Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten

KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH PROVINSI BANTEN

EFITA MEY LINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sektor
Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Bantenadalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Efita Mey Lina
NIM H1400039

ABSTRAK
EFITA MEY LINA. Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi
Banten. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA.
Pelaksanaan pembangunan wilayah di Provinsi Banten belum optimal
karena tingginya angka pengangguran dan meningkatnya jumlah penduduk
miskin.Pemerintah perlu
melakukan perencanaan terintegrasi untuk
mengembangkan sektor-sektor yang mampu menggerakan perekonomian
daerah.Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis sektor unggulan
Provinsi Banten. Metode dalam penelitian ini adalah analisis Input-Output
dengan menggunakan data Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik
atas dasar harga domestik produsen tahun 2010, klasifikasi 58 sektor yang
diagregasi mejadi 9 sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan
diProvinsi Banten adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Sub-sektor yang mampu

untuk mendukung ketiga sektor unggulan ini adalah sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, sekor industri kertas dan barang dari kertas, sektor
industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, sektor
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan motor, sektor angkutan
darat dan sektor angkatan udara.Sektor pertanian memiliki potensi sebagai sektor
basis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan wilayah di
Banten Selatan.
Kata Kunci: sektor unggulan, Provinsi Banten, analisis input-output

ABSTRACT
EFITA MEY LINA. Study of Regional Economic Leading Sector of Banten
Province. Supervised by BAMBANG JUANDA.
Implementation of regional develompment in Banten Province hasn’t been
optimal because the high number of unemployment and increasing of number of
poor people.Government needs to do an integrated planning to expand some
sectors,which are able to drive economic region. The main purpose of this study is
to analyze the leading sectors of Banten Province. The method of this research is
Input-Output table analysis of Banten Province at producer domestic prices in
2010, the classification of 58 sectors aggregated into 9 sectors. Result of the
research showed leading sectors in Banten Province are manufacturing industry

sector, trade, hotel, and restaurant sector, and transport and communication sector.
Sub-sectors that are able to support them are food, beverages, and tobacco
industry sector, papper and printing products industry sector, computers,
electronics, optics, and electrical equipment industry sector, wholesale, retail trade,
and repair of motor vehicles sector, road transport sector and air transport
sector.Agriculture sector has a potential as basic sector to increase economic
growth and domestic income in South Banten.
Keywords: leading sector, Banten Province, input-output analysis

KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN
WILAYAH PROVINSI BANTEN

EFITA MEY LINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten
Nama
: Efita Mey Lina
NIM
: H14100039

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini
adalahsektor unggulan, dengan judul Kajian Sektor Unggulan Perekonomian
Wilayah Provinsi Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS
selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran
untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih kepada Dr. Wiwiek
Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Dr. Muhammad Findi Alexandi,
S.E, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran untuk
perbaikan skripsi ini.Ungkapan terima kasih disampaikan kepadaIbu Hastuti,S.P,
M.P, M.Si yang memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.Terima kasih
yang tak terhingga kepada orangtua, Togar Situmorang (alm) dan Maria Linda
Sitanggang, serta kedua adik Elvira Nathasya Aulya dan Ellycia Cathleen
Angelica untuk segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada temanteman satu bimbingan, Nindya, Elli, Lundu, dan Gagas untuk saran, kritik dan

bimbingan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat, Yola,
Laura, Novia, Vina, Dea, Revi, Tuty, Ellisa, Desi, Kartini, dan Dian untuk
perhatian dan motivasi yang selalu diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Efita Mey Lina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4


Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Pembangunan Ekonomi

4

Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

5

Tabel Input Output

6


Sektor Unggulan

9

Penelitian Terdahulu

9

Kerangka Pemikiran

10

METODE PENELITIAN

12

Jenis dan Sumber Data

12


Metode Analisis

12

Definisi Operasional Data

16

GAMBARAN UMUM

18

Letak Astronomis, Geografis dan Iklim

18

Kependudukan

20


Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

21

Pertumbuhan Ekonomi

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

23

Struktur Perekonomian Provinsi Banten

23

Analisis Keterkaitan

29

Analisis Dampak Penyebaran

33

Analisis Angka Pengganda (Multiplier)

