Disain dan kinerja pisau sadap elektrik untuk tanaman karet (hevea brasiliensis)

DISAIN DAN KINERJA PISAU SADAP ELEKTRIK UNTUK
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

SUHERMANTO AGUNG WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Disain Dan Kinerja Pisau Sadap
Elektrik Untuk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) adalah karya saya dengan
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.
Bogor,


Januari 2011

Suhermanto Agung Wibowo
NIM F151080091

ABSTRACT
SUHERMANTO AGUNG WIBOWO. Design and Performance of Electric
Tapping Knife for Rubber Trees (Hevea brasiliensis). Supervised by WAWAN
HERMAWAN and RADITE P.A. SETIAWAN.
Rubber tree tapping is usually done using a manual type tapping knife. By
using this knife, bark consumption and cutting depth can not be controlled. To
solve the problem, it is important to develop a mechanized or electric tapping
knife which can control bark consumption and cutting depth. The objectives of
this study were to design and to test the working performance of an electric
tapping knife. For determining the cutting power, bark cutting resistance of 5-17
years old rubber trees were measured using a tapping knife which is equipped
with a ring transducer. A reciprocating chisel mechanism was chosen for cutting
the bark, and was driven by an electric DC motor. The electric tapping knife was
designed for downward tapping system, and equipped with rolls for controlling
bark consumption and cutting depth. It was powered by a 66 Watt electric DC

motor, and operated by a tapper. The prototype was tested on 5, 6 and 8 years old
rubber trees. The test result showed that the bark consumption could be controlled
in the range of 1.8-2.1 mm. Bark cutting depth was 0.9-1.2 mm, which was
shallower than the normal cutting depth (1.5 mm from cambium). However, the
bark cutting by the prototype was smooth and did not wound cambium layer and
wood. The shallower cutting depth caused a lower latex yields in the range of 4566% lower than normal yield. Cutting duration using the prototype was 14-22
second per tree, which was longer than manual tapping duration (6-8 second).
Tapping groove resulted by the electric tapping knife was tidy, uniform, and halfspiral shaped.
Keywords: rubber plant, tapper, tapping knife, electric

RINGKASAN
SUHERMANTO AGUNG WIBOWO. Disain dan Kinerja Pisau Sadap Elektrik
untuk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis). Dibimbing oleh WAWAN
HERMAWAN dan RADITE P.A. SETIAWAN.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman penghasil
getah/lateks yang dikeluarkan dengan cara diiris kulitnya. Umumnya tanaman
karet mulai dilakukan pengambilan lateks pada umur 5 tahun. Latek dikeluarkan
dengan cara mengiris kulit pohon karet menggunakan pisau sadap. Sistem sadap
tanaman karet terdiri dari 2 cara yaitu sistem sadap kearah bawah (SKB) dan
sistem sadap kearah atas (SKA). Sistem SKB diterapkan di panel bawah dimulai

pada ketinggian 130 cm dari pertautan mata okulasi. Sedangkan sistem SKA pada
umumnya diterapkan di panel atas yaitu dimulai pada ketinggian 130 cm menuju
keatas.
Tanaman karet pada umumnya disadap menggunakan pisau sadap manual.
Pisau sadap manual tidak memiliki kendali konsumsi kulit dan kedalaman sadap.
Untuk mengatasi konsumsi kulit dan kedalaman sadapan yang terkontrol maka
dikembangkan pisau sadap mekanis atau elektris. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendisain dan menguji kinerja pisau sadap elektrik. Adapun penentuan
daya pemotongan dilakukan dengan mengukur tahanan pemotongan kulit tanaman
karet umur 5-17 tahun menggunakan pisau sadap manual yang dilengkapi dengan
sebuah ring transducer. Mekanisme gerak pahat bolak-balik telah dipilih untuk
memotong kulit tanaman karet dan penggerak menggunakan motor listrik DC.
Pisau sadap elektrik telah di disain untuk sistem sadap ke arah bawah dan
dilengkapi dengan rol roda pengatur konsumsi kulit dan pengatur kedalaman
irisan. Pisau sadap elektrik menggunakan daya motor listrik DC 66 Watt dan
dioperasikan oleh seorang penyadap. Prototipe pisau sadap elektrik diujikan pada
tanaman karet umur 5, 6 dan 8 tahun.
Hasil pengujian pengirisan pada umur tanaman 5 tahun dengan ketinggian
irisan 113 cm membuktikan bahwa pisau sadap elektrik dapat mengontrol
konsumsi kulit 1,7 mm sekali iris. Adapun pada ketinggian irisan 88 cm

membuktikan bahwa konsumsi kulit terkendali setebal 1,9 mm sekali iris.
Sedangkan pada pengujian pada ketinggian irisan 35 cm dengan penyadap yang
berbeda menunjukkan bahwa konsumsi kulit dalam batas kendali konsumsi kulit
setebal 2,1 mm sekali iris Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi
kulit dapat dikontrol dengan tebal antara 1.8-2.1 mm.
Hasil pengujian pengirisan pada tanaman karet umur tanaman 5 tahun
(ketinggian irisan 113 cm) membuktikan bahwa pisau sadap elektrik tidak mampu
mengontrol kedalaman sadapan dengan seragam. Hal ini karena bentuk diameter
pohon karet tidak seragam meskipun tanaman klon karet yang digunakan
seragam. Kulit yang disisakan melekat pada jaringan kambium setebal 1,5 mm.

