ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh : Ratih Ratna Puri

H 0808192

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

commit to user

ii

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI BANTEN

Oleh : Ratih Ratna Puri

H 0808192

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Mohd.Harisudin, M.Si NIP. 196710121 99322 1 001

Ir. Agustono, M.Si NIP. 196408011 99003 1 004

Wiwit Rahayu, SP. MP NIP. 197111091 99703 2 004

Surakarta,

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 001 NIP. 19560225 198601 1 001

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Provinsi Banten”.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan petunjuk dengan sabar kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini yang senantiasa memberikan arahan, nasehat dan petunjuk kepada penulis.

4. Ibu Wiwit Rahayu, SP.MP selaku dosen penguji, atas diskusi, bimbingan serta arahan yang diberikan kepada penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak dan Mama yang tidak pernah berhenti memberikan semangat dan doa, Simbah putri, adikku Novi terima kasih atas semangatnya kepada penulis.

7. Badan Kesbang dan Linmas dan BAPPEDA Provinsi Banten, yang telah memberikan ijin penelitian untuk penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

8. Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten serta staff jajarannya yang telah memberikan ijin penelitian dan menyediakan data- data serta waktu untuk berdiskusi kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku, “nenek” anggun, suryani, “mami” maria, resty, tisya dan reni yang selalu memberikan nasehat, semangat, dukungan, keceriaan serta persahabatan yang sangat berwarna selama menempuh kuliah.

10. Bundo Retna yang telah sabar memberikan arahan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku di Cilegon, Nurul, Erika, Halwanah, Anis, dan Mita yang tidak bosan memberikan semangat, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman mantan pengurus KAMAGRISTA FP UNS periode pertama, terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah tercipta dalam berorganisasi selama ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesuksesan untuk kita semua. Amin.

13. Teman-teman mahasiswa Agribisnis angkatan 2007 dan 2008 yang telah memberi masukan, dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

14. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)................................................................................................

2. Kontribusi Sektor Pertanian dan Non Pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)................................................................................................

3. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Non Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Tahun 2006-2010 Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)................................................................................................

4. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Provinsi Banten Tahun 2010.....................................................................................................

5. Jumlah Penduduk Provinsi Banten Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006-2010...........................................................................................

6. Komposisi Penduduk Provinsi Banten Menurut Kelompok Umur dan ABT Tahun 2010..........................................................................

7. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Banten yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2010...........................

8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Banten Tahun 2006–2010 (Jutaan Rupiah).....................................................

9. Pendapatan Perkapita Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan

2000 Tahun 2009–2010..................................................................... 45

10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)...................................................................................

11. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Provinsi Banten Tahun 2006-2010 (Persen)..................................................................

12. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian dalam Perekonomian di Provinsi Banten Tahun 2006-2010..............

13. Nilai LQ Subsektor Pertanian Provinsi Banten Tahun 2006- 2010.....................................................................................................

14. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi (Sawah dan Ladang) di Provinsi Banten (2006-2010)........................

commit to user

viii

15. Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Banten Tahun 2006- 2010...................................................................................................

59

16. Perubahan Kinerja Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian di Provinsi Banten...................................................................................

61

17. Perubahan Kinerja Subsektor Pertanian di Provinsi Banten...............

67

18. Faktor Penentu Perubahan Kinerja Sektor Pertanian dan Subsektor Pertanian Provinsi Banten.............................................................

69

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. PDB ADHK 2000 Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2006-2010.............................................................................

77

2. PDRB ADHK 2000 Sektor Perekonomian Provinsi Banten Tahun 2006-2010...................................................................

78

3. Nilai LQ Sektor Pertanian Provinsi Banten...............................

79

4. PDRB Subsektor Provinsi Banten dan PDB Subsektor Pertanian Indonesia................................................................

80

5. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Provinsi Daerah Banten.............

81

6. Laju Sektor Perekonomian Banten dan Indonesia......................

82

7. Nilai DLQ Sektor Pertanian dan Subsektor Pertanian di Provinsi Banten.....................................................................

83

8. Laju Subsektor Pertanian di Provinsi Banten dan Indonesia.......

84

9. Nilai DLQ Sub Sektor Pertanian Provinsi Banten......................

85

10. Nilai LSS, SSS, dan TSS Sektor Pertanian di Provinsi Banten....

86

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Ratih Ratna Puri. H0808192. Analisis Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Provinsi Banten. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Mohd Harisudin M.Si dan Ir. Agustono, M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012.

