Karakteristik Beberapa Tanah Montmorillonitik Di Jawa Barat

KARAKTERISTIK BEBERAPA TANAH MONTMORILLONITIK
DI JAWA BARAT

ZULDADAN NASPENDRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik beberapa
Tanah Montmorillonitik di Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016


Zuldadan Naspendra
NIM A151130131

RINGKASAN
ZULDADAN NASPENDRA. Karakteristik beberapa Tanah Montmorillonitik di
Jawa Barat. Dibimbing oleh SUDARSONO dan ISKANDAR.
Tanah-tanah montmorillonitik dengan kuantitas mineral klei montmorillonit
lebih dominan dari mineral lainnya tersebar luas di dataran rendah mulai dari
iklim subtropik sampai iklim dingin dengan intensitas pencucian rendah, dan
hanya sebagian kecil terdapat di zona tropik. Di Indonesia, khususnya di bagian
barat pulau Jawa dengan intensitas curah hujan tinggi, periode musim kering
singkat, dan potensi pencucian tinggi, juga berkembang tanah-tanah
montmorillonitik. Akan tetapi, informasi mengenai karakteristik tanah-tanah
tersebut masih terbatas. Disamping itu, jerapan kalium pada kelompok tanah ini
menjadi salah satu persoalan penting karena dikhawatirkan jerapan K+ justru
berdampak terhadap defisiensi K+ bagi tanaman. Penelitian ini memiliki tiga
tujuan utama, yaitu (1) mengkaji karakteristik morfopedogenetik dan distribusi
mineralogi klei tanah-tanah montmorillonitik, (2) mengamati dinamika jerapan
dan pertukaran K+ pada berbagai subfraksi klei dan fraksi tanah, (3) mengkaji

faktor ukuran fraksi, kelimpahan montmorillonit, dan ionic strength terhadap
jerapan dan pertukaran K+.
Sebanyak empat pedon diinvestigasi untuk mendukung penelitian ini, yaitu
di Lebak (MS1), Karawang (MS2), Cianjur (MS3), dan Cirebon (MS4). Kajian
morfopedogenetik berdasarkan pada pengamatan tanah di lapangan dan hasil
karakterisasi tanah dan klei di laboratorium. Klei difraksionasi dengan
menggunakan metode sentrifugasi untuk mendapatkan klei kasar (2-0.2 µm), klei
medium (0.2-0.08 µm), dan klei halus (50 %) dan kelimpahan montmorillonit
yang signifikan, serta vegetasi rumput, secara signifikan mempengaruhi
terbentuknya sifat vertik dan gilgai. Proses pedoturbation tidak signifikan karena
durasi kejadian retak berlangsung singkat sehingga hanya sedikit mulch dan bahan
organik masuk ke dalam profil. Akibatnya sifat vertik berkembang lemah dan
perbedaan tinggi antara mickroknoll dan mikrobasin pada topografi gilgai menjadi
tipis. Semua subfraksi klei didominasi oleh montmorillonit. Kelimpahan
montmorillonit secara signifikan semakin dominan dengan semakin halusnya
ukuran klei, dan sebaliknya dengan kaolinit dan kelompok tektosilikat (kuarsa dan
kristobalit), sedangkan kelompok oksi-hidroksi Fe (goetit dan hematit) dan
hidroksi-Al (gibbsit) sedikit meningkat dengan semakin halusnya ukuran klei.
Distribusi klei (klei total dan klei halus), nilai KTK, dan kelimpahan
montmorillonit dan jerapan K+ mengikuti urutan pedon MS3 > MS4 > MS2 >

MS1 dan dinamika masing-masing nilai tersebut semakin tinggi dengan semakin
halusnya ukuran klei. Rata-rata 63.51 % dari klei total (MS2 > MS1, and each value of those were significantly higher with the
finer clay fraction. 63.51 % of the total clay content (