Hasil irisan pada ketinggian 113 cm ini menunjukkan kedalaman irisan tidak
maksimum. Irisan ke arah dalam yang seharusnya 6 mm (7,5 mm-1,5 mm) tetapi
hanya teriris 4,8 mm. Kulit yang tidak teriris 1,2 mm. Pada ketinggian kedua (88
cm) memperlihatkan pemotongan kulit kearah dalam tidak maksimum. Mata pisau
seharusnya memotong 6,7 mm (8,2 mm-1,5 mm) tetapi hanya mengiris 5,8 mm
sehingga kurang dalam 0,9 mm. Demikian juga pada pengujian ketiga (35 cm)
memperlihatkan pemotongan kulit pohon karet kurang dalam. Kulit pohon yang
seharusnya terpotong kearah dalam 7,4 mm (8,9 mm-1,5 mm) tetapi hanya
mengiris 6,42 sehingga kurang dalam 0,98 mm. Hasil pengujian pengontrolan

kedalaman irisan menunjukkan kurang dalam 0.9-1.2 mm ke arah pengirisan
normal (1.5 mm dari kambium). Meskipun demikian, pemotongan kuli tanaman
karet menggunakan pisau sadap elektrik tidak melukai kambium dan kayu.
Hasil panen menggunakan pisau sadap elektrik menunjukkan bahwa kurang
dalam irisan 1,2 mm akan menghilangkan produksi 46 %. Pemotongan kulit yang
kurang dalam 0,9 mm akan menghilangkan produksi 34 % dan kurang dalam 0,98
akan menghilangkan produksi sebesar 55,5%. Dengan demikianj maka irisan kulit
yang lebih dangkal akan menyebabkan produksi lateks yang dihasilkan sekitar 4566% lebih rendah dari normal.
Pengujian pertama pada tanaman umur 5 tahun. Diameter pohon rata-rata
15,20 cm, ketebalan kulit 7,5 mm dan panjang irisan 29,02 cm. Umur tanaman 5
tahun sudah dilakukan penyadapan selama 1 tahun sehingga tinggi irisan rata-rata
yaitu 113 cm. Kapasitas kerja menyadap dengan pisau sadap elektrik pada
ketinggian 113 cm tersebut dibutuhkan waktu mengiris 21,57 detik/pohon.
Sedangkan mengiris kulit pohon menggunakan pisau manual diperlukan waktu
rata-rata 8,11 detik/pohon. Pengujian kedua pada tanaman karet umur 6 tahun.
Diameter rata-rata pohon 17,5 cm, ketinggian rata-rata kulit yang diiris 88,14 cm,
ketebalan kulit 8,2 mm dan panjang alur sadap 30,42 cm. Waktu untuk mengiris
kulit pohon karet menggunakan pisau sadap elektrik adalah 18,64 detik/pohon.
Pengujian ketiga pada tanaman karet umur 8 tahun. Diameter rata-rata pohon
18,61 cm, tinggi kulit yang diiris 34,74 cm, tebal kulit 8,9 mm dan panjang alur

sadap 35,81 cm. Waktu yang dibutuhkan untuk mengiris menggunakan pisau
sadap elektrik yaitu 13,5 detik/pohon. Sedangkan penggirisan kulit pohon
menggunakan pisau sadap manual membutuhkan waktu 5,6 detik. Jadi waktu
yang dibutuhkan untuk mengiris kulit tanaman karet menggunakan prototipe pisau
sadap elektrik sebesar 14-22 detik per pohon. Adapun pengirisan menggunakan
pisau sadap manual membutuhkan waktu sebesar 6-8 detik. Pisau sadap elektrik
memberikan bentuk alur sadapan ½ spiral lebih rata dan seragam.

Kata kunci: tanaman karet, penyadap, pisau sadap, elektrik

iii

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

DISAIN DAN KINERJA PISAU SADAP ELEKTRIK UNTUK
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

Suhermanto Agung Wibowo

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M. Agr

Judul Tesis

Nama
NIM

: Disain dan Kinerja Pisau Sadap Elektrik untuk Tanaman
Karet (Hevea brasiliensis)
: Suhermanto Agung Wibowo
: F151080091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS
Ketua

Dr. Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Teknik Mesin Pertanian dan Pangan


Dr. Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr

Tanggal Ujian: 2 Februari 2011

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya hingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wawan Hermawan,
MS dan Dr. Ir. Radite P.A. Setiawan, M.Agr, selaku dosen pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, dan masukannya serta Bapak Dr. Ir. I Dewa Made
Subrata, M. Agr sebagai dosen penguji luar komisi. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Karyudi selaku Kepala Balai Penelitian
Sungei Putih yang telah mempercayakan tugas belajar S2 di Institut Pertanian

Bogor, Bapak Sumarmadji selaku koordinator Peneliti Balai Penelitian Sungei
Putih yang telah memberikan dorongan dan bantuannya. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada jajaran direksi, staf dan karyawan PTP Nusantara III
Sumatera Utara yang telah mengijinkan dalam pelaksanaan pengambilan data
dan pengujian alat selama penelitian berlangsung, serta teknisi Balai Penelitian
Sungei Putih yang membantu dalam proses pengumpulan data. Tidak terlupakan
juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman mayor TMP 2008 yang
selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu dan saudara serta keluarga penulis, atas
segala pengorbanan moril-materiil, doa, cinta dan kasih sayangnya.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2011
Suhermanto Agung Wibowo

PERSEMBAHAN

Karya ini Agung persembahkan untuk orang-orang yang selalu membantu dan
mendoakanku serta senantiasa memberikan dorongan dan motivasi
Buat ibundaku dan kedua mertuaku tercinta

Istriku yang penuh pengertian mendampingiku
Zakiah Kurniati, S.Farm. Apt.
“Ya Allah, semoga wanita penyabar ini tetap menjadi bidadariku di Syurga nanti”
Anak-anak ku tersayang:
1. Azam Syaiful Adzka Wibowo
2. Aghna Syafiqul Ikram Wibowo
3. Ahyan Mufid Hibban Wibowo
4. A................................Wibowo
“Buah hatiku menjadi Mujahid dan Mujahidah yang Tsabat dan Istiqomah”
Mas dan Mbak ku :
“Terima kasih atas do’a dan motivasinya selama ini”
Teman-teman TMP 2008:
“Selalu saling mengingatkan untuk tetap semangat”
Para Murrabi:
“Jazakumullah atas pembinaan dan pembentukkan kedewasaanku”

