Faktor-Faktor Yang Berubungan Dengan Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK

MENONTON SINETRON

SADAKITA BR KARO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2008

Sadakita Br Karo NIM I353060151


(3)

ABSTRACT

SADAKITA BR KARO. Factors Assosiated with Critical Attitude in Waching Sinetron among Hight School Student in Depok. Underdirection of Syahrun Hamdani and Hadiyanto

Many television programs do not give good education to people. One of the programs that get much attention from the audience is an electronic cinema (sinetron). It has already harned the people, especially the students whose condition hasn’t been mature yet in receiving various negative stimuli. Besides that, the equipping of the students’ knowledge hasn’t been done much by the parents, schools, and their surroundings. Television industries in Indonesia compete by adopting the strategy how to get the people’s attention to watch their programs. This condition harms the audience without their knowing.

The research aims: (1) to understand how the critical attitude of the senior high school students in Depok in watching the Sinetron is, (2) to understand factors relating with the critical attitude of the senior high school student in Depok in watching the Sinetron.

The research uses the methode of corelational descriptive by observing the critical attitude and the relation between the factors with the critical attitude in watching the Sinetron. The method of drawing the sample is done by using the random stratification which population is senior high scools in Depok. The first step: grouping off senior high scools in Depok base on the accreditation rank of the National Education Ministry. The second: drawing the sample in random to be the respondent. Each scools are taken 35 %. The namber of respondents is 135 students. Data analysis of the relation of examined variable by using the Pearson Corelation Product Moment and Chi-Square.

The result of the research shows the very significant relation between the respondent’ characteristics, consisted of the number of organizations, mass media in the students’ surroundings. The relation between the pocket money with the critical attitude of watching the Sinetron is merely the significant one. The relation between the media exposure, the frequency of using the mass media, and the students’ critical attitude is very significant. It also happens in the relation between the parents’ mediation and the students’ knowledge of the content of mass media television, television industries, and the effect of television show with the students’ critical attitude.

Key words: critical attitude, individual characteristics, media exposure, parents mediation, and knowledge of television.


(4)

RINGKASAN

SADAKITA BR KARO. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa SMA Depok menonton sinetron. Dibimbing oleh SYAHRUN HAMDANI NASUTION dan HADIYANTO.

Tayangan televisi banyak yang tidak mendidik, berisi kekerasan, dan mistis. Salah satu yang menjadi sorotan masyarakat adalah sinetron. Tayangan sinetron merugikan masyarakat terutama anak sekolah dimana kondisi mereka belum matang dalam menerima berbagai stimulus yang bersifat negatif. Disamping itu pembekalan pengetahuan siswa mengenai televisi belum maksimum diupayakan orangtua, pendidikan formal di sekolah, maupun lingkungan social. Industri televisi berkompetisi untuk merebut perhatian masyarakat. Tayangan yang disajikan lebih mementingkan nilai ekonomi. Dengan kondisi demikian maka pihak sasaranlah yang dirugikan tanpa mereka sadari.

Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui bagaimana sikap kritis siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok menonton sinetron, (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa SMA Depok menonton sinetron.

Metode yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah diskriptif korelasional, yaitu bagaimana sikap kritis dan hubungan antara faktor-faktor yang muncul dengan sikap kritis menonton sinetron. Metode penarikan sampel dengan stratifikasi random sampling dimana populasi penelitian adalah SMA Depok. Tahap pertama dikelompokkan seluruh SMA Depok berdasarkan nilai akreditasi Departemen Pendidikan Nasional. Tahap kedua pengambilan sampel yang dijadikan responden secara acak. Masing-masing sekolah yang terwakili diambil 35 %. Jumlah responden penelitian 135 orang. Analisa data hubungan antara variabel diuji dengan teknik korelasi Pearson Produk Moment dan Chi-Square.

Sikap kritis merupakan efek komunikasi yang memerlukan usaha aktivitas kognitif yang penuh dengan jalan menggambar pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dengan memeriksa secara teliti semua informasi yang relevan, menilai baik buruk, tepat tidak tepat suatu gagasan yang hasilnya berupa respons yang menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui jalan rasionalitas dan emosionalitas. Sikap kritis menonton sinetron adalah kemampuan mengakses, menganalisa atau menilai, dan mengambil kesimpulan baik bersifat positif maupun negatif.

Analisa sikap siswa SMA Depok mengenai tayangan televisi, khususnya sinetron termasuk cukup kritis. Artinya ada sebagian dari indikator yang siswa belum mampu bersikap kritis, yaitu mengakses, menilai maupun mengambil keputusan dalam memilih tayangan sinetron, menila tujuan penayangan sinetron, kebiasaan yang dilakukan sebelum menonton sinetron, penilaian dalam dialog tayangan sinetron, kostum pemain sinetron, dan isi cerita sinetron. Menonton sinetron pada umumnya dengan cara mencari-cari dengan mengganti-ganti saluran yang ada di televisi, tidak berdasarkan informasi yang sudah diketahui sebelumnya mengenai kualitas isi tayangan yang disajikan. Disamping itu tokoh peran utama yang memainkan sinetron secara fisik cantik ataupun ganteng.merupakan unsur pemilihan.siswa. Sikap kritis dalam perkembangannya sangat ditentukan oleh stimulus-stimulus yang menerpa setiap hari dan karakteristik siswa.


(5)

Stimulus yang menerpa siswa berbagai macam, antara lain suratkabar, radio, televisi, jaringan internet, majalah dan tabloid. Media massa tersebut tersedia di tempat tinggal siswa walaupun jenis dan jumlahnya bervariasi. Televisi dan radio merupakan media yang paling banyak tersedia di tempat tinggal siswa. Faktor frekuensi menggunakan media massa berhubungan sangat signifikan dengan sikap kritis terutama tujuan penggunaannya untuk memperoleh informasi. Lamanya siswa mnggunakan media massa khususnya suratkabar merupakan bekal dalam mengakses, minilai, maupun mengambil keputusan mengenai stimulus yang diamati.

Disamping media massa, siswa juga melakukan kontak dengan masyarakat termasuk keluarga dalam hal ini mediasi orangtua, kelompok-kelompok organisasi, dan lingkungan dimana siswa berada. Pembicaraan yang dilakukan dalam kelompok khususnya kelompok kerohanian merupakan pembekalan kemampuan untuk bersikap kritis. Kelompok kerohanian pada umumnya membicarakan tentang sikap hidup, etika, moral yang diyakini baik serta diterima secara umum.

Mediasi orangtua merupakan aktivitas orangtua membicarakan tayangan televisi dalam hal ini sinetron dengan anak mereka baik yang bersifat positif maupun negatif. Tipe mediasi terdiri dari aktif, restriktif, dan coviewing. Sebagian besar siswa pernah membicarakan tayangan televisi tetapi isi pembicaraan orangtua kadang-kadang mengenai sisi negative dan positif, kadang-kadang memberikan kesempatan pada siswa berpendapat mengenai tayangan sinetron di televisi dan memberi informasi tambahan baik negatif maupun positif, serta kadang-kadang orangtua memberi pengarahan pada siswa mengenai tayangan sinetron di televisi. Hubungan mediasi orangtua dengan sikap kritis menonton sinetron sangat signifikan dan kekuatann hubungan yang dominan adalah mediasi aktif. Siswa SMA Depok membutuhkan tempat berdiskusi terutama dalam membekali kemampuan menilai baik-buruknya tayangan sinetron sesuai dengan etika dan norma yang berlaku umum.

Pengetahuan siswa mengenai isi tayangan televisi, industri televisi, dan efek tayangan televisi menunjukkan cukup tahu. Pengetahuan mengenai isi media yaitu karakteristik, manfaat, keterkaitan rating dengan penyajian iklan, isi sinetron yang mendidik dan tidak mendidik, masuk akal dan tidak masuk akal, peran pemeran utama, dan karakter peran utama, kelemahan dan kekuatan media televisi, dan manfaat media televisi. Pengetahuan mengenai industri televisi berkaitan dengan pengembangan industri media televisi, dimensi ekonomi, beratnya kompetisi antar saluran televisi, dan pemasaran pesan. Industri televisi dalam menayangkan tayangannya terkait dengan faktor ekonomi tersebut sehingga isi tayangan yang disajikan cenderung berorientasi pada selera penonton. Apa yang digemari masyarakat disajikan yang belum tentu baik bagi masyarakat karena pengetahuan mereka masih kurang. Pengetahuan mengenai efek tayangan televisi berkaitan dengan efek kognitif, afektif, dan behavioral.

Hubungan pengetahuan mengenai televisi sangat signifikan dengan sikap kritis menonton sinetron Pengetahuan merupakan salah satu dasar menganalisa sesuatu sehingga hasil analisanyapun dapat baik dan tepat, mampu menilai dan memutuskan apa yang baik ditonton, mampu menyaring agar tidak terkena dampak negatif dari tayangan sinetron demi kebaikan penonton

Faktor karakteristik berhubungan sangat signifikan dengan sikap kritis menonton sinetron, yaitu keikutsertaan dalam organisasi ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah, peran dalam organisasi, waktu mengikuti organisasi, serta jumlah uang saku yang diterima siswa setiap hari. Hubungan jumlah uang jajan dengan sikap kritis siswa menonton sinetron hubungan signifikan, sedangkan jenis kelamin tidak signifikan.


(6)

Faktor karakteristik siswa, terpaan media massa, mediasi orangtua, dan pengetahuan mengenai media televisi berhubungan dengan sikap kritis siswa menonton sinetron. Dari keempat faktor tersebut pengetahuan mengenai media massa televisi mempunyai assosiasi yang paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan pondasi dalam melakukan penyeleksian, penilaian, dan pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan etika dan norma yang berlaku umum. Untuk itu perlu peningkatan pengetahuan siswa mengenai isi media televisi, industri media televisi, maupun efek yang akan timbul dari tayangan televisi. Pengetahuan yang luas membekali kemampuan untuk menganalisa lebih jauh baik-buruknya suatu tayangan televisi dan mengambil keputusan yang tepat serta tidak mudah kena pengaruh efek negatif tayangan televisi.

Kata kunci, Sikap kritis, karakteristik individu, terpaan media massa, mediasi orangtua, pengetahuan media televisi.


(7)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, publikasi, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.