Provinsi Banten merupakan provinsi baru. Berdasarkan perekonomian pembangunan daerah, pertanian merupakan salah satu sektor penyusun PDRB Provinsi Banten. Kontribusi sektor pertanian dari tahun 2006-2010 mengalami penurunan namun laju dari sektor pertanian mengalami peningkatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya, mengetahui kinerja subsektor pertanian, mengetahui kinerja sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya pada masa mendatang, mengetahui kinerja subsektor pertanian pada masa mendatang, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan kinerja sektor pertanian dan subsektor pertanian di wilayah Provinsi Banten.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location Quotient, Dynamic Location Quotient dan Shift Share. Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.

Hasil penelitian menunjukkan, dengan menggunakan analisis LQ sektor pertanian merupakan sektor non basis dalam perekonomian wilayah di Provinsi Banten, sedangkan subsektor pertanian yang merupakan subsektor basis adalah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Berdasarkan hasil analisis DLQ sektor pertanian di Provinsi Banten pada lima tahun yang akan datang merupakan sektor basis. Subsektor tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan merupakan subsektor basis, sedangkan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan merupakan subsektor non basis. Berdasarkan analisis shift share faktor penentu utama kinerja sektor pertanian adalah faktor lokasi. Faktor penentu utama kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan adalah faktor lokasi, sedangkan faktor penentu kinerja subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan adalah faktor struktur ekonomi. Saran yang diberikan adalah (1) Menurut hasil analisis DLQ, sektor pertanian menjadi sektor basis pada masa, maka pemerintah Provinsi Banten sebaiknya pemerintah Provinsi Banten melakukan perubahan mengenai anggaran yang lebih terarah kepada pembangunan di sektor pertanian (2) Perlu adanya kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan faktor lokasi yang menentukan kinerja sektor pertanian, seperti adanya perbaikan sarana pertanian yang dapat menunjang kegiatan pertanian serta adanya peraturan daerah yang melindungi kelestarian lahan usaha pertanian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Ratih Ratna Puri. H0808192. “Performance of Agricultural Sector in Economic Region in the Province of Banten”. Under the guidance of Dr. Ir. Mohd. Harisudin M.Si and Ir. Agustono, M.Si. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret Surakarta University 2012.

Based on the economic of regional development, agriculture is one sector making up PDRB Banten Province. The contribution of agriculture sector from the year 2006-2010 has decreased but the rate of the agricultural sector has increased quite good.

The purpose of this study was to determine the performance of agriculture and other economic sectors, determine the performance of the agricultural subsectors, determine the performance of the agricultural sector and other sectors of the economy in the future, knowing the performance of the agricultural subsector in the future, and to know what factors determine the performance agricultural sectors and subsectors of agriculture in the province of Banten.

The method used is descriptive analytical method. The analytical method used is the method Location Quotient, Dynamic Location Quotient and Shift Share. The data used are secondary data and primary data.

The results showed, using LQ analysis of agricultural sector is the sector non bases in the province of Banten, while the agricultural sub sector which is a bases is the food crops subsector and livestock subsector. Based on the analysis of the agricultural sector DLQ in the province of Banten the coming five years is a sector basis. Subsectors of crops, livestock subsector and fisheries subsector is a non bases sector, while the plantation subsector and forestry subsector is the non bases subsector. Based on the shift share analysis of major determinants of the performance of the agricultural sector is the location factor. The main determinants of food crops subsector performance and livestock subsector is the location factor, while the determinants of the performance of the plantation subsector, forestry subsectors, and fisheries subsector is the factor structure of the economy. Advice given is (1) According to the analysis of DLQ, the agricultural sector to sector bases at the time, the government of Banten Province Banten provincial government should make changes to the budget that is more directed to the development in the agricultural sector (2) Before the relevant government policies the factors that determine the location of the performance of the agricultural sector, such as improvement of agricultural facilities that can support agricultural activities and the existence of local regulations that protect agricultural land preservation.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang baik. Menurut Martono (2008), proses pembangunan secara filosofis dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan. Proses ini bertujuan menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif untuk pencapaian aspirasi warga. Pembangunan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya. Pembangunan ekonomi juga merupakan usaha menambah modal atau pengetahuan agar satu sama lainnya membawa pendapatan per kapita yang lebih besar.

