinya akan terganggu.
Penelitian Handayani (2009) menunjukkan bahwa pemeliharaan benih ikan patin
pada media bersalinitas 3 ppt dan penambahan kalsium tidak berpengaruh
terhadap sintasan ikan tetapi dapat meningkatkan laju pertumbuhan.

Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kalsium karbonat
(CaCO3) yang optimum pada media bersalinitas 3 ppt dan mengevaluasi efek
penambahan kalsium karbonat terhadap kondisi fisiologis serta konsekuensinya
terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan patin siam.

Hipotesis
Jika penambahan kalsium pada media bersanilitas 3 ppt berada pada
kondisi yang optimum dapat menyebabkan keseimbangan tekanan osmotik cairan
tubuh dan tekanan osmotik lingkungan, maka memperbaiki kinerja fisiologis ikan
sehingga meningkatkan sintasan dan pertumbuhan benih ikan patin siam.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus
Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub
Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae, Genus
Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

Ikan patin siam memiliki tubuh memanjang, pipih, dan mulut subterminal.
Tubuh ikan patin dapat mencapai panjang hingga 120 cm, bentuk kepala yang
relatif kecil dengan mulut terletak di sebelah bawah, pada kedua sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan
merupakan ciri khas ikan golongan catfish, serta memiliki sirip ekor berbentuk
cagak, sirip punggung memiliki duri yang bergerigi, bersirip tambahan (adifose
fin). Ikan patin siam memiliki garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal
sirip ekor. Sirip ekor bercagak dengan tepian berwarna putih. Ikan patin siam
merupakan ikan hewan nocturnal yang melakukan aktivitas di malam hari dan
termasuk jenis ikan omnivora (Sumantadinata 1983).

Salinitas dan Osmoregulasi
Menurut Boyd (1990), salinitas adalah konsentrasi total semua ion yang
terlarut dalam air. Salinitas merupakan gambaran padatan total terlarut dalam air
setelah semua karbonat dikonversi menjadi klorida, semua bromida dan iodida
telah digantikan dengan klorida dan semua bahan organik dioksidasi, yang
dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil. Salinitas yang digunakan 3 ppt
didasarkan pada hasil penelitian bahwa benih ikan patin dan jambal siam dapat
hidup optimal pada salinitas 3 ppt (Mahmudi, 1991).
Salinitas berhubungan dengan tekanan osmotik air dan tekanan ionik air,
baik air sebagai media internal maupun eksternal. Perubahan salinitas akan
menyebabkan perubahan tekanan osmotik maupun tekanan ionik air. Salinitas
(tekanan osmotik) media selain menentukan keseimbangan pengaturan tekanan
osmose cairan tubuh, juga mempunyai pengaruh pada metabolisme, tingkah laku,
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kemampuan reproduksi (Bone dan
Marshall dalam Darwisito 2006).

4

Ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya,
oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar
proses-proses fisiologis di dalam tubuh dapat berlangsung dengan normal.
Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan disebut osmoregulasi (Affandi
dan Tang 2002). Menurut Fujaya (1999), osmoregulasi merupakan upaya hewan
air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya,
atau suatu proses pengaturan tekanan osmose.
Ikan air tawar bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, yaitu
memiliki tekanan osmotik cairan internal (dalam tubuh) lebih besar dibandingkan
dengan tekanan osmotik eksternalnya (lingkungan), sehingga menyebabkan air
cenderung masuk ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan (media) hal
sebaliknya terjadi pada ikan air laut. Oleh karena itu, untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan lingkungannya perlu dilakukan
pengaturan tekanan osmotik. Tingkat salinitas media menentukan tekanan osmotik
cairan tubuh ikan atau organisme lainnya sehingga ikan perlu melakukan
penyesuaian terhadap salinitas melalui proses osmoregulasi (Fujaya 1999).
Menurut Affandi dan Tang (2002), daya tahan hidup organisme
dipengaruhi oleh keseimbangan tekanan osmotik antara cairan tubuh dengan air
(media) lingkungan hidupnya. Pengaturan osmotik itu dilakukan melalui
mekanisme osmoregulasi. Selanjutnya dinyatakan bahwa organisme yang
dipelihara pada media buatan mempunyai masalah tekanan osmotik cairan media
hidupnya belum tentu seimbang dengan tekanan osmotik cairan tubuhnya. Oleh
karena itu organisme dituntut untuk menjaga keseimbangan osmotiknya, dengan
cara mempertahankan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuhnya melalui
mekanisme regulasi osmotik.
Tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum, di luar kisaran ini ikan
harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk osmoregulasi dibandingkan untuk
yang lain, misalnya pertumbuhan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi
(1991) menunjukkan bahwa, tingkat pertumbuhan larva ikan patin terbaik pada
media bersalinitas 3 ppt.
Hasil penelitian Syakirin (1999), memperlihatkan bahwa ikan nila merah
merespon tingkat kerja osmotik, pertumbuhan dan efesiensi pemanfaatan pakan