(8)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK

MENONTON SINETRON

SADAKITA BR KARO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(9)

Judul Tesis : FAKTOR FFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK MENONTON SINETRON

Nama : Sadakita Br Karo

NIM : I353060151

Disetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr,Drh. Syahrun Hamdani Nasution Ir.Hadiyanto, MS

Ketua Anggota

Mengetahui

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia – Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2007 ialah sikap kritis menonton televisi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Drh. Syahrun Hamdani Nasution, Ir. Hadiyanto MS selakiu pembimbing dan Bapak Ir Sutisna Ryanto, MS sebagai Penguji di luar komisi pembimbing serta Bapak Dr. Asrul M. Mustaqim dan B. Guntarto yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dr.Ir. Maslina W. Hutasuhut, MM, Rektor IISIP Jakarta dan Bapak Ir. Ilham Parsaulian Hutasuhut, MM, Ketua Yayasan Kampus Tercinta yang telah mengizinkan penulis mengikuti studi lanjut. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Haiva Limiyya, S.Pd Si sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMA Lazuardi, Ibu Dra. Lies Sundari, kepala sekolah SMA Muhamaddyah Beji, Bapak Ansori Sutisna, wakil kepala sekolah SMA Arrahman, dan Ibu Elida HR, SE, wakil kepala sekolah SMA Tride. beserta guru-guru yang membantu dan siswa yang sudah bersedia menjadi responden penelitian ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada suami dan anak-anak penulis Ir. Antoni Depari, Andresa Rendy Biactha Depari, Anisa Sifi Begedina Depari, Dewi Aloina Depari, Priskanta Tarigan atas segala bantuan, doa dan kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga beserta teman-teman penulis, Nutriana Rizka, Irianus, Wiwien Wirasati, dan Netik Indarwati yang sudah banyak membantu penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Depok, Juli 2008


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK

MENONTON SINETRON

SADAKITA BR KARO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2008

Sadakita Br Karo NIM I353060151


(13)

ABSTRACT

SADAKITA BR KARO. Factors Assosiated with Critical Attitude in Waching Sinetron among Hight School Student in Depok. Underdirection of Syahrun Hamdani and Hadiyanto

Many television programs do not give good education to people. One of the programs that get much attention from the audience is an electronic cinema (sinetron). It has already harned the people, especially the students whose condition hasn’t been mature yet in receiving various negative stimuli. Besides that, the equipping of the students’ knowledge hasn’t been done much by the parents, schools, and their surroundings. Television industries in Indonesia compete by adopting the strategy how to get the people’s attention to watch their programs. This condition harms the audience without their knowing.

The research aims: (1) to understand how the critical attitude of the senior high school students in Depok in watching the Sinetron is, (2) to understand factors relating with the critical attitude of the senior high school student in Depok in watching the Sinetron.

The research uses the methode of corelational descriptive by observing the critical attitude and the relation between the factors with the critical attitude in watching the Sinetron. The method of drawing the sample is done by using the random stratification which population is senior high scools in Depok. The first step: grouping off senior high scools in Depok base on the accreditation rank of the National Education Ministry. The second: drawing the sample in random to be the respondent. Each scools are taken 35 %. The namber of respondents is 135 students. Data analysis of the relation of examined variable by using the Pearson Corelation Product Moment and Chi-Square.

The result of the research shows the very significant relation between the respondent’ characteristics, consisted of the number of organizations, mass media in the students’ surroundings. The relation between the pocket money with the critical attitude of watching the Sinetron is merely the significant one. The relation between the media exposure, the frequency of using the mass media, and the students’ critical attitude is very significant. It also happens in the relation between the parents’ mediation and the students’ knowledge of the content of mass media television, television industries, and the effect of television show with the students’ critical attitude.

Key words: critical attitude, individual characteristics, media exposure, parents mediation, and knowledge of television.


(14)

RINGKASAN

SADAKITA BR KARO. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa SMA Depok menonton sinetron. Dibimbing oleh SYAHRUN HAMDANI NASUTION dan HADIYANTO.

Tayangan televisi banyak yang tidak mendidik, berisi kekerasan, dan mistis. Salah satu yang menjadi sorotan masyarakat adalah sinetron. Tayangan sinetron merugikan masyarakat terutama anak sekolah dimana kondisi mereka belum matang dalam menerima berbagai stimulus yang bersifat negatif. Disamping itu pembekalan pengetahuan siswa mengenai televisi belum maksimum diupayakan orangtua, pendidikan formal di sekolah, maupun lingkungan social. Industri televisi berkompetisi untuk merebut perhatian masyarakat. Tayangan yang disajikan lebih mementingkan nilai ekonomi. Dengan kondisi demikian maka pihak sasaranlah yang dirugikan tanpa mereka sadari.

Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui bagaimana sikap kritis siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok menonton sinetron, (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa SMA Depok menonton sinetron.

Metode yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah diskriptif korelasional, yaitu bagaimana sikap kritis dan hubungan antara faktor-faktor yang muncul dengan sikap kritis menonton sinetron. Metode penarikan sampel dengan stratifikasi random sampling dimana populasi penelitian adalah SMA Depok. Tahap pertama dikelompokkan seluruh SMA Depok berdasarkan nilai akreditasi Departemen Pendidikan Nasional. Tahap kedua pengambilan sampel yang dijadikan responden secara acak. Masing-masing sekolah yang terwakili diambil 35 %. Jumlah responden penelitian 135 orang. Analisa data hubungan antara variabel diuji dengan teknik korelasi Pearson Produk Moment dan Chi-Square.

Sikap kritis merupakan efek komunikasi yang memerlukan usaha aktivitas kognitif yang penuh dengan jalan menggambar pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dengan memeriksa secara teliti semua informasi yang relevan, menilai baik buruk, tepat tidak tepat suatu gagasan yang hasilnya berupa respons yang menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui jalan rasionalitas dan emosionalitas. Sikap kritis menonton sinetron adalah kemampuan mengakses, menganalisa atau menilai, dan mengambil kesimpulan baik bersifat positif maupun negatif.

Analisa sikap siswa SMA Depok mengenai tayangan televisi, khususnya sinetron termasuk cukup kritis. Artinya ada sebagian dari indikator yang siswa belum mampu bersikap kritis, yaitu mengakses, menilai maupun mengambil keputusan dalam memilih tayangan sinetron, menila tujuan penayangan sinetron, kebiasaan yang dilakukan sebelum menonton sinetron, penilaian dalam dialog tayangan sinetron, kostum pemain sinetron, dan isi cerita sinetron. Menonton sinetron pada umumnya dengan cara mencari-cari dengan mengganti-ganti saluran yang ada di televisi, tidak berdasarkan informasi yang sudah diketahui sebelumnya mengenai kualitas isi tayangan yang disajikan. Disamping itu tokoh peran utama yang memainkan sinetron secara fisik cantik ataupun ganteng.merupakan unsur pemilihan.siswa. Sikap kritis dalam perkembangannya sangat ditentukan oleh stimulus-stimulus yang menerpa setiap hari dan karakteristik siswa.


(15)

Stimulus yang menerpa siswa berbagai macam, antara lain suratkabar, radio, televisi, jaringan internet, majalah dan tabloid. Media massa tersebut tersedia di tempat tinggal siswa walaupun jenis dan jumlahnya bervariasi. Televisi dan radio merupakan media yang paling banyak tersedia di tempat tinggal siswa. Faktor frekuensi menggunakan media massa berhubungan sangat signifikan dengan sikap kritis terutama tujuan penggunaannya untuk memperoleh informasi. Lamanya siswa mnggunakan media massa khususnya suratkabar merupakan bekal dalam mengakses, minilai, maupun mengambil keputusan mengenai stimulus yang diamati.

Disamping media massa, siswa juga melakukan kontak dengan masyarakat termasuk keluarga dalam hal ini mediasi orangtua, kelompok-kelompok organisasi, dan lingkungan dimana siswa berada. Pembicaraan yang dilakukan dalam kelompok khususnya kelompok kerohanian merupakan pembekalan kemampuan untuk bersikap kritis. Kelompok kerohanian pada umumnya membicarakan tentang sikap hidup, etika, moral yang diyakini baik serta diterima secara umum.

Mediasi orangtua merupakan aktivitas orangtua membicarakan tayangan televisi dalam hal ini sinetron dengan anak mereka baik yang bersifat positif maupun negatif. Tipe mediasi terdiri dari aktif, restriktif, dan coviewing. Sebagian besar siswa pernah membicarakan tayangan televisi tetapi isi pembicaraan orangtua kadang-kadang mengenai sisi negative dan positif, kadang-kadang memberikan kesempatan pada siswa berpendapat mengenai tayangan sinetron di televisi dan memberi informasi tambahan baik negatif maupun positif, serta kadang-kadang orangtua memberi pengarahan pada siswa mengenai tayangan sinetron di televisi. Hubungan mediasi orangtua dengan sikap kritis menonton sinetron sangat signifikan dan kekuatann hubungan yang dominan adalah mediasi aktif. Siswa SMA Depok membutuhkan tempat berdiskusi terutama dalam membekali kemampuan menilai baik-buruknya tayangan sinetron sesuai dengan etika dan norma yang berlaku umum.

Pengetahuan siswa mengenai isi tayangan televisi, industri televisi, dan efek tayangan televisi menunjukkan cukup tahu. Pengetahuan mengenai isi media yaitu karakteristik, manfaat, keterkaitan rating dengan penyajian iklan, isi sinetron yang mendidik dan tidak mendidik, masuk akal dan tidak masuk akal, peran pemeran utama, dan karakter peran utama, kelemahan dan kekuatan media televisi, dan manfaat media televisi. Pengetahuan mengenai industri televisi berkaitan dengan pengembangan industri media televisi, dimensi ekonomi, beratnya kompetisi antar saluran televisi, dan pemasaran pesan. Industri televisi dalam menayangkan tayangannya terkait dengan faktor ekonomi tersebut sehingga isi tayangan yang disajikan cenderung berorientasi pada selera penonton. Apa yang digemari masyarakat disajikan yang belum tentu baik bagi masyarakat karena pengetahuan mereka masih kurang. Pengetahuan mengenai efek tayangan televisi berkaitan dengan efek kognitif, afektif, dan behavioral.

Hubungan pengetahuan mengenai televisi sangat signifikan dengan sikap kritis menonton sinetron Pengetahuan merupakan salah satu dasar menganalisa sesuatu sehingga hasil analisanyapun dapat baik dan tepat, mampu menilai dan memutuskan apa yang baik ditonton, mampu menyaring agar tidak terkena dampak negatif dari tayangan sinetron demi kebaikan penonton

Faktor karakteristik berhubungan sangat signifikan dengan sikap kritis menonton sinetron, yaitu keikutsertaan dalam organisasi ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah, peran dalam organisasi, waktu mengikuti organisasi, serta jumlah uang saku yang diterima siswa setiap hari. Hubungan jumlah uang jajan dengan sikap kritis siswa menonton sinetron hubungan signifikan, sedangkan jenis kelamin tidak signifikan.