Menurut Arsyad (2009), usaha-usaha pembangunan banyak dilakukan diberbagai negara Pasca-Perang Dunia Kedua, namun di dalam kenyataannya banyak terjadi kegagalan dalam memecahkan masalah-masalah pembangunan. Kegagalan-kegagalan tersebut menimbulkan dorongan bagi para ekonom untuk memecahkan masalah. Sejak masa tersebut maka aspek-aspek yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi telah menjadi titik pusat perhatian yang dibahas para ekonom, baik pembangunan ekonomi daerah maupun pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pembangunan daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta mendorong pembangunan ekonomi nasional maupun daerah tersebut.

Pembangunan nasional terbagi dalam dua sektor, yaitu pembangunan sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Pada sektor perekonomian terbagi menjadi sembilan sektor, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor Pembangunan nasional terbagi dalam dua sektor, yaitu pembangunan sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Pada sektor perekonomian terbagi menjadi sembilan sektor, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

commit to user

angkutan dan komunikasi, sektor persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa. Pada sektor non perekonomian terbagi menjadi sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor budaya dan sektor politik yang dapat pula menyumbang pembangunan perekonomian negara. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang nyata dalam pembentukan PDB nasional dan dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Miliar Rupiah)

2010 Rata-rata Pertanian

Penambangan dan Galian

175.569,22 (8,48) Industri Pegolahan

555.008,28 (26,79) Listrik,Gas&Air Bersih

131.113,08 (6,30) Perdagangan, Hotel&Restoran

357.036,94 (17,19) Trasportasi & Komunikasi

168.410,30 (8,04) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Total PDRB

Sumber : BPS Indonesia, 2011 Keterangan : ( ) Dalam persen

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDB nasional selama tahun 2006-2010 sebesar 13,70 persen dengan nilai rata-rata sebesar Rp 283.829,10 Miliar atau peringkat ketiga. Dilihat dari nilainya sektor pertanian berada di bawah sektor industri dengan rata-rata kontribusi selama tahun 2006-2010 sebesar 26,79 persen dan dengan nilai rata-rata sumbangannya sebesar Rp 555.008,28 Miliar atau peringkat pertama. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada dalam peringkat kedua dengan rata-rata kontribusi selama tahun 2006-2010 sebesar Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDB nasional selama tahun 2006-2010 sebesar 13,70 persen dengan nilai rata-rata sebesar Rp 283.829,10 Miliar atau peringkat ketiga. Dilihat dari nilainya sektor pertanian berada di bawah sektor industri dengan rata-rata kontribusi selama tahun 2006-2010 sebesar 26,79 persen dan dengan nilai rata-rata sumbangannya sebesar Rp 555.008,28 Miliar atau peringkat pertama. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada dalam peringkat kedua dengan rata-rata kontribusi selama tahun 2006-2010 sebesar

commit to user

17,19 persen dan dengan rata-rata nilai sebesar Rp 357.036,94 Miliar (BPS Indonesia, 2011).

Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2000 status Karesidenan Banten Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Provinsi Banten, sehingga Provinsi Banten termasuk provinsi baru. Provinsi Banten tentu masih menghadapi berbagai tantangan, ketertinggalan, dan permasalahan. Namun Provinsi Banten mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk dijadikan modal dalam mengatasi berbagai tantangan, ketertinggalan dan permasalahan seperti potensi pertambangan di Kabupaten Pandeglang dan potensi pertanian di Kabupaten Lebak . Seiring dengan adanya gerakan reformasi baru, diterbitkanlah UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang memberikan wewenang yang lebih luas bagi tiap daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri yang kemudian akan mendorong daerah menjadi lebih mandiri. Undang-undang tersebut diharapkan dapat mengembangkan potensi dan keunggulan lokal daerah masing-masing, khususnya dalam rangka membangun sistem perekonomian daerah yang baik dan mandiri (BPS Provinsi Banten, 2010 ).

