Asosiasi Komunitas Aufwuch pada Tumbuhan Air di Danau Tempe, Sulawesi Selatan.

v

ASOSIASI KOMUNITAS AUFWUCH PADA TUMBUHAN AIR
DI DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN

WAHYU AZIZI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

vii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Asosiasi
Komunitas Aufwuch pada Tumbuhan Air di Danau Tempe, Sulawesi Selatan

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir penulisan ini.

Bogor, Agustus 2015

Wahyu Azizi
NIM C24100081

viii

ABSTRAK
WAHYU AZIZI. Asosiasi Komunitas Aufwuch pada Tumbuhan Air di Danau
Tempe, Sulawesi Selatan.
Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI dan YUSLI WARDIATNO.
Aufwuch merupakan komunitas organisme mikro (autotrof maupun
heterotrof) yang hidup di sekitar bagian substrat terendam, yang memiliki peranan

penting dalam rantai makanan. Studi ini dilaksanakan di Danau Tempe, Sulawesi
Selatan dengan tujuan untuk mengkaji mengenai asosiasi komunitas aufwuch
terhadap tumbuhan air serta keterkaitannya dengan parameter fisika, kimia, dan
biologi perairan. Pengambilan contoh dilakukan di lima stasiun pengamatan. Di
Danau Tempe dijumpai tiga jenis tumbuhan air yang cukup melimpah, yaitu
eceng gondok (Eichhornia crassipes), kangkung air (Ipomoea aquatica), dan
Cyperus sp. Aufwuch di Danau Tempe yang ditemukan selama penelitian terdiri
dari tiga kelompok, yaitu mikrofitoaufwuch yang didominasi oleh kelompok
Bacillariophyceae (38%), mikrozooaufwuch yang didominasi oleh kelompok
Rotifera (39%), dan makrozooaufwuch yang didominasi oleh kelompok
Crustaceae (90%). Parameter fisika-kimia perairan mengindikasikan kondisi
optimum untuk pertumbuhan aufwuch di Danau Tempe, Sulawesi Selatan.
Kata kunci: aufwuch, Danau Tempe, tumbuhan air

ABSTRACT
WAHYU AZIZI. The Association of Aufwuch Community on Aquatic Plant in
Lake Tempe, South Sulawesi. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI and YUSLI WARDIATNO.
Aufwuch is a community of micro-organisms (autotrophic or heterotrophic)
who live around the submerged substrate, that has an important role in the food

chain. This study was conducted at Tempe Lake, South Sulawesi, with the aim is
to assess the aufwuch association community to aquatic plants as well as its
association with the parameters of physics, chemistry, and biology waters.
Sampling was conducted in five observation stations. There are three types of
aquatic plants are quite abundant in Tempe Lake, namely the water hyacinth
(Eichhornia crassipes), water spinach (Ipomoea aquatica), and Cyperus sp.
Aufwuch on Lake Tempe found during the study consisted of three groups,
namely mikrofitoaufwuch dominated by groups of Bacillariophyceae (38%),
mikrozooaufwuch dominated by Rotifera group (39%), and makrozooaufwuch
dominated by a group of crustaceans (90%). Physical-chemical parameters of
waters indicates the optimum conditions for growth aufwuch at Tempe Lake,
South Sulawesi.
Key words: aquatic plant, aufwuch, Tempe Lake

ix

ASOSIASI KOMUNITAS AUFWUCH PADA TUMBUHAN AIR
DI DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN

WAHYU AZIZI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

x

xii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi dengan judul “Asosiasi Komunitas Aufwuch pada Tumbuhan
Air di Danau Tempe, Sulawesi Selatan” ini berhasil diselesaikan oleh penulis.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2. Beasiswa POM IPB yang telah memberikan dana pendidikan selama dua
tahun.
3. Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
yang telah memberikan fasilitas dalam melakukan penelitian ini.
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan atas izin
yang diberikan untuk melakukan penelitian di Danau Tempe.
5. Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir
Yusli Wardiatno, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang selalu
memberikan arahan, masukan dan kritik membangun bagi Penulis.
6. Dr Ir Ario Damar, MSi selaku dosen penguji tamu, dan Inna Puspa Ayu, SPi
MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
atas koreksi dan saran dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.
7. Dr Ir Hefni Effendi, MPhil selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi serta pencerahan selama perkuliahan.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya.