(16)

Faktor karakteristik siswa, terpaan media massa, mediasi orangtua, dan pengetahuan mengenai media televisi berhubungan dengan sikap kritis siswa menonton sinetron. Dari keempat faktor tersebut pengetahuan mengenai media massa televisi mempunyai assosiasi yang paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan pondasi dalam melakukan penyeleksian, penilaian, dan pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan etika dan norma yang berlaku umum. Untuk itu perlu peningkatan pengetahuan siswa mengenai isi media televisi, industri media televisi, maupun efek yang akan timbul dari tayangan televisi. Pengetahuan yang luas membekali kemampuan untuk menganalisa lebih jauh baik-buruknya suatu tayangan televisi dan mengambil keputusan yang tepat serta tidak mudah kena pengaruh efek negatif tayangan televisi.

Kata kunci, Sikap kritis, karakteristik individu, terpaan media massa, mediasi orangtua, pengetahuan media televisi.


(17)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, publikasi, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.


(18)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK

MENONTON SINETRON

SADAKITA BR KARO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(19)

Judul Tesis : FAKTOR FFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP KRITIS SISWA SMA DEPOK MENONTON SINETRON

Nama : Sadakita Br Karo

NIM : I353060151

Disetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr,Drh. Syahrun Hamdani Nasution Ir.Hadiyanto, MS

Ketua Anggota

Mengetahui

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(20)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia – Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2007 ialah sikap kritis menonton televisi dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Drh. Syahrun Hamdani Nasution, Ir. Hadiyanto MS selakiu pembimbing dan Bapak Ir Sutisna Ryanto, MS sebagai Penguji di luar komisi pembimbing serta Bapak Dr. Asrul M. Mustaqim dan B. Guntarto yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dr.Ir. Maslina W. Hutasuhut, MM, Rektor IISIP Jakarta dan Bapak Ir. Ilham Parsaulian Hutasuhut, MM, Ketua Yayasan Kampus Tercinta yang telah mengizinkan penulis mengikuti studi lanjut. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Haiva Limiyya, S.Pd Si sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMA Lazuardi, Ibu Dra. Lies Sundari, kepala sekolah SMA Muhamaddyah Beji, Bapak Ansori Sutisna, wakil kepala sekolah SMA Arrahman, dan Ibu Elida HR, SE, wakil kepala sekolah SMA Tride. beserta guru-guru yang membantu dan siswa yang sudah bersedia menjadi responden penelitian ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada suami dan anak-anak penulis Ir. Antoni Depari, Andresa Rendy Biactha Depari, Anisa Sifi Begedina Depari, Dewi Aloina Depari, Priskanta Tarigan atas segala bantuan, doa dan kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga beserta teman-teman penulis, Nutriana Rizka, Irianus, Wiwien Wirasati, dan Netik Indarwati yang sudah banyak membantu penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Depok, Juli 2008


(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Singgamanik, Kabupaten Karo Sumatra Utara pada tanggal 01 Mei 1963 dari ayah Tole Sinuraya dan ibu Masta Br Tarigan. Penulis merupakan putri ketujuh dari 11 bersaudara.

Tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri Kabanjahe dan pada tahun yang sama masuk kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta yang sekarang berubah nama menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( IISIP) Jakarta. Penulis memilih program studi Ilmu Penerangan, Fakultas Ilmu Komunikasi. Tahun 1988 penulis memperoleh gelar sarjana komunikasi.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai asisten dosen di IISIP Jakarta membantu matakuliah Komunikasi Pembangunan dan Manajemen Penerangan. Setelah dua tahun menjadi asisten dosen, tepatnya tahun 1990 penulis diangkat menjadi dosen matakuliah tersebut sampai penulis cuti diluar tanggungan. Tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, yaitu S2 dengan memilih Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.


(22)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………...iv DAFTAR GAMBAR………..vi DAFTAR LAMPIRAN………..vii PENDAHULUAN

Latar Belakang………1 Perumusan Masalah………..6 Tujuan Penelitian………7 Manfaat Penelitian………...7 .

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan Media Massa ……….9 Pengetahuan Mengenai Isi Media………..10 Pengetahuan Industri Media……….11 Pengetahuan Efek Media………..12 Televisi Sebagai Media Massa………...13 Tayangan Sinetron………14 Mediasi Orangtua………..15 Terpaan Media Massa………..16 Karakteristik Siswa SMA ……...………...17 Khalayak Penonton Televisi………....20 Sikap Kritis Menonton Sinetron………..21 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir ……….26 Hipotesis……….28 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat………29 Populasi dan Sampel………29 Populasi………...29 Sampel………..30 Desain Penelitian………..31 Data dan Instrumentasi………....32 Data………...32 Instrumen………..32


(23)

Definisi Operasional………..32 Pengumpulan Data………...38 Validitas dan Reliabilitas Instrumen………...38

Validitas……….39 Reliabilitas Instrumen……….39 Analisa Data………...40 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas SMA) Depok………42 SMA Lazuardi………..42 SMA Muhammadiyah 2 Beji………..44 SMA Arrahman………44 SMA Tride……….46 Gambaran Umum RCTI dan SCTV………...47 Gambaran Umum Masing-masing Sinetron………...47

Sinetron “ Namaku Mentari”………..47 Sinetron “ Cahaya”………...49 Sinetron “Kasih”………...51 Sinetron “Azizah”……….52 Sinetron “Cinta Indah”………...53 Sinetron Cinta Bunga”………53 Gambaran Karakteristik Siswa SMA Depok………55 Lokasi Tempat Tinggal Siswa SMA Depok………....55 Jenis Kelamin Siswa SMA Depok………....56 Jumlah Organisasi yang Diikuti Siswa SMA Depok………...56

Lama Mengikuti Organisasi………...58

Peran Siswa SMA Depok dalam Organisasi………...59 Ketersediaan Media Massa di tempat Tinggal Siswa SMA Depok ...61 Jumlah Uang Saku………...63 Terpaan Media ………...64 Frekuensi Menggunakan Media Massa………..65 Perilaku Menonton Sinetron………..66 Mediasi Orangtua………..67 Mediasi Aktif………...67 Mediasi Restriktif………...69 Mediasi Coviewing………...71


(24)

iii Halaman Tingkat Pengetahuan Media Massa ……... ……….,……...72

Pengetahuan Siswa SMA Depok Mengenai Isi

Media Televisi………...72 Pengetahuan Siswa SMA Depok Mengenai Industri

Televisi………...73 Pengetahuan Siswa SMA Depok Mengenai Efek

Tayangan Televisi………...74 Sikap Kritis Siswa SMA Depok Menonton Sinetron………76 Hubungan Karakteristik dengan Sikap Kritis Menonton Sinetron………….81 Hubungan Terpaan Media Massa dengan Sikap Kritis Menonton

Sinetron………..84 Hubungan Mediasi Orangtua dengan Sikap Kritis Menonton

Sinetron………..85 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Kritis Menonton

Sinetron………...88 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………...91 Saran………...92 DAFTAR PUSTAKA………93 LAMPIRAN………...97


(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Gambaran populasi penelitian……….29 2. SMA dan jumlah siswa yang terpilih menjadi sampel………...30 3. Jadwal tayang sinetron di RCTI dan SCTV waktu prime-time…………...31 4. Peubah, indikator, item pernyataan dan skala………...34 5. Siswa SMA Depok berdasarkan asal tempat tinggal………..55 6. Siswa SMA Depok berdasarkan jenis kelamin……….56 7. Jumlah organisasi yang diikuti siswa SMA Depok………...56 8. Siswa SMA Depok berdasarkan kegiatan organisasi yang diikuti

Siswa………...57 9. Siswa SMA Depok berdasarkan waktu minimum dan maksimum

mengikuti organisasi ……….58 10. Lama mengikuti organisasi dalam waktu jam………59 11. Siswa SMA Depok berdasarkan kedudukan dalam organisasi…...60 12. Peran siswa yang mengikuti organisasi……….61 13. Siswa SMA Depok berdasarkan jumlah media massa yang

tersedia………62 14. Jenis media massa dan jumlah media massa yang tersedia……….63 15. Siswa SMA Depok berdasarkan jumlah uang saku……….64 16. Siswa SMA Depok berdasarkan penggunaan media massa

dan waktu minimum dan maksimum………..65 17. Siswa SMA Depok berdasarkan aktivitas menonton sinetron…………...66 18. Siswa SMA Depok berdasarkan frekuensi membicarakan tayangan

televisi dengan orangtua………..68 19. Siswa SMA Depok berdasarkan aktifitas yang terjadi antara orangtua

dengan siswa mengenai tayangan televisi ………...69 20. Kekuatan aturan menonton tayangan televisi………...70 21. Pelaksanaan aturan menonton tayangan televisi……….70 22. Frekuensi menonton televisi bersama orangtua………..71


(26)

v

Nomor halaman

23. Aktivitas komunikasi pada saat menonton bersama………72 24. Rata-rata, nilai minimum dan maksimum mediasi orangtua………...72 25. Tingkat pengetahuan siswa mengenai isi tayangan televisi………...73 26. Tingkat pengetahuan siswa mengenai industri media televisi…………..74 27. Tingkat Pengetahuan mengenai efek tayangan televisi………..75 28. Pengetahan siswa SMA Depok mengenai isi media berdasarkan

nilai rata, median, nilai maksimum dan minimum……….75 29. Sikap kritis siswa menonton tayangan sinetron………76 30. Kemampuan siswa mengakses tayangan sinetron………..77 31. Kemampuan menilai dialog dalam sinetron………..78 32. Kemampuan menilai cerminan kostum pemain sinetron……….78 33. Kemampuan menilai isi cerita sinetron………..79 34. Hubungan karakteristik siswa SMA Depok dengan sikap kritis

menonton sinetron……….81 35. Hubungan terpaan media massa dengan sikap kritis menonton

sinetron………84 36. Hubungan mediasi orangtua dengan sikap kritis menonton sinetron……86 37. Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap kritis menonton


(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur pengetahuan literacy media………9 2. Kerangka berpikir penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan


(28)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner penelitian………...97 2. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrument……….109 3. Hasil pengujian Chi-Square dan korelasi Pearson Produk Moment……113 4. Daftar nama Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok………...115 5. Tabel induk penelitian………117


(29)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Televisi sebagai salah satu media massa yang menayangkan gambar bergerak dan suara sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Masing-masing keluarga minimal mempunyai satu pesawat televisi yang dimanfaatkan setiap hari, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Masyarakat paling banyak menonton televisi saat prime-time. Hidup tanpa pesawat televisi seolah-olah ada yang kurang karena sudah menjadi kebutuhan masyarakat, bahkan dianggap sebagai orangtua kedua bagi anak-anak dan guru bagi penontonnya.