34

Analisis Sektor Basis

39

Penentuan Sektor Unggulan

42

Perbandingan Hasil Penelitian dengan RPJMD Provinsi Banten

2012-2017

44

Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah untuk Sektor Unggulan

49

SIMPULAN DAN SARAN

52

Simpulan

53

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

54

LAMPIRAN

55

RIWAYAT HIDUP

79

DAFTAR TABEL
1 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten atas dasar
harga konstan2000
2 Ilustrasi tabel input-output
3 Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja
4 Klasifikasi kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Banten
5 Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota
6 Struktur angkatan kerja Provinsi Banten (Februari 2013)
7 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama, tahun 2012-2013 (ribu orang)
8 Garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk miskin
9 Laju pertumbuhan ekonomi PDRB Banten menurut lapangan usaha
tahun 2013
10 PDRB per kapita Provinsi Banten atas dasar harga berlaku menurut
kabupaten/kota tahun 2010-2012
11 Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten
12 Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian
Provinsi Banten
13 Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian
Provinsi Banten
14 Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
15 Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
16 Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi
Banten
17 Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
18 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 Sektor
19 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor
20 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor
21 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 sektor

3
8
14
19
20
21
21
22
22
23
24
25
25
26
26
27
29
30
31
31
32

22 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor
perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor
23 Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor-sektor
perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor
24 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor
25 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor
26 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 sektor
27 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 sektor
28 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 9 sektor
29 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten
klasifikasi 58 Sektor
30 Nilai LQ sektor ekonomi Provinsi Banten
31 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2010
32 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2011
33 Nilai LQ tenaga kerja sektoral Provinsi Banten tahun 2010
34 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan
klasifikasi 9 sektor
35 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 9 sektor
36 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan
klasifikasi 58 sektor
37 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 58 sektor
38 Target capaian fokus layanan urusan pilihan RPJMD Provinsi Banten
39 Data belanja APBD Provinsi Banten 2013 menurut urusan
40 Alokasi APBD menurut urusan dan PDRB atas dasar harga konstan
2000 untuk sektor unggulan Provinsi Banten tahun 2010-2013
41 Anggaran belanja pemerintah Provinsi Baten tahun 2012-2013

33
34
35
36
36
37
38
39
39
40
40
41
42
43
43
44
47
50
51
52

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Daya penyebaran dan derajat kepekaan
3 Peta administratif Provinsi Banten
4 Anggaran penerimaan dan belanja Provinsi Banten tahun 2011-2014

11
16
19
49

DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi sektor-sektor ekonomi berdasarkan tabel input-output
Provinsi Banten tahun 2010

56

2 Tabel input-output Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor tahun 2010
(Rp juta)
3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor
4 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 9 sektor
5 Multiplier output klasifikasi 9 sektor
6 Multiplier pendapatan klasifikasi 9 sektor
7 Multiplier tenaga kerja klasifikasi 9 sektor
8 Matriks koefisien teknis klasifikasi 58 sektor
9 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 58 sektor
10 Multiplier output klasifikasi 58 sektor
11 Multiplier pendapatan klasifikasi 58 sektor
12 Multiplier tenaga kerja klasifikasi 58 sektor
13 Anggaran belanja pemerintah Provinsi Banten menurut urusan tahun
2010-2013

58
60
61
62
62
62
63
69
75
76
77
78

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persaingan dunia pada tahun 2014 yang semakin maju menuntut Indonesia
untuk terus meningkatkan daya saing dan pembangunan nasional. Partisipasi
daerah didalam pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui pembangunan
daerah yang merupakan bagian lanjutan dari pembangunan nasional. Suatu
rancangan pembangunan wilayah yang diarahkan pada pengembangan dan
peningkatan laju pertumbuhan wilayah diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur perekonomian,
menggali dan mengembangkan potensi wilayah masing-masing. Salah satu ciri
otonomi daerah yang tercantum dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah daerah
otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan sendiri untuk pembiayaan pembangunan
daerah (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Pelimpahan sebagian kewenangan
sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah ditujukan agar daerah dapat
melaksanakan tugas rutin dan meningkatkan pelayanan publik.
Peran masyarakat serta pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah
tersebutsangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah.
Pemerintah berperan sebagai regulator dalam pembuatan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan daerah sehingga tujuan utama otonomi daerah yaitu
kemandirian daerah terwujud. Provinsi Banten adalah salah satu wilayah
pemekaran yang dulu termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 1963,
panitia Provinsi Banten terbentuk untuk mendirikan provinsi sendiri yang terpisah
dari Jawa Barat. Baru pada tahun 2000, Banten secara resmi dinyatakan mandiri
menjadi Provinsi Banten melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000. Seiring
dengan perkembangan terjadi juga pemekaran wilayah, sehingga saat ini Provinsi
Banten terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.
Pelaksanaan otonomi daerah sering menimbulkan beberapa permasalahan
yang disebabkan minimnya koordinasi dan kurangnya pengawasan pemerintah
daerah. Tarigan (2005) berpendapat baik dalam perencanaan pembangunan
nasional maupun daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan melalui
pendekatan regional dan pendekatan sektoral. Pendekatan regional melihat
pemanfaatan ruang serta interaksi beberapa kegiatan dalam ruang wilayah,
sedangkan pendekatan sektoral memfokuskan pada sektor-sektor kegiatan yang
ada di wilayah tersebut. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat
kaitan pertumbuhan antara satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya,
dikenal dengan analisis input-output.
Permasalahan muncul ketika pemerintah daerah merancang anggaran
pembangunan sektoral yang sering tidak sesuai dengan potensi sektor yang
ada.Kebijakan pemerintah yang tepat dalam pengalokasiananggaran terutama
yang mendukung sektor unggulan akan menciptakan nilai tambah dan
meningkatkan penerimaan daerah.Undang-Undang No 17/2004 tentang Keuangan
Negara yang berlaku semenjak 1 Januari 2005 menegaskan bahwa anggaran yang
disusun harusmengacu kepada anggaran yang berbasis kinerja.Kebijakan