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 14 Juni 1978.
Penulis adalah putra bungsu dari delapan bersaudara. Nama orangtua penulis yaitu
Bapak Djapar Hadi Sukarto (Alm.) dan Ibu Sumarwiyah, menganut Agama Islam.
Pendidikan pertama diperoleh pada Sekolah Dasar Negeri 1 Purwodadi
tahun 1991 . Kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Purwodadi tahun 1994 dan Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Purworejo tahun
1997. Pendidikan Strata 1 ditempuh di Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada mulai tahun 1998 hingga mendapatkan gelar
sebagai Sarjana Teknologi Pertanian pada bulan November 2003.
Penulis selama mengikuti pendidikan S1, penulis memperoleh Program
Kreativitas Mahasiswa tahun 2001-2002 dan memenangi Presentasi Terbaik
Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian tahun 2003. Selain itu penulis
aktif mengikuti organisasi Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian, Badan
Eksekutif Mahasiswa FTP UGM, dan Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian
Indonesia (IMTPI).
Selanjutnya pada bulan April 2004, penulis mendapatkan amanah sebagai
peneliti dengan jabatan fungsional peneliti pertama pada tahun 2008 di Instansi
Balai Penelitian Karet, Pusat Penelitian Karet sampai sekarang.
Penulis mendapatkan tugas belajar S2 dari instansi pada bulan September
2008 di Program studi (Mayor) Teknik Mesin Pertanian dan Pangan, Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Instut Pertanian
Bogor.

DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xvi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 3
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Sistem Sadap Tanaman Karet........................................................................ 4
Pisau Sadap Tanaman Karet .......................................................................... 8
Mekanisme Pemotongan (cutting)............................................................... 11
Beberapa Peralatan Pengirisan Kayu........................................................... 15
Pisau Profil Kayu......................................................................................... 16
Mekanisme Bolak-Balik .............................................................................. 17
Mekanisme Engkol-Peluncur (Slider-Crank Mechanism)................. 17
Mekanisme Pemikul Scotch (Scotch Yoke)........................................ 19
Mekanisme Membalik-Cepat (Quick-Return Mechanism)................ 19
Mekanisme Whitworth....................................................................... 20
Mekanisme Batang Penghubung Seret (Drag Link) .......................... 21
Mekanisme Engkol Peluncur yang Offset (Offset Slider Crank) ....... 21
Konsep Koefesien Gesek............................................................................. 22
Mekanisme Bolak-Balik Interptor dengan Solenoid ................................... 24
Motor Listrik DC dan Baterai...................................................................... 26
METODE PENELITIAN...................................................................................... 30
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 31
Alat dan Bahan ............................................................................................ 32
Perancangan Ring Transducer ..................................................................... 32
Kalibrasi Ring Tranducer ................................................................... 34
Pengukuran Tahanan pemotongan Kulit Pohon Karet ....................... 34

Konsep Mekanisme Pemotongan ................................................................ 36
Variasi Percobaan ........................................................................................ 37
Kondisi Pengujian........................................................................................ 37
Mekanisme Kerja Pisau Sadap Elektrik ...................................................... 38
Parameter Pengukuran ................................................................................. 39
Analisis Data................................................................................................ 40
ANALISIS DISAIN .............................................................................................. 41
Analisis Disain Ring Transducer ................................................................. 41
Analisis Disain Pisau Sadap Elektrik .......................................................... 41
Penentuan Mekanisme Pemotongan................................................... 41
Analisis Disain Fungsional................................................................. 43
Analisis Disain Struktural .................................................................. 45
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 51
Rancangan Ring Transducer ....................................................................... 51
Kalibrasi Ring Transducer........................................................................... 51
Tahanan Pemotongan Kulit Pohon Karet .................................................... 52
Mekanisme Pemotongan.............................................................................. 53
Disain dan Prototipe Pisau Sadap Elektrik .................................................. 53
Kinerja Pisau Sadap Elektrik ....................................................................... 54
Kapasitas Kerja .................................................................................. 54
Kualitas Bekas Sadapan ..................................................................... 55
Kedalaman Irisan................................................................................ 56
Konsumsi Kulit Per Sadap ................................................................. 56
Produksi Karet.................................................................................... 57
Kondisi Pengujian Penyadapan ................................................................... 57
Kendala Pisau Sadap Elektrik...................................................................... 60
Rekomendasi Perbaikan Disain ................................................................... 65
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 67
Simpulan ...................................................................................................... 67
Saran ............................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN.......................................................................................................... 72

xi

DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 Kegiatan, alat dan bahan ......................................................................... 32
Tabel 2 Diameter tanaman karet klon PB 260 ..................................................... 38
Tabel 3 Pemilihan komponen yang akan digunakan dalam rancangbangun ....... 44

DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 (a) Sadap ke arah atas dan (b) Sadap ke arah bawah. ........................... 4
Gambar 2 Sudut pembuluh lateks (Dijkman 1951)................................................. 6
Gambar 3 (a) Diagram aliran lateks SKB dan (b) Diagram aliran lateks SKA
(Sutardi 1991)....................................................................................... 6
Gambar 4 Perbedaan irisan antara kanan dan kiri pohon (Dijkman 1951). ............ 7
Gambar 5 Pisau manual sadap ke arah atas (Wibowo & Sumarmadji 2006). ....... 8
Gambar 6 Penyadapan ke arah atas irisan 20 cm.................................................... 9
Gambar 7 Pisau sadap standar perkebunan swasta. ............................................... 9
Gambar 8 Supertab Thailand (http://virtualreview.org/thailand). ........................ 10
Gambar 9 Mata pisau Supertab Thailand (http://virtualreview.org/thailand). ...... 10
Gambar 10 Pisau sadap Motoray (Anonim 1984). ............................................... 11
Gambar 11 Pengoperasian pisau sadap Motoray (Anonim 1984). ....................... 11
Gambar 12 Beberapa bentuk pemotongan (Sitkei 1986). ..................................... 12
Gambar 13 Tahap-tahap proses pemotongan bahan uji (Persson 1987). .............. 12
Gambar 14 Gaya-gaya yang bekerja pada sudut pisau kecil (Sitkei 1986)........... 13
Gambar 15 Gaya-gaya yang bekerja pada sudut pisau besar (Sitkei 1986).......... 13
Gambar 16 Penyayatan perajang keripik (Putro 2006). ........................................ 15
Gambar 17 Circle cutter (Putro 2006). ................................................................. 15
Gambar 18 Kecepatan iris (v) yang dipengaruhi oleh diameter alat (d). .............. 16
Gambar 19 Mekanisme mesin ketam (http://sumbermesin.blogspot.com)........... 16
Gambar 20 Bentuk mata pisau mesin pembentuk profil kayu (http://www.
mlcswoodworking.com/favicon.ico).................................................. 17
Gambar 21 Tautan mata pisau profil kayu (http://www.mlcswoodworking.
com/favicon.ico)................................................................................. 17
Gambar 22 Mekanisme engkol-peluncur (Mabie & Reinholtz 1976). ................. 17
Gambar 23 Mekanisme eksentrik (Martin & Setiyobakti 1982)........................... 18
Gambar 24 Mekanisme pemikul scotch (Martin & Setiyobakti 1982). ................ 19
Gambar 25 Mekanisme membalik cepat (Martin & Setiyobakti 1982)............... 19
Gambar 26 Mekanisme Whitworth (Martin & Setiyobakti 1982). ....................... 20

