Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet

MODIFIKASI PISAU SADAP KARET DENGAN MEKANISME
KONTROL KETEBALAN SADAPAN DAN PENCEGAHAN
PELUKAAN KAMBIUM PADA TANAMAN KARET

SUDARMONO

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi Pisau Sadap
Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan
Kambium pada Tanaman Karet adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Sudarmono
NIM F14100009

ABSTRAK
SUDARMONO. Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol
Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet.
Dibimbing oleh AGUS SUTEJO.
Teknik penyadapan menentukan produktivitas tanaman karet. Penyadapan
yang baik dilakukan pada kedalaman 1 mm dari kambium dengan ketebalan
sadapan 1.5-2 mm. Pada praktiknya, sulit untuk mencegah terjadinya luka pada
kambium akibat penyadapan yang terlalu dalam sehingga bentuk kulit pulihan tidak
teratur dan menyulitkan saat penyadapan ulang. Ketebalan sadapan mempengaruhi
umur ekonomi pohon karet. Jika tebal sadapan melebihi 2 mm, bidang sadap akan
cepat habis.
Pisau sadap karet yang dimodifikasi dapat mengontrol ketebalan sadapan dan
dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium akibat penyadapan. Pisau ini
menyadap pada ketebalan rata-rata 1.96 mm dan kedalaman rata-rata 6.57 mm,

tidak melebihi ketebalan rata-rata kulit karet yaitu 8.55 mm. Kemudian uji statistika
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan sadapan terhadap lateks yang
dihasilkan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketebalan sadapan (diatas 1.5-2 mm)
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lateks yang dihasilkan. Maka
penyadapan dengan menggunakan pisau sadap modifikasi dapat mengefisienkan
bidang sadap karet hingga 66%.
Kata kunci: penyadapan, pisau sadap, ketebalan sadapan, kedalaman sadapan

ABSTRACT
SUDARMONO. Modification of Rubber Tapping Knife with Mechanism of
Thickness Tapping Control and Prevention the Wounding of Cambium on Rubber
Plant. Supervised by AGUS SUTEJO.
Tapping techniques determine the productivity of rubber plant. Good
tapping is done at deepness of 1 mm from the cambium and thickness among 1.5-2
mm. In practice, it is difficult to prevent the wounding of cambium cause tapping
too deep so the shape of recovered skin became irreguler and difficult to tap. The
thickness of tapping affect the economic life of the rubber tree. If the thickness
exceed 2 mm, tapping fields will quickly run out.
Modified rubber tapping knife could control the thickness of tapping and
prevent the wounding of cambium due to tapping. This knife tapped on the average

thickness of 1.96 mm and 6.57 mm of deepness, does not exceed of the rubber skin
that is 8.55 mm. Then statistical test was conducted to determine the effect of the
thickness of tapping and latex production. The result showed that the thickness of
tapping (above 1.5-2 mm) was not significant to amount of latex production. So
tapping by using the modified rubber tapping knife can save tapping field untill
66%.
Keywords: tapping, rubber tapping knife, thickness of tapping, deepness of tapping

MODIFIKASI PISAU SADAP KARET DENGAN MEKANISME
KONTROL KETEBALAN SADAPAN DAN PENCEGAHAN
PELUKAAN KAMBIUM PADA TANAMAN KARET

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol
Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada
Tanaman Karet
Nama
: Sudarmono
NIM
: F14100009

Disetujui oleh

Ir Agus Sutejo, M Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M Eng

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tak lupa
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah
kenabian dan ilmu pengetahuan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah alat tepat guna, dengan judul
Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan
Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Sutejo, M Si selaku
pembimbing, kepada Bapak Prof Dr Ir Sutrisno, M Agr dan Bapak Dr Ir Radite PA
Setiawan, M Agr selaku dosen penguji. Penghargaan juga penulis sampaikan
kepada Bapak Ujang, Bapak Samsul, dan Bapak Rudi yang telah membantu saat
proses pembuatan alat di Bengkel Daud Teknik, Cibeureum, serta Bapak Jajat
sebagai peyadap karet yang telah membantu selama pengambilan data. Tak lupa
ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Jaman dan Ibu Rokiyem
selaku orang tua penulis, ketiga saudara kandung penulis : Wijianto, Miswandi, dan

Haryati, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Erik Wahyudiono, M Ramdhan Shalihudin, Maulana SA, dan Iqbal NH yang telah
memberikan banyak inspirasi kehidupan, teman-teman Antares, Keluarga
Mahasiswa IPB Alumni MAN 1 Bandar Lampung, keluarga Wisma Al-Fath,
penghuni Sekretariat KAMMI IPB, seluruh kader KAMMI IPB dan KAMMI
Daerah Bogor yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ini, serta Beasiswa Mandiri Edukasi, Beasiswa PPA, dan
Himpunan Alumni Fateta yang telah membantu penulis dalam membiayai
perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Sudarmono