Berdasarkan konteks perekonomian pembangunan daerah, pertanian merupakan salah satu sektor penyusun PDRB Provinsi Banten. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Banten menduduki urutan keempat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2. Kontribusi Sektor Pertanian dan Non Pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Miliar Rupiah)

2010 Rata-rata Pertanian

5.635,968 (7,91) Non Pertanian

79,718 (0,11) Industri Pegolahan

32.130,429 (46,89) Listrik,Gas & Air Bersih

2.808,541 (4,08) Bangunan & Kontruksi

2.051,763 (2,97) Perdagangan, Hotel&Restoran

13.997,368 (20,28) Transportasi & Komunikasi

6.314,739 (9,16) Keu, Persewaan& Jasa Perusahaan

Total PDRB 61.341,658

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2011 Keterangan : ( ) Dalam persen

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sektor pertanian memegang peranan yang cukup penting dalam perekonomian wilayah di Provinsi Banten. Rata-rata kontribusi sektor pertanian pada pembentukan PDRB Provinsi Banten selama tahun 2006-2010 sebesar 7,19 persen dengan nilai rata-rata sebesar Rp 5.635,968 Miliar. Jika dilihat pada besarnya kontribusi, sektor pertanian cenderung mengalami penurunan dikarenakan tingkat pertambahan nilai sektor pertanian lebih kecil dibandingkan sektor-sektor perekonomian yang lainnya. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan sektor pertanian dan non pertanian terhadap PDRB Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi

Banten Tahun 2006-2010 (Persen)

Rata-rata Peringkat Pertanian

3,64 8 Non Pertanian

Pertambangan dan galian

9,03 3 Industri Pengolahan

3,12 9 Listrik, Gas&Air Bersih

6,22 7 Bangunan & Kontruksi

8,38 6 Perdagangan, Hotel & Restoran

9,49 2 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

Sumber : BPS Provinsi Banten, (2011) Laju pertumbuhan sektor pertanian Provinsi Banten dari tahun 2006-

2010 mengalami fluktuasi dan dapat dikatakan lambat dengan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 3,64 persen/tahun atau berada di tingkat yang rendah bersama sektor industri pengolahan dibandingkan dengan sektor lainnya. Laju pertumbuhan tertinggi berada pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu sebesar 11,61 persen/tahun, hal ini memperlihatkan bahwa perlu adanya penanganan yang lebih intensif terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Banten seperti pemberdayaan kelompok tani di pedesaan.

B. Perumusan Masalah

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berusaha menciptakan kemajuan dan kemandirian dalam membangun perekonomian daerah. Kekayaan alam dan kondisi geografis Provinsi Banten dapat mendukung sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang diandalkan dalam peranannya meningkatkan PDRB Provinsi Banten. Sektor pertanian di Provinsi Banten merupakan sektor yang mempunyai kontribusi dan keterkaitan yang memperkuat ekonomi kerakyatan, penyerapan tenaga kerja, membangun ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dalam pembangunan ekonomi daerah. Kontribusi sektor pertanian dari tahun 2006-2010 mengalami penurunan namun laju dari sektor pertanian mengalami peningkatan meskipun Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berusaha menciptakan kemajuan dan kemandirian dalam membangun perekonomian daerah. Kekayaan alam dan kondisi geografis Provinsi Banten dapat mendukung sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang diandalkan dalam peranannya meningkatkan PDRB Provinsi Banten. Sektor pertanian di Provinsi Banten merupakan sektor yang mempunyai kontribusi dan keterkaitan yang memperkuat ekonomi kerakyatan, penyerapan tenaga kerja, membangun ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dalam pembangunan ekonomi daerah. Kontribusi sektor pertanian dari tahun 2006-2010 mengalami penurunan namun laju dari sektor pertanian mengalami peningkatan meskipun

commit to user

rata-rata lajunya masih berada di bawah sektor non pertanian. Sektor non pertanian tersebut adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertambangan dan galian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, serta sektor listrik, gas dan air bersih.

Menyikapi hal tersebut maka pemerintah Provinsi Banten diharapkan dapat berinisiatif mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat untuk pembangunan wilayah Provinsi Banten. Khususnya pada pembangunan sektor pertanian dan subsektornya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian dalam peranannya terhadap perekonomian Provinsi Banten.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya di Provinsi Banten?

2. Bagaimana kinerja subsektor pertanian di Provinsi Banten?

3. Bagaimana kinerja ke depan sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya di Provinsi Banten?

4. Bagaimana kinerja ke depan subsektor pertanian di Provinsi Banten?

5. Faktor utama apakah yang menentukan kinerja sektor pertanian dan subsektor pertanian di Provinsi Banten?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kinerja sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya di Provinsi Banten.