5

terhadap perubahan tekanan osmotik (salinitas) media optimum berkisar antara
355,88-374,66 mosm/L H2O atau setara dengan salinitas antara 12,31-12,95 ppt.

Peran Salinitas terhadap Sintasan dan Pertumbuhan
Sintasan atau

tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase

organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh organisme
awal yang dipelihara dalam satu wadah (Effendie 1978). Lebih lanjut dinyatakan
bahwa tingkat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.
Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, tingginya kepadatan
dan kurangnya persediaan makanan sedangkan faktor dalam dipengaruhi oleh
umur dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Menurut Fujaya (1999), tekanan osmotik cairan tubuh ikan ditentukan oleh
tingkat salinitas media sehingga ikan akan melakukan penyesuaian terhadap
salinitas melalui proses osmoregulasi. Daya tahan hidup organisme dipengaruhi
oleh keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dengan cairan media (lingkungan)
hidupnya. Pada salinitas rendah atau tinggi maka keseimbangan osmotik akan
terganggu dan menyebabkan ikan stres yang pada akhirnya mengalami kematian.
Hasil pengamatan Djokosetiyanto et al. (2008), menunjukkan bahwa benih
ikan bawal air tawar ukuran 0,48 gram yang dipelihara pada salinitas 6 ppt
(perlakuan, 0, 2, 4, 6, 8, 10) menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi
100% sedangkan terendah 19,17 % pada salinitas media air tawar (0 ppt).
Menurut Affandi dan Tang (2002), pertumbuhan merupakan proses
perubahan ukuran yaitu berat, panjang dan volume. Laju pertumbuhan ikan sangat
bervariasi serta dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Effendie (2003), faktor internal merupakan faktor yang susah dikontrol dan
berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti seks, keturunan, ketahanan terhadap
parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang
berhubungan dengan lingkungan media hidup ikan dan mudah dikontrol yang
meliputi kemampuan dalam pemanfaatan pakan serta sifat fisika kimia air yaitu
suhu air, oksigen terlarut, amonia, salinitas dan fotoperiod.
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan yaitu
salinitas. Boeuf dan Payan (2001) menyatakan bahwa salinitas dapat mengubah

6

jumlah energi yang tersedia untuk pertumbuhan dengan mengubah energi untuk
tekanan osmotik dan pengaturan ion. Ikan yang dipelihara pada salinitas
mendekati konsentrasi ion dalam darah (isoosmotik), menggunakan energi lebih
banyak untuk pertumbuhan dan lebih sedikit untuk osmoregulasi (Stickney 1979).
Hasil pengamatan Mahmudi (1991), tingkat penggunaan energi untuk
proses osmotik pada salinitas 3 ppt yang cukup kecil didukung dengan laju
pertumbuhan yang paling besar dan tingkat retensi protein, karbohidrat dan lemak
tertinggi. Pada kondisi medium isoosmotik juga memungkinkan larva mampu
memaksimalkan konsumsi pakan dan mengefisienkan pemanfaatan pakannya.
Hasil penelitian Djokosetiyanto et al. (2008), menunjukkan bahwa larva ikan
bawal air tawar berbobot 0,48 gram dapat tumbuh optimal pada media salinitas 6
ppt (perlakuan 0, 2, 4, 6, 8, 10) dengan pertumbuhan panjang mutlak tertinggi
3,60 cm dan laju pertumbuhan spesifik rata-rata berkisar 5,45 % - 9, 31%.