Gambar 27 Mekanisme batang penghubung seret (Martin & Setiyobakti 1982). 21
Gambar 28 Mekanisme engkol peluncur yang offset (Martin & Setiyobakti 1982).
............................................................................................................ 21
Gambar 29 Kurva tegangan regangan–perpindahan relatif kebutuhan energi
pemotongan (Suastawa et al. 1998). .................................................. 22
Gambar 30 Hubungan sudut pisau dan energi pemotongan (Sitkei 1986)............ 23
Gambar 31 Kurva force displacement pisau untuk pemotongan lurus dengan
countershear (Sirvastava et al. 1993). ............................................... 24
Gambar 32 Solenoid untuk mengubah roda gigi (www.elektro.undip.ac.id). ..... 24
Gambar 33 (a) Medan magnet dialiri listrik, (b) Aliran listrik putus
(http://commons.wikimedia.org/w/index.php?

title=File:Electric_

Bell_animation.gif & amp;action=edit). ............................................ 25
Gambar 34 Motor DC mini (www.Digi-Ware.com)............................................. 26
Gambar 35 Kontruksi motor DC (www.dorlingkindersley-uk.co.uk). ................ 27
Gambar 36 Susunan komponen akumulator (Hardi 1983). ................................. 29
Gambar 37 Konstruksi baterai kering (http://berita-iptek.blogspot.com/ 2008/
05/accu.html)...................................................................................... 29
Gambar 38 Bagan alir tahapan penelitian. ............................................................ 30
Gambar 39 Bagan alir kegiatan, waktu, tempat dan output penelitian. ................ 31
Gambar 40 Pemilihan ukuran ring transducer. .................................................... 33
Gambar 41 Peragaan pengukuran tahanan pemotongan kulit tanaman tua. ......... 35
Gambar 42 Pengukuran tahanan pemotongan kulit tanaman muda TT 2003....... 35
Gambar 43 Pengukuran tahanan pemotongan kulit tanaman tua TT 1993. .......... 35
Gambar 44 Mata pisau rotari................................................................................. 36
Gambar 45 Solenoid dengan simpangan kecil. ..................................................... 36
Gambar 46 Penampang melintang pohon karet diameter 200 mm. ...................... 37
Gambar 47 Jembatan Wheatstone dengan 2 strain gage. ..................................... 41
Gambar 48 Jembatan Wheatsone dan Emant300 USB.......................................... 41
Gambar 49 Sudut alur sadap. ................................................................................ 42
Gambar 50 Panjang efektif pengirisan terhadap bidang horisontal. ..................... 42
Gambar 51 Pola panjang irisan efektif 15 mm...................................................... 43
Gambar 52 Alur sadapan ½ spiral......................................................................... 45

xiv

Gambar 53 Rancangan batang penghubung.......................................................... 46
Gambar 54 Hubungan kecepatan dan daya pemotongan yang dibutuhkan. ......... 47
Gambar 55 Rancangan pengatur konsumsi kulit. ................................................. 48
Gambar 56 Skema kontrol konsumsi kulit............................................................ 48
Gambar 57 Rancangan pengatur kedalaman irisan............................................... 49
Gambar 58 Skema kontrol kedalaman irisan. ....................................................... 49
Gambar 59 Rancangan konstruksi rangka sebagai pengikat komponen............... 50
Gambar 60 Ring transducer. ................................................................................. 51
Gambar 61 Pemasangan ring transducer pada pisau sadap manual. .................... 52
Gambar 62 Hubungan kedalaman irisan dan tahanan pemotongan. .................... 52
Gambar 63 Rancangan pisau sadap elektrik. ........................................................ 53
Gambar 64 Prototipe pisau sadap elektrik. ........................................................... 54
Gambar 65 Ketinggian sadapan (a) Umur 5 tahun, (b) Umur 6 tahun dan (c) Umur
8 tahun. ............................................................................................... 57
Gambar 66 Buka alur sadapan dengan pisau manual........................................... 58
Gambar 67 Buka alur sadapan dengan pisau elektrik. ......................................... 58
Gambar 68 Irisan di tengah alur sadap pisau manual. .......................................... 59
Gambar 69 Irisan di tengah alur sadap pisau elektrik. .......................................... 59
Gambar 70 Irisan pisau sadap manual di paritan bawah....................................... 59
Gambar 71 Roda pengatur ketebalan kulit di ujung paritan bawah. .................... 60
Gambar 72 Sisa kulit sadapan teriris pisau sadap elektrik.................................... 60
Gambar 73 Kulit bagian tengah tidak teriris. ........................................................ 61
Gambar 74 Sepertiga panjang alur sadap tidak teriris. ......................................... 61
Gambar 75 Pisau sadap elektrik iris dorong. ....................................................... 62
Gambar 76 Ujung paritan bawah tidak teriris. ...................................................... 62
Gambar 77 Paritan bawah bertangga. ................................................................... 62
Gambar 78 Irisan kulit tidak dalam....................................................................... 63
Gambar 79 Roda pengendali ketebalan irisan diangkat. ...................................... 63
Gambar 80 Bodi depan pisau sadap elektrik membentur dan bergesekan dengan
permukaan kulit tanaman karet. ......................................................... 64
Gambar 81 Pisau keluar dari alur sadap................................................................ 65