Televisi sebagai kebutuhan masyarakat, penggunaannyapun mengalami peningkatan baik dari kuantitas maupun kualitas menonton. Isi tayangan televisipun semakin bervariasi mulai dari berita, hiburan, dan iklan. Masyarakat menggunakan televisi sesuai dengan waktu yang mereka miliki baik secara bersama-sama maupun sendirian. Pada umumnya semakin banyak waktu luang maka semakin banyak peluang menonton televisi.

Mencernati perkembangan televisi dalam beberapa tahun ini makin terasa bahwa siaran televisi tidak cukup mampu menghasilkan isi siaran yang sopan, bermartabat, dan menghibur secara sehat serta aman bagi anak dan remaja. Seperti yang dikemukakan Peea (2008) dalam sidang disertasi Fakultas Ilmu Budaya UI pada tanggal 6 Maret 2008 mengenai tayangan iklan “Demi kepentingan mencari pangsa pasar tak jarang iklan berubah menjadi media disinformasi, manipulasi, dan dominasi yang mengandung bias serta cenderung memberikan pemahaman yang keliru mengenai produk yang sebenarnya”.

Demikian juga tayangan sinetron, sebagian besar menayangkan tema yang berbentuk kekerasan, kehidupan yang glamor, mistis, pergaulan remaja yang kurang baik, seperti hamil di luar nikah, sekolah yang dijadikan lokasi perkelahian, penjualan narkoba, pergaulan bebas, melawan orangtua dan sebagainya. Astututi dan Nina MA (2007) menyampaikan hasil penelitian YPMA dan 18 Perguruan Tinggi dalam seminar di Universitas Paramadina tanggal 20 Juli 2007, bahwa bentuk kekerasan yang ditayangkan dalam sinetron 41,05 % adalah kekerasan psikologis, 25,14 % kekerasan fisik dan 10,97 %, kekerasan relasional. Mengenai pelaku kekerasan cenderung diperankan oleh laki-laki dan


(30)

2

korban kekerasan oleh kaum perempuan dan korban kekerasan psikologis yang terbanyak adalah perempuan, yaitu 39 %. Usia pelaku kekerasan dan korban kekerasan diperankan remaja, masing-masing 51 % dan 65 %.

Selain hasil penelitian mengenai muatan isi sinetron, beberapa pendapat juga mengatakan bahwa sinetron kurang mendidik, membodohi dan tidak masuk akal khususnya bagi kaum perempuan. Seperti yang diungkapkan Meutia, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Myra Diarsi, aktivis perempuan, di Kompas tanggal 27 Agustus 2007, bahwa sinetron mengajarkan kepada anak bangsa kejahatan, kejudesan, dan perilaku licik. Banyak tayangan sinetron yang justru membodohi penonton dan tidak memberdayakan perempuan. Tayangan-tayangan sinetron telah melebihi titik penerimaan dan toleransi nalar. Isi tayangan sinetron sama sekali tidak masuk akal dan penuh pembodohan. Perilaku penonton dalam menonton televisi tanpa preferensi kuat mengenai program yang dipilih.

Hasil penelitian dan pendapat tersebut menandakan bahwa tayangan televisi masih banyak yang kurang mendidik masyarakat dan hal tersebut dapat berdampak negatif kepada penontonnya. Jika masyarakat sudah paham dan mengetahui bagaimana televisi memproduksi tayangannya yang mempunyai dampak negatif dan positif maka tayangan-tayangan tersebut tidak perlu dipersoalkan. Artinya masyarakat sudah mampu memilah-milah tayangan mana yang baik dan tidak baik untuk ditonton, tayangan mana yang mendidik dan tidak mendidik, serta masyarakat mampu melakukan penilaian dan tidak mudah terkena pengaruh negatifnya.

Mengenai sasaran yang menonton televisi dan penonton sinetron, YPMA bersama 18 perguruan tinggi mengungkapkan bahwa ada 11 stasiun televisi yang bersiaran secara nasional yang dapat ditangkap oleh sekitar 40 juta rumah tangga yang memiliki televisi di Indonesia. Tayangan sinetron menonjol ditonton dan cukup tinggi frekuensinya. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat menyukai sinetron. AGB Nielsen Media Research yang meneliti 20 program acara televisi yang top, pada tanggal 03 s.d 09 Pebruari 2008, delapan diantaranya adalah sinetron. Sinetron menempati rating teratas, yaitu Azizah yang diikuti oleh sinetron Cinta Bunga, Cahaya, Suci, Namaku Mentari. Cinta Indah dan Kasih.. Hal ini menunjukkan bahwa penggemar dan penonton sinetron semakin meningkat di Indonesia.


(31)

Penggemar sinetron tersebut juga bervariasi perilaku menontonnya. Ada yang menyeleksi sinetron apa yang baik untuk ditonton, ada juga yang menonton setiap sinetron. Para pecandu berat televisi biasanya akan menonton berjam-jam lamanya tanpa melakukan penyeleksian yang baik. Penilaian mengenai tayangan televisi berbeda antara penonton yang berat dengan penonton yang tidak berat. Pecandu berat televisi mengatakan: “ di masyarakat sekarang banyak terjadi gejala hamil di luar nikah, remaja yang menganggap orangtuanya kolot, pembantu yang dapat diperlakukan majikan seenaknya, karena televisi melalui sinetronnya selalu menceritakan kasus tersebut.” (Nurudin, 2007). Para pecandu sinetron percaya bahwa apa yang terjadi pada masyarakat seperti yang dicerminkan dalam sinetron-sinetron.

Pendapat ini, jika dikaitkan dengan perilaku masyarakat maka sedikit banyaknya akan berpengaruh. Misalnya seorang anak melakukan teror bom akan meledak dalam sebuah mal melalui telepon setelah melihat tayangan film yang berisi teroris. Banyaknya tingkat kriminalitas remaja dalam melakukan hubungan seks sebelum menikah karena sering melihat sinetron hamil di luar nikah. Banyaknya anak remaja mempunyai pola pikir instan, penggunaan bahasa yang tidak sopan dan lain sebagainya. Kompas tanggal 8 Maret 2008, memberitakan bagaimana kejahatan kolektif secara simbolik (symbolic collective crime) pada iklan yang terjadi karena sikap masyarakat yang belum kritis.

Menonton televisi merupakan proses aktif dalam menginterpretasikan isi acara dengan mengkombinasikan beberapa adegan dalam acara, pengalaman masa lalu, kemampuan untuk memahami isi acara yang perubahannya hampir tidak kentara. Proses televisi membentuk mental adalah sebuah sentuhan psikologi yang kompleks pada saat menonton secara terus menerus dengan tujuan mencari hiburan dalam menghilangkan pikiran yang sedang kacau atau bingung. Menurut hasil penelitian, penonton televisi harus mengikuti jalan cerita, karakter-karakter dan motivasi-motivasi untuk memahami kecerobohan yang ada dalam isi acara (Shapiro, dalam Langan, 1997).

Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya. Keluhan akan tayangan sinetron telah sering dilontarkan dalam berbagai diskusi publik, artikel suratkabar, majalah, dan surat pembaca suratkabar. Isi sinetron yang terkait dengan kekerasan, seks, mistis, dan moral menjadi keluhan yang utama.


(32)

4

Isi siaran televisi sudah diatur dalam UU RI N0 32 tahun 2002 tentang penyiaran, (Soenarto, 2007) pasal 36, ayat 1 mengatakan bahwa: Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa menjaga persatuan dan kesatuan serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Ayat 3, berbunyi: Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. Demikian juga pada ayat 5 dicantumkan isi siaran yang dilarang, yaitu:

a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong

b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, atau

c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

Peraturan yang mengikat industri televisi sebagai penyelenggara siaran sudah ditetapkan, namun kenyataannya siaran televisi lebih mementingkan kepentingan komersial dengan mengutamakan selera masyarakat demi meningkatkan rating siaran yang berkontribusi pada pemasangan iklan di siaran tersebut.

Industri televisi dengan kemajuan teknologi komunikasi sudah semakin sulit diarahkan. Selain televisi masih banyak media-media lain yang dapat diakses oleh siswa untuk memenuhi keinginginan mereka. Faktor mental dan kemampuan sumber daya manusia penontonlah yang perlu dibenahi dan diperkuat.

Menonton televisi memerlukan kemampuan yang komperhensif baik dari segi pengetahuan mengenai isi media yang dapat berupa gambaran realitas, khayalan, iklan, berita dan sebagainya, industri media yang memproduksi satu tayangan dengan tujuan media bisa eksis dan perusahaan untung, efek media, serta aktif melakukan penilaian mengenai tayangan televisi sehingga dapat meminimalisasi pengaruh negatif tayangan televisi.

Pengetahuan mengenai media world (dunia media) dan real world, (realitas yang sebenarnya) berpengaruh terhadap jalan proses berpikir penonton televisi. Tayangan televisi sebenarnya gambaran realitas masyarakat namun tidak bisa diberlakukan untuk semua situasi dan kondisi dalam masyarakat.


(33)

Kenyataan yang terjadi dalam masyarakat belum tentu sama dengan apa yang ditayangkan televisi.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) salah satu target sasaran tayangan televisi ikut terpengaruh. Siswa sebagai generasi penerus bangsa harus dibentengi dengan sikap kritis dalam menilai sesuatu termasuk tayangan televisi. Hal ini merupakan kewajiban bersama menjaga, membangun fisik dan mental siswa agar dapat meneruskan bangsa ini dengan kemampuan yang baik dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang ada. Kritis dalam melihat permasalahan realitas kehidupan masyarakat termasuk siaran-siaran televisi.