Mineral Kalsium
Kalsium merupakan salah satu komponen dari eksoskeleton dan kofaktor
beberapa jenis enzim serta berperan dalam proses osmoregulasi dan aktifitas saraf.
Setiap spesies memiliki kebutuhan mineral yang berbeda-beda sesuai dengan
kondisi lingkungan media hidupnya. Boyd dan Sidik (2001) menyatakan bahwa
ikan memerlukan kadar mineral kalsium dan magnesium tertentu dalam air atau
ikan akan cenderung melepaskan mineral-mineral ini dari dalam tubuhnya.
Kalsium berbentuk kation yang bermuatan dua ion positif dan tidak
terdapat dalam bentuk bebas (Pilliang dan Djojosoebagio 2005). Kalsium
merupakan makronutrien penting pada ikan yang mempunyai peranan dalam
pembentukan tulang atau eksoskeleton. Hal ini disebabkan 99 % kalsium dalam
tubuh terdapat dalam tulang atau eksoskeleton. Hasil penelitian Fontagné et al.
(2009), menunjukkan bahwa defisiensi kalsium pada ikan rainbow trout
menyebabkan penundaan proses pembentukan tulang (ossification) yang
berdampak terhadap morphologi kolom vertebral.
Menurut Abbink et al. (2004), ikan dapat memanfaatkan sumber-sumber
kalsium dari media dalam jumlah yang tak terbatas. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatannya pada ikan seabream Sparatus auratus yang dipelihara pada media

7

bersalinitas 2,5 ppt (konsentrasi kalsium 0,7 mmol/liter) dan diberikan pakan yang
sufficien dan defisient kalsium menunjukkan adanya peningkatan hormon PTHrP
(parathyroid

hormon

related

protein)

yang

berperan

sebagai

hormon

pertumbuhan. Ikan memanfaatkan kalsium yang ada di media dan pakan melalui
insang dan usus. Kalsium di dalam usus dapat ditranspor ke dalam pembuluh
darah dalam bentuk ionik. Transpor kalsium merupakan transpor yang aktif,
mineral ini ditranspor dari cairan mukosa ke dalam cairan serosa (Pilliang 2005).
Mineral kalsium merupakan kofaktor proses enzimatik (Davis dan Gatlin
dalam Kadarini, 2009). Kelarutan kalsium yang optimal dalam media akan
meningkatkan aktivitas enzim Na+/K+-ATPase. Selain itu adanya keseimbangan
mineral media juga mempengaruhi keseimbangan isoosmotik antara cairan tubuh
dan lingkungan. Pada saat kondisi media optimal maka kebutuhan energi (beban
osmotik) untuk aktivitas enzim Na+/K+-ATPase akan berkurang sehingga tersedia
banyak energi (katabolisme) yang dapat digunakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Affandi dan Tang 2002).
Tiap jenis ikan membutuhkan jumlah kalsium yang berbeda. Mineral
kalsium di lingkungan dapat berasal dari CaCO3, (Ca(OH)2) dan CaO (Kadarini,
2009). Mineral-mineral kalsium tersebut mempunyai reaksi yang berbeda dalam
air. Mineral kalsium yang berbeda akan memberikan tingkat pertumbuhan yang
berbeda pula. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil penelitian yang sebelumnya.
Hasil penelitian Nugrahaningsih (2008), tingkat pertumbuhan ikan patin terbaik
didapatkan pada penambahan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) konsentrasi 20 mg/L,
sedangkan hasil penelitian Handayani (2009), tingkat pertumbuhan ikan terbaik
didapatkan pada penambahan kalsium karbonat (CaCO3) konsentrasi 100 mg/L
dan Kadarini (2009), penambahan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) konsentrasi 20
mg/L dengan kandungan Ca 64 mg/L dapat memberikan pertumbuhan yang
optimal terhadap benih ikan balashark.