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2


Tanaman Karet

2

Modifikasi

2

Pisau Sadap

3

Penyadapan Karet

3

Pembuluh Lateks

4


METODE

4

Tempat dan Waktu

4

Alat dan Bahan

4

Tahapan Penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

9

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP


24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tanaman karet
Pisau sadap
Penampang melintang batang karet
Diagram alir tahapan penelitian
Ilustrasi kontrol ketebalan sadapan (a) dan pencegahan pelukaan
kambium
Pisau sadap modifikasi
Proses penyadapan
Grafik total lama penyadapan
Grafik kedalaman sadapan
Grafik ketebalan sadapan
Grafik berat lateks

2
3
4
5
7
9
9
10
10
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet
2 Tabel nilai Asymp. Sig. hasil analisis statistika menggunakan uji beda
nyata kruskal wallis pada software SPSS versi 17.0
3 Tabel P-value hasil analisis statistika menggunakan uji regresi linier
pada software Minitab versi 15.0
4 Perhitungan efisiensi penggunaan bidang sadap
5 Perhitungan kapasitas lapang pisau sadap karet
6 Desain pisau sadap karet
7 Desain plat pembatas

14
17
18
19
20
21
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet adalah salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dan luas
perkebunan karet Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Namun karena
proses budi daya yang kurang optimal terutama pada proses penyadapan, produksi
karet Indonesia hanya menempati urutan kedua terbesar di dunia (DJP 2013). Hasil
utama tanaman karet adalah getah karet atau lateks yang menjadi bahan baku utama
dalam pembuatan karet alam. Penggunaan karet alam ini akan terus meningkat
karena karet sintetis tidak bisa sepenuhnya menggantikan penggunaan karet alam.
Penyadapan harus dilakukan dengan teknik yang tepat agar diperolah lateks
yang optimal. Menurut BPTP Jambi (2009) waktu penyadapan yang baik adalah
pukul 05.00-07.30, dimana tekanan turgor tinggi sehingga lateks lebih cepat
mengalir. Penyadapan sangat mempengaruhi umur ekonomi tanaman, produktivitas,
dan kualitas lateks yang dihasilkan (Setiawan dan Andoko 2008). Pemotongan kulit
pohon karet yang terlalu tipis akan sulit untuk mengalirkan lateks karena pembuluh
lateks masih tertutup lateks yang membeku sehingga tidak semua pembuluh lateks
terbuka. Sebaliknya, jika pemotongan kulit terlalu tebal akan mengurangi umur
ekonomi tanaman karet karena bidang sadapnya akan cepat habis. Kedalaman
sadapan juga menjadi hal penting untuk dikontrol. Jika penyadapan dilakukan
terlalu dalam, pisau sadap dapat melukai kambium karet sehingga bentuk kulit
pulihan tidak teratur dan menyulitkan saat penyadapan kulit pulihan tersebut.
Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau sadap yang
biasa digunakan oleh penyadap tidak dilengkapi sistem pengontrol ketebalan dan
kedalaman sadapan sehingga kualitas sadapan sangat tergantung pada keahlian
penyadap. Penyadapan karet dengan menggunakan pisau sadap standar memiliki
risiko pemborosan bidang sadap dan pelukaan kambium karet yang sangat besar,
terlebih lagi penyadapan dilakukan pada saat hari masih gelap. Oleh karena itu
diperlukan modifikasi pisau sadap karet yang dapat mengontrol ketebalan sadapan
dan mencegah terjadinya luka pada kambium tanaman karet. Wibowo (2011) telah
mengembangan pisau sadap elektrik dengan menggunakan model pisau bolak-balik.
Pisau ini dapat menyadap dalam waktu 14-22 detik perpohon dan dapat mengontrol
konsumsi ketebalan sadapan 1.8-2.1 mm, namun kedalaman sadapan yang
dihasilkan belum optimal karena kulit yang seharusnya terpotong masih tersisa 0.91.2 mm sehingga lateks yang dihasilkan berkurang 34-55%.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memodifikasi pisau sadap karet agar dapat mengontrol ketebalan sadapan
dan dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium karet saat penyadapan.
2. Membandingkan ketebalan dan kedalaman sadapan, serta lama
penyadapan menggunakan pisau standar dan pisau yang telah
dimodifikasi.
3. Menganalisis pengaruh ketebalan sadapan terhadap jumlah lateks yang
dihasilkan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Di
Indonesia, tanaman karet cocok ditanam di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia. Pada tahun 2012,
luasnya mencapai 3.4 juta hektar, atau 15% dari luas total perkebunan karet dunia
yaitu 22.76 juta hektar. Dari total luas perkebunan Indonesia, 85% merupakan
Perkebunan Rakyat (PR), dan sisanya merupakan perkebunan milik swasta dan
pemerintah.
Hasil dari tanaman karet berupa lateks yang menjadi bahan utama untuk
pembuatan karet alam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak (Tim Penulis PS
2008).