xv

DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Sketsa pisau sadap Supertab (tm) Thailand ....................................... 73
Lampiran 2 Peralatan untuk mengukur tahanan pemotongan kulit pohon karet .. 74
Lampiran 3 Perhitungan rancangan ring transducer ............................................ 76
Lampiran 4 Perhitungan tebal mata pisau............................................................. 77
Lampiran 5 Perhitungan daya yang diperlukan .................................................... 78
Lampiran 6 Perhitungan kecepatan dan daya pemotongan................................... 79
Lampiran 7 Kalibrasi strain gage menggunakan handy strain meter.................. 81
Lampiran 8 Kalibrasi strain gage menggunakan EMANT300 Low Cost USB 24 bit
DAQ............................................................................................... 82
Lampiran 9 Hasil pengukuran tahanan pemotongan kulit pohon karet klon PB 260
menggunakan EMANT300 Low Cost USB 24 bit DAQ................. 83
Lampiran 10 Gambar disain pisau sadap elektris ................................................ 84
Lampiran 11 Hasil akhir rancangbangun pisau sadap elektris............................. 85
Lampiran 12 Bagian-bagian pisau sadap lektrik................................................. 86
Lampiran 13 Data pengujian pisau sadap elektrik pada klon PB260 TT 2005 di
Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih........................... 88
Lampiran 14 Data produksi klon PB260 TT 2005 di Kebun Percobaan Balai
Penelitian Sungei Putih.................................................................. 89
Lampiran 15 Data produksi klon PB260 TT 2005 di Kebun Percobaan Balai
Penelitian Sungei Putih.................................................................. 90
Lampiran 16 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau manual klon
PB260 TT 2005 TM1 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei
Putih............................................................................................... 91
Lampiran 17 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau elektrik klon
PB260 TT 2005 TM 1 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei
Putih............................................................................................... 92
Lampiran 18 Data Pengujian pisau sadap elektrik padaa klon PB260 TT 2004 di
Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih........................... 93

Lampiran 19 Data produksi klon PB260 TT 2004 di Kebun Percobaan Balai
Penelitian Sungei Putih.................................................................. 94
Lampiran 20 Data produksi klon PB260 TT 2004 di Kebun Percobaan Balai
Penelitian Sungei Putih.................................................................. 95
Lampiran 21 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau manual klon
PB260 TT 2004 TM 2 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei
Putih............................................................................................... 96
Lampiran 22 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau elektrik klon
PB260 TT 2004 TM 2 ................................................................... 97
Lampiran 23 Data pengujian klon PB260 TT 2002 di Kebun Sarang Giting PTP
Nusantara III.................................................................................. 98
Lampiran 24 Data produksi klon PB260 TT 2002 di Kebun Sarang Giting PTP
Nusantara III.................................................................................. 99
Lampiran 25 Data produksi klon PB260 TT 2002 di Kebun Sarang Giting PTP
Nusantara III................................................................................ 100
Lampiran 26 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau manual klon
PB260 TT 2002 TM 4 di Kebun Sarang Giting PTP Nusantara III
..................................................................................................... 101
Lampiran 27 Pengamatan waktu penyadapan menggunakan pisau elektrik klon
PB260 TT 2002 TM 4 di Kebun Sarang Giting PTP Nusantara III
..................................................................................................... 102
Lampiran 28 Gambar teknik pisau sadap elektrik (piktorial/isometric) ............ 103
Lampiran 29 Gambar teknik pisau sadap elektrik (piktorial/dimetric)............. 104
Lampiran 30 Gambar teknik pisau sadap elektrik (depan) ................................ 105
Lampiran 31 Gambar teknik pisau sadap elektrik (atas).................................... 106
Lampiran 32 Gambar teknik pisau sadap elektrik (kanan) ................................ 107
Lampiran 33 Gambar teknik mata pisau (piktorial/isometric).......................... 108
Lampiran 34 Gambar teknik mata pisau ............................................................ 109
Lampiran 35 Gambar teknik mekanisme putaran .............................................. 110
Lampiran 36 Gambar teknik motor listrik DC................................................... 111

xvii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa wilayah di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk
penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85% merupakan
perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%
perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005
mencapai 2.2 juta ton (http://www.library.usu.ac.id). Luas areal selanjutnya
disusul Thailand (2.1 juta ha), Malaysia (1.3 juta ha), China (0.6 juta ha), India
(0.6 juta ha), dan Vietnam (0.3 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi
karet Indonesia sebesar 2.3 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia,
setelah Thailand dengan produksi sekitar 2.9 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati
Malaysia (1.1 juta ton), India (0.8 juta ton), China (0.5 juta ton), dan Vietnam (0.4
juta ton) (Anonim 2007).
Perkebunan nusantara/negara yang mengusahakan tanaman karet berjumlah
11 dari 14 perkebunan. Luas total lahan kebun karet 362 600 ha yang terdiri dari
kebun sendiri 206 800 ha dan mengelola plasma petani 155 800 ha
(http://www.kpbptpn.co.id).
Tenaga kerja untuk menyadap tanaman karet semakin berkurang karena
pegawai tetap sudah memasuki masa pensiun. Saat ini semakin sulit mendapatkan
tenaga penyadap. Menyadap tanaman karet merupakan pekerjaan yang berat dan
membutuhkan keterampilan. Persyaratan dalam menyadap yaitu mampu
mengontrol konsumsi kulit per hari sadap dan kedalaman sadapan yang tidak
sampai merusak jaringan kayu.
Alat untuk menyadap tanaman karet berupa pisau sadap. Pisau sadap
dipergunakan untuk mengiris kulit karet 1.5 mm sepanjang setengah spiral batang
tanaman karet. Setelah kulit terpotong pembuluh getahnya maka akan keluar getah
atau lateks selama tekanan turgor tinggi dan pembuluh lateks tidak tersumbat atau
terjadi penggumpalan. Pisau sadap dioperasikan secara manual yaitu ditarik oleh
tenaga penyadap. Pisau sadap berbentuk lepengan logam yang bagian ujung