Glukosa Darah sebagai Indikator Stres
Stres

pada

ikan

bisa

disebabkan

oleh

perubahan

lingkungan

(environmental changes) antara lain disebabkan perubahan salinitas perairan. Bila
ikan mengalami stres, ikan menanggapinya dengan mengembangkan suatu kondisi

8

yang homeostatis

yang baru dengan mengubah metabolismenya. Stres

didefinisikan sebagai sejumlah respons fisiologis yang terjadi pada saat hewan
berusaha mempertahankan homeostatis. Respon terhadap stres ini dikontrol oleh
sistem

endokrin

melalui

pelepasan

hormon

kortisol

dan

katekolamin

(Barton diacu dalam Taqwa 2008).
Stres merupakan penyebab peningkatan sekresi kortisol (glukokortikoid).
Dengan demikian, stres dapat meningkatkan glukosa darah. Beberapa mekanisme
yang berperan dalam mempertahankan kestabilan glukosa darah adalah
glukoneogenesis, liposis, dan glikogenesis dan lipogenesis. Homeostatis kadar
glukosa dalam darah dipertahankan oleh beberapa mekanisme, yaitu mekanisme
yang mengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau lemak yang
disimpan, dan mekanisme yang mengatur pelepasan kembali dari bentuk
simpanan untuk dikonversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam darah. Oleh
karena itu dengan banyaknya mekanisme yang berperan dalam mempertahankan
homeostatis glukosa darah, kestabilan glukosa darah menjadi sangat penting bagi
kesehatan bahkan kehidupan (Pilliang dan Djojosoebagio 2000).

Fisika Kimia Air
Air merupakan tempat media hidup ikan yang sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Kuantitas dan kualitas air yang
digunakan sebagai media hidup ikan harus memenuhi standar kebutuhan hidup
ikan. Kualitas air dapat dinyatakan dalam beberapa parameter antara lain
parameter fisika seperti suhu dan parameter kimia seperti oksigen, amonia,
kesadahan, pH.
Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Perubahan suhu akan berpengaruh
terhadap proses kimia, fisika, dan biologi badan air. Organisme akuatik memiliki
kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai untuk pertumbuhannya.
Peningkatan suhu perairan menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,
seperti gas O2, CO2, N2, CH4. Selanjutnya peningkatan suhu juga menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme, respirasi organisme air dan meningkatkan
kecepatan konsumsi oksigen (Boyd 1990). Daya toleransi ikan terhadap suhu

9

sangat bervariasi bergantung pada spesies dan stadia ikan. Kisaran suhu yang
optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan patin adalah 28-32o C.
Nilai pH menunjukkan kadar asam atau basa dan mengekpresikan
konsentrasi molar dari ion hidrogen yang berupa logaritma negatif. Nilai pH juga
merupakan indikator utama yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas air
permukaan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan nilai pH dan
menyukai nilai pH berkisar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika nilai pH rendah (Boyd
1990).
Oksigen merupakan salah satu parameter kimia yang sangat penting
sebagai penunjang kehidupan organisme akuatik. Sumber oksigen terlarut dapat
berasal dari difusi oksigen yang terdapat diatmosfer dan aktifitas fotosintesis oleh
tumbuhan air dan fitoplankton. Oksigen digunakan oleh organisme akuatik untuk
proses respirasi. Ketersediaan oksigen sangat berpengaruh terhadap metabolisme
tubuh dan untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Konsentrasi oksigen yang
dapat mendukung kehidupan organisme dalam perairan adalah mendekati atau di
atas 3 ppm (Boyd 1990).
Alkalinitas merupakan kemampuan perairan untuk menyangga asam atau
kapasitas perairan untuk menerima proton pada perairan alami, berhubungan
dengan konsentrasi karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida (OH-).
(Wheaton diacu dalam Budiardi 1998). Kalsium karbonat merupakan senyawa
yang memberi kontribusi terhadap nilai alkalinitas, kesadahan dan pH perairan
tawar. Kelarutan kalsium karbonat menurun dengan meningkatnya suhu dan
karbon dioksida. Selain pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral,
suhu, dan kekuatan ion. Alkalinitas dinyatakan dengan satuan mg/L kalsium
karbonat (CaCO3) atau miliequivalen/L. Perairan alami memiliki nilai alkalinitas
berkisar antara 5 sampai 500 ppm (Boyd 1990). Menurut Wedemeyer (1996), nilai
alkalinitas untuk ikan yang dibudidaya secara intensif berkisar 100-150 ppm.
Alkalinitas selain berfungsi sebagai penyangga pH, ternyata melalui kalsiumnya
penting dalam mempertahankan kepekaan membran sel dalam jaringan saraf dan
otot. Ikan lalawak Barbodes sp. yang dibudidaya pada media dengan alkalinitas