9. Keluarga besar Laboratorium Biologi Mikro Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan FPIK IPB.
10. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan FPIK IPB.
11. Teman-teman MSP 47.
12. Teman-teman Kosan Pondok AA.
13. Pak Wahyudin, Pak Ciwang, dan Pak Kaseng yang telah memberikan bantuan
selama pengambilan contoh di Danau Tempe.
14. Teman-teman serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Wahyu Azizi

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Tahapan Penelitian
Pengambilan Contoh
Analisis Laboratorium
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


xiv
xiv
xv
1
1
2
2
2
3
3
3
3
4
6
7
7
14
18
19
21

31

xiv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Metode digunakan dalam analisis kualitas air
Nilai rata-rata parameter fisika dan kimia masing-masing Stasiun di
Danau Tempe
Kelimpahan mikrofitoaufwuch (ind/m3) masing-masing Stasiun di
perairan Danau Tempe
Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks

dominansi (C) mikrofitoaufwuch di Danau Tempe
Kelimpahan mikrozooaufwuch (ind/m3) masing-masing Stasiun di
Danau Tempe
Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) mikrozooaufwuch di Danau Tempe
Kelimpahan makrozooaufwuch makro (ind/m3) pada masing-masing
Stasiun di perairan Danau Tempe
Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) makrozooaufwuch di Danau Tempe

4
8
9
9
10
11
12
12

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir perumusan masalah asosiasi komunitas Aufwuch pada
Tumbuhan Air di Danau Tempe
Lokasi pengambilan contoh Aufwuch di Danau Tempe
Komposisi kelompok mikrofitoaufwuch di Danau Tempe berdasarkan
(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (sel/m3)
Komposisi kelompok mikrozooaufwuch di Danau Tempe berdasarkan
(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)
Komposisi kelompok makrozooaufwuch di Danau Tempe berdasarkan
(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)
Dendogram pengelompokan Stasiun di Danau Tempe berdasarkan
kelimpahan aufwuch
Dendogram pengelompokan Stasiun di Danau Tempe berdasarkan
parameter fisika-kimia perairan.

2
3
8
10
11
13
13

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bungka Toddo
2 Substrat Tumbuhan Air
3 Jenis-jenis Mikrofitoaufwuch dominan yang ditemukan.
4 Jenis-jenis Mikrozooaufwuch dominan yang ditemukan.
5 Jenis-jenis Makrozooaufwuch yang ditemukan
6 Kelimpahan Mikrofitoaufwuch di Danau Tempe
7 Kelimpahan Mikrozooaufwuch di Danau Tempe
8 Kelimpahan Makrozooaufwuch di Danau Tempe
9 Hasil regresi berganda Mikrofitoaufwuch
10 Hasil regresi berganda Mikrozooaufwuch
11 Hasil regresi berganda Makrozooaufwuch