terdapat bengkokan 500-600 dan bagian pangkal dipasangkan tangkai kayu untuk
pegangan penyadap. Panjang pisau sadap pada umumnya sekitar 20-25 cm.
Jumlah pohon karet dalam luas 1 hektar adalah sekitar 500 pohon. Seorang
penyadap mengerjakan penyadapan pohon karet sekitar 500 pohon per hari.
Waktu yang tersedia untuk menyadap pohon karet dari jam 6.00 sampai jam
10.00. Karena membutuhkan waktu lebih pagi maka penyadap berangkat langsung
dari rumah ke areal yang akan disadap. Langkah-langkah yang dilakukan
penyadap yaitu memasang mangkuk dari posisi miring ke posisi menampung
getah, menarik getah yang menggumpal di paritan bidang sadap sebagai getah
scrab, mengiris kulit pohon, menuntun mengalirnya lateks ke arah mangkuk, dan
kemudian berjalan ke pohon berikutnya. Sedangkan kegiatan memindahkan kawat
mangkuk dan talang lateks tidak selalu dilakukan karena jarak kulit yang akan
diiris ke talang dan mangkuk membutuhkan waktu sekitar 2 bulan sekali. Pisau
sadap setelah digunakan akan tumpul sehinga dilakukan pengasahan setiap hari.
Perkebunan melakukan penggantian pisau sadap 2 kali setiap tahun.
Konsumsi kulit merupakan tebal kulit yang diiris setiap hari yang sesuai
dengan anjuran yaitu 1.5 mm. Pemborosan konsumsi kulit akan mempersingkat
umur produktif dan waktu penanaman ulang yang dini. Bekas sadap yang baik
akan menumbuhkan kulit pulihan yang sehat dan mengeluarkan getah. Adapun
irisan yang melukai kayu ataupun kambium akan menyebabkan kanker kulit
pohon karet. Bentuk kanker kulit yaitu timbul tonjolan yang tidak beraturan dan
kulit lebih keras. Pisau sadap yang sesuai akan ketahanan ketajaman, sudut
ketajaman, panjang gengaman, dan berat akan meningkatkan kenyamanan kerja
operator atau penyadap. Tanaman karet yang telah disadap sesuai dengan norma
akan diperoleh produktivitas getah yang tinggi dan gelondongan/log kayu karet
yang berkualitas baik.
Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penyadapan yaitu kurangnya
tenaga penyadap terampil, pisau sadap manual standar perkebunan yang tidak
seragam, kesulitan menyadap dengan pisau sadap manual untuk sistem sadap ke
arah atas di panel bawah, konsumsi kulit dan kedalaman irisan yang tidak
seragam, dan mutu bekas sadapan yang melukai kayu. Untuk mengatasi
permasalah yang mendesak ini maka dilakukan penelitian. Tujuan penelitian

2

adalah mendisain pisau sadap elektrik untuk meningkatkan mutu sadapan dan
produktivitas tanaman karet. Upaya disain pisau sadap ini diharapkan lebih efektif
dan efisien dioperasikan oleh penyadap siapapun.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tahanan pemotongan kulit tanaman karet.
2. Mendisain pisau sadap elektrik yang memiliki kemampuan mengontrol
konsumsi kulit dan kedalaman sadapan.
3. Mendapatkan kinerja pisau sadap elektrik hasil perancangan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Meningkatkan penghematan konsumsi kulit pohon karet.
2. Meningkatkan kualitas bekas sadapan.
3. Meningkatkan kenyamanan penyadap.
4. Mengatasi tenaga penyadap yang tidak terampil.
5. Menghasilkan log kayu karet yang lebih baik.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Sadap Tanaman Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman penghasil
getah/lateks yang dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat karet.

Lateks

dikeluarkan dengan cara mengiris kulit pohon karet dan kedalaman irisan tidak
sampai melukai lapisan kambium. Jumlah pembuluh lateks meningkat ke arah
dalam (centripetal). Bila irisan semakin dalam maka akan semakin banyak
pembuluh lateks yang terbuka. Hasil lateks yang diperoleh lebih besar dengan
semakin meningkatnya kedalaman irisan. Tetapi kedalaman irisan perlu dibatasi
agar kambium dan jaringan kayu tidak terluka yaitu 1– 1.5 cm dari jaringan kayu
(Dijkman 1951). Tanaman karet yang tumbuh secara normal akan mencapai
tanaman siap dipanen getahnya yaitu sekitar umur 5 tahun.
Sistem sadap tanaman karet yaitu sistem sadap ke arah bawah (SKB) dan
sistem sadap ke arah atas (SKA). Umumnya sistem sadap ke arah bawah disebut
sistem sadap normal. Pengirisan kulit pohon karet pada sistem SKB dimulai pada
ketinggian 130 cm di atas tautan mata okulasi. Sedangkan sistem sadap ke arah
atas pada umumnya merupakan lanjutan setelah bidang sadap di bawah 130 cm
habis diiris. Kemudian dilanjutkan pengirisan ke arah atas pada ketinggian 130 cm
tersebut.

(a)
(b)
Gambar 1 (a) Sadap ke arah atas dan (b) Sadap ke arah bawah.
Pisau sadap yang digunakan untuk sistem SKB dan SKA adalah pisau sadap
manual. Perbedaan pisau SKB dan SKA yaitu bentuk, ukuran, sudut mata pisau,
berat dan tangkai. Kedua jenis pisau tersebut berbeda dari mekanisme dan lokasi
pengirisan kulit karet.