Gambar 1 Tanaman karet

Modifikasi
Modifikasi merupakan bagian dari sebuah proses desain, dimana desain
adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan solusi
dan struktur yang terkait terhadap masalah yang belum dipecahkan sebelumnya,
atau solusi baru terhadap masalah yang telah dipecahkan sebelumnya dengan
menggunakan cara yang berbeda (Dieter 2000). Jadi modifikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah solusi baru dari
masalah yang telah dipecahkan dengan menggunakan cara yang berbeda. Syarat
sebuah modifikasi adalah memberikan solusi yang lebih baik dari solusi yang sudah

3
ditemukan sebelumnya dari aspek ekonomi, kinerja fungsional, kemudahan operasi,
dan lain-lain.
Pisau Sadap
Pisau sadap adalah alat yang digunakan untuk memotong kulit pohon karet.
Pisau sadap memiliki bentuk yang khas dimana ujung pisaunya menekuk ke dalam
dengan sudut 55-600 (Setiawan dan Andoko 2008). Mata pisau merupakan bagian
pisau yang tajam dan ketajaman mata pisau ini sangat mempengaruhi kecepatan
dan kerapian sadapan.
Berdasarkan fungsinya, pisau sadap dibedakan menjadi dua yaitu pisau sadap
atas dan pisau sadap bawah. Indonesia memiliki tiga bentuk pisau sadap yaitu pisau
sadap fauna buatan Jerman, pisau sadap PTP X, dan pisau sadap biasa (Tim Penulis
PS 2009). Penggunaan jenis pisau disesuaikan dengan kebutuhan penyadapan.

Gambar 2 Pisau sadap

Penyadapan Karet
Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan
pembuluh lateks di kulit pohon sehingga dari luka tersebut akan keluar lateks.
Pembuluh lateks yang terluka atau terputus akan pulih kembali seiring dengan
berjalannya waktu, sehingga pohon karet akan tetap mengeluarkan lateks jika
dilakukan penyadapan yang kedua kalinya. Menurut Setiawan dan Andoko (2008)
penyadapan pertama harus dilakukan dengan hati-hati agar kulit pulihan (renewable
bark) dapat disadap kembali.
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet dari kiri atas ke
kanan bawah dengan sudut sebesar 35-450 terhadap bidang vertikal pohon karet.
Penyadapan dilakukan pada ketebalan 1.5-2 mm agar bidang sadap tidak cepat
habis (Damanik et al. 2010). Jika penyadapan dilakukan melebihi ketebalan
tersebut, umur ekonomi tanaman karet akan berkurang (Tim Penulis PS 2009 ).

4
Pembuluh Lateks

6 mm

1 mm

Pembuluh lateks adalah bagian dari tanaman karet yang mengandung lateks.
Pembuluh lateks terletak antara 0.5-1.5 mm dari lapisan kambium. Berkas
pembuluh lateks membentuk sudut dari kiri bawah ke kanan atas sebesar 370
terhadap bidang vertikal pohon dengan membentuk pola spiral. Kedalaman
penyadapan berpegaruh pada pembuluh lateks yang akan terpotong. Sebanyak 2055% berkas pembuluh lateks berada di 1 mm dari kambium, 10-35% pada jarak 2
mm dari kambium, dan 10-30% pada jarak berikutnya dari kambium (Setiawan dan
Andoko 2008). Secara umum, tebal rata-rata kulit karet adalah 7 mm.