21
22
23
23
24
25
26
27
28
29
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu danau tipe rawa banjiran di Sulawesi, yaitu Danau Tempe,
terletak di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan dengan
luas sekitar 13 000 ha. Luas Danau Tempe dapat mencapai lebih dari 30 000 ha
dengan kedalaman maksimum 5,5 meter saat banjir besar dan hanya ± 1.000 ha
dengan kedalaman maksimum 1 meter pada musim kemarau.
Pada musim kemarau, daerah yang tidak digenangi air menjadi hamparan
lahan yang subur yang digunakan sebagai lahan pertanian palawija. Di sisi lain,
diperkirakan sekitar 45% permukaan area yang digenangi air tertutupi oleh
tumbuhan air, selebihnya merupakan area terbuka yang dimanfaatkan sebagai
daerah penangkapan ikan dan alur pelayaran. Jenis tumbuhan air yang banyak
ditemui di Danau Tempe adalah eceng gondok, kangkung, serta Cyperus sp.
Keberadaan tumbuhan air yang melimpah di Danau Tempe dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan perikanan yang unik, yang disebut
Bungka Toddo. Bungka Toddo adalah teknik pemeliharaan ikan dengan cara
menempatkan tumbuhan air dalam lingkaran pagar bambu (kerai) (Lampiran 1).
Tumbuhan air, seperti eceng gondok, kangkung, atau jenis lainnya banyak
dimanfaatkan dalam kegiatan Bungka Toddo. Meskipun demikian, tidak semua
tumbuhan air di Danau Tempe dimanfaatkan untuk Bungka Toddo, melainkan
juga tumbuh secara liar di perairan Danau Tempe.
Bagian tumbuhan air yang terendam menyediakan berbagai kebutuhan
hidup bagi ikan di perairan Danau Tempe. Tumbuhan air memiliki fungsi sebagai
penyedia sumberdaya makanan, tempat berlindung, dan tempat bertelur ikan. Di
samping itu, tumbuhan air berperan sebagai penyedia lingkungan hidup yang baik
bagi perairan, di antaranya memproduksi oksigen terlarut, serta sebagai agen
adsorbsi bahan tersuspensi.
Salah satu komunitas yang berasosiasi dengan tumbuhan air adalah
aufwuch. Pengertian aufwuch meliputi semua organisme yang melekat (tidak
menembus) pada substrat yang terendam dalam air, serta merayap-rayap atau
berenang bebas di permukaan substrat dan bahkan pada saat-saat tertentu
berenang bebas meninggalkan substrat tersebut (Hickling 1961). Aufwuch,
plankton, dan benthos merupakan sebagian dari komponen dalam suatu ekosistem
perairan dan mempunyai peranan dalam penentuan produktivitas habitat perairan
(Lauff 1960). Peranan aufwuch dalam rantai makanan adalah sebagai produsen
primer (autotrof) dan makanan ikan (Young 1945). Aufwuch pada dasarnya
makanan mikroskopis yang ditemukan tumbuh di batu atau substrat lainnya, yang
tidak terbatas sebagai autotrof melainkan juga heterotrof.
Keberadaan aufwuch di perairan cukup penting bagi ikan untuk bertahan
hidup. Aufwuch dapat ditemukan di lingkungan air tawar dan laut. Istilah
aufwuch meliputi ganggang dan larva serangga, krustasea, protozoa, dan
organisme air mikro lainnya untuk makanan ikan. Peranan aufwuch dalam suatu
perairan dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Oleh
karena itu perlu dilakukan kajian mengenai asosiasi komunitas aufwuch pada
tumbuhan air yang berada di Danau Tempe, serta keterkaitannya dengan
parameter fisika, kimia, dan biologi perairan Danau Tempe.

2
Perumusan Masalah
Danau Tempe merupakan rawa banjiran yang memiliki kesuburan perairan
yang baik, sehingga mendukung untuk berkembangnya komunitas aufwuch.
Aufwuch memiliki peranan penting dalam rantai makanan di ekosistem perairan.
Keberadaan aufwuch di perairan baik jenis maupun kelimpahan dipengaruhi oleh
substrat yang didiami, serta parameter fisika-kimia perairan tersebut. Perlunya
pengamatan terhadap aufwuch, tumbuhan air, serta parameter fisika-kimia
perairan tersebut. Sehingga dapat diketahui asosiasi komunitas aufwuch pada
tumbuhan air di Danau Tempe.

Aufwuch, tumbuhan air,
dan parameter fisika-kimia
perairan

1. Struktur komunitas
aufwuch
2. Eceng gondok,
kangkung air, dan
Cyperus sp.
3. Suhu, kedalaman,
kecerahan, pH, DO,
amonia, amonium,
nitrat,nitrit, dan
ortofosfat.

Asosiasi komunitas
aufwuch pada tumbuhan
air serta keterkaitannya
dengan parameter fisikakimia perairan

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah asosiasi komunitas aufwuch
pada tumbuhan air di Danau Tempe

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji asosiasi komunitas aufwuch pada
tumbuhan air serta keterkaitannya dengan parameter fisika, kimia, dan biologi
perairan Danau Tempe.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai asosiasi komunitas organisme mikro
pada tumbuhan air di Danau Tempe, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengelolaan Danau Tempe agar berlanjut dan lestari.

3

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu pada bulan
Maret-November 2014. Lokasi Pengambilan contoh di Danau Tempe, Sulawesi
Selatan yang dilakukan pada lima stasiun (Gambar 2). Analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I, Divisi Produktivitas dan Lingkungan
Perairan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor
dan Laboratorium Pengujian Limnologi LIPI.

Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh Aufwuch di Danau Tempe

Tahapan Penelitian
Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh aufwuch dilakukan pada titik 1A, 1B, 1C, 2A, 3A, 4A,
dan 5C. Penentuan lokasi stasiun didasarkan pada DAS yang ada di Danau
Tempe. Sub stasiun „A‟ merupakan area tidak permanen terendam air, sedangkan
sub stasiun „B‟ merupakan area peralihan, dan sub stasiun „C‟ merupakan area
permanen terendam air. Penentuan titik menggunakan alat bantu GPS (Global
Positioning System). Selanjutnya dilakukan penyaringan air di sekitar bagian
tumbuhan air yang terendam menggunakan plankton net. Hasil yang didapat dari
penyaringan tersebut dimasukkan ke dalam botol contoh berkode. Contoh

4
kemudian diawetkan menggunakan larutan formalin (4%) untuk keperluan
analisis laboratorium. Tumbuhan air yang diamati meliputi eceng gondok
(Eichhornia crassipes), kangkung air (Ipomoea aquatica), dan rumput (Cyperus
sp.).
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium yang dilakukan adalah analisis terhadap aufwuch dan
analisis parameter fisika-kimia perairan. Analisis terhadap aufwuch terbagi atas
fitoaufwuch serta zooaufwuch. Fitoaufwuch hanya terdiri dari organisme mikro,
sedangkan zooaufwuch meliputi organisme mikro dan makro. Organisme mikro
pada fitoaufwuch, yaitu mikrofitoaufwuch, merupakan sebutan bagi jenis
mikroalgae.
Organisme mikro pada zooaufwuch, yaitu mikrozooaufwuch
merupakan sebutan bagi jenis mikro avertebrata yang dapat diamati dengan
mikroskop majemuk, sedangkan organisme makro pada zooaufwuch, yaitu
makrozooaufwuch merupakan sebutan bagi jenis mikro avertebrata yang dapat
diamati cukup dengan mikroskop stereo. Identifikasi mikroaufwuch mengacu
pada Mizuno (1979), sedangkan identifikasi makroaufwuch mengacu pada Pennak
(1978) dan Lovett (1981).
Analisis kualitas air meliputi parameter fisika dan kimia perairan in situ,
yaitu suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO), dan
kedalaman. Adapun parameter yang diukur di laboratorium meliputi nitrat, nitrit,
amonium, amonia, dan ortofosfat. Pengukuran semua parameter fisika dan kimia
perairan mengacu pada metode baku APHA 2012 (Rice et al. 2012).

Tabel 1 Metode yang digunakan dalam analisis kualitas air
Parameter
Suhu (°C)
Kedalaman (m)
Kecerahan (m)
pH
DO (mg/L)
Amonium (mg/L)
Amonia (mg/L)
Nitrat (mg/L)
Nitrit (mg/L)
Ortofosfat (mg/L)

Alat/Metode
WQC
Tali Ukur
Secchi Disk
WQC
WQC
APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F
APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F
APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F
APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F
APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F

Keterangan
In Situ
In Situ
In Situ
In Situ
In Situ
Lab
Lab
Lab
Lab
Lab

Analisis aufwuch dilakukan pada bulan April 2013-November 2014.
Pencacahan aufwuch dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler model
Olympus CH-2 dengan perbesaran 10x10 dan mikroskop stereo model Olympus
SZ-6045 TRTP. Analisis aufwuch dimaksudkan untuk mengetahui jenis dan
kelimpahannya pada tumbuhan air.
Menurut Krebs (1972) kelimpahan
mikroaufwuch dinyatakan dalam ind/m3 yang diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

5

Keterangan :
N Mikrofitoaufwuch
N Mikrozooaufwuch
n
Vt
Vs
Vd
1000

= Kelimpahan aufwuch (cel/m3)
= Kelimpahan aufwuch (ind/m3)
= Jumlah aufwuch yang tercacah
= Volume air tersaring (ml)
= Volume contoh pada Sedgwick Rafter Counting (ml)
= Volume air yang disaring (l)
= Faktor konversi dari liter ke m3