Sistem SKA dilakukan dengan irisan pendek/short cut (SC) yang lebih kecil
dari ½S (spiral) pada panel BO-I (bark origin bidang I). Dengan panjang irisan
lebih pendek dari SKB, sistem SKA menghasilkan produksi yang sama dengan
SKB, hasil kayu lebih baik, gangguan angkutan asimilat seminimal mungkin dan
produksi total persiklus yang tinggi. Kulit tanaman karet (floem) berfungsi untuk
sintesis lateks dan transport hasil asimilasi dari perdaunan ke seluruh tanaman.
Kulit yang tersadap memutus fungsi translokasi asimilat tersebut yang tentu
mengurangi kegiatan metabolisme dalam tubuh tanaman. Selain itu, kulit yang
tersadap juga memerlukan material dan energi metabolik secukupnya agar dapat
pulih secepatnya (Sutardi 1991).
Berdasarkan penelitian Sumarmadji et al. (2003) menyatakan tanaman karet
muda umur 3 tahun dan yang sudah berumur 8 tahun namun sama-sama belum
disadap, ternyata memiliki kemiripan dalam peubah-peubah yang berhubungan
dengan sintesis lateks. Dalam hal regenerasi lateks ternyata lebih dipengaruhi oleh
kebiasaan tanaman disadap. Oleh karena itu cukup beralasan bila penyadapan
untuk menghasilkan lateks dapat dimulai sejak tanaman lebih muda.
Irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak
mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Pembuluh lateks berbentuk spiral
berlawanan arah jarum jam ke arah atas, irisan dari kiri atas ke kanan bawah akan
menghasilkan irisan pembuluh yang lebih panjang daripada irisan dari kanan atas
ke kiri bawah dengan sudut kemiringan yang sama. De Jong (1916) dalam
Dijkman (1951) telah meneliti sudut pembuluh lateks yaitu rata-rata sebesar 3.70.
Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 300-400 terhadap bidang datar
untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut
kemiringannya disarankan sebesar 450. Kemiringan irisan sadap disamping pada
jumlah pembuluh lateks yang terpotong, juga berpengaruh pada aliran lateks ke
arah mangkuk sadap (Anonim 1996).
Menurut Sutardi (1991) menyatakan pembuluh lateks pada umur 5 tahun
berjumlah 10 lingkar dan setelah umur 15 tahun berjumlah 30-45 lingkar.
Tanaman karet umur 5 tahun memiliki rata-rata lilit batang adalah 45 cm
sebanyak 60% setiap luas 1 ancak (1 ha). Cara memperoleh getah/lateks yaitu
dilakukan dengan mengiris kulit menggunakan pisau sadap.

5

Aliran lateks pada sistem sadap ke arah bawah (SKB) yaitu ketika kulit
pohon karet diiris ke arah bawah maka akan memutus aliran hasil fotosintesis
(asimilat) dari atas, sehingga di atas bidang sadap tidak mengeluarkan lateks.
Sebaliknya aliran lateks hanya datang dari arah bawah ke atas. SKB didukung
oleh tekanan turgor (+T), tetapi gerakan lateks ke atas berlawanan dengan gaya
grafitasi (-g). Aliran alami ke bawah harus melintasi aliran transversal (S) dua kali
(Gambar 3(a)). Sedangkan sistem sadap ke arah atas (SKA), lateks (asimilat)
dialirkan dari atas langsung ke daerah irisan (+B) dan mendapat percepatan gaya
grafitasi (+g). Saluran pembuluh lateks juga langsung terpotong oleh irisan sadap
(S) serta tekanan turgor mendukung aliran lateks (+T) (Gambar 3(b)). Sehingga
aliran yang mendukung aliran lateks pada SKA lebih besar daripada kekuatan
yang mendukung SKB. Maka produksi pada sistem sadap SKA dapat lebih besar
daripada SKB (Sutardi 1991).

Keterangan :
a = aliran vertikal
b = aliran horisontal

Gambar 2 Sudut pembuluh lateks (Dijkman 1951).

(a)

(b)

Gambar 3 (a) Diagram aliran lateks SKB dan (b) Diagram aliran lateks SKA
(Sutardi 1991).
6

Penelitian yang mendukung penggalian produktivitas tanaman karet pada
sistem eksploitasi yaitu klasifikasi klon berdasar metabolisme lateks (Sumarmadji
et al. 2003), diagnosis lateks (LD) (Jacob et al. 1989), klon-klon produksi tinggi
dengan puncak produksi awal (quick starter), sistem sadap ke arah atas (SKA) dan
irisan pendek (Junaidi & Kuswanhadi 1995; Lukman, 1996; Siregar et al., 1997)
yang sesuai dengan mekanisme source-sink asimilat, dan teknik penanggulangan
KAS (Siswanto 1997, 1998).

Gambar 4 Perbedaan irisan antara kanan dan kiri pohon (Dijkman 1951).
Sudut irisan pisau pada kulit pohon karet pada sistem sadap ke arah atas
adalah sebesar 450. Luka Irisan kulit pohon karet yang lebih panjang adalah
bidang sebelah kiri. Dengan luka irisan yang lebih panjang, maka getah yang
keluar akan lebih banyak (Dijkman 1951). Apabila bidang sebelahnya telah habis
diiris, kemudian bidang irisan berpindah ke sebelahnya. Sehingga dengan sudut
optimal ini akan mempermudah aliran getah masuk ke mangkuk (cup). Ketika
hujan, getah yang mengalir tidak menyimpang dari alur irisan pisau.
Secara umum, sistem sadap ke arah atas (SKA) menunjukkan konsumsi
kulit vertikal yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem sadap ke arah
bawah (SKB) (Junaidi & Kuswanhadi 1995). Biasanya faktor kedalaman sadap
yang tidak terkendali menyebabkan penyadapan kulit pulihan tidak dapat
diharapkan (Siregar et al. 1997). Dengan irisan sadap yang lebih pendek,
diharapkan konsumsi kulit akan lebih hemat, dan penyadapan dapat dilakukan
lebih cepat sehingga ancak sadap per penyadap dapat ditingkatkan (Junaidi &
Kuswanhadi 1998).