2. Mengetahui kinerja subsektor pertanian yang ada di Provinsi Banten.

3. Mengetahui kinerja yang terjadi ke depan pada sektor pertanian dan perekonomian lainnya di Provinsi Banten.

4. Mengetahui kinerja ke depan pada masing-masing subsektor pertanian di Provinsi Banten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Mengetahui faktor utama apakah yang menentukan kinerja sektor pertanian dan subsektor pertanian di Provinsi Banten.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang kinerja sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Provinsi Banten, sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Provinsi Banten, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan yang memudahkan pemerintah dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan khususnya pada sektor pertanian di wilayah Provinsi Banten.

3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam penelitian lebih lanjut maupun penelitian yang sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Andriyani (2004) mengenai “Analisis Basis Ekonomi terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Magelang”, berdasarkan nilai LQ sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Magelang selama tahun 1998-2002, diketahui ada enam sektor yang merupakan sektor basis di Kabupaten Magelang, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan/konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa, sedangkan jika dilihat dari nilai DLQ maka terdapat lima sektor yang dapat diharapkan untuk unggul di masa mendatang, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi serta sektor jasa-jasa. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor unggulan di Kabupaten Magelang selama kurun waktu yang sama yaitu sektor tanaman bahan makanan dengan nilai LQ rata-rata 1,17, subsektor perkebunan dengan nilai LQ 1,17 dan subsektor kehutanan dengan nilai LQ sebesar 1,03. Namun berdasarkan nilai DLQ hanya subsektor perkebunan yang dapat diharapkan untuk unggul di masa mendatang, yaitu dengan nilai DLQ sebesar 187,51.

Berdasarkan penelitian Amrullah (2009) yang berjudul “Kontribusi Pertanian dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Serang dengan Pendekatan Analisis Location Quetient dan Shift Share” diketahui bahwa sektor pertanian pada kurun waktu 2003-2007 merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan Berdasarkan penelitian Amrullah (2009) yang berjudul “Kontribusi Pertanian dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Serang dengan Pendekatan Analisis Location Quetient dan Shift Share” diketahui bahwa sektor pertanian pada kurun waktu 2003-2007 merupakan sektor basis yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Serang, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menjadi subsektor basis adalah subsektor perikanan dan subsektor peternakan. Sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam prioritas pengembangan sektor perekonomian, bersama dengan sektor bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor keuangan. Adapun urutan prioritas pengembangan sektor bila dilihat dari nilai LQ adalah sektor bangunan, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan

commit to user

sektor keuangan. Sedangkan subsektor pertanian yang menempati peringkat utama adalah subsektor peternakan. Subsektor perikanan menempati peringkat kedua dan subsektor tanaman bahan makanan menempati peringkat ketiga. Sedangkan subsektor kehutanan menempati peringkat keempat dan susbsektor perkebunan menempati peringkat kelima.

Berdasarkan penelitian Eka (2009) yang berjudul “Analisis Kinerja Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Jawa Tengah” diketahui bahwa dalam kurun waktu 2003-2007 terdapat lima sektor perekonomian dan satu subsektor pertanian yang merupakan sektor basis di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa, sedangkan subsektor pertaniannya yaitu subsektor tanaman bahan makanan. Berdasarkan hasil analisis DLQ diketahui terdapat empat sektor perekonomian (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan konstruksi, dan sektor jasa-jasa), dan tiga subsektor pertanian (subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan). Sektor perekonomian di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perubahan kinerja pada masa yang akan datang yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Subsektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perubahan kinerja pada masa yang akan datang yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kinerja pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah faktor lokasinya. Sedangkan faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kinerja pada sektor bangunan dan konstruksi adalah faktor strutur ekonomi. Pada subsektor pertanian faktor yang menyebabkan perubahan kinerja subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan adalah faktor lokasinya. Sedangkan faktor yang menyebabkan perubahan kinerja subsektor perikanan adalah faktor lokasinya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Alasan penelitian di atas dijadikan sebagai landasan dan referensi dari penelitian ini, karena adanya kesamaan dalam menggunakan metode analisis yang memfokuskan pada sektor perekonomian khususnya sektor pertanian yang menggunakan metode analisis LQ (Location Quotient), DLQ (Dynamic Location Quotien ) dan Shift Share.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Menurut Arsyad (1992), secara tradisional, pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus-menerus pada Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu provinsi, kabupaten atau kota. Namun alternatif lain menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita yang merupakan kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.