Kelimpahan makrozooaufwuch didefinisikan sebagai jumlah individu
makrozooaufwuch per satuan luas (m2) (Krebs 1972). Contoh makrozooaufwuch
diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya dengan rumus berikut:

Keterangan :
Ki
= Kelimpahan makrozooaufwuch jenis ke-i
Ni
= Individu makrozooaufwuch jenis ke-i
A
= Luas area contoh
Keanekaragaman aufwuch dihitung dengan
keanekaragaman Shannon-Wiener (Krebs 1972), yaitu:

menggunakan

indeks

Keterangan :
H‟
= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
pi
= ni/N
ni
= Jumlah individu spesies ke-i
i
= 1,2,3,.......,n
n
= Jumlahn spesies
N
= Jumlah total individu
Keseragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keseragaman
Evennes (Krebs 1972), dengan persamaan:

Keterangan :
E
= Indeks keseragaman
H‟
= Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
Hmaks
= ln S (S= Jumlah spesies yang ditemukan)

6
Dominansi jenis ditentukan menggunakan indeks dominansi Simpson
(Krebs 1972), dengan persamaan:

Keterangan :
C
= Indeks dominansi Simpson
Ni
= Jumlah individu spesies ke-i
I
= 1,2,3,.......,n
n
= Jumlah spesies
N
= Jumlah total individu
Suatu perairan yang mempunyai keanekaragaman jenis rendah cenderung
memiliki keseragaman yang rendah pula. Nilai indeks keseragaman (E) dan
indeks dominansi (C) berkisar antara 0-1. Jika nilai indeks keseragaman
mendekati 0 maka nilai indeks dominansi akan mendekati 1. Hal ini dapat
didefenisikan jika keseragaman suatu populasi semakin kecil, maka ada
kecenderungan suatu jenis mendominasi populasi tersebut (Odum 1993).

Analisis Data
Pengelompokan Stasiun
Pengelompokan dilakukan untuk mengetahui adanya kesamaan distribusi
aufwuch dan kualitas perairan pada Danau Tempe. Analisis pengelompokan
Stasiun dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan parameter biologi dan
parameter fisika kimia. Pengelompokan Stasiun berdasarkan parameter biologi
(kelimpahan aufwuch) dapat dilakukan dengan menentukan tingkat kesamaan
antara Stasiun pengamatan menggunakan indeks Bray-Curtis (Bray dan Curtis in
Legendre dan Legendre 1983). Nilai indeks Bray-Curtis diperoleh melalui rumus:

Keterangan:
Ib
= Indeks Bray-Curtis
Xi1
= Jumlah individu jenis ke-i pada Stasiun 1
Xi2
= Jumlah individu jenis ke-i pada Stasiun 2
i
= 1,2,3,.......,n
Pengelompokan Stasiun berdasarkan parameter fisika dan kimia (suhu, pH,
oksigen terlarut (DO), kecerahan, amonia, amonium, nitrat, nitrit, dan ortofosfat)
dapat dilakukan dengan menentukan tingkat kesamaan antara Stasiun pengamatan
menggunakan indeks Canberra (Lance dan Williams in Legendre dan Legendre
1983). Penentuan indeks Canberra diperoleh melalui rumus:

7
-

-

Keterangan:
Ic
= Indeks Canberra
Xi1
= Nilai parameter fisika dan kimia ke-i pada Stasiun 1
Xi2
= Nilai parameter fisika dan kimia ke-i pada Stasiun 2
i
= 1,2,3,.......,n
N
= Jumlah parameter
Pengelompokan data hasil analisis disajikan dalam bentuk dendrogram.
Visualisasi dendrogram digunakan untuk melihat kesamaan wilayah distibusi
berdasarkan kelimpahan aufwuch dan kualitas perairan.
Regresi Berganda
Regresi berganda digunakan untuk menentukan pola hubungan antara
beberapa variabel bebas (X1, X2,……,Xp) terhadap satu variabel tak bebas (Y).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah parameter fisika (suhu, kedalaman dan
kecerahan), kimia (pH, DO, amonia, amonium, nitrit, nitrat, dan ortofosfat), dan
biologi (mikrofitoaufwuch, dan mikrozooaufwuch). Variabel terikat yang
dimaksud adalah kelompok komunitas aufwuch (mikrofitoaufwuch,
mikrozooaufwuch, dan makrozooaufwuch). Hubungan antara peubah-peubah
tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan (Mattjik & Sumertajaya
2002) sebagai berikut.
Yi= β0+β1X1i+β2X2i+…+βpXpi+ €i
Keterangan : Yi = Variabel tak bebas ke i
β = Kemiringan/gradient
X = Variabel bebas ke-n pada pengamatan ke-i
€I = Pengaruh galat percobaan ke-i