10

media 78 ppt memberikan pangaruh terhadap pertumbuhan, tekanan osmotik dan
tingkat konsumsi oksigen (Yulfiferius et al. 2004).
Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ serta logam
perivalen lainnnya. Kesadahan air yang paling utama yaitu ion Ca2+, dan Mg2+
oleh karena itu hanya diarahkan pada penetapan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam air.
Kesadahan yang baik untuk budidaya ikan yaitu lebih dari 20 mg/L CaCO3
equivalen (Boyd 1990). Menurut hasil penelitian Nurhidayati (2000), larva ikan
jambal dapat tumbuh dengan baik pada kesadahan 75 mg/L CaCO3. Selanjutnya
hasil pengamatan Towsend et al. (2003) menunjukkan bahwa larva ikan silver
catfish dapat tumbuh dengan baik pada kesadahan 30-70 mg/L CaCO3.
Amonia merupakan produk utama hasil metabolisme yang berjumlah
sekitar 1/10 dari jumlah produksi karbondioksida. Amonia dieksresikan oleh
banyak organisme akuatik dan terus diproduksi sebagai hasil dari dekomposisi
eksresi dari organisme mati. Persentase amonia bebas meningkat dengan
meningkatnya nilai pH dan suhu. Amonia terdapat dalam bentuk gas dan
berbentuk komplek dengan beberapa ion logam. Amonia juga dapat terserap
dalam beberapa bahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar
perairan. Konsentrasi amonia dipengaruhi oleh pH, suhu air, salinitas, konsentrasi
oksigen dan konsentrasi natrium serta kesadahan (Wedemeyer 1996). Boyd
(1990) menyatakan bahwa kadar amonia berkisar 0,5-1,0 mg/L tidak dapat
ditolerir oleh ikan dan akan bersifat racun dalam waktu singkat.

11

METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor untuk pemeliharaan ikan. Analisis kadar glukosa darah dilakukan
di Laboratorium Nutrisi Ikan sedangkan analisis osmolaritas dilaksanakan di
Laboratorium

Embriologi

Fakultas

Kedokteran

Hewan

IPB.

Penelitian

berlangsung mulai bulan Januari sampai Juni 2011.

Alat dan Bahan Penelitian
Wadah percobaan yang digunakan adalah 12 unit akuarium dengan ukuran
50x35x30 cm3, yang diisi dengan air 30 liter yang dan dilengkapi dengan aerasi.
Akuarium dengan ukuran 100x50x50 cm3 digunakan untuk tandon. Peralatan
yang digunakan antara lain refraktometer, spektrofotometer, termometer,
DO-meter, pH-meter, seperangkat alat titrasi, osmometer, jangka sorong,
timbangan digital dan aerator. Kalsium yang digunakan yaitu kalsium karbonat
(CaCO3), akuades dan bahan pereaksi yang digunakan untuk uji kimia
(kesadahan, NH3, kalsium media).
Media Percobaan
Sebagai media percobaan adalah penambahan kalsium karbonat (CaCO3)
dengan konsentrasi berbeda (50 mg/L, 100 mg/L, 150 mg/L) pada media
bersalinitas 3 ppt. Untuk mendapatkan media bersalinitas 3 ppt maka terlebih
dahulu dilakukan pengenceran air laut dengan rumus sebagai berikut :