Pola menonton televisi siswa SMA, kecenderungannya melebihi kumulatif waktu yang efektif. Rata-rata siswa SMA menonton televisi empat jam ke atas dalam satu hari. Pada hal waktu efektif menonton televisi dua jam perhari (Media untuk anak,Kidia.com). Hal ini tidak saja berlaku pada siswa tapi juga orangtua. Menurut hasil penelitian Sunarto, Doktor Ilmu Komunikasi UI, yang dimuat dalam Kompas tanggal 29 Juli 2007, mengenai pola menonton tayangan kekerasan, mengatakan “walaupun orangtua sudah mempunyai kedewasaan mental psikologis yang bisa memilah-milah tapi jika menonton tayangan kekerasan lebih dari empat jam sehari maka penonton tersebut menjadi tidak peka. Melihat kekerasan, diam saja.”

Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap salah satu SMA Depok, perempuan cenderung menonton sinetron. Waktu menonton antara jam tayang pukul 18.00 – 21.00 Wib. Sinetron yang ditayangkan merupakan sinetron idola siswa, termasuk peran utama yang membintanginya. Siswa menonton dibawah pengawasan orangtua yang tidak ketat.

Gejala-gejala tersebut merupakan salah satu ciri penonton yang belum kritis Untuk mampu menarik manfaat dan mampu menilai kebenaran isi televisi dibutuhkan kemampuan berpikir kritis khalayak. Masyarakat belum mampu menjadi penonton yang kritis dan benar lantaran tidak mempunyai keterampilan berinteraksi dengan media secara kritis (Guntarto, 2003).

Berpikir kritis merupakan proses aktivitas kognitif dengan jalan menggambar terlebih dahulu urutan pengalaman dan pengetahuan dalam memeriksa dengan teliti semua informasi yang relevan dan bermanfaat. Berpikir kritis merupakan berpikir evaluatif yang menghasilkan makna sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.


(34)

6

Sikap kritis termasuk dalam proses berpikir penerima pesan, yaitu aktivitas kognisi yang menghasilkan makna sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dalam memahami, memeriksa, menilai, mengambil keputusan berkaitan dengan manfaat tayangan televisi. Sikap kritis dalam diri penerima stimulus tidak muncul begitu saja tetapi berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, bagaimana proses mediasi orang tua dengan anaknya, intensitas terpaan media pada penonton sebelumnya, dan juga karakteristik yang dimiliki khalayak. Penelitian (Zuharani, 1987) mengatakan bahwa usia, lama sekolah dan jenis kelamin mempengaruhi sikap kritis.

Perumusan Masalah

Televisi dalam kenyataannya sulit diarahkan untuk menayangkan tayangan yang mementingkan kepentingan penonton khususnya sinetron. Tayangan sinetron sebagian besar berisi kekerasan baik psikologis, fisik maupun relasional. Industri televisi cenderung mengejar rating dan keuntungan dengan menyajikan acara yang sesuai dengan selera masyarakat. Pola siswa menonton televisi belum menggambarkan pola yang kritis dan benar. Menonton televisi dilakukan berjam-jam dengan penyeleksian yang kurang mengenai apa yang baik untuk ditonton. Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dalam menentukan pilihan serta penilaian objek tertentu. Aktivitas siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler baik di rumah maupun sekolah memberikan nuansa berbeda dalam menilai objek tertentu. Terpaan media massa yang memberikan informasi mengenai realitas masyarakat dapat menambah wawasan siswa dalam menseleksi, menilai dan mengambil keputusan mengenai tayangan televisi namun isi media massa yang disajikan banyak yang kurang membangun daya kritis pengguna media massa. Pengarahan orangtua sebagai orang yang terdekat dengan siswa masih kurang karena kemampuan mereka pun masih minim dan menganggap tayangan televisi sesuatu yang biasa.. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam melakukan penilaian terhadap tayangan televisi. Pengetahuan siswa secara komperhensif mengenai media televisi sangat berpengaruh pada kualitas penilaian tentang televisi.

Faktor pengetahuan penonton mengenai tayangan televisi mempunyai variasi. Pengetauan siswa mengenai isi media, industri media dan efek media


(35)

juga tidak sama. Terpaan media bervariasi yang ditentukan juga ketersediaan media massa tersebut di tempat tinggal siswa. Kualitas dan kuantitas terpaan media bagi masing-masing siswa ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Mediasi orang tua dengan siswa juga turut membantu bagaimana siswa menggunakan televisi, namun keragaman pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan dan lain sebagainya menyebabkan mediasi belum berjalan dengan baik. Semua faktor tersebut merupakan faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa dalam menonton tayangan sinetron di televisi.

Untuk mengetahui apakah siswa SMA Depok mampu menseleksi dan menilai tayangan sinetron di televisi serta faktor-faktor apa yang menyebabkan penyeleksian, penilaian dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga tidak terpengaruh oleh efek negatif tayangan televisi, perlu diteliti lebih jauh. Untuk itu dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap kritis siswa SMA Depok menonton tayangan sinetron ?

2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan sikap kritis siswa SMA Depok menonton tayangan sinetron ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bermaksud untuk mengantisipasi siswa SMA Depok terhadap pengaruh tayangan televisi khususnya sinetron yang bersifat negatif. Secara spesifik bertujuan:

1. Untuk mengetahui sejauhmana sikap kritis siswa SMA Depok menonton tayangan sinetron di televisi.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis siswa dalam menonton tayangan sinetron.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ilmiah memberikan pengembangan secara teoritis berkaitan dengan keilmuan yang dikaji masing-masing peneliti dan juga diharapkan mempunyai manfaat yang positif bagi lembaga-lembaga yang terkait ataupun secara individual.

Permasalahan penelitian yang berkaitan dengan sikap kritis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap kritis diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam merespons stimulus media


(36)

8

massa televisi. Selain itu juga diharapkan memberikan kontribusi bagi lembaga yang terkait dengan kebijakan-kebijakan strategis dalam pendidikan, industri media massa televisi, orang tua, dan siswa SMA itu sendiri.


(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan Media Massa

Pengetahuan merupakan dasar untuk menganalisa, mengevaluasi dan membedah apakah objek yang diamati tepat atau tidak tepat, baik atau tidak baik, berguna atau tidak berguna bagi kehidupan manusia. Pengetahuan sebagai kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya (Soekanto, 1970). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui (Hatta, 1979). Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek,kelompok,atau orang (Asch, dalam Rakhmat, 2005).

Sikap kritis yang dimiliki siswa SMA Depok sangat tergantung pada pengetahuan yang mereka miliki. Semakin banyak mengetahui isi media, industri media dan efek media maka semakin mampu untuk melakukan evaluasi dengan menilai sisi positif dan negatif sebuah tayangan televisi. Tayangan televisi merupakan gambaran realitas sosial yang sebenarnya tetapi tidak persis sama dengan realitas media yang ditayangkan melalui televisi.

Bagaimana menganalisis media dengan sadar dan kritis (literasi media) digambarkan dalam Gambar 1.

________________________________________________________________

______________________________________________________________________ Gambar 1. Struktur pengetahuan literasi media (Potter, 2001).

Struktur pengetahuan mengenai media dapat dibagi dua bagian, yaitu: pengetahuan mengenai realitas sosial dan pengetahuan mengenai realitas

Media Literacy

Skill Knowledge Structure

Redumentary Advanced Real World


(38)

10

media. Pengetahuan mengenai realitas media dikelompokkan menjadi tiga bagian,yaitu:

a. Pengetahuan isi media b. Pengetahuan industri media c. Pengetahuan efek media

Kognisi lebih menitikberatkan pada proses berpikir, memilih, mengambil keputusan, dan menarik kesimpulan (Mar’at,1981). Bagaimana seorang bisa memahami tayangan televisi tergantung kepada seberapa jauh pengetahuan seseorang. Dengan banyaknya informasi yang diperoleh seseorang akan bisa menghubung-hubungkan bahkan juga mampu mengabstraksikan sesuatu. Namun demikian seringkali informasi yang diterima akan menimbulkan konflik karena ada elemen kognitif yang berbeda. Elemen kognitif menurut Mar’at (1961) pada dasarnya disebut pengetahuan, pendapat dan keyakinan.

Pengetahuan mengenai isi media

Banyak masyarakat setuju dengan media literasi karena masyarakat membutuhkan informasi yang baik. Dengan isi media masyarakat butuh untuk memahami bahwa pesan media adalah bangunan yang pasti mengikuti kaidah atau ketentuan dimana kaidah tersebut mengubah realitas yang ditayangkan. Untuk membangun pengetahuan mengenai isi media, ada tiga macam informasi, yaitu formula isi, figur tokoh, dan nilai-nilai dalam isi (Potter, 2004).

Formula isi

.

Formula isi berkaitan dengan berita, iklan dan hiburan yang bersifat khayalan. Satu diantara formula tersebut adalah formula yang dominan. Tipe isi formula dominan dapat berubah-ubah. Pengetahuan mengenai formula yang baik memberikan seseorang mampu mengikuti isi lebih mudah. Hal ini juga menyediakan sebuah standar untuk mengerti kreativitas yang membuat pesan.

Figur tokoh. Kita dapat mengalami isi dan media sebagai elemen anekdot individu, masing-masing memiliki daya cipta dan unik atau sebagai kelompok awam khawatir akan mencontoh susunan-susunan acara yang diperankan tokoh secara langsung, yang lebih memperhatikan gambar atau adegan yang menonjol. Bagaimanapun beberapa topik penting mempunyai figur tokoh yang baik. Kita butuh mengetahui pigur tokoh dalam isi media untuk mengecek pola persepsi kita (Potter, 2004).


(39)

Nilai-nilai isi. Nilai ditanamkan dalam semua pesan media. Kita membutuhkan sensivitas. Contoh dalam tayangan hiburan, cerita-cerita tentang konflik dan bagaimana konflik tersebut dipecahkan. Konflik biasanya dipecahkan dengan pertandingan dengan gagasan agresif, yaitu dengan kekerasan. Karakter kekerasan dibagi dua bagian, yaitu karakter yang baik dan karakter yang jahat.

Pengetahuan industri media

Sebagai industri media, masyarakat butuh untuk memahami bahwa media adalah bisnis dengan motivasi khusus. Pengetahuan mengenai industri media memahami mengapa isi diproduksi dan mengapa pelaku industri membuat keputusan menyajikannya. Ada empat bidang yang penting, yaitu: pengembangan industri media, ekonomi, kepemilikan dan pengawasan, dan pemasaran pesan.(Potter, 2004)

Pengembangan industri media. Masyarakat membutuhkan pemahaman dari mana media datang dan bagaimana berkembang. Hal ini membantu mengapresiasi kekuatan, semangat mengambil keputusan, dan pemasaran. Hal ini membantu memahami dengan baik bahwa jaman sekarang akan ditransfer pada jaman yang akan datang.