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kualitas Perairan
Kualitas perairan di Danau Tempe cenderung bervariasi pada masingmasing stasiun. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan di Danau
Tempe disajikan dalam Tabel 2. Parameter fisika yang diukur meliputi suhu,
kedalaman, dan kecerahan, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH,
oksigen terlarut (DO), amonium, amonia, nitrat, nitrit, dan ortofosfat.
Suhu yang didapatkan berkisar antara 30,4-36 oC, kedalaman 40-145 cm,
kecerahan 15-60,7 cm, pH 5,2-9,2, DO 2,9-16,9 mg/L, amonium 0,005-0,013
mg/L, amonia 0,0002-0,2912 mg/L, nitrat 0,5828-0,9113 mg/L, nitrit 0,0040,0127 mg/L, dan ortofosfat 0,0429-0,1325 mg/L.

8
Tabel 2 Nilai rata-rata parameter fisika dan kimia pada masing-masing Stasiun di
Danau Tempe
Parameter

Stasiun

Satuan
1

2

3

4

5

Suhu

o

C

32,4

30,4

36,0

30,4

31,0

Kedalaman

cm

93,3

90,0

40,0

40,0

145,0

Kecerahan

cm

60,7

38,0

15,0

33,0

49,0

-

8,1

7,5

9,2

7,8

5,2

pH

a

DO

mg/L

8,5

2,9

9,7

3,0

7,8

Amonium

mg/L

0,0131

0,0050

0,0100

0,0050

0,0050

Amonia

mg/L

0,0015

0,0018

0,0002

0,0010

0,2912

Nitrat

mg/L

0,5828

0,8585

0,9113

0,7366

0,6404

Nitrit

mg/L

0,0078

0,0073

0,0047

0,0127

0,0040

Ortofosfat

mg/L

0,0429

0,0452

0,0588

0,0559

0,1325

a

Nilai yang disajikan pada tabel merupakan 100 % saturasi

Komposisi aufwuch
Mikrofitoaufwuch
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrofitoaufwuch di perairan Danau
Tempe terdiri dari lima famili yaitu Cyanophyceae (5 genera), Chlorophyceae (11
genera), Bacillarophyceae (8 genera), Euglenophyceae (2 genera), Chrysophyceae
(1 genus). Komposisi mikrofitoaufwuch berdasarkan kelimpahan, didominasi oleh
Bacillariophyceae dengan kelimpahan sebesar 399 355 994 sel/m3.
Bacillariophyceae yang mendominasi adalah Melosira sp. Gambar 3 menyajikan
komposisi mikrofitoaufwuch di perairan Danau Tempe.

4%
7%

18%
33%

38%
30%
41%
29%

(i)

(ii)

Gambar 3 Komposisi kelompok mikrofitoaufwuch di Danau Tempe berdasarkan
(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (sel/m3)

9
Kelimpahan mikrofitoaufwuch pada setiap stasiun selama pengamatan
berkisar antara 70 380 007–306 974 630 sel/m3. Kelimpahan terendah ditemukan
pada Stasiun 4 sebesar 70 380 007 sel/m3 dan kelimpahan tertinggi ditemukan
pada Stasiun 3 sebesar 306 974 630 sel/m3. Mikrofitoaufwuch secara keseluruhan
lebih melimpah di Stasiun perairan 3.
Tabel 3 menyajikan komposisi
mikrofitoaufwuch berdasarkan jumlah jenis dan kelimpahan pada setiap stasiun.
Tabel 3 Kelimpahan mikrofitoaufwuch (ind/m3) pada masing-masing Stasiun di
perairan Danau Tempe
Stasiun