M1 × V1 = M2 × V2
Keterangan :
M1
V1
M2
V2

= Salinitas air yang diinginkan
= Volume air pada salinitas yang diinginkan
= Salinitas air laut
= Volume air laut yang ditambahkan

12

Untuk mendapatkan media penambahan kalsium karbonat dilakukan
dengan cara menimbang kalsium karbonat (CaCO3) yang jumlahnya disesuaikan
dengan perlakuan yaitu 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm. Kalsium karbonat terlebih
dahulu dilarutkan dalam gelas piala (volume 10 liter) dengan menggunakan air
bersalinitas 3 ppt. Larutan kalsium karbonat tersebut dimasukkan ke dalam
akuarium (tandon) yang telah berisikan air bersalinitas 3 ppt (volume 140 liter),
kemudian diaerasi dengan tujuan untuk membantu kelarutan kalsium karbonat
dalam air bersalinitas. Kalsium karbonat akan larut dalam waktu sekitar 12 jam
sebagian kalsium akan mengendap dan air bening yang akan digunakan untuk
percobaan. Pembuatan media ini dilakukan setiap 3 hari sekali.

Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada percobaan ini yaitu benih ikan patin siam
Pangasianodon hypopthalmus dengan ukuran panjang 5,96±0,11 cm dan bobot
awal rata-rata 1,78±0,06 gram, dengan padat tebar 2 ekor/L. Ikan diberi pakan
komersil dengan kandungan protein 40%. Pakan diberikan 8% dari biomassa
perhari dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari.

Tahapan Penelitian
Penelitian Tahap I
Penelitian Tahap I ini bertujuan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi
kalsium yang akan digunakan pada penelitian Tahap II. Penelitian tahap ini
dilakukan dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu :
A. Salinitas 3 ppt tanpa CaCO3 (kontrol)
B. Salinitas 3 ppt + 100 mg/L CaCO3
C. Salinitas 3 ppt + 200 mg/L CaCO3
Parameter yang diamati adalah sintasan, laju pertumbuhan ikan dan
parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, kesadahan, alkalinitas). Penelitian
tahap ini dilakukan selama 20 hari.

13

Penelitian Tahap II
Penelitian Tahap II bertujuan untuk mengevaluasi peranan penambahan
kalsium serta menentukan konsentrasi kalsium optimum terhadap sintasan dan
pertumbuhan benih ikan patin siam yang dilakukan selama 40 hari

Pemeliharaan Ikan Uji
Sebelum dilakukan percobaan penambahan kalsium pada media salinitas 3
ppt terlebih dahulu ikan uji dilakukan adaptasi terhadap media bersalinitas.
Adaptasi ikan uji terhadap media bersalinitas dilakukan dengan peningkatan
salinitas secara bertahap. Adaptasi ikan uji terhadap media bersalinitas ini
dilakukan selama 1 minggu. Akuarium yang telah disiapkan diisi air bersalinitas 3
ppt dan perlakuan penambahan kalsium (CaCO3) dengan volume 30 liter.
Kemudian benih ikan patin siam yang telah dilakukan adaptasi terhadap media
bersalinitas ditempatkan pada akuarium percobaan dengan kepadatan 2 ekor/liter.
Untuk mempertahankan kualitas air dilakukan penyiponan terhadap sisa pakan 2
jam setelah pemberian pakan dan pergantian air dilakukan setiap hari sekali
dengan persentase pergantian sebanyak 30% dari total volume air.

Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang diterapkan adalah konsentrasi kalsium media yang mengacu pada hasil uji
pendahuluan. Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Salinitas 3 ppt tanpa CaCO3 (kontrol)
B. Salinitas 3 ppt + 50 mg/L CaCO3
C. Salinitas 3 ppt + 100 mg/L CaCO3
D. Salinitas 3 ppt + 150 mg/L CaCO3

Pengumpulan dan Pengolahan Data
Parameter yang diamati selama penelitian adalah sintasan, pertumbuhan,
pengukuran osmolaritas media dan osmolaritas ikan, kadar glukosa darah, dan
tingkat konsumsi oksigen, kandungan mineral Ca2+ pada media dan tubuh ikan.