Ekonomi. Tujuan utama organisasi media massa adalah memperbesar kekayaan pemegang saham. Media meningkatkan penghasilan dengan cara. mencari bermacam-macam produser dengan target sasaran tertentu, pesan khusus dan potensi interest yang tinggi. Media adalah bisnis yang diarahkan untuk memperoleh keuntungan (Potter:2004)

Industri media televisi semakin hari semakin kompetitif. Televisi hidup dari biaya periklanan dimana televisi harus mengembangkan khalayaknya hingga semakin besar harga iklan yang akan dibayar oleh dunia bisnis. Bagaimana mengejar target tersebut merupakan strategi yang harus dipecahkan oleh pengelola televisi. Masing-masing berlomba-lomba membangun khalayak sebanyak-banyaknya yang berorientasi pada selera komunikan. Agar anak menyukai acara-acara yang ditayangkan maka sering dibuat tayangan yang sensasional, menarik yang dapat membangkitkan emosi sehingga penonton tetap berada pada sikap menonton acara.

Kepemilikan dan pengawasan. Banyak orang mengkritik perusahan media terlalu banyak mempertimbangkan nilai ekonomi dalam menyajikan acara


(40)

12

televisi sehingga kurang memperhatikan fungsi pengawasan. Masyarakat yang mengkritik membutuhkan analisa, apa keuntungan atau kerugiannya bagi publik. Ketika perusahaan membuat keuntungan yang besar maka pemegang saham akan diuntungkan.

Pemasaran pesan. Untuk mengetahui bagaimana mencari pesan yang diinginkan perlu mengenal masyarakat itu sendiri. Selain itu masyarakat juga butuh memahami bagamana media memasarkan pesannya. Banyak orang menggunakan media massa yang bukan hanya massa dari media massa. Masyarakat butuh memahami tempat pemasaran media. Mereka butuh berpikir untuk menempatkan pesan mereka dan tempat yang harus mereka hindari.

Sebaiknya televisi sebagai lembaga media turut bertanggungjawab tentang dampak tayangan televisi bagi anak karena anak adalah generasi penerus bangsa. Jika mental, sikap, dan perilaku anak sudah rusak maka bangsa ini juga dalam jangka waktu yang panjang akan dipimpin oleh orang-orang yang moral dan perilaku yang tidak baik.

Pengetahuan Efek Media

Masyarakat butuh memahami apakah mereka mempunyai kemampuan untuk merundingkan makna pada diri mereka sendiri. Efek media massa ada lima tingkatan, yaitu : cognitive, attitudinal, emotional, physiological, behavioral, dan societal (Potter,2004). Efek ini terjadi pada individu-individu baik langsung maupun tidak langsung, jangka pendak maupun jangka panjang. Perubahan pengetahun, sikap, emosional, fisiologis ( berkaitan dengan pengetahuan sifat-sifat dan proses dari pada barang hidup), perilaku dan perubahan masyarakat (societal) dapat terjadi setelah menonton televisi.

Televisi sebagai salah satu media teknologi yang bersifat audiovisual sangat berpengaruh dalam membentuk sikap, pengetahuan dan perilaku penontonnya. Sehubungan dengan itu menurut teori komunikasi yang bersifat linier, pengaruh media massa seperti peluru yang siap ditembakkan kepada sasarannya. Teori ini sudah tidak sesuai dengan keadaan masyarakat dimana masyarakat sudah mulai memilih tayangan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan masing-masing.


(41)

Televisi Sebagai Media Massa

Media massa mempunyai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lain . Secara umum tujuannya sama namun secara khusus ada perbedaan baik ideologi, visi, misi, dan fisik media massa tersebut.

Ciri-ciri media massa menurut Nurudin (2003) ada tujuh poin yang penting, yaitu :

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen 3. Pesannya bersifat umum

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan 6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper.

Ciri-ciri tersebut berlaku bagi semua media massa baik cetak, audio, maupun audiovisual. Media massa sering dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : media massa tampak (visual), media massa berbentuk dengar (radio), dan media massa berbentuk gabungan tampak dengan dengar (audiovisual). Media massa yang berbentuk tampak umumnya dikerjakan dengan mesin cetak dan disebut media massa cetak, meliputi koran, selebaran, majalah, bulletin, tabloid, dan buku. Media massa bentuk dengar meliputi semua alat mekanis yang menghasilkan lambang suara termasuk musik, seperti radio dan kaset. Media massa bentuk gabungan tampak dan dengar (audiovisual) meliputi televisi, kaset musik video dan film. Radio, televisi, dan film pada dasarnya bekerja dengan elektronik sehingga disebut media elektronik (Efendy,1994). Namun jika mengikuti perkembangan teknologi sekarang ini sudah semakin banyak ragamnya termasuk media teknologi komputer sebagai alat komunikasi (internet).

Televisi merupakan paduan audio dari dua bagian yang berbeda, yaitu audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Televisi mempunyai kelebihan, yakni dapat didengar dan dilihat sekaligus. Khalayak dapat melihat gambar yang bergerak sekaligus kata-kata dan keduanya mempunyai kesesuaian secara harmonis.

Dalam hal kelancaran siaran televisi ada pihak yang bertanggungjawab, yaitu pengarah acara. Apabila pengarah acara membuat naskah, ia harus berpikir dalam gambar, yang mempunyai tahapan, yaitu :


(42)

14

1. Visualisasi, yakni menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi pengaruh acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikan sedemikian rupa sehingga mengandung suatu makna.

2. Penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam hal pengoperasian memerlukan tiga perangkat keras (hard ware), yaitu: studio (sarana dan prasarana penunjang), pemancar (transmisi), dan pesawat penerima.

Tayangan Sinetron

Tayangan televisi dapat dibagi tiga bagian, yaitu berita, iklan dan hiburan. Fungsi hiburan media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain karena masyarakat masih menjadikan TV sebagai media hiburan. Jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai 21.00 Wib) akan disajikan acara-acara hiburan seperti sinetron, kuis atau acara jenaka lainnya.

Sinetron termasuk dalam program siaran drama yang dapat dibagi dua yaitu sinetron cerita dan non cerita. Perbedaannya terletak pada format sinetron. Sinetron cerita terdiri dari beberapa jenis, yaitu sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran, dan sinetron drama yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. Menurut Soenarto (2007) sinetron drama dapat ditempatkan pada pagi hari, sore atau malam hari, tergantung pada tema cerita dan siapa sasarannya. Ceiita drama bisa didapatkan dari produk dalam negeri atau disewa dari luar negeri. Durasinya bisa 30 menit, 60 menit, 90 menit, atau bahkan lebih.

Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik yang pada dasarnya sama dengan film. Bedanya, sinetron merupakan cerita yang berlanjut atau bersambung dan diambil dengan kamera video (secara elektronik). Film menurut Jarvie (1987) adalah gambar bergerak yang mempunyai makna. Film secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu film cerita dan film non cerita. Film cerita : film drama, film horror, film perang, film sejarah, film fiksi ilmiah, film komedi, film laga, film musikal dan film koboi. Film non cerita: film dokumenter dan film faktual (Sumarno. 1996).


(43)

Mediasi Orangtua

Situasi keluarga dan hubungan orangtua dengan anak turut menentukan sikap dan tindakan anak dalam menonton televisi. Orangtua yang sibuk bekerja setiap hari kurang memperhatikan anak dalam keluarga termasuk kegiatan menonton televisi. Orangtua selalu mengupayakan memenuhi kebutuhan hidup yang layak termasuk barang-barang elektronik untuk anak-anak mereka. Situasi ini akan berpengaruh pada perilaku anak menonton televisi dan bagaimana penilaian mengenai tayangan televisi.

Mediasi orangtua didefinisikan dalam Encyclopedia of Communication and Information sebagai semua kegiatan interaksi orangtua dengan anak mengenai televisi. Usaha orangtua mengatasi efek televisi tampaknya masuk definisi mediasi orangtua (Schement, dalam Rakhmani, 2005). Penelitian ini menggunakan definisi orangtua dalam arti yang lebih luas, yakni orangtua yang mencakup ibu atau ayah, orangtua tiri, orangtua angkat. Parenting dalam penelitian ini dilakukan oleh orangtua tunggal maupun berpasangan.

Lebih lanjut Nathanson dalam Rakhmani, (2005) mengatakan mediasi orangtua adalah tindakan nyata yang dilakukan pihak orangtua dalam membatasi efek media massa, yang dibagi tiga tipe, yaitu: 1) Mediasi aktif, yaitu percakapan yang dilakukan antara orangtua dengan anak mengenai televisi yang diidentifikasi menjadi tiga jenis, yaitu: a) Aktif negatif, yaitu percakapan secara umum berada dalam konteks negatif. b) Aktif positif, yaitu orangtua memberikan komentar-komentar positif mengenai apa yang ditonton anak di televisi. c) Aktif netral, yaitu jenis mediasi aktif yang melibatkan penyediaan informasi tambahan atau instruksi bagi anak mengenai isi televisi. 2)Mediasi restriktif, yaitu peraturan yang ditentukan orangtua mengenai pola anak menonton televisi 3) Mediasi Coviewing, yaitu orangtua yang menyaksikan televisi bersama dengan anaknya.

Keluarga yang rukun dan damai serta tingkat pendapatan akan berpengaruh pada perilaku orangtua mengarahkan anaknya menonton dan menilai tayangan televisi. Berdasarkan hasil penelitian Warren (2005), orangtua yang tingkat pendapatannya rendah cenderung menggunakan mediasi

restrictive daripada coviewing atau instructive. Selain itu temuan penelitian Rakhmani (2005) menunjukkan orangtua yang mempunyai sikap negatif terhadap tayangan televisi justru tidak memilih tipe mediasi apapun dengan


(44)

16

anak-anak mereka mengenai efek negatif tayangan televisi. Orangtua yang bersikap positif memilih tipe mediasi yang aktif secara kuat. Ketika pro terhadap isi televisi maka mereka akan melakukan tindakan yang menunjukkan membenarkan atau mendukung bahwa mereka pro terhadap televisi. Ketika memiliki sikap negatif, merekapun melakukan hal yang berlawanan guna mendukung sikap mereka.

Sikap orangtua terhadap televisi menunjukkan bagaimana orangtua melakukan mediasi. Artinya sikap yang positif akan dominan melakukan mediasi sedangkan sikap orangtua yang negatif terhadap isi televisi justru tidak melakukan mediasi apa-apa.. Bagi orangtua yang melakukan mediasi lebih cenderung menggunakan mediasi aktif dimana terjadi percakapan antara orangtua dan anak mereka. Percakapan yang dilakukan tentu akan memberikan kontribusi bagaimana si anak mengakses, menilai dan memutuskan tentang tayangan televisi.