4

32 1

Keterangan :
1. Kulit yang disadap
2. Kulit yang disisakan
3. Kambium
4. Kayu

Gambar 3 Penampang melintang batang karet

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2014 sampai Juli 2014. Proses
pembuatan alat dilakukan di Bengkel Daud Teknik, Desa Cibeureum, Bogor.
Pengujian alat dan pengambilan data dilakukan di Kebun Percobaan IPB,
Cikabayan.
Alat dan Bahan
Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan pisau sadap modifikasi adalah
pisau sadap standar sebagai alat dasar yang akan dimodifikasi dan plat besi dengan
ketebalan 1 mm. Bahan yang akan digunakan untuk pengujian kinerja pisau sadap
modifikasi adalah tanaman karet siap sadap.
Perlatan yang digunakan dalam pembuatan pisau sadap ini adalah gerinda
potong, palu, tang, meteran, amplas, batu asahan, dan lain-lain. Adapun peralatan
yang akan digunakan untuk pengujian kinerja pisau sadap adalah jangka sorong

5
untuk mengukur ketebalan dan kedalaman sadapan, timbangan digital untuk
mengukur berat lateks, mangkuk sadap untuk wadah lateks saat penimbangan, serta
stopwatch untuk mengukur lama penyadapan.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

Mulai

Identifikasi Masalah

Analisis Rancangan
Penelitian Pendahuluan

Tidak

Berhasil

Pembuatan Alat
Uji Fungsional

Berhasil
Pengujian Alat dan Analisis Data

Selesai

Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian

Tidak

6
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah yang ada pada
proses penyadapan karet sehingga dapat dirumuskan sebuah masalah yang harus
ditemukan solusinya. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan survei
secara langsung di lapangan, melalui wawancara dengan para penyadap karet, dan
juga dilakukan melalui studi pustaka.
Masalah yang ditemukan di lapangan adalah sulitnya mengontrol konsumsi
ketebalan sadapan yang sesuai dengan ketebalan sadapan yang direkomendasikan.
Penyadap biasa melakukan penyadapan karet dengan ketebalan sadapan melebihi 2
mm. Penyadap juga menemukan kesulitan dalam mengontrol kedalaman sadapan
dan kerap kali penyadapan yang dilakukan sampai melukai kambium karet.
Analisis Rancangan
Setelah ditemukan rumusan masalah, maka akan dicari beberapa alternatif
solusi berupa rancangan, kemudian akan dilakukan analisis pada beberapa
rancangan tersebut sehingga dapat dipilih satu rancangan yang terbaik. Langkah
selanjutnya adalah membuat gambar teknik dari rancangan yang sudah dipilih
dengan menggunakan software Solidwork 2012.
Dua fungsi utama yang harus dipenuhi oleh pisau yang dimodifikasi adalah
dapat mengontrol ketebalan sadapan dan dapat mencegah terjadinya pelukaan
kambium saat penyadapan. Bagian yang dimodifikasi adalah mata pisau sadap
dengan cara menambah plat pembatas pada mata pisau sehingga ketebalan sadapan
dapat dikontrol dan pelukaan kambium karet dapat dihindari saat dilakukan
penyadapan. Mekanisme kontrol ketebalan dilakukan dengan meniru prinsip pisau
pasah yaitu dengan cara memberi pembatas pada mata pisau sadap sejauh 2 mm.
Mekanisme pencegahan pelukaan kambium dilakukan dengan memberikan
tumpuan pada bagian belakang pisau agar mata pisau dapat memotong kulit karet
pada posisi yang stabil. Fungsi lain dari tumpuan ini adalah untuk memudahkan
dalam menambah atau mengurangi kedalaman sadapan seperti prinsip kerja tuas.
Jika ingin menambah kedalaman sadapan maka mata pisau sadap ditekan ke dalam
(mendekati pohon) dengan plat pengganjal sebagai tumpuannya. Jika penyadapan
terlalu dalam dan sampai melukai kambium, bagian atas pisau ditekan ke dalam
agar mata pisau terangkat menjauhi kambium sehingga pelukaan kambium pada
saat penyadapan dapat dihindari.
Beberapa syarat desain pisau sadap yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Mampu mengontrol ketebalan sadapan (pada penelitian ini dipilih
ketebalan 2 mm).
2. Mampu mencegah terjadinya pelukaan kambium.
3. Mudah dioperasikan.
4. Tidak mengganggu proses pengasahan pisau.
5. Tidak merubah sifat fisik pisau sadap, yaitu ketajaman pisau sadap.
6. Biaya modifikasi alat murah.

7

Celah antara mata pisau dan
plat pembatas (jarak 2 mm)

Plat pembatas

(a)
Bagian atas
pisau sadap

Bagian penumpu
mata pisau sadap
Mata pisau sadap
(b)
Gambar 5 Ilustrasi kontrol ketebalan sadapan (a)
dan pencegahan pelukaan kambium (b)

Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menguji kinerja fungsional
rancangan yang telah dipilih dengan menggunakan model dari rancangan
tersebut. Jika fungsi yang diinginkan belum tercapai, maka akan dilakukan
analisis rancangan ulang.
Pembuatan Alat
Pembuatan alat dilakukan untuk merealisasikan rancangan menjadi
sebuah pisau sadap yang dapat mengontrol ketebalan sadapan dan mencegah
terjadinya pelukaan kambium saat penyadapan. Proses pembuatan alat
mengacu pada gambar teknik yang sudah dibuat pada proses sebelumnya.