2
pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2012 - 2017 memfokuskan kinerja
pembangunan daerah pada tiga sektor yaitu sektor industri, sektor perdagangan,
dan sektor pertanian. Ketiganya diharapkan mampu mencapai target kontribusi
tertinggi terhadap PDRB sebesar 44.3 persen untuk sektor industri, 17.25 persen
untuk sektor perdagangan, dan 12.63 persenuntuk sektor pertanian (Bappeda
Provinsi Banten, 2011). Revitalisasi pertanian, perdagangan, dan industri
pengolahan yang berdaya saing merupakan bagian dari tahapan-tahapan yang
diprioritaskan provinsi Banten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Dampak pembangunan suatu sekor ekonomi terhadap perekonomian
wilayahnya tidak bisa dilihat dari kontribusi terhadap PDRB saja. Daryanto dan
Hafizrianda (2010) berpendapat bahwa kontribusi sektor terhadap penciptaan
PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara
keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja. Hal yang lebih utama
adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda
perekonomian wilayah dengan mengkaji ketergantungan struktural antar berbagai
sektor serta keterkaitan serta efek sebarnya. Penelitian lebih lanjut mengenai
kajian sektor unggulan perlu dilakukan untuk menganalisis struktur dan
ketergantungan antar sektor ekonomi.

Perumusan Masalah
Salah satu aspek keberhasilan suatu pembangunan daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan perekonomian daerah. Provinsi Banten merupakan provinsi yang
yang lahir pada tahun 2000, dengan pertumbuhan PDRB sebesar 5.86 persen pada
tahun 2013 (BPS 2014). Struktur perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh
dua sektor utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel,
dan restoran yang kontribusinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kedua
sektor tersebut menjadi sektor dominan dalam perekonomian Banten dengan
kontribusi sekitar 72 092 miliar rupiah atau 68 persen dari total PDRB Banten
yang ditunjukkan pada tabel 1. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran adalah 7.91 persen, sedangkan laju pertumbuhan sektor industri
pengolahan cukup rendah yaitu 3.92 persen.
Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tidak mengindikasikan bahwa
pembangunan Provinsi Banten selama ini berjalan dengan lancar. Permasalahan
yang dihadapi Provinsi Banten adalah ketidakmerataan pembangunan,
kemisikinan dan pengangguran. Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) bulan
September 2013 menginformasikan jumlah penduduk miskin di Banten mencapai
682 710 orang (5.89 persen), meningkat 0.19 persen dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebesar 656 243 orang (5.71 persen).
Kabupaten Pandeglang adalah wilayah yang paling banyak penduduk miskinnya
di Provinsi Banten dengan jumlah 9.8 persen dari total penduduk wilayahnya.
Persentase penduduk miskin Provinsi Banten sebenarnya masih di bawah
persentase penduduk miskin nasional yaitu 11.6 persen. Pada sisi lain, penduduk
Provinsi Banten yang menganggur mengalami penurunan sebanyak 26 782 orang
menjadi 552 895 orang pada Februari 2013. Tingkat pengangguran terbuka
provinsi Banten masih tinggi yaitu 10.10 persen, walaupun jumlah penduduk yang