7

Pisau Sadap Tanaman Karet
Menurut penelitian Wibowo dan Sumarmadji (2006) dilakukan pengujian
pisau sadap manual Mc10↑ d/3 (micro cutting 10 cm, frekuensi sadap 3 hari
sekali) pada klon PB 260 tahun tanam 2001 di kebun Gunung Para PTPN III
Sumatera Utara diperoleh kapasitas kerja sebesar 2.62 jam/ancak. Bentuk dan
ukuran pisau sadap manual ke arah atas diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Pisau manual sadap ke arah atas (Wibowo & Sumarmadji 2006).
Adapun kapasitas aktual/prestasi kerja penyadap pada sistem sadap ke arah
bawah ½ S d/3 (irisan setengah spiral, frekuensi sadapan 3 hari sekali) yaitu 3.47
jam per ancak. Kapasitas aktual (Ka) tersebut meliputi waktu yang diperlukan
untuk membuang air dalam mangkuk dan memindahkan talang pada kerapatan
tanaman 500 pohon/ancak. Dengan demikian maka diharapkan dengan irisan
pendek pisau manual akan meningkatkan kapasitas kerja total penyadap sehingga
dapat mengkompensasi ancak yang lebih luas.
Adapun penyadapan ke arah atas dengan panjang irisan 20 cm
memerlukan waktu 21.19 detik per pohon (Gambar 6). Waktu tersebut terdiri dari
kegiatan menarik getah scrab 5.10 detik (24.07%), mengiris kulit pohon karet 8.39
detik (39.59%), menuntun mengalirnya lateks ke arah mangkuk 3.98 detik
(18.78%) dan berjalan ke pohon berikutnya 3.72 detik (17.56%). Total waktu
efektif diperlukan untuk menyadap 500 pohon atau 1 ancak adalah sekitar 3 jam.
Pisau sadap standar perkebunan swasta yang dipergunakan untuk buka
sadap 5 tahun ditunjukkan pada Gambar 7. Pisau sadap manual tersebut memiliki
panjang 20-25 cm dengan tangkai 13 cm. Bilah pisau memiliki lebar 2-2.5 cm,

8

tebal 2-3 mm, sudut paritan 500, dan sudut ujung pisau terhadap garis horisontal
100. Adapun pada ujung gagang pisau terdapat paku 2.5 cm bertujuan agar pada
waktu membuka alur sadap tidak dilakukan dengan mendorong pisau
menggunakan tekanan telapak tangan sehingga batas bidang sadap bagian depan
tetap lurus. Penggunaan bentuk pisau sadap ini hanya berlaku selama 2 tahun
pertama dan kemudian pisau sadap berubah pada sudut paritan 600, sudut ujung
pisau terhadap garis horisontal menjadi 200 dan tinggi ujung mata pisau terhadap
garis horisontal bertambah menjadi 4 cm serta gagang bertambah 5 cm.

Gambar 6 Penyadapan ke arah atas irisan 20 cm.

Gambar 7 Pisau sadap standar perkebunan swasta.
Pisau sadap manual yang telah dikembang Dr. Wisud di Thailand bermerk
dagang supertab telah dipatenkan (Gambar 8). Sistem pengirisan sama dengan
pisau sadap manual yaitu cara ditarik berulang-ulang sepanjang bidang sadap.
Gambar 9 memperlihatkan bahwa perbedaan tinggi mata pisau dan ujung batang
penahan yang berfungsi mengatur tebal konsumsi kulit yang stabil. Kulit pohon
karet

yang

telah

teriris

akan

masuk

melalui

celah

tersebut

(http://virtualreview.org/thailand). Pisau sadap Supertab tersebut diinterpretasikan
ke dalam sketsa yang ditunjukkan pada Lampiran 1.
9

Berdasarkan bentuk mata yang melengkung pada pisau Supertab tersebut
akan memberikan bekas paritan sadap yang melengkung atau cekung. Mata pisau
tidak dapat mengiris kulit yang di dinding kayu secara tegak lurus. Akibatnya
pembuluh lateks yang dekat dengan jaringan kambium tidak banyak terpotong.
Selain itu apabila kulit yang diiris kurang tebal maka bentuk paritan akan
mendekati datar sehingga aliran lateks akan keluar alur sadap.

Gambar 8 Supertab Thailand (http://virtualreview.org/thailand).

Gambar 9 Mata pisau Supertab Thailand (http://virtualreview.org/thailand).
Pada tahun 1980 telah dilakukan upaya mekanisasi penyadapan pohon karet
di Malaysia. Pisau sadap Motoray merupakan pisau sadap yang digerakkan
dengan motor listrik menggunakan baterai. Sistem pengirisan kulit pohon karet
dengan sistem getar. Penyadap mengoperasikan dengan mengarahkan mata pisau
pada alur sadapan. Terdapat kelemahan pada pisau sadap Motoray yaitu konsumsi
kulit boros/tebal, sudut mata pisau tidak sesuai untuk tanaman muda dan daya
baterai (listrik) tidak bertahan lama. Motor listrik yang digunakan mempunyai
kecepatan putar 3 000 putaran per menit dan baterai yang dapat diisi ulang
10

bertegangan 12 volt. Ketika melakukan penyadapan pohon karet, baterai pisau
sadap Motoray diikatkan di pinggang penyadap. Gambar pisau sadap Motoray
diperlihatkan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10 Pisau sadap Motoray (Anonim 1984).

Gambar 11 Pengoperasian pisau sadap Motoray (Anonim 1984).

Mekanisme Pemotongan (cutting)
Definisi pemotongan adalah suatu proses dari pemisahan secara mekanik
suatu benda padat sepanjang garis yang sebelumnya telah ditentukan dengan
menggunakan alat pemotong (Persson 1987).
Pada saat pemotongan, mata pisau menembus ke dalam bahan, melewati
kekuatan bahan sehingga bahan menjadi terpisah. Pada saat pemotongan
berlangsung, terjadi perbedaan deformasi pada bahan, yang tergantung pada
bentuk mata pisau dan proses kinematik pemotongan. Oleh karena itu, dalam
11

mempelajari hambatan pemotongan suatu bahan akan selalu berhubungan dengan
bentuk mata pisau dan kinematika pemotongan (Sitkei 1986).
Gambar 12 memperlihatkan bentuk-bentuk pemotongan yang umum
dilakukan. Pada Gambar pertama (a) diperlihatkan prose

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57

Disain dan kinerja pisau sadap elektrik untuk tanaman karet (hevea brasiliensis)

8 142 137

DISAIN PISAU SADAP MANUAL UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS) Manual Tapping Knife Design to Optimize the Yield of Rubber Trees (Hevea brasiliensis)

0 0 10