8
Uji Fungsional
Uji fungsional dilakukan untuk menguji kelayakan pisau sadap yang
telah dibuat sebelum dilakukan pengujian di lapangan. Jika kinerja funsional
pisau sadap sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan, maka pisau sadap
sudah siap untuk diuji langsung di lapangan. Pengujian ini dilakukan pada
beberapa pohon karet untuk melihat kesesuaian kinerja pisau sadap terhadap
fungsi utama yang diinginkan. Perbaikan terus dilakukan sampai pisau sadap
memenuhi fungsi utama yang diharapkan.
Pengujian Alat dan Analisis Data
Pengujian alat dilakukan untuk melihat kinerja pisau sadap saat
dilakukan penyadapan di lapangan. Pengujian dilakukan pada pohon karet klon
GT1 berumur 12 tahun dengan menggunkan pisau standar dan pisau modifikasi
sehingga hasil keduanya dapat dibandingkan. Data yang diambil adalah total
lama penyadapan, kedalaman sadapan, ketebalan sadapan, dan berat lateks yang
dihasilkan.
Pengukuran total lama penyadapan dilakukan pada 30 sampel pohon
karet yang berada pada 3 baris pohon. Total lama penyadapan yang diukur
terdiri dari waktu yang diperlukan untuk pindah dari penyadapan satu pohon ke
pohon berikutnya dan waktu yang diperlukan untuk memotong kulit karet.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran
kedalaman sadapan, ketebalan sadapan, dan berat lateks yang dihasilkan
dilakukan pada 10 sampel pohon karet dan setiap pohon dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali.
Kedalaman sadapan adalah konsumsi kulit karet ke arah dalam
(horizontal) pada permukaan atas bidang sadap dan ketebalan sadapan adalah
konsumsi kulit ke arah bawah (vertikal) pada permukaan depan bidang sadap.
Kedalaman dan ketebalan sadapan diukur dari kulit hasil sadapan dengan
menggunakan jangka sorong. Jumlah lateks yang dihasilkan diukur dengan
menggunakan timbangan digital.
Data hasil pengukuran akan dilakukan uji statistika agar hasil analisis
data yang diperoleh lebih akurat. Analisis data lama penyadapan, kedalaman
sadapan, dan ketebalan sadapan dilakukan dengan metode uji beda nyata
kruskal wallis menggunakan software Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 17.0. Kemudian analisis pengaruh ketebalan sadapan terhadap
jumlah lateks yang dihasilkan dilakukan dengan metode uji regresi linear
menggunakan software Minitab versi 15.0. Nilai α yang digunakan pada
analisis statistika dengan menggunakan kedua metode ini adalah 5% atau 0.05.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rancangbangun pisau sadap modifikasi dapat dilihat pada gambar 7
dimana plat pembatas pada pisau sadap dibuat agar dapat dibongkar pasang.
Tujuannya adalah untuk memudahkan proses pengasahan pisau sadap. Bagian yang
diasah adalah mata pisau yang ada di bagian lekukan dalam sehingga plat pembatas
harus dilepas saat pisau sedang diasah. Cara memasang plat pembatas adalah
dengan mendorong bagian plat pembatas ke depan mata pisau dari kiri ke kanan,
dan untuk melepas plat pembatas dilakukan dengan cara sebaliknya.

Gambar 6 Pisau sadap modifikasi
Mekanisme kontrol ketebalan sadapan telah sesuai dengan fungsi yang
diharapkan. Pada saat penyadapan, mata pisau yang ditekan ke bawah akan tertahan
oleh plat pembatas yang ada di atasnya sehingga pisau sadap hanya dapat
memotong kulit karet setebal celah antara mata pisau dan plat pembatas, yaitu 2
mm. Oleh karena itu ketebalan kulit hasil sadapan yang dihasilkan akan seragam
sesuai jarak tersebut.