3
menganggur mengalami penurunan. Angka ini jauh di atas tingkat pengangguran
terbuka nasional yaitu 6.14 persen sehingga menjadikan Provinsi Banten sebagai
provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi.
Tabel 1 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bantenatas dasar harga
konstan2000
Nilai (Miliar Rupiah)

Sektor Ekonomi
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pangangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Peusahaan
Jasa-jasa

PDRB

2012

2013

7 208.03
107.36
48 517.64
3 661.16
2 842.27
20 087.54
9 331.13
3 762.24
4 475.04
99 992.41

7 737.73
110.77
50 417.71
3 808.12
3 117.52
21 675.52
10 052.73
4 082.69
4 853.28
105 856.07

Laju
Pertumbuhan
Tahun 2013
(%)
7.35
3.18
3.92
4.01
9.68
7.91
7.73
8.52
8.45
5.86

Sumber: BPS Provinsi Banten2014

Penjabaran kondisi perekonomian diatas menunjukkan perlu adanya
evaluasi kebijakan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Banten
mengenai pengembangan sektor-sektor perekonomian. Perencanaan terintegrasi
perlu dilakukan sehinga mampu menggambarkan ketergantungan struktural antar
berbagai sektor dalam perekonomian secara konsisten. Identifikasi sektor
unggulan di Provinsi Banten dapat dilakukan melalui analisis Input-Output
sehingga memberikan deskripsi detail mengenai perekonomian regional.Hasil
identifikasi ini juga dapat membantu pemerintah dalam merecanakan kebijakan
dan anggaran belanja untuk menyelesaikan permasalahan perekonomian regional
Banten.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yang didasarkan dari uraian di atas
adalah:
1.
Bagaimana struktur perekonomian regional provinsi Banten yang ditinjau
berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga
kerja?
2.
Bagaimana keterkaitan, dampak penyebaran, dan efek pengganda
(multiplier) sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten?
3.
Sektor-sektor apa yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian
Provinsi Banten?

4
Tujuan Penelitian
1.

2.
3.

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
Menganalisis struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau
berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga
kerja.
Menganalisis
keterkaitan,
dampak
penyebaran
dan
efek
pengganda(multiplier)sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten.
Mengidentifikasi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Provinsi
Banten.

Manfaat Penelitian
1.

2.
3.

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah, khususnya pemerintah daerah
Provinsi Banten, sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan dalam
perumusan kebijakan pembangunan secara terintegrasi.
Sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi bagi pihak yang
membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis multisektoral dalam
perekonomian Provinsi Banten.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis struktur perekonomian,
keterkaitan, penyebaran dan efek pengganda pada setiap sektor ekonomi Provinsi
Banten, yang bisa digunakan untuk menentukan sektor unggulan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun
2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor untuk
mengelompokkan kegiatan ekonomi yang beragam ke dalam satuan sektor yang
memiliki persamaan. Jenis Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel
Input-Output transaksi domestik atas dasar harga produsen. Metode analisis yang
digunakan yaitu analisis input output dan diolah dengan aplikasi Input Output
Analysis for Practitioners (IOAP)Complementary Version 1.01 dan Microsoft
Excel 2007.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan secara tradisional dipandang sebagai fenomena ekonomi yang
hanya berorientasikan pada kenaikan Gross National Income (GNI). Sebelum
tahun 1970-an, pembangunan dipandang sebagai fenomena ekonomi saja.
Indikator kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan

5
tingkat pertumbuhan GNI keseluruhan dan GNI per kapita, yang akan menetes
dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai
peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi
yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan
sosial secara lebih merata (Todaro dan Smith 2006).Pandangan yang dianut
beberapa negara Dunia Ketiga pada tahun 1950-an berhasil meningkatkan tingkat
pertumbuhan ekonomi sesuai target, namun gagal memperbaiki taraf hidup
sebagian besar penduduknya. Pada era ekonomi baru, pembangunan dipandang
sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan
mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro dan Smith 2006).
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinsikan sebagai sebagai suatu
proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk suatu
negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan
(Arsyad 1999). Pembangunan harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Tiga tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006)
yaitu:
1.
Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok.
2.
Peningkatan standar hidup yang tidak hanya memperbaiki kesejahteraan
materil, tetapi juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa.
3.
Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan.

Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah
Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap daerah memberikan
implikasi bahwa cakupan pemerintah untuk pembangunan masing-masing daerah
juga berbeda. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999).
Pemerintah dituntut untuk mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan
untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Objek ekonomi pembangunan mencakup seluruh wilayah dari suatu negara,
sedangkat objek ekonomi regional adalah wilayah tertentu dari suatu negara.
Banyak teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang umumnya bersifat
makro dan berlaku untuk perekonomian nasional. Teori yang langsung terkait
dengan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah adalah sebagai
berikut.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikembangkan oleh Adam Smith dan
David Ricardo. Adam Smith menentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian dan menganjurkan kebijaksanaan pasar bebas (laissez-faire). Smith

6
juga berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar yang seterusnya
akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut (Priyarsono et al
2007). Spesilisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan kemajuan
teknologi, sehingga akan terjadi peningkatan upah dan keuntungan. Pada saat
yang bersamaan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan akumulasi kapital
dan tabungan untuk alat-alat modal. Pertumbuhan akan terus berlangsung sampai
seluruh sumber daya digunakan atau tercapai kondisi stationary state.
David Ricardo mempunyai pandangan yang bertentangan dengan Smith.
Ricardo berpendapatperkembangan penduduk yang berjalan cepat, pada akhirnya
akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah
(Priyarsono et al 2007). Pada taraf ini para pekerja akan menerima tingkat upah
minimal, yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Jumlah penduduk
yang rendah dan sumber daya melimpah akan menghasilkan keuntungan tinggi
bagi pengusaha, dan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi.
Produksi akan meningkat sehingga membutuhkan tambahan tenaga kerja.
Permintaan tenaga kerja yang meningkat akan meningkatkan upah dan mendorong
pertambahan penduduk. Tenaga kerja yang banyak akan menurunkan tambahan
hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja.
Teori Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod pada tahun 1948 dan Evsey D.
Domar pada tahun 1957. Asumsi yang mendasari teori ini adalah (1)
perekonomian tertutup, (2) produksi bersifat constant return to scale (CRS), (3)
hasrat menabung konstan dan (4) tingkat pertumbuhan angkatan kerja konstan dan
sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Teori ini menyimpulkan bahwa
pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai jika tingkat
pertumbuhan output (growth) sama dengan tingkat pertumbuhan modal (capital)
dan sama dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Peranan modal untuk
menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh rasio modal-output, yaitu rasio
tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru terhadap
kenaikan output (Priyarsono et al 2007).
Kondisi pertumbuhan yang mantap sulit dicapai karena rasio modal-output
dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja bersifat independen dalam perekonomian
tertutup. Pada perekonomian daerah yang bersifat terbuka, daerah dapat
melakukan kegiatan ekspor-impor barang dan jasa untuk menjaga keseimbangan
penawaran dan permintaan barang.

Tabel Input Output
Model Input-Output adalah model yang diperkenalkan pertama kali oleh
Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang dapat menunjukkan seberapa besar
aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Leontief dalamDaryanto
dan Hafizrianda (2010) menguraikan bahwa analisis Input-Output merupakan
suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik beberapa
sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Pengaruh dari interaksi dalam
perekonomian bisa diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu pengaruh langsung,

7
pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total. Pengaruh langsung merupakan
pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya
digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh tidak
langsung adalah pengaruh secara tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor
yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari produksi sektor yang
bersangkutan. Pengaruh total adalah pengaruh secara keseluruhan dalam
perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada.
Pengertian Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan
informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor dengan
bentuk penyajian matriks (Priyarsonoet al 2007). Sepanjang baris Tabel InputOutput menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor
untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, selain itu pada baris
nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan
sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input
primer.
Jensen dan West dalamPriyarsonoet al(2007) menyatakan terdapat tiga
asumsi dasar dalam menyusun suatu Tabel Input-Output, yaitu:
1.
Keseragaman (homogenitas)
Prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal dengan susunan
input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari output
sektor yang berbeda.
2.
Kesebandingan (proportionality)
Prinsip dimana hubungan antara output dan input bersifat linier
danhomogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh
perubahan pemakaian input yang proporsional.
3.
Penjumlahan (additivitas)
Prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor
dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa
semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan.
Struktur Tabel Input-Output
Tabel Input-Output memuat dua neraca yang saling terintegrasi, yakni
neraca endogen dan neraca eksogen. Neraca endogen memuat seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan aktivitas produksi yaitu input antara dan output antara.
Faktor-faktor yang merupakan komponen dari permintaan akhir dan input primer
dimasukkan dalam neraca eksogen (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Tabel InputOutput terdiri atas suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi
menjadi empat kuadran. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang
mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input). Gambaran lengkap mengenai
format Tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 memperlihatkan empat kuadran yang ada dalam Tabel Input-Output.
Penjelasan mengenai masing-masing kuadran adalah sebagai berikut:
1.
Kuadran I (Intermediate quadrant)
Sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan
jasa yang digunakan dalam proses produksi. Informasi mengenai saling
ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian diberikan

8

2.