Sikap orangtua mengenai media terutama tayangan televisi akan berhubungan dengan pemberian stimulus kepada anak mereka. Rangsangan yang tepat dapat memunculkan potensi, kemampuan anak dalam lingkungan sekitarnya. Seperti yang dikemukakan Tobing (2007), bahwa rangsangan-rangsangan yang tepat diharapkan dapat `memunculkan' potensi atau bakat kemampuan anak, seperti antara lain: musik, matematika, melukis, menari dan lain sebagainya.

Terpaan Media Massa

Terpaan artinya serangan atau terkaman. Terpaan media adalah

seberapa banyak media mengenai sasaran dalam kurun waktu tertentu. Dalam konteks ini sasaran menggunakan media yang difokuskan pada media massa baik yang bersifat cetak seperti suratkabar dan majalah, audio seperti radio, dan audiovisual seperti televisi. Media mengenai sasaran terkait dengan penggunaan media. Khalayak menggunakan media massa sudah pasti media mengenai sasaran.

Rangsangan-rangsangan yang tepat diharapkan dapat memunculkan potensi atau bakat, dan kemampuan anak, antara lain: musik, matematika, melukis, menari dan lain sebagainya. (Tobing, 2007). Jumlah rangsangan, waktu menggunakan rangsangan, konsentrasi menggunakan rangsangan dari media


(45)

massa, memunculkan kemampuan kognitif, afektif, maupun konatif dalam diri pengguna stimulus.

Penelitian Parwadi (2005) menunjukkan bahwa penggunaan media mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap terjadinya penyimpangan nilai dan perilaku. Penggunaan media televisi memang benar dapat mempengaruhi penontonnya. Penyimpangan nilai dan perilaku terjadi, seperti cenderung semakin permisif, berani, dan tidak sungkan-sungkan melakukan hal-hal yang dianggap tabu atau dilarang agama maupun masyarakat terutama berusia 14 - 22 tahun (73,87 %) Usia ini adalah termasuk usia remaja atau siswa SMA.

Pada dasarnya belum ada konsep yang baku tentang batasan penggunaan media. McQuail dan Windhal (1981), menggunakan konsep penggunaan media yang dijabarkan sebagai jumlah isi yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi yang dikonsumsi, serta hubungan antara individu konsumen media dengan isi media, Aspek-aspek terpaan media yang diukur pada umumnya adalah aspek waktu yang digunakan dalam rangka mengikuti berbagai media, jenis-jenis media yang diikuti, dan berbagai hubungan antara individu yang mengkonsumsi baik dengan isi media maupun dengan media pada umumnya (Rosengren, 1974).

Salah satu contoh pengukuran waktu yang digunakan dalam mengikuti media dilakukan oleh McLeod dan Backer (1974) mengajukan pertanyaan:

1. “Rata-rata satu minggu berapa jam biasanya menonton televisi setelah pukul lima petang “

2. Bagaimanakah kekerapan anda menonton jenis-jenis acara televisi berikut ini? Acara-acara dikategorikan atas, siaran berita nasional, lokal, khusus, dokumenter. Sedangkan kekerapan dikategorikan atas : sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.

Karakteristik Siswa SMA

Murid Sekolah Menengah Umum (SMA) berumur antara 15 sampai 18 tahun yang masuk dalam kategori masa remaja. Secara sederhana, remaja dapat dinyatakan sebagai seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun. Tahapan perkembangan kejiwaan remaja dan tingkat usianya dapat diklasifikasikan menjadi (a) remaja dini (12-15 tahun), (b) remaja penuh (15-17) tahun, dan (c) dewasa muda (17-21) tahun (Hadisuprapto dalam Efefendi AW, 2006). Gejala lain yang timbul dalam tahap remaja penuh adalah bangkitnya


(46)

18

dorongan seks (Sarwono, 2004). Namun tidak semua remaja mengalami pendidikan sampai pada tingkat SMA.

Secara umum yang dimaksud masa remaja adalah saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat tercapainya kedewasaan pertumbuhan fisik, serta kesanggupan bertingkah laku yang dikuasai rasio dan pengendalian emosi. Dengan tercapainya kematangan fisik yang berkaitan dengan kematangan alat genetika bagian dalam maka berakhirlah masa pubertas, disaat inilah seseorang mulai menginjak masa remaja.

Selain ciri-ciri fisik, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) biasanya sedang mencari jati diri dengan aktif mengikuti berbagai macam kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler baik di sekolah maupun diluar sekolah. Kegiatan tersebut banyak membentuk penilaian terhadap objek-objek yang menerpa mereka. Misalnya: kegiatan pramuka, kegiatan olehahraga dan seni, mengikuti seminar-seminar ilmiah, ikut berkecimpung dalam keorganisasian, dan sebagainya. Pengalaman berorganisasi baik formal maupun informal merupakan pengalaman yang melekat pada diri siswa SMA. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang dapat memberikan bekal dalam menilai segala stimulus yang menerpa diri manusia termasuk tayangan televisi, internet dan lain sebagainya.

Masa SMA adalah masa remaja usia 15 s/d 18 tahun yang paling menarik dan menantang dalam kehidupan anak remaja dan orang tua. Seorang remaja akan mulai matang secara fisik, emosi dan intelektual. Mereka haus akan pengalaman yang terbebas dari orang tua. Ikatan-ikatan dengan keluarga tidak terlalu diperketat lagi, tetapi tetap tidak menghilangkan peranan pengawasan orangtua. Kehidupan remaja sangatlah rumit, sehingga mereka membutuhkan kebebasan sekaligus arahan pada waktu yang bersamaan.

Walaupun siswa SMA homogen dari segi usia namun perbedaan karakteristik tetap ada karena kepribadian manusia berbeda-beda. Menurut Malik (1994), kepribadian manusia memiliki empat determinan pokok, yaitu: (1) biologi atau keturunan, (2) keanggotaan dalam kelompok, khususnya dalam lingkungannya, (3) peran atau termasuk usia, status sosial, kelas, dan warna kulit seseorang, (4) situasi, semua kejadian yang mempengaruhi yang memungkinkan dua orang bersaudara dalam lingkungan yang sama menjadi benar-benar berbeda.


(1)

SKT LT NSM LK LD RM SK N RH BB BSK T

BLT TNS BLK BLD PRM K

PAS K

KSN KRH BBB K MJH DO V NTR SP

1 1 4 2 2 10 0 0 0 0 0 0 12 0 12 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 2 1 2 0 8500

2 1 4 2 1 12 0 0 6 0 0 6 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3 2 2 2 0 5000

3 1 4 2 2 10 0 0 0 0 0 0 10 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 3 1 0 0

4 1 4 2 1 12 0 0 6 6 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 2 3 1 0 10000

5 1 4 2 1 12 0 0 6 0 0 5 0 13 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 3 4 3 3 0 5000

6 1 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 10 10 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 2 3 3 1 0 3000

7 1 4 2 2 0 0 0 0 0 0 0 5 10 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5 4 0 6000

8 1 4 2 1 18 0 0 0 0 0 0 10 36 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 2 3 2 0 2000

9 1 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 6 8 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5 4 0 0

10 1 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 5 9 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 3 2 0

11 1 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 10 9 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5 4 0 0

12 1 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1 3 2 2 0

13 1 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 2 0 0

14 1 2 2 2 2 0 10 0 0 0 0 0 12 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 4 0 0

15 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 4 10 12 10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 3 3 3 2 1 4000

16 1 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 3 3 0 0

17 1 2 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 3 1 0 0

18 1 2 2 1 0 0 0 12 10 0 0 0 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 2 3 1 0 8000

19 1 2 2 1 0 0 0 0 12 0 3 0 9 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 3 3 3 0 0

20 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 13 0 7 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 5 4 0 0

21 1 2 2 1 0 0 0 10 10 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 6 3 0 0

22 1 2 2 2 6 0 15 0 0 0 13 0 12 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 2 5 3 2 3500

23 1 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 1 0 0

24 2 3 2 1 0 0 0 24 0 0 0 0 3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 2 1 1 4 3 2000

25 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 3 2 0 5000

26 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 2 0 4000

27 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 3 0 3000

28 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 3 0 3000

29 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 10 14 8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2 0 2000

30 2 3 2 2 0 0 0 0 6 0 0 10 10 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 5 4 0 2000

31 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 2 0 2000

32 2 3 2 1 2 0 0 15 0 0 0 15 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0

33 2 3 2 1 0 0 0 12 10 0 0 0 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 6 3 0 5000

34 1 3 2 1 0 0 0 18 10 0 0 0 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 5000

35 2 3 2 1 0 0 0 2 10 0 0 0 12 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 3 5 1 0 2000

36 2 3 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 12 11 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 3 2 3 1 0 0

37 2 3 2 2 0 0 0 0 20 0 0 0 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 3 4 2 0 2000

38 2 3 2 2 0 0 0 0 6 0 0 0 10 8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 2 0 5 2 0 0

39 1 3 2 1 0 0 0 10 10 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 6 3 0 5000


(2)

No ALM SKH JUR JK LMB SKT LMB LT LMT NSM LMB LK LMB LD LMP RM LMP SK LMS N LMK RH LMB BB KDD BSK T KDD BLT KDD TNS KDD BLK KDD BLD KDD PRM K KDD PAS K KDD KSN KDD KRH KDD BBB JLH SK JLH MJH JLH RDO JLH TV JLHI NTR JLHT RSP

41 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 1000

42 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 3 2 0 2000

43 2 3 2 1 0 1 0 14 0 0 0 0 9 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 3 3 2000

44 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 0 0 5000

45 1 3 2 1 0 0 0 0 11 0 0 0 11 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 4 1 4 0 0

46 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

47 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 2 3 0 2000

48 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 4 2 0 2500

49 1 3 2 1 0 15 8 0 8 0 0 0 8 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 3 2 5 3 0 5000

50 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0 5000

51 1 3 2 1 5 0 10 10 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 1 3 2 0 1000

52 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 2000

53 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 2000

54 2 3 2 1 0 0 0 4 10 0 0 0 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 3 3 2 0 1000

55 1 3 2 1 0 0 0 4 10 0 0 0 10 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 5 3 1 0 0

56 1 3 2 1 2 0 0 2 10 0 0 0 10 0 1 0 0 1 2 0 0 0 1 0 1 5 5 2 0 2000

57 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 2 0 2000

58 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0

59 1 3 2 1 4 10 0 10 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 4 2 0 2000