Gambar 7 Proses penyadapan

10
16

Waktu (detik)

14

12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Nomor pohon
Pisau stndar

Pisau modifikasi

Tebal/kedalaman sadapan (mm)

Gambar 8 Grafik total lama penyadapan

11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Nomor pohon
Tebal kulit

Pisau standar

Pisau modifikasi

Gambar 9 Grafik kedalaman sadapan
Hasil pengukuran total lama penyadapan dapat dilihat pada gambar 8 dimana
lama penyadapan tiap pohon dengan menggunakan kedua pisau tidak memiliki
beda yang signifikan. Total lama penyadapan dengan menggunakan pisau standar
dan pisau modifikasi berturut-turut adalah 291 detik dan 284 detik. Kapasitas
lapang pisau modifikasi adalah 380 pohon perjam sedangkan kapasitas lapang pisau
standar adalah 271 pohon perjam. Hasil uji beda nyata kruskal wallis menunjukkan
bahwa nilai asymptotic significance (asymp. sig.) yang didapatkan adalah 0.426 >
α sehingga dapat disimpulkan bahwa total lama penyadapan dengan menggunakan
kedua pisau tidak memiliki beda nyata.
Tanaman karet yang diuji memiliki rata-rata ketebalan kulit 8.55 mm. Ratarata kedalaman sadapan menggunakan pisau sadap modifikasi dan pisau sadap
standar berturut-turut adalah 6.57 mm dan 6.86 mm. Pada gamabar 9 menunjukkan

11

Ketebalan sadapan (mm)

4
3.5

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

8

9

10

Nomor pohon
Pisau standar

Pisau modifikasi

Gambar 10 Grafik ketebalan sadapan
160

Berat lateks (gram)

140
120
100
80
60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

Nomor pohon
Pisau standar

Pisau modifikasi

Gambar 11 Grafik berat lateks
bahwa kedalaman sadapan menggunakan kedua pisau tidak melebihi ketebalan
kulit karet sehingga penyadapan yang dilakukan tidak melukai kambium karet.
Analisis statistika dengan metode uji kruskal wallis dilakukan untuk mengetahui
beda nyata kedalaman sadapan dengan menggunakan kedua pisau. Nilai asymp.
sig. yang dihasilkan adalah 0.201 > α sehingga dapat disimpulkan kedalaman
sadapan dengan menggunakan kedua pisau sadap tidak memiliki beda nyata.
Rata-rata ketebalan sadapan menggunakan pisau modifikasi adalah 1.96
mm, sedangkan ketebalan sadapan menggunakan pisau sadap standar adalah 3.23
mm. Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa ketebalan sadapan dengan menggunakan
pisau modifikasi lebih seragam dan mendekati ketebalan 2 mm. Hasil analisis
statistika menggunakan metode uji kruskal wallis didapatkan nilai asymp. sig. jauh
lebih kecil dari nilai α sehingga dapat disimpulkan bahwa ketebalan sadapan
menggunakan kedua pisau sadap memiliki beda nyata.

12
Gambar 11 adalah grafik berat lateks yang dihasilkan dimana pada rata-rata
ketebalan sadapan 3.23 mm, rata-rata berat lateks yang dihasilkan sebanyak 84.33
gram sedangkan pada rata-rata ketebalan sadapan 1.96 mm, rata-rata berat lateks
yang dihasilkan sebanyak 90.33 gram. Analisis statistika menggunakan uji regresi
linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan sadapan yang berbeda-beda
tersebut terhadap lateks yang dihasilkan. Pada uji regresi linear ini, faktor
kedalaman sadapan tidak diperhitungkan karena tidak memiliki beda nyata dan
selisih dari kedalaman sadapan keduanya tidak mencapai 1 mm sehingga dapat
diasumsikan kedalaman sadapan menggunakan kedua pisau adalah sama. P-Value
yang dihasilkan dari uji regresi linier adalah 0.871 > α sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketebalan sadapan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lateks
yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa penyadapan pada ketebalan 1.96 mm lebih
hemat dalam mengonsumsi kulit karet sehingga dapat diperoleh efisiensi
penggunaan bidang sadap. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penyadapan
menggunakan pisau sadap modifikasi dapat mengefisienkan penggunaan bidang
sadap hingga 66%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pisau sadap karet modifikasi dapat mengontrol ketebalan sadapan dengan
rata-rata ketebalan sadapan 1.96 mm. Pisau sadap ini juga dapat mencegah
terjadinya pelukaan kambium karet dimana kedalaman sadapan yang
dihasilkan tidak melebihi tebal kulit karet.
2. Pisau modifikasi memiliki kapasitas lapang 380 pohon perjam dan sedikit
lebih besar dibandingkan dengan kapasitas lapang pisau sadap standar
dengan selisih penyadapan sebanyak 9 pohon perjam. Rata-rata kedalaman
sadapan dengan menggunakan pisau sadap modifikasi sebesar 6.57 mm dan
tidak sampai melukai kambium. Pisau sadap modifikasi menyadap pada
ketebalan yang lebih seragam (mendekati ketebalan 2 mm) dan dapat
menghemat penggunaan bidang sadap hingga 66%.
3. Pada ketebalan diatas 1.5-2 mm, ketebalan sadapan tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap lateks yang dihasilkan.
Saran
Untuk mengoptimalkan kinerja pisau sadap modifikasi, perlu
dikembangkan kembali desain pisau sadap yang tidak hanya dapat mencegah
pelukaan kambium karet akibat penyadapan, tetapi juga dapat mengontrol
kedalaman sadapan. Tujuannya adalah untuk memperoleh kedalaman sadapan yang
seragam dan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak-banyaknya sehingga
lateks yang dihasilkan akan semakin banyak.