3.

4.

pada kuadran ini. Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan
keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.
Kuadran II (Final demand quadrant)
Kuadran ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan
akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah
tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.
Kuadran III (Primary input quadrant)
Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem
produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas
pendapatan rumah tangga, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak
langsung netto.
Kuadran IV (Primary input-final demand quadrant)
Kuadran ini menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi
langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
melalui sistem produksi atau kuadran antara.
Tabel 2Ilustrasi tabel input-output
Alokasi Output

Susunan Input

Permintaan Antara
Sektor Produksi
1
2 ... N

Permintaan
Akhir

Total
Output

x11

x21

...

x1n

Y1

X1

x12
.
.
.

x22
.
.
.

...
.
.
.

x2n
.
.
.

Y2
.
.
.

X2
.
.
.

xn1

xn2

...

xnm

Yn

Xn

Upah dan Gaji Rumah Tangga

W1

W2

...

Wn

Surplus Usaha

S1

S2

...

Sn

Input Primer Lainnya

P1

P2

...

Pn

Total Input

X1

X2

...

Xn

Input
Antara

Sektor
Produksi

Sumber: Miller dan Blair(1985) dalam Priyarsonoet al(2007)

Kelebihan dan Keterbatasan Analisis Input-Output
Peranan yang penting sebagai alat perencanaan pembangunan membuat
model Input-Output terus menerus dikembangkan untuk keperluan analisis
ekonomi. Kelebihan dari penggunaan analisis Input-Output (Priyarsono et al
2007) adalah sebagai berikut:
1.
Mampu memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai
tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga di berbagai sektor
produksi.
2.
Mampu melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.

9
3.

Mampu mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap
pertumbuhan perekonomian.
4.
Mampu menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi
karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni
koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan konstan selama periode
analisis. Teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses
produksi pun dianggap konstan sehingga perubahan kuantitas dan harga input
akan selalu sebanding dengan perubahan kualitas dan harga output. Keterbatasan
juga disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan Tabel InputOutput dengan menggunakan metode survei. Akibatnya, publikasi rutin dan
analisis Tabel Input-Output tidak bisa dilakukan setiap tahun kecuali
menggunakan teknik updating Tabel Input-Output.

Sektor Unggulan
Suatu sektor dijadikan sebagai sektor unggulan apabila sektor itu berperan
paling efektif sebagai motor penggerak dalam pembangunan wilayah secara
berkelanjutan. Arsyad (1999) menyatakan sektor unggulan secara umum memilki
ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk
memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung, (3) memiliki
keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif.
Arief dalam Daryanto dan Hafizrinda (2010) menjelaskan empat cara untuk
mendeteksi sektor unggulan dalam metode Input-Output, yaitu:
1.
Sektor mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke
depan (forward linkage) yang relatif tinggi.
2.
Sektor bisa menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu
mempertahankan final demand yang relatif tinggi.
3.
Sektor yang mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif
tinggi.
4.
Sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Penelitian Terdahulu
Penelitian Sukatendel (2007) menganalisis keterkaitan alokasi anggaran dan
sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis
input-output, analisis kewilayahan dan analisis kelembagaan alokasi anggaran.
Hasil penelitian menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Bogor adalahindustri
pengolahan, perdagangan, bangunan dan pertanian tanaman pangan. Dukungan
anggaran pembangunanKabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat
kurang (tidak ada keterkaitan) kecuali untuk sektor Bangunan. Sektor unggulan
tanamanbahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran pembangunan yang
besar agarsektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga diharapkan dapat
mengatasiketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor

10
Penelitan Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku
Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis updating input-output Tabel Input Output 2001, analisis LocationQuotient,
analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan sektor
unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor
angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda,
penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa
sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana
dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Sektor pertanian memiliki
keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan
makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke
belakang yang sangat rendah.
Penelitian Syahara (2012) menganalisis perekonomian regional Provinsi
Jambi dengan pendekatan multisektoral analisis input-output. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam
perekonomian Provinsi Jambi dilihat dari nilai keterkaitan, nilai daya penyebaran
adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan,
jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada aspek nilai
pengganda output dan pengganda pendapatan, sektor yang perlu mendapat
prioritas adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan.
Penelitian Tounsi et al (2013) mengidentifikasi sektor kunci di negara
Maroko melalui analisis input-output tahun 1998 dan 2007. Sektor kunci
ditentukan melalui Rasmussenapproach sehingga terbentuk klasifikasi
produktivitas sektor-sektor yang kemudian diberikan rank. Hasil penelitian
menunjukkan adanya perubahan jumlah sektor kunci dari empat sektor pada tahun
1998 menjadi dua sektor di tahun 2007, yaitu sektor industri makanan dan
tembakau dan sektor industri lainnya. Hasil kedua, pengurutan rank pada sektor
sangat sensitif terhadap keakuratan data dan tahun di mana klasifikasi tersebut
direalisasikan.
Penelitian Walida (2013) menganalisis penentuan sektor kunci
perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur menggunakan Tabel InputOutput Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sektor kunci pada daerah Kabupaten Belitung Timur adalah sektor
pertambangan dan sektor konstruksi. Hasil penentuan sektor kunci diperoleh
dengan menggunakan analisis indeks nilai pengganda aktual. Sektor dengan nilai
multiplier output tipe I dan tipe II terbesar adalah sektor konstruksi. Jika dilihat
angka penyebaran, sektor dengan nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu
berturut-turut adalah industri pengolahan), konstruksi, pertambangan dan
penggalian.

Kerangka Pemikiran
Rancangan strategi perencanaan pembangunan wilayah yang tepat
diperlukan analisis untuk memperoleh sektor-sektor unggulan. Sektor-sektor ini
diharapkan dapat menguatkan struktur ekonomi dan menggerakan roda

11
perekonomian daerah melalui keterkaitan antar sektor. Analisis input-output
berfungsi untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang dapat meningkatkan
output sektor lainnya melalui keterkaitan (linkage), dampak penyebaran, efek
pengganda (multiplier)antar sektor. Strategi pembangunan melalui pendekatan
multisektoral ditujukan untuk membantu pemerintah provinsi Banten dalam
merancang kebijakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
dan mengatasi masalah-masalah pembangunan regional.Berikut adalah gambaran
dalam kerangka penelitian ini
.
Kondisi Perekonomian
Wilayah Provinsi Banten

Permasalahan Pembangunan Provinsi Banten:
Pengangguran Tinggi dan Jumlah Penduduk
Miskin Meningkat
Perencanaan Pengembangan
Sektor-sektor Ekonomi
Analisis Location
Quotient

Analisis Input-Output

Analisis
Struktur
Perekonomian

Analisis
Keterkaitan

Analisis Daya
Penyebaran dan
Derajat Kepekaan

Analisis
Multiplier

Sektor
Basis

Penentuan Sektor Unggulan
Analisis Alokasi APBD
untuk Sektor Unggulan
Rekomendasi Alokasi Anggaran
untuk Pengembangan Sektor
Unggulan

Gambar 1Kerangka pemikiran
Keterangan :
= fokus utama penelitian
= bukan fokus utama penelitian

12

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Datadata diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik atas
dasar harga produsen tahun 2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi
menjadi 9 sektor, serta beberapa data sekunder lainnya dari Badan Pusat Statistika
(BPS), Bank Indonesia, dan instansi lain yang terkait. Analisis ini dilakukan
dengan bantuan software Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP)
Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel2007.

Metode Analisis
Analisis Keterkaitan
Analisis keterkaitan dalam analisis Input-Output dikembangkan oleh
Chenery-Watanabe (1958) dan Rasmussen (1956). Konsep keterkaitan ini
mencakup keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar
industri atau sektor dalam alokasi pembelian terhadap total pembelian input yang
digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan
hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam alokasi penjualan terhadap
total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung dalam pembelian
dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan
keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukan dari matriks kebalikan
Leontief.
1.
Keterkaitan langsung ke depan
Fungsinya untuk menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektorsektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per
unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke depan adalah
sebagai berikut:
n

F(d)i =

∑α

ij

j =1

Keterangan:
F(d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i
αij = unsur matrik koefisien teknis
n
= jumlah sektor
2.
Keterkaitan langsung ke belakang
Fungsinya untuk menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap
sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung
per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke belakang
adalah sebagai berikut:
n

B(d)j =

∑α

ij

i =1

Keterangan:
B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor j

13
αij
n
3.

