Bahasa Dhagelan Seniman Ketoprak

2.2.2 Bahasa Dhagelan Seniman Ketoprak

Bahasa dhagelan sebagai bahasa humor para seniman ketoprak berfungsi sebagai ekspresi diri dan ciri khas keunggulan tiap grup ketoprak dalam menghibur para penikmatnya. Lisbijanto 2013:14 mendefinisikan seniman dhagelan adalah orang yang bertugas membawakan lawakan atau hiburan saat pertunjukan ketoprak berada pada puncak kegentingan. Ketoprak sendiri merupakan kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang terjadi di jaman kerajaan dahulu, yang merupakan kisah legenda dengan latar belakang kehidupan kerajaan Jawa pada waktu dahulu. Ketoprak juga merupakan teater rakyat yang mengangkat kisah kepahlawanan dan perjalanan hidup keluarga kerajaan Lisbijanto, 2013:1. Ketoprak memiliki ciri khas yaitu berbahasa Jawa dengan kisaran pemain sebanyak 35 orang. Pemain ketoprak terbagi atas pemain utama dan pemain pembantu, diantaranya prajurit, emban, dan dhagelan Lisbijanto, 2013:14. Dhagelan merupakan pemain pendukung yang wajib hadir di tengah pertunjukan ketoprak. Segmen dhagelan sering diletakkan ketika jalan cerita sedang genting atau mencapai klimaks cerita. Tujuannya agar penonton semakin penasaran dan tidak beranjak pulang. Selain fungsi sebagai penengah ketegangan pertunjukkan, kehadiran seniman dhagelan diperlukan untuk membuat permasalahan dalam cerita semakin jelas dan terpahami oleh penonton lewat banyolan dan kelucuan yang ditimbulkan oleh seniman dhagelan. Bahasa sebagai alat komunikasi menghubungkan komunikasi antar seniman dhagelan dalam tugasnya menyajikan tuturan humor untuk menghibur penonton. Humor dibentuk oleh budaya atau kebiasaan, berupa sesuatu yang lucu, dan menimbulkan kegelian atau tawa. Sebagaimana keterangan yang terdapat pada jurnal berjudul berikut: Humor is, for example, steeped in and shaped by culture. The experiences that we share as members of a culture are the basis for jokes, humorous observations, puns, ironies, satires, and punchlines that strike us as amusing. In researching the humor of languages across widely differing cultures, language families, and typologies, we can better understand the linguistic, cognitive, and cultural influences on humor, and see these same influences as reflections of the culture through humor. Cisneros, 2005:2 Dijelaskan pada paparan jurnal di atas bahwa budaya dan pengalaman menjadi dasar bahan lelucon. Pengalaman yang kita miliki sebagai bagian dari budaya dapat menjadi bahan guyonan melalui pengamatan lucu, permainan kata- kata, ironi, satir, dan gurauan berupa gerak tubuh yang menimbulkan rangsangan tawa. Bahasa humor menjadi kaya dan beragam karena pengaruh rumpun bahasa dan tipologi sehingga kita dapat lebih memahami adanya pengaruh linguistik, kognitif, dan budaya pada humor, dan melihat refleksi budaya melalui humor. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahasa dhagelan adalah segala rangsangan atau stimulus verbal para seniman dhagelan yang dapat mengundang tawa penikmatnya. Berdasarkan beberapa definisi humor di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat humor adalah segala bentuk rangsangan atau stimulus verbal yang berhubungan dengan hal-hal yang lucu, ganjil, jenaka atau menggelikan. Bentuknya berupa rangsangan atau tuturan yang di dalamnya terkandung hal-hal yang berhubungan dengan kelucuan dan mengungkapkan sesuatu yang ganjil, jenaka atau menggelikan.

2.2.3 Jenis-Jenis Humor