13

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Sembawa. 2012. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Palembang
(ID): Balai Penelitian Sembawa – Pusat Penelitian Karet.
[BPPP, BPTP Jambi] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Teknologi penyadapan karet
[Internet]. Bogor (ID): BPPT Jambi. hlm 1-2; [diunduh 2014 jun 25]. Tersedia
pada : http://www. jambi.litbang.deptan.go.id%2Find%2Fimages%
2FPDF%2Fleafletkaret09.pdf.
Damanik S, Syakir M, Tasma M, Siswanto. 2000, Budi daya dan pasca panen karet
[Internet]. Bogor (ID): PPPP. hlm 81-82; [diunduh 2014 jun 27]. Tersedia
pada
:
http://www.perkebunan.litbang.deptan.go.id%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2012%2F08%2Fperkebunan_budidaya_karet.pdf.
Dieter GE, 2000, Engineering Design : A Material and Processing Approach. New
York (US): Mc Graw Hill.
[DJP] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Petunjuk teknis pengembangan
tanaman karet tahun 2014 [Internet]. Bogor (ID): DJP. hlm 1; [diunduh 2014
jun 27]. Tersedia pada : http://ditjenbun.pertanian.go.id/downlot.php?
file=Pedoman%20Teknis%20Pengembangan%20Tanaman%20Karet.pdf.
Setiawan DH dan Andoko A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta
(ID): PT. Agromedia Pustaka.
Tim Penulis PS. 2008. Karet: Budidaya dan Pengolahan, Startegi Pemasaran.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Tim Penulis PS. 2009. Panduan Lengkap Karet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Wibowo SA. 2011. Disain dan kinerja pisau sadap elektrik untuk tanaman karet
(Hevea brasiliensis) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
.

14
Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet

Nomor
pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Waktu pindah (detik)
PS
0
3
3
3
4
3
5
4
4
5
3
5
3
3
3
5
3
5
2
3
5
3
7
3
8
7
7
3
5
3

Waktu penyadapan (detik)

PM
0
3
4
4
4
4
7
4
3
5
3
3
3
2
3
6
3
5
3
2
3
3
7
3
10
7
5
4
2
3
Total

PS
7
2
6
6
4
7
7
6
4
6
7
5
7
5
7
6
7
5
7
5
5
4
5
6
7
6
6
6
6
4

PS: Pisau Standar; PM: Pisau Modifikasi

PM
6
4
5
5
5
5
6
6
5
5
7
4
6
6
9
6
8
5
6
6
6
4
5
5
6
5
7
4
5
4

Waktu total (detik)
PS
7
5
9
9
8
10
12
10
8
11
10
10
10
8
10
11
10
10
9
8
10
7
12
9
15
13
13
9
11
7
291

PM
6
7
9
9
9
9
13
10
8
10
10
7
9
8
12
12
11
10
9
8
9
7
12
8
16
12
12
8
7
7
284

15
Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet (lanjutan)

Nomor
pohon

Tebal kulit
(mm)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

9.77
7.17
8.18
9.65
8.63
6.95
10.15
5.42
9.67
9.93
8.55

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

9.77
7.17
8.18
9.65
8.63
6.95
10.15
5.42
9.67
9.93
8.55

Kedalaman sadapan (mm)
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Rata-rata
Pisau standar
7.47
7.37
8.07
7.63
5.68
6.30
6.00
5.99
6.98
6.40
6.43
6.61
7.43
7.02
7.53
7.33
7.50
7.17
7.73
7.47
5.53
5.50
6.20
5.74
8.77
8.40
7.67
8.28
4.93
4.57
5.03
4.84
6.60
6.80
7.10
6.83
7.97
7.78
7.90
7.88
6.86
Pisau modifikasi
6.52
7.57
7.92
7.33
5.33
7.12
6.07
6.17
6.57
7.13
7.37
7.02
6.80
7.47
7.15
7.14
6.75
7.13
7.13
7.01
5.22
5.80
5.42
5.48
7.87
6.73
7.52
7.37
4.62
5.43
4.98
5.01
6.00
6.13
6.48
6.21
6.17
7.43
7.13
6.91
6.57

16
Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet (lanjutan)

Nomor
pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

ketebalan sadapan (mm)
Hari 1
Hari 2 Hari 3 rata-rata
3.40
2.55
2.72
3.08
3.02
2.80
3.10
2.30
2.50
3.20

3.47
3.17
3.17
3.57
3.13
3.42
3.70
2.80
3.30
3.43

4.17
3.57
3.02
3.52
3.67
3.13
3.73
2.77
3.83
3.78

Pisau standar
3.68
120
3.09
60
2.97
150
3.39
110
3.27
110
3.12
20
3.51
110
2.62
50
3.21
40
3.47
130
3.23

120
60
140
110
70
30
10
40
50
120

120
60
140
110
80
30
110
50
50
130

120.00
60.00
143.33
110.00
86.67
26.67
76.67
46.67
46.67
126.67
84.33

1.77
2.05
1.80
1.92
1.97
2.02
2.00
2.05
1.95
1.73

Pisau modifikasi
1.87
120
2.03
60
1.89
130
1.96
110
1.92
100
2.02
40
1.93
120
1.99
30
1.96
60
1.97
120
1.96

120
80
140
110
80
30
120
70
50
160

110
60
150
110
90
30
110
30
50
120

116.67
66.67
140.00
110.00
90.00
33.33
116.67
43.33
53.33
133.33
90.33

Rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1.97
1.97
1.90
2.22
1.77
2.05
1.97
1.98
1.95
2.13

1.88
2.08
1.98
1.73
2.03
2.00
1.82
1.95
1.98
2.03

Rata-rata

Hari 1

Berat lateks (gram)
Hari 2 Hari 3 rata-rata

17
Lampiran 2 Tabel nilai Asymp. Sig. hasil analisis statistika menggunakan uji beda
nyata kruskal wallis pada software SPSS versi 17.0
a. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap lama penyadapan

Test Statisticsa,b
Waktu_Total_Penyadapan
Chi-Square

.633

df

1

Asymptotic Significance

.426

a. Kruskal Wallis Test ; b. Grouping Variable: Pisau

b. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap kedalaman sadapan
Test Statisticsa,b

Kedalaman_Sadapan
Chi-Square

1.636

df

1

Asymptotic Significance

.201

a. Kruskal Wallis Test ; b. Grouping Variable : Pisau

c. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap ketebalan sadapan
Test Statisticsa,b
Ketebalan_Sadapan
Chi-Square

44.300

df

1

Asymptotic Significance

.000

a. Kruskal Wallis Test ; b. Grouping Variable: Pisau

18
Lampiran 3 Tabel P-value hasil analisis statistika menggunakan uji regresi
linier pada software Minitab versi 15.0

Source

DF

SS

MS

F

P

Regression

1

43

43

0.03

0.871

Residual Error

58

93931

1619

Total

59

93973

19
Lampiran 4 Perhitungan efisiensi penggunaan bidang sadap

Nomor
pohon

Ketebalan sadapan
pisau standar (mm)

Ketebalan sadapan
pisau modifikasi (mm)

Efisiensi penggunaan
bidang sadap (%)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3.68
3.09
2.97
3.39
3.27
3.12
3.51
2.62
3.21
3.47

1.87
2.03
1.89
1.96
1.92
2.02
1.93
1.99
1.96
1.97

96.44
52.19
56.60
73.30
70.23
54.12
82.13
31.48
63.74
76.55
65.68

Rata-rata

Contoh perhitungan


=
�=

�=

�=


.

.

.

.
.

�= .
�=

.

%

− .

− .

20
Lampiran 5 Perhitungan kapasitas lapang pisau sadap karet
1. Kapasitas lapang pisau standar




=





=



=
2. Kapasitas lapang pisau modifikasi


=
=
=







21
Lampiran 6 Desain pisau sadap karet

22
Lampiran 6 Desain pisau sadap karet (lanjutan)

23
Lampiran 7 Desain plat pembatas

24

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Kanan pada tanggal 01 Januari
1992. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Jaman dan Ibu Rokiyem. Penulis
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri
Karang Taruna pada tahun 2004 kemudian melanjutkan
pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri
1 Kasui dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik
Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif menjadi pengurus di
beberapa organisasi mahasiswa, yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) sebagai Ketua Komisariat KAMMI IPB dan pengurus KAMMI Daerah
Bogor. Penulis juga terlibat di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fateta, Bina
Desa Keluarga Mahasiswa IPB, dan menjadi Komisi Tingkat (Komti) kelas B28
pada saat menjalani pendidikan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Selain
itu, penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreatif Mahasiswa Teknologi (PKMT)
dan didanai oleh DIKTI.