14

Paramater lain yang diamati yaitu parameter fisika kimia air yang meliputi suhu,
salinitas, oksigen terlarut, NH3 dan kesadahan.
1. Sintasan/Kelangsungan hidup (SR)
Data derajat sintasan/kelangsungan hidup (survival rate) didapatkan
dengan menghitung jumlah ikan uji yang mati pada saat pengamatan, selanjutnya
dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
SR =

× 100

Keterangan :
SR = sintasan /kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah benih ikan pada akhir percobaan (ekor)
No = jumlah benih ikan pada awal percobaan (ekor)
2. Laju Pertumbuhan (SGR)
Data laju pertumbuhan ikan uji diperoleh dengan menimbang bobot ikan
uji di awal dan akhir pada saat dilakukan sampling yaitu setiap 10 hari sekali. Laju
pertumbuhan terdiri dua parameter, yaitu laju pertumbuhan bobot harian dan laju
pertumbuhan panjang harian dihitung berdasarkan formula :
Laju pertumbuhan bobot harian:
 Wt

 1 x 100
   t
 Wo


Keterangan :
α

= laju pertumbuhan bobot harian (%)

Wt

= bobot rata-rata individu pada waktu t (g)

Wo = bobot rata-rata individu pada waktu t0 (g)
t

= lama percobaan (hari)

Laju pertumbuhan panjang harian :
=

Keterangan :

− 1 × 100

α

= laju pertumbuhan panjang harian (%)

Lt

= panjang rata-rata individu pada waktu t (g)

15

Lo

= panjang rata-rata individu pada waktu t0 (g)

t

= lama percobaan (hari)

3. Tingkat Kerja Osmotik (TKOs)
Data tingkat kerja osmotik (TKOs) didapatkan dengan cara mengukur
osmolaritas media dan cairan tubuh ikan uji (Lampiran 2), selanjutnya dihitung
berdasarkan formula yang digunakan oleh Anggoro (1992):
TKOs = │Osmolaritas cairan tubuh benih ikan (mOsm/LH2O –
Osmolaritas media (mOsm/LH2O)│
Untuk pengukuran tingkat kerja osmotik ikan uji dilakukan pada hari ke 0, 20 dan
40.
4. Tingkat Konsumsi Oksigen
Pengamatan tingkat konsumsi oksigen bertujuan untuk mengetahui laju
metabolisme ikan uji (Lampiran 3). Tingkat konsumsi oksigen dihitung
berdasarkan rumus Pavlovskii (1964) ;
TKO =

(


(



Keterangan :
TKO

= tingkat konsumsi oksigen (mgO2/g/jam)

V

= volume air dalam wadah (L)

DOo

= konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/L)

DOt

= konsentrasi oksigen terlarut pada waktu t (mg/L)

W

= biomassa ikan uji (g)

t0

= waktu pada jam ke - 0 (awal)

t1

= waktu pada jam ke - 1 (akhir)

5. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah merupakan salah satu indikator stres ikan uji akibat
perlakuan penambahan kalsium pada media bersalinitas dan bertujuan untuk
mengetahui kelayakan media untuk pemeliharaan benih ikan uji. Kadar glukosa
darah diukur pada hari ke 10, 20, dan akhir penelitian (Lampiran 13). Rumus yang
digunakan yaitu :
[ GD ] =

× [

]

16

Keterangan
[GD]

:

konsentrasi glukosa darah (mg/ml)

AbsSp

:

absorbansi sampel

AbsSt

:

absorbansi standar

[GSt]

:

konsentrasi glukosa standar (mg/ml)