60 1 3 2 1 0 0 0 20 2 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 0 4 2 0 5000

61 1 3 2 1 0 0 0 10 10 0 0 0 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 3 0 2 0 2000

62 1 3 2 2 18 0 0 0 0 0 0 8 5 5 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 5 4 2 0 3000

63 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 4 2 0 2500

64 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 3 1 0 2000

65 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 30 2 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 3 2 1 3000

66 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 3 1 5000

67 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 16 10 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 2 3000

68 1 3 2 2 2 0 0 0 0 0 0 10 10 14 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 4 4 2 1 2000

69 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 2 1 0 0

70 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 2 0 6000

71 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 1 0 0

72 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 2 0 3000

73 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 3 2 0 4000

74 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 2 0 0

75 1 3 2 1 12 0 0 22 0 12 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 0 3 3 0 2000

76 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 3 0 5000

77 1 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 0 2000

78 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 1 0 5000

79 2 3 2 1 0 0 0 0 0 0 12 10 10 6 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 4 2 2 3 2000


(3)

T K K

81 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 0 2000

82 2 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 0 3000

83 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 1 0 0

84 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 4 4 2 0 2000

85 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 12 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 2 4 3 0 1000

86 1 3 2 2 0 0 0 0 0 0 0 10 10 12 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 3 2 0 1000

87 1 1 3 1 0 0 0 2 10 0 0 0 0 12 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 3 2 5 3 1 8000

88 3 1 3 1 0 0 0 0 10 0 0 10 0 10 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 2 3 3 0 50000

89 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 6 10 8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 3 2 0 5000

90 1 1 3 2 0 0 0 0 4 0 0 6 10 18 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 2 3 3 3 2 0

91 1 1 3 2 0 0 0 0 8 0 0 8 10 10 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 4 4 5 4 2 4800

92 3 1 3 1 0 0 0 10 12 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 2 2 1 3 1 0

93 1 1 3 1 6 0 0 14 4 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 2 5 1 15000

94 4 1 3 1 0 0 0 14 10 0 0 8 4 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 3 3 4 1 0

95 2 1 3 1 10 0 0 0 0 0 0 9 5 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 5 1 2 1 0

96 3 1 3 1 0 0 0 0 10 0 0 10 0 4 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 2 1 3 1 3000

97 1 1 3 1 0 0 0 10 0 0 0 6 10 10 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 3 3 2 3 2 0

98 2 1 3 1 0 0 0 0 10 0 0 10 0 4 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 2 2 3 1 0

99 3 1 3 1 0 0 0 0 10 4 0 12 0 14 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5 5 1 1 2 0

100 3 1 3 1 0 0 0 10 14 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 2 3 1 3 1 50000

101 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 10 5 14 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 4 4 1 5000

102 2 1 3 2 0 0 0 0 10 0 0 10 0 10 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 3 5 3 2 1 0

103 1 1 3 2 0 0 0 0 4 0 0 6 0 14 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 2 3 2 1 8000

104 3 1 3 1 10 0 0 10 4 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5 3 1 2 1 10000

105 5 1 3 1 0 0 0 12 0 0 0 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 3 4 2 0

106 3 1 3 1 0 0 0 6 10 0 0 0 0 8 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 3 2 2 1 0

107 3 1 3 2 12 0 0 0 0 0 0 12 3 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 3 2 1 10000

108 3 1 3 2 16 0 0 0 0 0 0 10 2 10 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 4 6 3 0

109 3 1 3 2 0 0 0 0 0 0 1 11 10 15 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 4 4 1 6000

110 3 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 1 8300

111 1 1 3 2 18 0 0 0 0 0 0 10 2 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 1 3 1 1 50000

112 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 1 10 12 14 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 3 4 3 17000

113 3 1 3 1 6 0 0 10 14 0 0 10 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 2 3 2 1 0

114 3 1 3 2 0 0 0 0 6 0 0 8 8 8 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 2 2 1 0

115 5 1 3 1 0 0 10 0 10 0 0 10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 2 5 3 1 0

116 3 1 3 2 16 10 0 0 0 0 0 10 0 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 2 1 2 2 2 50000

117 1 1 3 2 0 0 0 0 8 0 0 8 10 10 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 3 4 3 2 15000

118 3 1 3 1 0 0 0 10 10 0 0 10 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 2 1 4 4 1 0

119 1 1 3 1 0 0 8 8 6 0 0 8 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 3 3 2 1 1 0


(4)

No ALM SKH JUR JK LMB SKT

LMB LT

LMT NSM

LMB LK

LMB LD

LMP RM

LMP SK

LMS N

LMK RH

LMB BB

KDD BSK T

KDD BLT

KDD TNS

KDD BLK

KDD BLD

KDD PRM K

KDD PAS K

KDD KSN

KDD KRH

KDD BBB

JLH SK

JLH MJH

JLH RDO

JLH TV

JLHI NTR

JLHT RSP

121 3 1 3 1 0 0 0 10 10 0 0 10 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 2 3 2 1 5000

122 3 1 3 1 0 0 0 10 10 0 0 10 10 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 3 5 2 3 1 0

123 2 1 3 1 10 0 0 0 0 0 0 10 10 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 1 5 3 1 0

124 1 1 3 2 10 0 0 0 0 0 0 10 10 6 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 1 1 2000

125 3 1 3 2 0 0 0 0 0 12 0 6 10 8 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 2 1 1 4 1 0

126 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 10 10 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 1 3 2 2 5000

127 1 1 3 2 0 0 0 0 10 0 0 10 5 4 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 5 2 1 1 0

128 1 1 3 2 0 0 0 0 10 0 0 10 0 4 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 4 3 3 2 10000

129 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 0 6 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 3 2 4 2 10000

130 1 1 3 1 0 0 0 12 12 0 0 4 12 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 3 2 3 2 1 10000

131 1 1 3 1 10 0 0 0 0 0 0 9 11 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 2 3000

132 1 1 3 2 0 0 0 0 0 0 10 10 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 2 3 2 3 0 4000

133 1 1 3 2 0 0 1 0 0 0 10 13 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 4 3 1 10000

134 5 1 3 1 10 0 0 0 5 0 0 0 10 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 2 3 2 1 0


(5)

91

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sebagian besar siswa SMA Depok cukup kritis menonton tayangan sinetron

dalam hal melakukan penyeleksian, penilaian dari sisi positif atau negatif, logis

atau tidak logis, sesuai atau tidak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku

secara umum, mendidik atau tidak mendidik, serta mengambil keputusan yang

bersifat positif.

2. Karakteristik siswa SMA Depok sebagian besar berhubungan signifikan dengan

sikap kritis siswa menonton sinetron. Hubungan yang paling kuat diantara

unsur karakteristik adalah jumlah media massa yang tersedia di tempat tinggal

siswa dan yang terendah adalah uang saku atau uang jajan serta yang tidak

berhubungan jenis kelamin. Peranan siswa dalam sejumlah organisasi yang

diikuti, lama mengikuti organisasi berkorelasi dengan sikap kritis karena

siswa memperoleh informasi, organisasi dapat membentuk watak dan

kepribadian yang matang, serta pengalaman berorganisasi dapat menjadi

bekal dalam menilai tayangan sinetron. Sedangkan jumlah uang jajan

berhubungan rendah karena uang jajan lebih cenderung mencerminkan

status.

3. Terpaan media yang berkaitan dengan frekuensi menggunakan media massa

suratkabar, radio, televisi, internet, majalah dan tabloid berkorelasi secara

signifikan dengan sikap kritis menonton sinetron. Banyaknya waktu yang

diluangkan siswa menggunakan media massa dengan tujuan mencari

informasi akan menambah pengetahuan, khususnya melalui media suratkabar..

Perilaku siswa menonton sinetron di televisi tidak berkorelasi dengan sikap

kritis karena tujuan siswa menggunakan televisi dominan untuk mencari

hiburan bukan untuk mencari informasi yang dapat menambah wawasan dan

pengetahuan.

4. Mediasi orangtua mempunyai hubungan signifikan dengan sikap kritis

menonton sinetron. Komunikasi antara orangtua dan anak sangat penting

dilakukan untuk memperkuat dan mempertajam bagaimana memilah-milah

stimulus yang datang melalui media massa, menilai dan mengambil keputusan

yang terbaik untuk dilakukan demi kepentingan siswa, orangtua, dan bangsa.

Mediasi yang paling kuat hubungannya dengan sikap kritis menonton sinetron

adalah mediasi aktif, diikuti mediasi coviewing, dan mediasi restriktif.


(6)

92

5. Pengetahuan isi media, industri media dan efek media berkorelasi signifikan

dengan sikap kritis menonton sinetron Hubungan ini termasuk pada assosiasi

tinggi karena pengetahuan merupakan dasar untuk menilai sesuatu. Tanpa

mempunyai pengetahuan maka analisa mengenai objek sikap dangkal dan

mengambil keputusan tidak tepat untuk kebaikan siswa.

Saran

1. Mengingat sikap krtis siswa dalam tingkatan cukup kritis, pengetahuan

mengenai media televisi juga cukup tahu, dan penggunaan tayangan televisi

yang tinggi maka pihak industri televisi perlu mengurangi tayangan hiburan

yang berisi kurang mendidik karena siswa belum matang dalam mengolah

semua tayangan yang bersifat hiburan.

2. Pemerintah dalam hal ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu melakukan

pengawasan terhadap tayangan televisi termasuk sinetron sampai batas waktu

siswa mampu bersikap kritis.

3. Pengetahuan siswa mengenai isi tayangan televisi, industri televisi serta efek

tayangan televisi perlu ditingkatkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, maupun

melalui mediasi orangtua.

4. Faktor mediasi orangtua perlu ditingkatkan terutama mediasi yang bersifat aktif

dan coviewing karena siswa membutuhkan tempat berdiskusi dalam

mengungkapkan pemikiran dan pendapat mengenai tayangan televisi

khususnya sinetron terutama yang bertentangan dengan nilai atau norma

yang ada dalam masyarakat yang bersifat umum. Selain itu juga siswa merasa

diperhatikan oleh orangtua mereka.

5. Perlu mengkaji ulang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan sikap kritis

menonton sinetron seperti realitas kualitas keikutsertaan dalam organisasi,

pengetahuan orangtua mengenai tayangan televisi, sikap kritis orangtua siswa

mengenai tayangan televisi, serta lingkungan teman siswa bergaul.