= unsur matrik koefisien teknis
= jumlah sektor
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari
suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor
tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan
total. Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan adalah sebagai
berikut:
n

F(d+i)i =

∑α

ij

j =1

Keterangan:
F(d+i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n
= jumlah sektor
4.
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat
dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara
bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit
kenaikan permintaan total Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
belakang adalah sebagai berikut:
n

B(d+i)j =

∑α

ij

i =1

Keterangan:
B(d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor j
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n
= jumlah sektor
Analisis Dampak Penyebaran
Dua indeks keterkaitan Rasmussen lainnya yaitu indeks daya penyebaran
(IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) dapat digunakan untuk melihat
keterkaitan ke depan dan ke belakang dari suatu sektor dalam
perekonomian.Kedua indeks ini merupakan perbandingan dampak baik ke depan
maupun ke belakang, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor (Daryanto dan
Hafizrianda 2010). Suatu sektor dikatakan memiliki koefisien penyebaran dan
derajat kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari satu.
1.
Indeks daya penyebaran
Indeks daya penyebaran atau daya penyebaran ke belakang digunakan untuk
mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap
perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input.
Jika nilai indeks daya penyebaran sektor j lebih besar dari satu, artinya secara
relatif permintaan akhir sektor j dalam merangsang pertumbuhan produksi lebih
besar dari rata-rata dan mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Rumus indeks
daya penyebaran adalah sebagai berikut:

14
n

n ∑ αij
Pdj =

n

i =1
n

∑ ∑α
i =1

ij

j =1

Keterangan:
Pdj = indeks daya penyebaran sektor j
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n
= jumlah sektor
2.
Indeks kepekaan penyebaran
Kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan digunakan untuk
mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui
mekanisme pasar output. Jika sektor i mempunyai nilai indeks kepekaan
penyebaran lebih besar dari satu, artinya secara relatif sektor i dapat memenuhi
permintaan akhir sebanyak di atas kemampuan rata-rata dari sektor lainnya.
Rumus indeks kepekaan penyebaran adalah sebagai berikut:
n

n∑ αij
Sdi =

n

j =1
n

∑ ∑α
i =1

ij

j =1

Keterangan:
Sdi = indeks kepekaan penyebaran sektor i
αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
n
= jumlah sektor
Analisis Angka Pengganda (Multiplier)
Analisis angka pengganda (multiplier) dibutuhkan dalam memproyeksikan
dampak dari perubahan variabel-variabel endogen yaitu suatu sektor tertentu
apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen yaitu permintaan akhir.
Tiga variabel yang menjadi fokus utama dalam analisis angka pengganda adalah
output produksi, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja (Tabel 3).
Tabel 3Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja
Nilai
Efek Awal
Efek Putaran Pertama
Efek Dukungan Industri
Efek Induksi Konsumsi
Efek Total
Efek Lanjutan

Multiplier
Output (Rp) Pendapatan (Rp) Tenaga Kerja (Orang)
1
∑iaij
∑iαij-1-∑iaij
∑iα*ij- ∑iαij
∑iα*ij
∑iα*ij-1

hj
∑iaij hi
∑iαij hi-hj-∑iaij hi
∑iα*ij hi- ∑iαij hi
∑iα*ij hi
∑iα*ij hi-hj

Sumber: Daryanto, 1990 dalam Priyarsono et al, 2007

Keterangan:
aij
= Koefisien Output

ej
∑iaij ei
∑iαij ei-ej-∑iaij ei
∑iα*ij ei- ∑iαij ei
∑iα*ij ei
∑iα*ij ei-ej

15
hi
ei
αij
α*ij

= Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
= Koefisien Tenaga Kerja
= Matrik kebalikan Leontief model terbuka
= Matrik kebalikan Leontief model terbuka

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per
unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut:
Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri
Tipe 1 =
Efek Awal
Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri
+ Efek Induksi Konsumsi
Tipe II =
Efek Awal
Analisis Location Quotient
Location Quotient (LQ) merupakan metode untuk menghitung perbandingan
relatif antara pendapatan suatu sektor di daerah bawah (kota/provinsi) terhadap
pendapatan sektor yang bersangkutan di daerah atas (provinsi/nasional). Secara
matematis LQ dirumuskan sebagai berikut.
Sib / Sb
LQ =
Sia / Sa
Keterangan:
Sib = Pendapatan sektor i pada Provinsi Banten.
Sb = Pendapatan total semua sektor Provinsi Banten.
Sia = Pendapatan sektor i nasional.
Sa
= Pendapatan total semua sektor nasional.
Nilai LQ >1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau
sektorbasis (B), sedangkan nilai LQ