Jumlah jenis

Kelimpahan (sel/m3)

1

16

219 657 867

2

19

75 108 109

3

15

306 974 630

4

15

70 380 007

5

13

280 208 454

Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi (Tabel 4)
dapat digunakan untuk menilai kestabilan komunitas suatu perairan. Secara
keseluruhan nilai indeks keanekaragaman (H‟) pada perairan Danau Tempe
berkisar antara 0,58-1,77 dan nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,230,65. Nilai indeks dominansi (C) tertinggi diperoleh pada Stasiun 5 sebesar 0,72.
Visualisasi jenis-jenis mikrofitoaufwuch yang ditemukan selama penelitian
terdapat pada Lampiran 6.
Tabel 4 Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) mikrofitoaufwuch di Danau Tempe
Stasiun

Keanekaragaman

Keseragaman

Dominansi

1

1,49

0,54

0,28

2

1,74

0,59

0,25

3

1,14

0,42

0,39

4

1,77

0,65

0,21

5

0,58

0,23

0,72

Mikrozooaufwuch
Komposisi mikrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis terdiri dari empat
kelompok, yaitu Crustaceae (10 genera), Protozoa (8 genera), Rotifera (14
geneara), Insekta (1 genus).
Komposisi mikrozooaufwuch berdasarkan
kelimpahan, kelompok Rotifera juga memiliki kelimpahan tertinggi sebesar 1 571
511 ind/m3. Vorticella sp. merupakan jenis yang dominan ditemukan. Gambar 4
menyajikan komposisi mikrozooaufwuch di perairan Danau Tempe.

10

1%

3%
30%

32%
39%

43%

24%

28%

(i)

(ii)

Gambar 4 Komposisi kelompok mikrozooaufwuch di Danau Tempe berdasarkan
(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)

Kelimpahan mikrozooaufwuch pada setiap stasiun selama pengamatan
memiliki nilai berkisar antara 416 908–1 055 502 ind/m3. Kelimpahan terendah
ditemukan pada Stasiun 5 sebesar 416 908 ind/m3 dan kelimpahan tertinggi
ditemukan pada Stasiun 3 sebesar 1 055 502 ind/m3 (Tabel 5). Kelimpahan
mikrozooaufwuch secara keseluruhan lebih melimpah di Stasiun 2.
Tabel 5 Kelimpahan mikrozooaufwuch (ind/m3) pada masing-masing Stasiun di
perairan Danau Tempe
Stasiun
1
2
3
4
5

Jumlah Taksa
25
16
13
12
16

Kelimpahan (ind/m3)
940 874
871 260
1 055 502
732 706
416 908

Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi (Tabel 6)
dapat juga digunakan untuk menilai kestabilan komunitas suatu perairan. Secara
keseluruhan nilai indeks keanekaragaman (H‟) pada perairan Danau Tempe
berkisar antara 1,70-2,33 dan nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,610,77. Nilai indeks dominansi (C) tertinggi diperoleh pada Stasiun 2 sebesar 0,32.
Visualisasi jenis-jenis mikrozooaufwuch yang ditemukan selama penelitian
terdapat pada Lampiran 7.

11
Tabel 6 Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) mikrozooaufwuch di Danau Tempe
Stasiun

Keanekaragaman

Keseragaman

Dominansi

1

2,33

0,72

0,15

2

1,70

0,61

0,32

3

1,79

0,70

0,22

4

1,91

0,77

0,21

5

1,94

0,70

0,23

Makrozooaufwuch
Komunitas makrozooaufwuch pada ekosistem perairan Danau Tempe terdiri
dari berbagai jenis populasi makrozooaufwuch. Hasil penelitian menggambarkan
bahwa komposisi makrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis di perairan Danau
Tempe terdiri dari empat kelompok yaitu Gastropoda (4 genera), Insekta (5
genera), Crustaceae (5 genera), larva (1 genus). Berdasarkan kelimpahan
kelompok Crustaceae memiliki kelimpahan tertinggi yaitu sebesar 2 446 ind/m3.
Jenis Crusteceae yang mendominasi yaiitu jenis Palaemonetes sp. Gambar 5
menyajikan komposisi makrozooaufwuch di perairan Danau Tempe.