6. Efisiensi Pakan (EP)
Efisiensi pakan merupakan parameter penunjang pertumbuhan yang
menunjukkan besarnya rasio antara biomassa yang terbentuk dengan pakan yang
diberikan. Efisiensi pakan dihitung berdasarkan rumus Zonneveld et al.(1991)
yaitu:
E=

(Wt  D )  Wo
x 100
F

Keterangan
E

= efisiensi pakan (%)

Wt

= bobot ikan uji pada waktu t (g)

Wo = bobot ikan uji pada awal percobaan (g)
D

= bobot ikan uji yang mati selama penelitian (g)

F

= bobot total pakan yang diberikan (g)

7. Kualitas Air
Parameter lain yang diukur adalah parameter fisika kimia air antara lain
pH, suhu, TAN, kesadahan, oksigen terlarut dan mineral Ca2+. Adapun metode
dan alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Metode dan alat analisis parameter kualitas air
Parameter
pH
Suhu
Salinitas
NH3
DO
Kesadahan
Ca2+

Satuan
0
C
%0
mg/L
mg/L
mg/L CaCO3
mg/L

Alat dan Metode
pH meter
Termometer
Refraktometer
Spektrofotometer
DO meter
Titrasi
AAS/Titrasi

17

Analisis Data
Data

yang telah diperoleh

ditabulasikan

dan

dianalisis

dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dan Microsoft Excel 2007 yang meliputi uji
homogenitas dan analisis ragam (ANOVA). Analisis ini untuk menentukan ada
atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan,
tingkat kerja osmotik, tingkat konsmusi oksigen, glukosa darah dan efisiensi
pakan ikan uji. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji
Tukey. Analisis data fisika kimia media pemeliharaan dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk tabel.

18

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Penelitian Tahap I
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan
(Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian
benih ikan patin siam tertera pada Gambar 2 dan 3.
Sintasan
Sintasan yang diperoleh pada penelitian tahap I selama 20 hari
pemeliharaan adalah berkisar antara 91,65% sampai 93,30%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kadar kalsium media tidak memberikan pengaruh (P>0,05)
terhadap sintasan benih ikan patin siam.
100.00
98.00

Sintasan (%)

96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
0

100

200

Kalsium (mg/ L CaCO3)

Gambar 1 Rata-rata sintasan ikan patin siam selama penelitian
Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Harian
Laju pertumbuhan bobot benih ikan patin siam selama 20 hari dipengaruhi
oleh tingkat kalsium media yang berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

20

laju pertumbuhan bobot dan panjang harian pada perlakuan C (media salinitas 3

Laju pertumbuhan bobot (%/ hari)

ppt dengan penambahan 100 mg/L CaCO3) lebih tinggi dari perlakuan lainnnya.
3.30
3.25
3.20
3.15
3.10
3.05
3.00
2.95
2.90
2.85
2.80
2.75
0

100

200

Kalsium (mg/ L CaCO3)

Gambar 2 Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian ikan patin siam selama
penelitian

Laju pertumbuhan panjang (%hari)

1.40
1.30
1.20
1.10
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0

100

200

Kalsium (mg/ L CaCO3)

Gambar 3 Rata-rata laju pertumbuhan panjang harian ikan patin siam selama
penelitian

21

Penelitian Tahap II
Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian tahap pertama dilanjutkan
penelitian tahap kedua. Percobaan tahap kedua bertujuan untuk mengevaluasi
pengaruh tingkat kalsium media yang berbeda terhadap kondisi fisiologis benih
ikan patin siam. Hasil pangamatan pada penelitian tahap kedua didapatkan data
tentang parameter kualitas air baik kimia maupun fisika, konsentrasi kalsium
media dan tubuh ikan, sintasan, laju pertumbuhan bobot dan panjang harian,
tingkat kerja osmotik, kadar glukosa darah, tingkat konsumsi oksigen dan efisiensi
pakan.

Fisika Kimia Air
Nilai parameter fisika kimia air selama penelitian secara umum masih layak
untuk mendukung sintasan dan perumbuhan ikan patin siam. Data hasil
pengukuran parameter fisika dan kimia air dapat dilihat pada Tabel 2. Konsentrasi
kalsiu