Menurut Budiman (1996), secara umum pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali, kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Oleh karena itu pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan apabila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi.

Menurut Martono (2008), pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup reorganisasi dan reorientasi keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Pembangunan secara khas meliputi perubahan struktur institusional, sosial dan administratif yang radikal seperti perubahan dalam perilaku sehari-hari. Pembangunan biasanya berada dalam konteks nasional dengan realisasinya yang meluas membutuhkan perubahan fundamental dalam sistem ekonomi dan sosial internasional, oleh karena itu tujuan pembangunan harus meliputi: Menurut Martono (2008), pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup reorganisasi dan reorientasi keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Pembangunan secara khas meliputi perubahan struktur institusional, sosial dan administratif yang radikal seperti perubahan dalam perilaku sehari-hari. Pembangunan biasanya berada dalam konteks nasional dengan realisasinya yang meluas membutuhkan perubahan fundamental dalam sistem ekonomi dan sosial internasional, oleh karena itu tujuan pembangunan harus meliputi:

commit to user

a. peningkatan persediaan dan perluasan pemerataan pembagian bahan pokok untuk bisa hidup, termasuk perumahan, kesehatan dan lingkungan.

b. peningkatan taraf hidup, termasuk peningkatan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya.

c. perluasan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan bangsa dengan membebaskannya dari ketergantungan, tidak hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain, tetapi juga dari sumber- sumber kebodohan dan kemiskinan.

2. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan (Wikipedia, 2011).

Menurut Arsyad (2009), pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi tersebut. Proses- proses tersebut bisa diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembanguan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya pembanguan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita, karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Martono (2008), perkembangan ekonomi menunjukan perubahan-prubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian. Pada umumnya pembangunan selalu diikuti dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai pembangunan. Maka dengan adanya pembangunan ekonomi, output atau kekayaan masyarkat atau perekonomian akan bertambah. Pembangunan ekonomi juga sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu wilayah atau negara yang diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita.

Menurut Rostow dalam Sukirno (1985), pembangunan ekonomi bukan saja berarti perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara yang menyebabkan (1) perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial yang pada mulanya mengarah ke dalam suatu daerah menjadi berorientasi ke luar, (2) perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dan dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi jumlah keluarga, (3) perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari melakukan penanaman modal yang tidak produktif seperti membeli rumah, emas, dan barang investasi lainnya menjadi penanaman modal yang produktif, (4) perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat ditentukan oleh kedudukan keluarga dan suku bangsanya menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaannya, dan (5) perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan alam sekitarnya namun selanjutnya berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi keadaan alam sekitarnya untuk menciptakan kemajuan.

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (2009), pembangunan ekonomi daerah merupakan proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada pada suatu wilayah tersebut. Pemerintah daerah tersebut membentuk kerjasama dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru. Adanya lapangan pekerjaan baru tersebut maka diharapkan dapat Menurut Arsyad (2009), pembangunan ekonomi daerah merupakan proses pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada pada suatu wilayah tersebut. Pemerintah daerah tersebut membentuk kerjasama dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru. Adanya lapangan pekerjaan baru tersebut maka diharapkan dapat

commit to user

mengembangkan kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik dalam wilayah tersebut.

Menurut Sjafrizal (2008), dewasa ini kita sedang menghadapi perubahan kondisi yang sangat penting dalam mempengaruhi pola pembangunan nasional dan daerah di Indonesia. Hal tersebut tercantum karena dilaksanakannya otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001 sesuai dengan undang-undang No.22 tentang pemerintahan Daerah dan undang-undang No.25 tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Sejak saat itu, pemerintahan daerah dan pembangunan daerah diseluruh nusantara telah memasuki era baru yaitu era otonomi daerah. Sistem pemerintahan dan pembangunan daerah lama yang sangat sentralisasi dan didominasi oleh pemerintah pusat mulai ditinggalkan, sedangkan pemerintah daerah diberikan wewenang dan sumber keuangan baru untuk mendorong proses pembangunan nasional Indonesia secara keseluruhan.