1%
4%5%

7%
27%
33%

33%

(i)

Gambar 5

90%

(ii)

Komposisi kelompok makrozooaufwuch di Danau
berdasarkan (i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)

Tempe

Kelimpahan makrozooaufwuch di setiap Stasiun selama pengamatan
memiliki nilai berkisar antara 195-970 ind/m3. Kelimpahan terendah ditemukan
pada Stasiun 2 sebesar 195 ind/m3 dan kelimpahan tertinggi ditemukan pada
Stasiun 3 sebesar 970 ind/m3 (Tabel 7). Kelimpahan makrozooaufwuch secara
keseluruhan lebih melimpah di Stasiun 3.
Tingginya kelimpahan
makrozooaufwuch di Stasiun 3 diduga berkaitan dengan faktor lingkungan yang
mendukung keberadaan makrozooaufwuch.

12
Tabel 7. Kelimpahan makrozooaufwuch makro (ind/m3) pada masing-masing
Stasiun di perairan Danau Tempe
Stasiun

Jumlah Taksa

Kelimpahan (ind/m3)

1

11

492

2

9

195

3

12

970

4

9

531

5

7

524

Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi (Tabel 8)
dapat juga digunakan untuk menilai kestabilan komunitas suatu perairan. Secara
keseluruhan nilai indeks keanekaragaman (H‟) pada perairan Danau Tempe
berkisar antara 1,34-2,03 dan nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,630,93. Nilai indeks dominansi (C) tertinggi diperoleh pada Stasiun 5 sebesar 0,35.
Visualisasi jenis-jenis makrozooaufwuch yang ditemukan selama penelitian
terdapat pada Lampiran 8.
Tabel 8 Nilai indeks keanekaragaman (H‟), indeks keseragaman (E) dan indeks
dominansi (C) makrozooaufwuch di Danau Tempe
Stasiun

Keanekaragaman

Keseragaman

Dominansi

1

1,75

0,73

0,23

2

2,03

0,93

0,14

3

1,56

0,63

0,27

4
5

1,49
1,34

0,68
0,69

0,26
0,35

Distribusi spasial aufwuch (Mikrofitoaufwuch, Mikrozooaufwuch,
Makrozooaufwuch) diilustrasikan melalui dendrogram.
Dendrogram
3
pengelompokan stasiun berdasarkan kelimpahan aufwuch (ind/m ) dan kualitas
perairan disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan dendrogram diketahui bahwa
komunitas aufwuch terdistribusi di dua kelompok lokasi, yaitu lokasi 1 (Stasiun 1,
3, 4) dan lokasi 2 (Stasiun 2, 5)
Distribusi spasial kualitas air juga diilustrasikan melalui dendrogram
(Gambar 7). Berdasarkan dendrogram diketahui bahwa kualitas perairan
terdistribusikan di dua kelompok lokasi, yaitu lokasi 1 (Stasiun 1, 2, 4, 5) dan
lokasi 2 (Stasiun 3)

13

Similarity

85,80

90,54

95,27

100,00
1

3

4
Stasiun

2

5

Gambar 6 Dendogram pengelompokan Stasiun di Danau Tempe berdasarkan
kelimpahan aufwuch

Similaritas

93,87

95,92

97,96

100,00
1

2

5

4

3

Stasiun

Gambar 7 Dendogram pengelompokan Stasiun di Danau Tempe berdasarkan
parameter fisika-kimia perairan.

14
Hasil regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh beberapa
parameter fisika, kimia, dan biologi terhadap kelimpahan mikrofitoaufwuch (Y1)
maupun mikrozooaufwuch (Y2), serta parameter fisika, kimia, dan biologi
terhadap kelimpahan makrozooaufwuch (Y3). Persamaan regresi kelimpahan
aufwuch menggunakan beberapa variabel bebas, yaitu suhu (X1), pH (X2), DO
(X3), amonia (X4), ortofosfat (X5), anorganik nitrogen (X6), mikrofitoaufwuch
(X7), mikrozooaufwuch (X8) (Lampiran 9,10,11). Berikut rumus yang didapatkan:
Ln Y1 = -26,5086 + 18,93364 Ln X1 – 9,80352 Ln X2 – 24,4547 Ln X5 +
7,216279 Ln X6, (p