Menurut Sjafrizal (2008), pada tataran daerah yang lebih luas yaitu pada tingkat provinsi, kabupaten dan kota, penerapan pembangunan dengan pendekatan wilayah dapat dilakukan dengan menerapkan konsep wilayah pembangunan dan pusat pertumbuhan. Pendekatan pembangunan kewilayahan diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelaku pembangunan dalam sektor-sektor potensial yang ada. Hal ini menjadi pemicu bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan kota yang memberi dorongan bagi perubahan sosial dan budaya komunitas lokal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan daerah yang diselaraskan dengan pembangunan kawasan meskipun dengan lingkup kecil namun lebih terarah memiliki kemungkinan besar untuk keberhasilan yang lebih tinggi.

4. Pembangunan Pertanian

Menurut Bahari (2004), sejak awal tahun 1970, paradigma pembangunan pertanian di Indonesia berubah drastis seiring perubahan paradigma pembangunan ekonomi kapitalis yang bertumpu pada modal besar. Dalam kerangka pembangunan ekonomi saat itu, sektor pertanian Menurut Bahari (2004), sejak awal tahun 1970, paradigma pembangunan pertanian di Indonesia berubah drastis seiring perubahan paradigma pembangunan ekonomi kapitalis yang bertumpu pada modal besar. Dalam kerangka pembangunan ekonomi saat itu, sektor pertanian

commit to user

tidak lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi dijadikan buffer (penyangga) untuk menyukseskan industrialisasi yang dijadikan lokomotif pertumbuhan ekonomi.

Menurut Hasbullah (2009), pembangunan pertanian diketahui banyak menyumbang devisa negara dan disaat krisis, pertanian mampu bertahan sebagai penguat ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian sebaiknya menjadi kunci utama pembangunan ekonomi Indonesia disaat situasi krisis global saat ini dan pembangunan yang akan datang. Pembangunan pertanian Indonesia kedepan sebaiknya mempunyai keterikatan, keberlanjutan dan pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan pertanian bertujuan pada pembangunan petani yang dapat dicirikan dengan kemandirian petani.

Menurut Soetrisno (2002), ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dari para perencana pembangunan. Di negara-negara yang sedang berkembang apabila semula industrialisasi diandalkan menjadi suatu model pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan negara-negara yang sedang berkembang. Setelah krisis menimpa negara- negara tersebut, pembangunan sektor pertanian akan menjadi harapan baru dalam pembangunan di setiap negara.

5. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut, sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak (Wikipedia, 2012).

Produk Domestik Bruto menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan Produk Domestik Bruto menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

commit to user

oleh seluruh unit ekonomi selama periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Unit-unit usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor berdasarkan International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC), yaitu: (1) sektor pertanian, (2) sektor pertambangan dan galian, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor listrik, gas, dan air bersih, (5) sektor kontruksi dan bangunan, (6) sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (7) sektor pengangkutan dan komunikasi (8) sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, (9) sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional bertujuan untuk mengetahui struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang termasuk negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa (Deptan, 2010).

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut BPS Provinsi Banten (2009), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dengan dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Penghitungan PDRB saat ini menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penggunaan tahun dasar ini ditetapkan secara nasional karena diartikan tahun dasar 2000 merupakan tahun atau masa perekonomian yang stabil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Widodo (2006), salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu tertentu sebagai tahun dasar. Produk Domestik Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi juga memuat berbagai instrumen ekonomi yang di dalamnya terlihat jelas keadaan makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan perkapita dan berbagai instrumen ekonomi lainnya. Angka PDRB sangat diperlukan dan perlu disajikan, karena selain dapat dipakai sebagai bahan analisa perencanaan pembangunan juga merupakan barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan

Menurut BPS Provinsi Banten (2009), dalam mendefinisikan Produk Domestik Regional Bruto ada tiga pendekatan yang bisa digunakan, yaitu:

a Menurut pendekatan produksi, adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing- masing total produksi bruto tiap-tiap kegiatan sub sektor atau sektor ekonomi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Sektor ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), sebagai berikut:

1) Pertanian

2) Pertambangan dan Penggalian

3) Industri Pengolahan

4) Listrik, Gas dan Air Bersih 4) Listrik, Gas dan Air Bersih

commit to user

5) Bangunan

6) Perdagangan, Hotel dan Restoran

7) Pengangkutan dan Komunikasi

8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan