Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol Akibat Pemberian Limbah PKS dan Cacing Tanah

(1)

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA ULTISOL AKIBAT

PEMBERIAN LIMBAH PKS DAN CACING TANAH

SKRIPSI

Oleh

PRAMITA PRATIWI 040303013 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA ULTISOL AKIBAT

PEMBERIAN LIMBAH PKS DAN CACING TANAH

SKRIPSI

Oleh

PRAMITA PRATIWI 040303013 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Sarifuddin, MP ) ( Kemala Sari Lubis, SP, MP Ketua Anggota

)

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Skripsi : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol Akibat Pemberian Limbah PKS dan Cacing Tanah

Nama : Pramita Pratiwi

NIM : 040303013

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Sarifuddin, MP ) ( Kemala Sari Lubis, SP, MP Ketua Anggota


(4)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the application effect of warm earth and sludge, land application. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed factorial consist of two factorial with four replication is L1 (liquid waste in pool 0.766 kg/pol), (sludge in pool 0.742 kg/pol), L3 (land application).

The result showed application for liquid waste.sludge soil Ph indicated

signification. For a not signification with N-total, available –P, BO, K-exchangeable, crop, bar diameter and coronet weight.

The result showed application for earth worm indicated not signification. For a not signification with crop, coronet wight, bar diameter, and siginification with N-total, available –P, K-exchangeable.


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat kimia tanah ultisol akibat pemberian limbah cair kelapa sawit berupa limbah cair, sludge

dan limbah untuk aplikasi lahan terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). penelitian ini dilaksanakan di Rumah kasa dan Laboratorium Kimia

dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

faktorial dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan yaitu L1 (limbah cair di kolam kedua 0.766 kg/polibag), L2 (limbah cair dikolam keempat 0.742kg/polibag), L3 (limbah

land aplikasi 1,013 kg/polibag) sehingga diperoleh 24 satuan unit percobaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi untuk limbah pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap pH, Sementara tidak berpengaruh nyata terhadap N-total, P-tersedia, Bahan organik, K-dd, Tinggi tanaman, Diameter batang dan Berat tajuk.

Sementara hasil penelitian untuk aplikasi cacing tanah berpengaruh nyata

terhadap Tinggi Tanaman, Berat Kering Tajuk, Diameter Batang, C-organik, .Dan tidak berpengaruh nyata terhadap N-total dan P-tersedia, K-dd.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 19 Februari 1986 dari ibu Sugiarti. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara.

Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri 056011 Tanjung Pura lulus tahun 1998.

- SLTP Yayasan Perguruan Sri Langkat Tanjung Pura lulus tahun 2001. - SMA Negeri 1 Hinai Tanjung Pura lulus tahun 2004.

- Lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur PMDK pada tahun 2004 dan memilih program studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Aktifitas Selama Perkuliahan :

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah tahun 2005-2008.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Kimia Tanah tahun 2006-2009. - Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman

tahun 2008.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Pupuk dan Pemupukan tahun 2008.

- Pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU.

- Pengurus mengikuti kegiatan pengajian Al Bayan Departemen Ilmu Tanah - Pengurus mengikuti kegiatan pengajian Musholla Al-Mukhlis Fakultas


(7)

- Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Janji Rantau Prapat.

- Peserta “Achievement Motivation Training yang diselenggarakan di Pusat Jasa Ketenagakerjaan USU, Medan pada tanggal 5/6 Mei 2006.

- Peserta “Pelatihan Sehari Pertolongan Pertama & Kesiagaan Menghadapi Bencana” oleh The Johanniter International Assistance di Sahiva USU pada tanggal 1 November 2007.

- Peserta Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januarfi 2009. - Peserta Seminar dan Loka Karya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan

dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan” di FP USU Medan, 12 Februari 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Perubahan Beberapa Sifat Kimia

Tanah dan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol Akibat Pemberian Limbah PKS dan Cacing Tanah” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

melakukan penelitian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Sarifuddin, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Kemala Sari Lubis, SP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan saran dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga pada Bapak Ir. Mukhlis, Msi atas semua bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis mengucapkam terima kasih. Semoga skipsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Limbah PabrikKelapa Sawit ... 4

Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 5

Cangkang ... 6

Serat ... 6

Limbah Cair Kelapa sawit ... 6

Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 7

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 10

Cacing Tanah ... 11

Peranan Bahan Organik Terhadap Perubahan Sifat Kimia ... 14

Unsur Hara Fospor ... 16

Unsur Hara Kalium ... 18

Sifat dan Ciri Ultisol ... 19

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian ... 20

Bahan dan alat ... 20

Metode penelitian ... 21

Pelaksanaan penelitian ... 22

Pengamatan Parameter ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Pembahasan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33


(10)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the application effect of warm earth and sludge, land application. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory faculty of Agriculture, North Sumatera Universitas. It was arranged in randomized block designed factorial consist of two factorial with four replication is L1 (liquid waste in pool 0.766 kg/pol), (sludge in pool 0.742 kg/pol), L3 (land application).

The result showed application for liquid waste.sludge soil Ph indicated

signification. For a not signification with N-total, available –P, BO, K-exchangeable, crop, bar diameter and coronet weight.

The result showed application for earth worm indicated not signification. For a not signification with crop, coronet wight, bar diameter, and siginification with N-total, available –P, K-exchangeable.


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat kimia tanah ultisol akibat pemberian limbah cair kelapa sawit berupa limbah cair, sludge

dan limbah untuk aplikasi lahan terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). penelitian ini dilaksanakan di Rumah kasa dan Laboratorium Kimia

dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

faktorial dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan yaitu L1 (limbah cair di kolam kedua 0.766 kg/polibag), L2 (limbah cair dikolam keempat 0.742kg/polibag), L3 (limbah

land aplikasi 1,013 kg/polibag) sehingga diperoleh 24 satuan unit percobaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi untuk limbah pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap pH, Sementara tidak berpengaruh nyata terhadap N-total, P-tersedia, Bahan organik, K-dd, Tinggi tanaman, Diameter batang dan Berat tajuk.

Sementara hasil penelitian untuk aplikasi cacing tanah berpengaruh nyata

terhadap Tinggi Tanaman, Berat Kering Tajuk, Diameter Batang, C-organik, .Dan tidak berpengaruh nyata terhadap N-total dan P-tersedia, K-dd.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis yang bergerak pada sektor pertanian yang banyak berkembang didaerah tropis seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya seperti kakao, kopi atau teh. Prospek perkembangan industri kelapa sawit di dunia meningkat seiring besarnya kebutuhan masyarakat akan minyak kelapa sawit. Data tahun 1999 menunjukkan bahwa potensi kelapa sawit berdasarkan luas areal perkebunanya mencapai 3.174.726 hektar dengan total minyak mencapai 3.174.726 hektar dengan total produkisi minyak mencapai 6.217.4265 ton (Dit. Jen. Perkebunan, 2000). Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 1990-1991 dimana potensinya mencapai 0,7 juta hektar dan target produksi minyak sekitar 2 ton

(Purwanto dan Sparringa, 2000). Dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, maka tentu akan berdampak pada peningkatan jumlah limbah. Untuk itu perlu dikelola dengan baik, supaya tidak mencemari lingkungan. Adapun limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan pabrik kelapa sawit ini adalah limbah cair dan limbah padat yang umumnya pihak perkebunan mengaplikasikan keareal sekitar perkebunan kelapa sawit melalui sistem kolam penampung limbah. Sementara untuk limbah cairnya, ada yang digunakan untuk peralatan kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan lain-lain.


(13)

Pengaplikasian limbah cair pabrik kelapa sawit ke areal perkebunan ada

yang melalui sistem kolam, long bed atau flatbed menghasilkan endapan di sepanjang saluran aplikasi dan areal perkebunan. Endapan tersebut pada

umumnya mengandung unsur hara yang dapat meningkatkan produktifitas tanah dan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu endapan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik dan pupuk alternatif apabila diaplikasikan ke lahan untuk tanaman.

Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair yang diporoses di dalam satu kolam anaerobik dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombakan BOD dan menetralisir keasaman cairan limbah. Dan waktu retensi yang diperlukan untuk merombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120-140 hari.

Cacing tanah merupakan organisme tanah yang melakukan fungsi ekologi dalam ekosistem tanah. Organisme ini dapat beradaptasi pada tanah yang memilki kondisi lembab. Dalam aktifitasnya cacing tanah berguna dalam memperbaiki aerase tanah dan perombakan bahan organik. Menurut Anas (1990) menyatakan aktifitas cacing tanah dapat mempengaruhi struktur tanah diantaranya adalah perombakan bahan organik.

Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan mengkombinasikan cacing tanah dan limbah pabrik kelapa sawit di tanah mineral ultisol dalam penelitian ini yang menggunakan jagung sebagai tanaman indikator.


(14)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perubahan beberapa sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada ultisol akibat pemberian limbah PKS dan cacing tanah.

Hipotesa Penelitian

a. Mengakaji perubahan beberapa sifat kimia dan pertumbuhan jagung pada aplikasi limbah.

b. Mengkaji beberapa sifat dan pertumbuhan jagung pada aplikasi cacing. c. Mengkaji beberapa sifat kimia dan pertumbuhan jagung pada interaksi

aplikasi limbah dan cacing.

Kegunaan Penelitian

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

b. Sebagai salah satu informasi untuk dapat melakukan penelitian skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu industri yang strategis. Prospek perkembangan industri kelapa sawit saat ini sangat pesat dimana terjadinya peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring menigkatnya kebutuhan manusia, salah satu contohnya adalah kebutuhan minyak kelapa sawit. Perkembangan yang pesat ini tentu menimbulkan implikasi masalah pencemaran lingkungan. Namun demikian pencemaran yang mungkin ditimbulkan tidak akan menjadi masalah dikemudian hari jika berhasil memanfaatkan potensi pencemaran menjadi lebih berguna (Kamtoyo, 2004 dan Agustina, 2006).

Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah limbah cair dan padat. Limbah padat berupa tandan kosong dan cangkang sawit. Sementara limbah cairnya merupakan sisa dari proses pembuatan minyak yang berbentuk cair. Menurut Anonim (2008) menyatakan limbah pabrik kelapa sawit di Indonesia sangat melimpah mencapai 28.7 juta ton limbah cair/tahun dan 15.2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun.

Lubis, Guritno dan Darmoko (1994) menyatakan jenis dan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) seperti teretera pada Tabel I


(16)

Tabel 1. Jenis dan jumlah limbah PKS pada tahun 1993

No. Jenis Limbah Kontribusi Jumlah

1. Limbah cair 1 m3/ton TBS 17.000.000 m3

2. Tandan kosong Kelapa Sawit 0.2 ton basah/ ton TBS 3.400.000 ton 3. Serat buah 0.13ton kering/ ton TBS 2.210.000 ton

4. Cangkang 0.5 ton kering/ ton TBS 850.0000 ton

5. Pelepah 10.5 ton kering/ ha/ tahun 10.500.000 ton 6. Batang sawit 70 ton kering/ ha/ 25 tahun 1.050.000 ton

Sumber : Lubis, dkk. (1994)

Banyak produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah kelapa sawit, salah satunya adalah tandan kosong kelapa sawit, cangkang, serat dan lain-lain. Yang mana masing-masing dari komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan limbah padat dari industri kelapa sawit yang telah dilakukan oleh pusat penelitian kelapa sawit meliputi pembuatan kertas dari pulp TKS, pemanfaatan serat untuk polypot, papan partikel, panel semen, batu cetak, serat berlateks, teknologi pembuatan arang dari cangkang dan TKS, kompos dari TKS dan beberapa produk lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit).

Tandan Kosong Kelapa Sawit

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) menghasilkan biomassa produk samping yang jumlahnya sangat besar Tandan kososng kelapa sawit merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses sterilizer (perebusan) dan stipper (pemisahan brondong). Kompos yang dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit tersebut merupakan sumber pupuk organik dan memiliki kandungan unsur yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.

Menurut Fauzi dkk (2005) kompos tandan kelapa sawit merupakan sumber unsur hara P, Ca, Mg, dan C dan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pupuk


(17)

organik dan menghemat penggunaan pupuk sintesis hingga 50%. Tandan kosong kelapa sawit bila dibakar akan menghasilkan tandan yang mengandung unsur hara makro dan mikro. Seperti K2O 30-40%, P2O5 7% dan MgO 3% serta unsur hara mikronya adalah Fe 1.200 ppm, mn 1.000 ppm dan Cu 100 ppm.

Pemanfaatan tandan kosong lebih banyak dilakukan sebagai mulsa dengan menebarkan langsung ke areal perkebunan. Dimana mulsa tersebut dapat meningkatkan produksi tanaman dengan melepaskan unsur hara secara lambat ke tanah melalui mikroorganisme sehingga efektif dalam mendaur ulang unsur hara (Kamtoyo, 2004).

Cangkang

Produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah kelapa sawit salah

satunya adalah cangkang. Tempurung atau cangkang merupakan hasil dari proses pemisahan cangkang dan inti. (http:// PT..intrernational business.com./2000)

menyatakan bahwa dalam satu ton tandan buah segar terdapat ± 60-65 kg cangkang.

Serat

Serat merupakan jumlah terbesar ketiga setelah CPO dan tandan kosong kelapa sawit. Pada tandan buah segar diperkirakan mengandung 14-15 %. Serat dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif energi pembangkit listrik, pembuatan kertas dan sebagai bahan campuran makanan ternak.


(18)

Limbah Cair Kelapa Sawit

POME (Palm Oil Mill Effluent) merupakan limbah cair kelapa sawit merupakan produk sampingan dari proses pengolahan pabrik kelapa sawit. Limbah kelapa sawit yang dikenal dengan POME (Palm Oil Mill Effluent) dalam satu ton tandan buah segar mampu menghasilkan 3,54 m3 POME.

Limbah cair berasal dari pengembunan uap air. Limbah cair industri kelapa sawit memiliki kadar air 95%, 4,5% padatan dalam bentuk terlarut/ tersuspensi, 0.5-1% sisa minyak dan lemak emulsi. Asam terjadi pelepasan asam lemak bebas selama proses. Limbah cair industri kelapa sawit juga memiliki temperatur yang tinggi 60 -80oC berasal dari proses kondensasi (Satria, 1999).

Salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit adalah lumpur. Menurut Anonim (1997) lumpur tersebut mengandung BOD 100 ppm, 52 ppm N, 12 ppm P, 2300 ppm K dan 539 ppm Mg sedangkan endapannya mengandung 1000-3000 ppm BOD, 2670 ppm N, 461 ppm P, 2378 ppm K dan 1004 ppm Mg.

Adapun jumlah limbah kelapa sawit berupa limbah pada dan cair yang melimpah dapat menimbulkan efek pencemaran lingkungan yang serius. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan dari limbah industri kelapa sawit yang ada.


(19)

Secara konvensional pengolahan limbah di pabrik kelapa sawit (PKS) dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobik dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombakan BOD dan menetralisir keasaman cairan limbah. Hal ini dilakukan karena pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlukan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PKS yang mempunyai kapasitas 30 ton TBS/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk me-rombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 – 140 hari. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya sebesar 60 – 70 %. Disamping itu pengolahan limbah PKS dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pendangkalan sehingga masa retensi menjadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai. Proses ini kurang mantap dalam penurunan kualitas air limbah, terutama pada panen puncak dan dalam kondisi fluktuatif. Pengolahan yang menggunakan kolam terbuka pada temperatur ambient yang tinggi menghasilkan produksi gas metana dan karbondioksida yang tidak terkendali, yang mana keduanya merupakan gas rumah kaca. Luas areal yang dibutuhkan untuk tempat pengolahan sangat besar sehingga hanya diprioritaskan untuk industri pengolahan kelapa sawit yang kecil.

Menurut Satria (1999) pengolahan limbah cair industri kelapa sawit meliputi dua aspek yaitu


(20)

A. Fisik dan kimia. Merupakan pengolahan limbah yang berfungsi untuk memisahkan partikel – partikel padat (suspended solid), minyak dan lemak. B. Pengolahan biologis yaitu dengan memanfaatkan aktivitas biologis dalam

hal ini mikroorganisme dalam air buangan yang bersifat biodegradable. Proses yang diaplikasikan adalah dengan menggunakan kombinasi proses anaerob dan dilanjutkan dengan proses aerob.

Berdasarkan aspek diatas maka pengolahan limbah cair yang masuk ke instalasi pengolahan air buangan dilakukan dengan beberapa tahap:

Tahap pengolahan

d. Bak pemisah minyak ( De-oiling pond).

Air limbah yang berasal dari fat-pit dialirkan melalui baskulator ( alat pengukur volume limbah ) menuju bak pemisah minyak. Dengan

kandungan minyak 1% di air limbah bak ini memiliki effisiensi 60%. 2. Kolam Pengasaman.

Tujuan pengasaman yaitu agar permukaan kolam tidak tertutup kerak (casing). Suasana asam dan suhu yang masih tinggi menyebabkan minyak dipermukaan air limbah tetap cair, sehingga dapat diambil untuk dijual. Kadar minyak di kolam tersebut sekitar 0.5 %. Kolam ini memiliki masa retensi 4 hari, akan terjadi kenaikan kandungan asam – asam mudah menguap sehingga memudahkan proses selanjutnya di kolam anaerobik.

Pengolahan limbah kelapa sawit merupakan perombakan bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana.

Tahapan yang dilalui :


(21)

Limbah yang berasal dari pemisah minyak diikuti dengan mengalirkan bahan aktif dari kolam pengasaman kedalam kolam anaerobik primer. Pengubahan senyawa organik majemuk terjadi disini, menjadi senyawa asam yang mudah menguap. Bakteri yang berperan adalah bakteri penghasil asam. BOD dan COD mengalami penurunan dalam suasana netral, hidrolik retention time dikolam I & II adalah 40 hari.

2. Kolam Perombakan Anaerobik Sekunder I & II

Terjadi perubahan asam mudah menguap menjadi asam asetat kemudian menjadi gas CO, CH4, H2S, H2O. Hidrolik retention time selama 24 hari dengan effisiensi 80%.

3. Kolam Fakultatif

Pada permukaan kolam terjadi oksidasi aerobik, lumpurmengendap didasar kolam mengalami fermentasi anaerobik. Pada tahap ini terjadi penurunan COD & BOD. Retensi selama 18 hari.

4. Kolam Aerobik I & II

Pada kolam aerobik ini bakteri memerlukan udara untuk pertumbuhan maupun respirasi. Dengan retensi selama 14 hari kolam ini dapat meningkatkan effisiensi perombakan sehingga menurunkan COD dan BOD.


(22)

Aplikasi Limbah Kelapa Sawit

Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit tidak langsung dibuang ke badan air karena akan menimbulkan pencemaran. Oleh sebab itu, untuk mengurangi pencemaran limbah cair pabrik kelapa sawit pada badan air, walaupun telah dilakukan pengolahan limbah, maka diatasi dengan mengaplikasikan limbah cair tersebut ke lahan perkebunan atau dikenal dengan Land Applikation. Namun Land Application ini mempunyai banyak kelemahan, diantaranya yaitu:

- memerlukan areal yang datar yang cukup luas (300 Ha untuk pabrik kapasitas 60 ton/dalam satu areal).

- sifatnya yang sementara (tidak selamanya ) karena flatbed suatu saat akan jenuh dan bila itu terjadi berarti harus membuat flatbed baru.

- Jika pengaliran dan pendistribusian menggunakan pipa maka dalam waktu 2-3 tahun harus menggantinya, karena dalam pipa sudah terbentuk kristal yang akan menyumbat pipa.

Sedangkan pada aplikasi tandan kosong sebagai mulsa juga memiliki beberapa kelemahaan, yaitu volume tandan kosong yang besar sehingga memerlukan alat tranportasi dalam kapasitas yang besar juga (Kamtoyo, 2004).

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingungan Hidup No.28 tahun 2003 pengaplikasian limbah cair ke areal perkebunan dilakukan dengan metode irigasi yaitu dengan flat bed sistem, furrow sistem, dan long bed sistem. Flat bed sistem digunakan untuk lahan dengan ketinggian relatif tidak sama atau terasering, Furrow sistem digunakan di area dimana kecuramannya lebih tinggi dan lebih rendah, dan long bed sistem digunakan untuk lahan dengan ketinggian sama atau rata dan tanah


(23)

Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan organisme tanah yang melakukan fungsi ekologis dalam ekosistem tanah. Namun aktifitas pertanian mengakibatkan terjadinya efek terhadap habitat cacing tanah, melalui perubahan iklim mikro dan masukkan bahan organik. Populasi cacing tanah akan berhubungan dengan pembentukan porositas makro tanah sebagai mata rantai peranan cacing tanah dalam menjaga sistem hidrologis pada ekosistem tanah (Suhara, 2003).

Cacing tanah memiliki peranan yang cukup besar, diantaranya adalah meningkatkan kesuburan tanah. Sebagai makrofauna yang membuat liang, maka cacing tanah memakan serta menghaluskan bahan organik. Hasil kegiatan cacing tanah meningkatkan ketersediaan hara karena lebih banyak mengandung hara Ca, Mg, dan K dari pada tanah di sekitarnya. Ketersediaan P mencapai 4-10 kali lipat daripada tanah di sekitarnya (Sutanto, 2002).

Selain itu cacing tanah dianggap sebagai indikator kualitas tanah, karena keberadaan cacing tanah merespon dan menambah kesehatan tanah. Tapi tidak semua tanah sehat mengandung cacing tanah, sebab cacing tanah tidak umum berada di tanah-tanah berpasir (Soil Quality Institute, 2001).

Salah satu jenis cacing tanah yang membuat lubang yang cukup dalam adalah Lumbricus rubellus. Binatang ini banyak dijumpai di tempat-tempat lembab

(Wiryono, 2002). Ada beberapa spesies cacing tanah menurut bagaimanamemperoleh makanan dan perbedaan tempat hidupnya di dalam tanah, dan mempunyai perbedaan pengaruh terhadap lingkungan.Cacing tanah tersebut dibagi menjadi 3, yaitu :


(24)

1. Cacing tanah epigeik (penghuni litter atau serasah), merupakan cacing tanah yang hidup dan makan di serasah. Cacing ini dicirikan oleh tubuh yang kecil dan tidak ditemukan di tanah yang rendah bahan organiknya. Lumbricus

rebellus adalah salah satu cacing spesies epigeic.

2. Cacing tanah endogeik (penghuni dangkal), cacing ini aktif di lapisan topsoil dengan bahan (unsur) yang berlimpah, dimana cacing ini mengkonsumsi tanah dalam jumlah besar. Genus Diplocarida dan Aparretoda mempunyai kebiasaan hidup endogeik.

3. Cacing tanah Anecik (penghuni dalam),hidupnya permanent, menggali tanah. Cacing tanah ini makan residu permukaan dan menariknya ke liang-liangnya. Lumbricus terestris adalah adalah suatu contoh spesies ini (Soil Quality Institute, 2001).

Pakar cacing tanah dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran atau disingkat dengan Fakultas Peternakan Unpad yaitu Ir. Bambang Sudiarto, mengatakan bahwa cacing tanah dapat membantu penanganan sampah-sampah atau limbah.

Ada banyak hal yang penting dari cacing tanah, sebab ia memiliki potensi yang diantaranya adalah membantu pengelolaan lingkungan, sumber pupuk unsur dan sumber protein hewani (Surjadi, 2006). Dalam Soil Quality Institute (2001) menjelaskan beberapa peranan cacing tanah dalam fungsi tanah, yaitu :

1. Residu, merangsang mikrobia dekomposisi dan penyediaan unsur hara 2. Menghasilkan kotoran yang kaya unsur hara N, P, K dan yang lainnya 3. Meningkatkan stabilitas tanah, porositas tanah dan kapasitas memegang air


(25)

4. Meningkatkan infiltrasi air melalui pembentukan saluran-saluran dan memperbaiki agregat tanah.

5. Meningkatkan pertumbuhan akar melalui jalur saluran dengan unsur hara untuk tanaman.

6. Mengaduk tanah dan mengurangi kerusakan oleh penyakit dengan membawa tanah yang lebih dalam kepermukaan.

Peranan Bahan Organik terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah

Bahan organik adalah semua bahan organik di dalam tanah baik yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup, walaupun organisme hidup hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari 5% dari total bahan organik. Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, keseimbangan panas, konsistensi, partikel density, bulk density, sumber hara, pemantap agregat, karakteristik air, dan aktifitas organisme tanah (Mukhlis, 2007).

Salah satu peranan bahan organik yang penting adalah kemampuanya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks. Dengan demikian ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe dan Mn dapat diperkecil dengan adanya bahan organik. Karakteristik bahan organik tanah dapat dilakukan secara sederhana. Contoh secara kimia berdasarkan dari kadar C-organik (Suridikarta, dkk, 2002).

Jasad remik tanah merupakan agen utama untuk pembusukan bahan organik dan mempunyai kebutuhan makanan tertentu. Ada beberapa masalah yang timbul


(26)

bila kandungan nitrogen dalam bahan organik yang terurai itu sedikit, karena jasad renik mungkin menjadi kekurangan nitrogen dan bersaing dengan tumbuhan tinggi untuk memperoleh nitrogen apa saja yang tersedia dalam tanah. Nisbah C/N merupakan cara yang mudah untuk menyatakan kandungan nitrogen relatife karena kandungan karbon dalam bahan organik relatif konstan, sekitar 40 dan 50%, sementara kandungan nitrogen bervariasi berlipat ganda. Jadi, nisbah C/N bahan organik merupakan indikasi kemungkinan kekurangan nitrogen (Foth, 1994).

Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah, salah satunya adalah meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Dimana sekitar setengah dari KTK tanah berasal dari bahan organik. Karena bahan organik dapat meningkatkan KTK 2 sampai 30 kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30-90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan ke tanah. Jadi peningkatan KTK

menambah kemampuan tanah, untuk menahan unsur-unsur hara

(Anonim,

Ada beberapa peranan bahan organik pada sifat kimia tanah, diantaranya adalah :

1. Mengikat unsur N, P, S dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga terhindar dari pencucian kemudian tersedia kembali.


(27)

2. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme. Dimana mineralisasi merupakan tranformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi ammonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara tersedia bagi tanaman.

3. Bahan organik menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang serta setengah dari fosfor yang diserap oleh tanaman yang tidak dipupuk.

4. Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus (Anonim 2004; Sanchez, 1992). Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekioposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh mikroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tannin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambah unsure-unsur hara dalam tanah (Lubis, 1986)

Unsur Hara Fosfor

Secara umum, fungsi dari P dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :


(28)

1. Dapat mempercepat pertumbuhan tanaman

2. Dapat mempercepat perkembangan dan pemasakan buah, dan 3. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Defisiensi unsur hara P akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun dan batang. Dalam tanah fungsi P terhadap tanaman sebagai zat pembangunan dan terikat dalam senyawa-senyawa organis (Sutedjo, 2002).

Tanaman lebih banyak menyerap H2PO-4 dibandingkan HPO=4 dan PO43-.

Kesetimbangan ion-ion ini dalam larutan tanah dikendalikan oleh pH tanah (Mas’ud, 1992). Sebagai tambahan pada pH tanah dan faktor-faktor yang ada

hubungannya, bahan organik dan mikroorganisme mempengaruhi tersedianya fosfor anorganik yang tampak nyata sekali (Buckman and Brady, 1982).

Pada pH tanah yang kurang 6,5 akan banyak Al, dan Mn yang akan mengikat P dalam tanah, reaksinya adalah sebagai berikut :

Al3+ + H2PO4- + 2H2O 2H+ + Al(OH)2 PO4 tidak larut

Cara mengurangi fiksasi fosfor di dalam tanah dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

(a) Mengatur pH yaitu dengan pengapuran

(b) Pemberian bahan organik, pemberian ini akan menghasilkan anion dan kation yang akan mengurangi fiksasi

(c) Mengurangi kontak langsung antara pupuk dengan tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1997)..

Ketersediaan fosfor tanah untuk tanaman terutama sangat dipengaruhi oleh sifat dan cirri tanahnya sendiri. Pada ultisol tidak tersedia dan tidak larutnya fosfor disebabkan fiksasi oleh mineral-mineral liat dan ion-ion Al, Fe, yang


(29)

membentuk senyawa kompleks dan tidak larut. Ada beberapa factor yang turut mempengaruhi ketersediaan fosfor tanah yaitu: (1) tipe liat, (2) pH

tanah, (3) waktu reaksi, (4) temperatur (5) dan bahan organik (Nyakpa, dkk, 1988).

Unsur Hara Kalium

Kalium merupakan unsur hara esensial bagi seluruh jasad hidup. Pada jaringan tanaman tinggi, kalium menyususun 1.7-2.7% bahan kering dan normal. Kebutuhan tanaman terhadap ion K+ tidak dapat diganti oleh kation alkali lain. Kalium terlibat dalam berbagai proses fisiologi tanaman, terutama berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Beberapa fungsi kalium dalam tubuh tanaman antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energi,

berperan dalam sintesis protein dan pati, dan pemindahan fotosintat (Mas’ud, 1992).

Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah (Hanafiah, 2005). Ada beberapa bentuk kalium dalam tanah dapat digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi tiga golongan besar yaitu : kaliun tidak tersedia, mudah tersedia dan lambat tersedia. Pada proses ini perubahan lambat dari satu bentuk ke bentuk yang lain dapat terjadi. Ini memungkinkan terjadinya fiksasi dan pengawetan kalium yang ditambahkan dan seterusnya lambat dilepaskan kalau yang mudah tersedia sudah berkurang ( Buckaman and Brady, 1982).

Kalium mempunyai pengaruh sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang (Foth, 1994).


(30)

Selain itu ketersediaan kalium yang tinggi mampu meningaktkan perkembangan

akar, produksi cabang-cabang dan akar lateral seperti pada tanaman jagung (Tisdale et al, 1985).

Sifat dan Ciri Ultisol

Menurut Soekardi et al (dalam Prasetyo dan Suriadirkata 2006), pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Ciri morfologi yang penting pada ultisol adalah peningkatan liat sebagai horizon argilik. Horizon argilik umunya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik. Selain itu menurut Foth (1998) ultisol merupakan tanah masam yang umunya mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah untuk tanaman pangan. Yang mana dalam pemanfaatannya memiliki permasalahan diantaranya adalah memperlihatkan kandungan liat pada horizon argilik, kandungan bahan organik yang rendah pada semua horizon, kapasitas tukar kation yang relatif rendah dan jumlah basa dapat tukar dan persentase kejenuhan basa sangat rendah, serta terdapat kejenuhan Aluminium yang tinggi

Menurut Hardjowigeno (1993) tanah Ultisol dikategorikan sebagai tanah yang tidak produktif karena selain mempunyai derajat kemasaman yang tinggi dan

juga karena rendahnya ketersediaan unsur-unsur hara yang dikandungnya. Di samping itu Ultisol juga mempunyai kejenuhan Al yang tinggi sehingga dapat

menjadi racun bagi tanaman dan menyebabkan fiksasi P, sehingga ketersediaan P di tanah akan semakin menurun.


(31)

Permasalahan tanah Ultisol adalah rendahnya kesuburan tanah, maka dilakukan usaha untuk memingkatkan kesuburan tanah diantaranya adalah dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah ultisol, karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi secara simultan.


(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanaian Universitas Sumatera Utara, Medan

dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2008 hingga selesai.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah Ultisol yang berasal dari Mancang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat sebagai media tanam yang diambil secara komposit, Limbah PKS yang diperoleh dari Kebun Sawit Seberang PTPN II Kab.Langkat . Cacing tanah jenis epigeik, bibit tanaman jagung varietas pioner sebagai tanaman indikator, dan bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis tanah dan tanaman di Laboratorium.

Alat

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, plastik dan goni untuk pengambilan sampel, polybag sebagai wadah tanah, timbangan, ayakan dan alat-alat laboratorium untuk keperluan analisis.


(33)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan yaitu :

Faktor I : Pemberian limbah Pabrik Kelapa Sawit terdiri dari : L1 = Limbah cair (cair) pada kolam kedua (0.766 kg/polibag) L2 = Limbah padat (sluge) pada kolam kedua (0.742 kg/polibag) L3 = Limbah padat (konsentrat) pada lahan aplikasi (1.013/ polibag) Dosis Limbah = Bahan Organik Limbah – Bahan Organik Tanah

C Limbah = C Dosis – C Tanah = 5% - 0.2% C = 4.8% C

Untuk mendapatkan 5%C dalam 10 kgTKO dibutuhkan % C dari limbah sebanyak : = 4.8 x 10 kg TKO = 0.48 kg/polibag

100

• L1 = 62,63 % C Jumlah limbah : 62,63

100

x X (jumlah limbah) = 0,4 kg C X = 0,48

0,6263

= 0,766 kg/pol

• L2 = 64,66 % C Jumlah limbah : 0,48

0,6466

= 0,742 kg/pol

• L3 = 47,45 % C

• Jumlah limbah : 0,48 0,4745

= 1,013 kg/pol

Faktor II : Cacing tanah C0 = Tanpa cacing

C1 = Dengan cacing tanah

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 3 x 2 x 4 = 24 unit percobaan yaitu:


(34)

L1C0 L2C0 L3C0

L1C1 L2C1 L3C1

Model Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial adalah sebagai berikut : Yijk = µ + βi + αj + Kk + (αK)jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Nilai hasil pengamatan

µ : Nilai tengah (rataan umum)

βi : Pengaruh blok ke-i

αj : Pengaruh pemberian limbah pabrik kelapa sawit pada taraf ke-j

Kk : Pengaruh pemberian cacing tanah pada taraf ke-k

(αK)jk :Interaksi antara pemberian limbah PKS pada taraf ke-j dengan pemberian cacing tanah pada taraf ke-k

∑ijk : galat perlakuan

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dan 1%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Sampel Tanah Limbah PKS

Pengambilan sampel tanah dilakukan di Desa Mancang Kabupaten Langkat secara komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah dikeringudarakan, dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Selanjutnya diambil tanah sebanyak 1 Kg untuk dilakukan analisis awal meliputi % KA, % KL, tekstur, pH tanah, C-Organik (%),


(35)

Aplikasi Perlakuan

Setelah tanah dimasukkan ke polybag setara 10 Kg BTKO, dilakukan penyusunan dan pengacakan lalu diletakkan di rumah kaca. Kemudian limbah PKS baik limbah cair dan padatnya diaplikasikan pada tanah sesuai dengan dosis, diaduk merata dan diinkubasi selama 2 minggu. Lalu cacing tanah diaplikasikan ke tanah yang sudah tercampur dengan limbah selama 3 bulan dalam kondisi kapasitas lapang.

Penanaman

Setelah tanah diinkubasi dengan limbah PKS dan cacing tanah lalu dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 2-3 biji / polybag. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan meninggalkan satu tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari sampai tanah dalam keadaan kapasitas lapang dan dilakukan penyiagan gulma di dalam pot.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada usia tanaman jagung kurang lebih 4 minggu. Pemanenan dilakukan dengan memisahkan bagian tajuk tanaman dan bagian akar tanaman, lalu dibersihkan dan selanjutnya dioven dan ditimbang.


(36)

Setelah tanah diaplikasikan dengan limbah PKS dan cacing tanah selama

tiga bulan kemudian dilakukan analisis tanah yaitu C-organik (%), N (Kjedahl), P-tersedia (ppm), K-dd (me/100g), pH H2O.

Parameter yang Diukur

a. Analisis awal

- % KA, % KL, Tekstur Tanah, pH (H20) dengan metode elektrometri (1:2.5), C- organik (%) dengan metode Walkey&Black, N-Kjedahl, P-tersedia (ppm) dengnan metode Bray II, K-dd (me/100g).

b. Setelah diinkubasi 3 bulan

- pH (H2O) dengan metode elektrometri (1:2.5) - C-organik (%) dengan metode Walkley & Black - N-Kjheldhal

- P- tersedia (ppm) dengan metode Bray II - K-dd (me/100g)

c. Setelah Akhir masa Vegetatif - berat kering akar (g)

- berat kering tajuk (g)

- tinggi tanaman 4 minggu setelah tanam (cm) - diameter batang (cm)


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pH Tanah

Dari tabel sidik ragam pH tanah pada Lampiran 6 menunujukkan bahwa

aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing berpenaruh nyata terhadap pH tanah. pH tanah akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Dwikasta pH Tanah Limbah dan Cacing

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 19.100 29.200 21.320 69.620 8.703 C1 24.500 24.600 36.300 85.400 10.675 Total 43.600 53.800 57.620 155.020 19.378

Rata-rata 5.450 6.725 7.203 19.378 6.459

C-organik

Dari tabel sidik ragam C-organik Lampiran 9 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap C-organik tanah. Sementara aplikasi cacing tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah akibat pemberian limbah dan cacing tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. C-organik Tanah Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah


(38)

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 2.780 4.570 6.400 13.750 1.719 C1 4.080 4.730 7.140 15.950 1.994 Total 6.860 9.300 13.540 29.700 3.713

Rata-rata 0.858 1.163 1.693 3.713 1.238

N- total Tanah

Dari tabel sidik ragam N-total pada Lampiran 12 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah. N-N-total tanah akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. N-total Tanah Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 0.698 0.858 0.806 2.362 0.295 C1 0.508 0.773 0.750 2.031 0.254 Total 1.206 1.631 1.556 4.393 0.549

Rata-rata 0.151 0.204 0.195 0.549 0.183

P-tersedia Tanah

Dari tabel sidik ragam P-tersedia tanah pada Lampiran 15 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia tanah. P-tersedia tanah akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit disajikan pada Tabel 4.


(39)

Tabel 4. P-tersedia Tanah Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 88.247 117.740 137.845 343.832 42.979 C1 85.033 152.792 130.606 368.431 46.054 Total 173.280 270.532 268.450 712.263 75.182

Rata-rata 21.660 33.817 33.556 75.182 29.678

K-dapat dipertukarkan tanah

Dari tabel sidik ragam K-dd tanah pada Lampiran 18 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah berpengaruh nyata terhadap K-dapat dipertukarkan tanah akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. K-dd Tanah Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan cacing tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 0.340 0.125 0.390 0.855 0.107

C1 0.250 0.310 0.290 0.850 0.106

Total 0.590 0.435 0.680 1.705 0.213

Rata-rata 0.074 0.054 0.085 0.213 0.071

Tinggi Tanaman

Dari tabel sidik ragam tinggi tanaman pada Lampiran 21 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Sementara aplikasi cacing tanah berpengaryh nyata terhadap tinggi


(40)

tanaman.Tinggi tanaman akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi Tanaman Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 257.500 335.100 375.000 967.600 120.950 C1 292.900 353.000 425.000 1070.900 133.863 Total 550.400 688.100 800.000 2038.500 254.813

Rata-rata 68.800 86.013 100.000 254.813 84.938

Diameter Batang

Dari tabel sidik ragam diameter batang pada Lampiran 24 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Sementara aplikasi cacing tanah berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Diameter batang akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Diameter Batang Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 1.930 3.300 4.930 10.160 1.270

C1 2.680 3.600 4.840 11.120 1.390


(41)

rata

Berat Kering Akar

Dari tabel sidik ragam berat kering akar pada Lampiran menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar. Berat kering akar akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit disajikan pada Tabel.8.

Tabel 8. Berat Kering Akar Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 6.900 15.100 19.800 41.800 5.225 C1 9.600 30.500 26.500 66.600 8.325 Total 16.500 45.600 46.300 108.400 13.550

Rata-rata 2.063 5.700 5.788 13.550 4.517

Berat Kering Tajuk

Dari tabel sidik ragam Berat kering tajuk pada Lampiran 30 menunujukkan bahwa aplikasi limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk. Berat kering Tajuk akibat pemberian limbah pabrik kelapa sawit dan cacing tanah disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Berat Kering Tajuk Akibat Pemberian Limbah Kelapa Sawit dan Cacing Tanah

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 22.300 140.200 210.270 372.770 46.596 C1 54.500 184.600 365.150 604.250 75.531


(42)

Total 76.800 324.800 575.420 977.020 122.128

Rata-rata 9.600 40.600 71.928 122.128 40.709

Pembahasan

Hasil peneiltian menunjukkan bahwa aplikasi cacing berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu (BKA, BKT, Tinggi tanaman, Diameter Tanaman), pH, C-Organik, dan K-tukar. Namun tidak berpengaruh terhadap N-total dan P-tersedia.

Aplikasi pemberian cacing dapat meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH tanah tersebut terlihat pada pemberian cacing di semua unit percobaan. Walaupun pH tanah mengalami penurunan dibeberapa ulangan, tetapi pH tersebut masih tergolong tinggi. Begitu juga aplikasi pemberian limbah dapat meningkatkan pH tanah. Hal ini dikarenakan daerah tersebut terdiri dari bahan induk basalt sehingga yang terbentuk di areal tersebut umumnya ber pH tinggi.

Pada dasarnya limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan suspensi organik. Menurut Anonim (2008) limbah tersebut mengandung 2-4 % suspensi organik. Tapi pada pemberian limbah kali ini tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah karena bahan yang digunakan adalah limbah cair yang sangat baku yaitu dari kolam pertama. Dan itu menyebabkan C-organik tidak tersuplai ke dalam tanah. Walaupun menurut kriteria BPPM (Balai Pusat Penelitian Medan) kandungan C-organik limbah cair pabrik kelapa sawit termasuk tinggi akan tetapi itu belum cukup tersedia untuk tanaman atau masih sangat rendah jika dibandingkann dengan kandungan C-organik dari bahan organik umumnya.


(43)

Sementara pemberian cacing berpengaruh pada C-organik. Karena cacing tanah memiliki peranan yang cukup besar, diantaranya meningkatkan kesuburan. Menurut Sutanto (2002) sebagai mikrofauna pembuat liang, maka cacing tanah memakan serta menghaluskan bahan organik. Yang mana hasil kegiatan cacing tanah tersebut meningkatkan hara lebih banyak seperti C-organik, Ca, Mg dan K dari tanah disekitarnya.

Apalagi cacing disini digunakan sebagai pendekomposer limbah cair pabrik kelapa sawit.

Aplikasi pemberian cacing dan limbah cair kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap N-total dan P-tersedia. Seperti hal nya N aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit juga dapat meningkatkan P-tersedia tanah. Tapi nyatanya pemberian perlakuan cacing dan limbah tidak meningkatkan N-total tanah sehingga berpengaruh juga terhadap P-tersedia tanah. Hal ini dikarenakan pH tanah sangat tinggi. Menurut Foth (1994) yang menyatakan bahwa bila pH masam sampai 5.5 maka besi, alumunium yang terlarut sangat meningkat, hal ini menyebabkan peningkatan fosfor sebagai besi fosfat dan alumunium fosfat sehingga mengurangi daya larut atau persediaan. Sementara pada hasil penelitian, pH yang diperoleh hampir semuanya tinngi diatas 5.5. mungkin itu yang menyebabkan fosfat menurun.

Aplikasi cacing berpengaruh terhadap diameter batang, walaupun nilainya semakin menurun. Sementara pada aplikasi limbah tidak berpengaruh nyata. Menurut Foth (1994) yang menyatakan unsur Kalium meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel, kekuatan


(44)

batang serta diameter batangnya. Pada hasil yang di dapat pada aplikasi cacing menurun sementara di aplikasi limbah meningkatkat sesuai hasil analisis sentral.

Pada aplikasi cacing tinggi tanaman meningkatkan ini disebabkan karena cacing merombak semua unsur hara dan meningkatkan kesuburan tanah, maka dari itu tanaman dapat mensuplai unsur hara dengan baik sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.

Pemberian cacing berpengaruh nyata terhadap berat kering akar dan berat kering tajuk. Biasanya peningkatan berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman tersebut disebabkan oleh meningkatkannya kandungan P-tersedia tanah. Tapi pada hasil penelitian P-tersedia tanah tidak berpengaruh nyata. Maka dari itu dalam hal peningkatan berat kering akar dan berat kering tajuk dipengaruhi oleh C-organik dan K-tukar tanah, sehingga kandungan unsur hara dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman semakin membaik.

Meningkatnya berat kering tajuk tanaman ditentukan oleh berat kering akar tanaman, dimana perakaran yang besar dan kekar menyebabkan akan mampu menyerap sejumlah unsur hara yang lebih banyak sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan semakin baik, sehingga berat kering tanaman juga akan semakin meningkat.


(45)

KESIMPULAN

1. Pemberian cacing berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu : Berat kering akar, Berat kering tajuk, Tinggi tanaman, Diameter batang, serta sifat tanah yaitu pH, C-organik dan K-tukar tanah. Namun tidak berpengaruh terhadap N-total dan P-tersedia.

2. Pemberian limbah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pertumbuhan tanaman dan sifat tanah kecuali pH dan K-tukar.

3. Interaksi pemberian cacing dan limbah tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan sifat tanah.

SARAN

Sebaiknya pemberian limbah PKS dan cacing tanah perlu dikaji lebih jauh mengenai dosis dan efektifitas cacing tanah dalam mengurai limbah pks serta perlu adanya penelitian lanjutan dengan mengkaji ppemberian limbah PKS dan cacing tanah..


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I., 1990. Metode Penelitian Cacing Tanah dan Nematoda. IPB, Bogor.325 Hal

Anonim. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek

Pemasaran. Penebar Swadaya.

Anonim. 2000. Studi Tentang Produksi, Pemasaran, Konsumsi dan Investasi

Minyak Kelapa Sawit Indonesia. PT. International Contact Business

System.

Anonim, 2004. Bahan Organik.http://www.situsijau.co.id.

Anonim. 2008. Energi Terbarukan dari Limbah Pabrik Kelapa Sawit. http:// isroi.word press.com/2008/02/25/energi-dari-limbah-sawit.

Agustina, H. 2006. Land Application Sebagai Alternatif 3R Pada Industri

Kelapa Sawit. Kementerian Lingkungan Hidup.22 Hal.

Buckman, H.O and N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah, Terjemahan Soegiman. Bratara Karya Aksara, Jakarta. 765 Hal.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Luas Areal Kelapa Sawit Menurut

Propinsi.

Fauzi, Y., T.E. Wiyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit

Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.Hal 142-144.

Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Terjemahan S.Adisoemarto. Erlangga, Jakarta. 374 Hal.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 300 Hal.

s

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademia Presindo, Jakarta. 274 Hal.

Kamtoyo, S. 2004. Pembuatan Kompos Dari Tandan Kososng dan Limbah

Sebagai Solusi Pengendalian Pencemaran Limbah di PPKS.


(47)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2006, Pedoman Teknis Pengkajian

Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit. Tanggal 25 Maret 2003.

Lubis, A. U., P. Guritno dan Darnoko, 1994. Prospek Industri dengan Bahan

Baku Limbah Padat Kelapa Sawit di Indonesia. Berita PKKS 2 (3). Hal

203-209.

Mas’ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung. 275 Hal. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU press.Medan. 155 Hal.

Nyakpa, M. Y., A.M. Lubis, M.A Pulung, A.G. Amrah, A. Muriawan, G.B.Hong dan N. Hakim. 1998. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Lampung. 258 Hal.

Prasetyo, B.H dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan

Teknologi Pemanfaatan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering,

Purwanto, W. Dan R. A. Sparringga., 2000. Pemanfaatan Tandan Kosong

Kelapa dan Batang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Pulp Kertas.

Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 2 No.3. Hal 56-65. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Menyiapkan Benih Berkualitas,

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pegelolaan Tanah Tropika, terjemahan J.T.

Jayadinata. Institut Teknologi Bandung. 397 Hal.

Satria, H., 1999, Disain instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri, Minyak

Kelapa Sawit, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Lingkungan ITB.

Soil Quality Institute.2001. Agriculture Management Effect or Eart Warm

Populations. Soil Quality-Agronomi Technical Note No.II USDA. Natural

Resources Conservation Service.8 Hal.

Suhara, E., 2003. Hubungan Populasi Cacing Tanah dengan Porositas Tanah

pada Sistem Agroforestri Berbasis Kopi. Departemen Ilmu Tanah, FP.

Malang.

Surjadi, H. 2006. Cacing Tanah Bermanfaat untuk Pengelolaan Sampah di

Bandung. Pustaka Tani.

Suriadikarta, D. A, T. Prihatini, D. Setyarini, dan W. Hartatik. 2002. Teknologi

Pengelohan Lahan Kering Menuju Produtif dan Ramah Lingkungan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.


(48)

Sutedjo, M dan A. G. Kartasapoetra. 1997. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 177 Hal

Sutedjo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta. 219 Hal.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.P. Beaton. 1985.Soil Fertility and Fertiliziers

Fourth Edition. Mac Millan Publishing Company, New York. 754 Hal.

Wiryono. 2002. Pengaruh Pemberian Serasah dan Cacing Tanah Terahadap

Pertumbuhan Tanaman Lamtoro dan Turi pada Media Tanam Tanah Bekas Penambang Batu Bara. Jurusan Kehutanan, FP, Universitas

Bengkulu. ISSN-1411-0067 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8 No.1.2006.


(49)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Analisis limbah Cair Kelapa Sawit

Parameter Satuan Limbah cair 1 Limbah Kolam 2 Limbah LA

C- organic % 62.63 64.66 47.35 Nitrogen % 0.67 0.60 1.34 C/N -- 93.48 107.77 35.34 P2O5 eks.HCL -- 0.252 0.158 0.295 K2O eks HCL -- 1.092 0.443 0.319

pH -- 4.20 4.30 6.16

(Sumber: Laboratorium Riset & Teknologi FP.USU )

Lampiran 2. Hasil Analisis Awal Tanah tanpa Aplikasi Limbah Cair PKS

Parameter Satuan Kandungan

Liat % 28 Debu % 12 Pasir % 62 Nama Tekstur --- Llip Kadar Air % 6.38 pH H2O --- 5.35 C-Organik % 0.20 N-Total % 0.03 C/N --- 6.67 P-avl Bray II ppm 2.52 K-exch me/100 g 0.056

Keterangan


(50)

Lampiran 3. Penilaian kandungan Hara dalam Tanah Menurut BPP Medan 1982

Unsur Tetapan Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi

pH H2O --- < 4.5 4.5 – 5.9 6.0 – 6.6 6.7 – 7.5 > 7.5 N-Total % < 0.1 0.1 – 0.2 0.2 – 0.3 0.3 – 0.5 > 0.5 P-avl (Bray II) % < 0.8 8.0 – 15 15 – 35 35 ---- K-exch me/100g < 0.20 0.20 – 0.30 0.40 – 0.70 0.80 – 1.00 > 1.00 CEC me/100g < 5.0 5.0 – 12 13 – 25 26 – 40 > 40

Kriteria Sifat Tanah

Sifat Tanah Satuan S. Rendah Rendah Sedang Tinggi S. Tinggi

C (Karbon) % <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00

N (Nitrogen) % <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 >0.75

C/N --- <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 Total % <0.03 0.03-0.06 0.06-0.079 0.08-0.10 >0.10

P2O5 eks-HCl % <0.021 0.021-0.039 0.040-0.060 0.061-0.10 >0.1

P-avl Bray II ppm <8.0 8.0-15 16-25 26-35 >35

P-avl troug ppm <20 20-39 40-60 61-80 >80

P-avl Olsen ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60

K2O eks-HCl % <0.03 0.03-0.06 0.07-0.11 0.12-0.20 >20

CaO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30

MgO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30

MnO eks-HCl % <0.05 0.05-0.09 0.10-0.20 0.21-0.30 >0.30

K-tukar me/100 <0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00

Na-tukar me/100 <0.10 0.10-0.30 0.40-0.70 0.80-1.00 >1.00

Ca-tukar me/100 <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0

Mg-tukar me/100 <0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00

KTK (CEC) me/100 <5 5-16 17-24 25-40 >40

Kejenuhan Basa % <20 20-35 36-50 51-70 >70

Kejenuhan Al % <10 10-20 21-30 31-60 >60

EC (Nedeco) mmhos --- --- 2.5 2.6-10 >10

Sangat Masam

Masam Agak

Masam

Netral Agak

Alkalis

Alkalis

pH H2O <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 >8.5

pH KCL <2.5 2.5-4.0 --- 4.1-6.0 6.1-6.5 >6.5


(51)

Lampiran 4. Data pH Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 4.50 5.20 4.80 4.60 19.10 4.78 L1C1 9.30 4.90 5.80 4.50 24.50 6.13 L2C0 6.90 9.90 5.00 7.40 29.20 7.30 L2C1 8.50 5.10 4.00 7.00 24.60 6.15 L3C0 5.12 5.20 5.00 6.00 21.32 5.33 L3C1 9.50 9.20 8.10 9.50 36.30 9.08 Total 43.82 39.50 32.70 39.00 155.02 6.46

Lampiran 5. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 19.100 29.200 21.320 69.620 8.703 C1 24.500 24.600 36.300 85.400 10.675 Total 43.600 53.800 57.620 155.020

Rata-rata 5.450 6.725 7.203 - 6.459

Lampiran 6. Tabel sidik ragam 5% dan 1%

SK Db JK KT Fhit

F Tabel

5% 1%

Blok 3 10.489 3.496 1.04 4.26 7.82

Perlakuan 5 47.473 9.495 2.82 1.96 2.76

C 2 10.375 5.188 1.54 2.62 4.22

L 1 13.133 13.133 3.91 2.62 4.22

C X L 3 23.965 7.988 2.38 2.09 2.85

Galat 9 30.263 3.363


(52)

Lampiran 7. Data Bahan Organik Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 0.97 0.72 0.76 0.33 2.78 0.70 L1C1 0.90 0.72 1.76 0.70 4.08 1.02 L2C0 1.14 0.55 1.11 1.77 4.57 1.14 L2C1 1.00 1.45 1.11 1.77 4.73 1.18 L3C0 2.14 1.62 1.29 1.35 6.40 1.79 L3C1 1.83 1.72 1.67 1.88 7.14 1.24 Total 7.98 6.82 7.70 7.20 29.70 1.24

Lampiran 8. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 2.780 4.570 6.400 13.750 1.719 C1 4.080 4.730 7.140 15.950 1.994 Total 6.860 9.300 13.540 29.700

Rata-rata 0.858 1.163 1.693 - 1.238

Lampiran 9. Tabel Sidik Ragam Bahan Organik 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 0.133 0.044 0.18 4.26 7.82

Perlakuan 5 3.139 0.628 2.61 1.96 2.76

C 2 0.202 0.101 0.42 2.62 4.22

L 1 2.856 2.856 11.87 2.62 4.22

C X L 3 0.081 0.027 0.11 2.09 2.85

Galat 9 2.166 0.241


(53)

Lampiran 10. N-total Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 0.110 0.51 0.25 0.50 1.93 0.48 L1C1 0.060 0.85 0.51 0.65 2.68 0.67 L2C0 0.269 0.41 0.90 1.07 3.30 0.83 L2C1 0.235 0.84 0.90 0.85 3.60 0.90 L3C0 0.213 1.05 1.24 1.60 4.93 1.23 L3C1 0.157 1.01 1.51 1.40 4.84 1.21 Total 1.044 4.67 5.31 6.07 21.28 0.89

Lampiran 11. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 0.698 0.858 0.806 2.362 0.295 C1 0.508 0.773 0.750 2.031 0.254 Total 1.206 1.631 1.556 4.393

Rata-rata 0.151 0.204 0.195 - 0.183

Lampiran 12. Tabel Sidik ragam bahan Organik 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit

F Tabel

5% 1%

Blok 3 0.0156 0.0052 0.90 4.26 7.82

Perlakuan 5 0.0187 0.0037 0.65 1.96 2.76

C 2 0.0046 0.0023 0.40 2.62 4.22

L 1 0.0129 0.0129 2.24 2.62 4.22

C X L 3 0.0012 0.0004 0.07 2.09 2.85

Galat 9 0.0518 0.0058


(54)

Perlakuan N-total Kriteria* ...%...

L1 0.15 rendah L2 0.20 sedang L3 0.20 sedang

Lampiran 13. Data P-tersedia Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 16.689 10.310 52.511 8.736 88.247 22.062 L1C1 52.511 11.893 8.736 11.893 85.033 21.258 L2C0 41.849 15.082 11.893 48.916 117.740 29.435 L2C1 21.561 56.148 33.234 41.849 152.792 38.198 L3C0 43.600 38.374 47.134 8.736 137.845 34.461 L3C1 34.938 52.511 18.305 24.852 130.606 32.651 Total 211.149 184.319 171.813 144.981 712.263 29.678

Lampiran 14. Tabel dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 88.247 117.740 137.845 343.832 42.979 C1 85.033 152.792 130.606 368.431 46.054 Total 173.280 270.532 268.450 712.263

Rata-rata 21.660 33.817 33.556 - 29.678

Lampiran 15. Tabel Sidik Ragam P-tersedia 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 377.8761 125.9587 0.21 4.26 7.82

Perlakuan 5 933.0691 186.6138 0.31 1.96 2.76

C 2 25.2127 12.6064 0.02 2.62 4.22

L 1 771.6496 771.6496 1.27 2.62 4.22


(55)

Galat 9 5474.6274 608.2919

Total 23 7718.6417

Lampiran 19. Data Tinggi Tanaman

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 90.05 139.00 79.00 86.50 394.55 98.64 L1C1 86.90 143.90 105.00 89.40 425.20 106.30 L2C0 163.10 87.10 160.00 144.80 555.00 138.75 L2C1 132.20 165.00 174.00 167.70 638.90 159.73 L3C0 204.00 159.50 190.00 191.80 745.30 186.33 L3C1 163.00 193.00 168.00 183.10 707.10 176.78 Total 839.25 887.50 876.00 863.30 3466.05 144.42

Lampiran 20. Tabel dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 394.550 555.000 745.300 1694.850 211.856 C1 425.200 638.900 707.100 1771.200 221.400 Total 819.750 1193.900 1452.400 3466.050

Rata-rata 102.469 149.238 181.550 - 144.419

Lampiran 21. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 214.009 71.336 0.06 4.26 7.82

Perlakuan 5 26473.755 5294.751 4.52 1.96 2.76

C 2 242.888 121.444 0.10 2.62 4.22

L 1 25294.021 25294.021 21.59 2.62 4.22

C X L 3 936.846 312.282 0.27 2.09 2.85


(56)

Total 23 63707.868750

Lampiran 22. Data Diameter Batang

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 0.67 0.51 0.25 0.50 1.93 0.48 L1C1 0.67 0.85 0.51 0.65 2.68 0.67 L2C0 0.92 0.41 0.90 1.07 3.30 0.83 L2C1 1.01 0.84 0.90 0.85 3.60 0.90 L3C0 1.04 1.05 1.24 1.60 4.93 1.23 L3C1 0.92 1.01 1.51 1.40 4.84 1.21 Total 5.23 4.67 5.31 6.07 21.28 0.89

Lampiran 23. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 1.930 3.300 4.930 10.160 1.270

C1 2.680 3.600 4.840 11.120 1.390

Total 4.610 6.900 9.770 21.280

Rata-rata 0.576 0.863 1.221 - 0.887

Lampiran 24. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 0.166 0.055 0.71 4.26 7.82

Perlakuan 5 1.754 0.351 4.48 1.96 2.76

C 2 0.038 0.019 0.25 2.62 4.22

L 1 1.671 1.671 21.37 2.62 4.22

C X L 3 0.044 0.015 0.19 2.09 2.85

Galat 9 0.704 0.078


(57)

Lampiran 28. Data Berat Kering Tajuk

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 8.50 5.20 4.80 4.60 23.10 5.78 L1C1 9.30 24.90 15.80 4.50 54.50 13.63 L2C0 61.90 29.90 35.00 13.40 140.20 35.05 L2C1 58.50 35.10 34.00 67.00 194.60 48.65 L3C0 15.12 57.10 60.05 78.00 210.27 52.57

L3C1 89.50 90.50 85.10 100.05 365.15 91.29 Total 242.82 242.70 234.75 267.55 987.82 41.16

Lampiran 29. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 22.300 140.200 210.270 372.770 46.596 C1 54.500 184.600 365.150 604.250 75.531 Total 76.800 324.800 575.420 977.020

Rata-rata 9.600 40.600 71.928 - 40.709


(58)

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 47.905 15.968 0.03 4.26 7.82

Perlakuan 5 18913.514 3782.703 8.11 1.96 2.76

C 2 2232.625 1116.312 2.39 2.62 4.22

L 1 15539.012 15539.012 33.31 2.62 4.22

C X L 3 1141.877 380.626 0.82 2.09 2.85

Galat 9 4198.731 466.526


(1)

Lampiran 10. N-total Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 0.110 0.51 0.25 0.50 1.93 0.48

L1C1 0.060 0.85 0.51 0.65 2.68 0.67

L2C0 0.269 0.41 0.90 1.07 3.30 0.83

L2C1 0.235 0.84 0.90 0.85 3.60 0.90

L3C0 0.213 1.05 1.24 1.60 4.93 1.23

L3C1 0.157 1.01 1.51 1.40 4.84 1.21

Total 1.044 4.67 5.31 6.07 21.28 0.89

Lampiran 11. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 0.698 0.858 0.806 2.362 0.295 C1 0.508 0.773 0.750 2.031 0.254 Total 1.206 1.631 1.556 4.393

Rata-rata 0.151 0.204 0.195 - 0.183

Lampiran 12. Tabel Sidik ragam bahan Organik 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit

F Tabel

5% 1%

Blok 3 0.0156 0.0052 0.90 4.26 7.82

Perlakuan 5 0.0187 0.0037 0.65 1.96 2.76

C 2 0.0046 0.0023 0.40 2.62 4.22

L 1 0.0129 0.0129 2.24 2.62 4.22

C X L 3 0.0012 0.0004 0.07 2.09 2.85

Galat 9 0.0518 0.0058


(2)

Perlakuan N-total Kriteria* ...%...

L1 0.15 rendah L2 0.20 sedang L3 0.20 sedang

Lampiran 13. Data P-tersedia Tanah

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 16.689 10.310 52.511 8.736 88.247 22.062

L1C1 52.511 11.893 8.736 11.893 85.033 21.258

L2C0 41.849 15.082 11.893 48.916 117.740 29.435

L2C1 21.561 56.148 33.234 41.849 152.792 38.198

L3C0 43.600 38.374 47.134 8.736 137.845 34.461

L3C1 34.938 52.511 18.305 24.852 130.606 32.651

Total 211.149 184.319 171.813 144.981 712.263 29.678

Lampiran 14. Tabel dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 88.247 117.740 137.845 343.832 42.979 C1 85.033 152.792 130.606 368.431 46.054 Total 173.280 270.532 268.450 712.263

Rata-rata 21.660 33.817 33.556 - 29.678

Lampiran 15. Tabel Sidik Ragam P-tersedia 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 377.8761 125.9587 0.21 4.26 7.82 Perlakuan 5 933.0691 186.6138 0.31 1.96 2.76

C 2 25.2127 12.6064 0.02 2.62 4.22

L 1 771.6496 771.6496 1.27 2.62 4.22


(3)

Galat 9 5474.6274 608.2919 Total 23 7718.6417

Lampiran 19. Data Tinggi Tanaman

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 90.05 139.00 79.00 86.50 394.55 98.64

L1C1 86.90 143.90 105.00 89.40 425.20 106.30

L2C0 163.10 87.10 160.00 144.80 555.00 138.75

L2C1 132.20 165.00 174.00 167.70 638.90 159.73

L3C0 204.00 159.50 190.00 191.80 745.30 186.33

L3C1 163.00 193.00 168.00 183.10 707.10 176.78

Total 839.25 887.50 876.00 863.30 3466.05 144.42

Lampiran 20. Tabel dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 394.550 555.000 745.300 1694.850 211.856 C1 425.200 638.900 707.100 1771.200 221.400 Total 819.750 1193.900 1452.400 3466.050

Rata-rata 102.469 149.238 181.550 - 144.419

Lampiran 21. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 214.009 71.336 0.06 4.26 7.82

Perlakuan 5 26473.755 5294.751 4.52 1.96 2.76

C 2 242.888 121.444 0.10 2.62 4.22

L 1 25294.021 25294.021 21.59 2.62 4.22

C X L 3 936.846 312.282 0.27 2.09 2.85


(4)

Total 23 63707.868750

Lampiran 22. Data Diameter Batang

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 0.67 0.51 0.25 0.50 1.93 0.48

L1C1 0.67 0.85 0.51 0.65 2.68 0.67

L2C0 0.92 0.41 0.90 1.07 3.30 0.83

L2C1 1.01 0.84 0.90 0.85 3.60 0.90

L3C0 1.04 1.05 1.24 1.60 4.93 1.23

L3C1 0.92 1.01 1.51 1.40 4.84 1.21

Total 5.23 4.67 5.31 6.07 21.28 0.89

Lampiran 23. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 1.930 3.300 4.930 10.160 1.270 C1 2.680 3.600 4.840 11.120 1.390 Total 4.610 6.900 9.770 21.280

Rata-rata 0.576 0.863 1.221 - 0.887

Lampiran 24. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang 5% dan 1%

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 0.166 0.055 0.71 4.26 7.82

Perlakuan 5 1.754 0.351 4.48 1.96 2.76

C 2 0.038 0.019 0.25 2.62 4.22

L 1 1.671 1.671 21.37 2.62 4.22

C X L 3 0.044 0.015 0.19 2.09 2.85

Galat 9 0.704 0.078


(5)

Lampiran 28. Data Berat Kering Tajuk

Ulangan

Perlakuan I II III IV Total Rataan L1C0 8.50 5.20 4.80 4.60 23.10 5.78

L1C1 9.30 24.90 15.80 4.50 54.50 13.63

L2C0 61.90 29.90 35.00 13.40 140.20 35.05

L2C1 58.50 35.10 34.00 67.00 194.60 48.65

L3C0 15.12 57.10 60.05 78.00 210.27 52.57

L3C1 89.50 90.50 85.10 100.05 365.15 91.29

Total 242.82 242.70 234.75 267.55 987.82 41.16

Lampiran 29. Tabel Dwikasta LxC

Faktor C

Faktor L

Total Rata-rata

L1 L2 L3

C0 22.300 140.200 210.270 372.770 46.596 C1 54.500 184.600 365.150 604.250 75.531 Total 76.800 324.800 575.420 977.020

Rata-rata 9.600 40.600 71.928 - 40.709


(6)

SK db JK KT Fhit F Tabel

5% 1%

Blok 3 47.905 15.968 0.03 4.26 7.82

Perlakuan 5 18913.514 3782.703 8.11 1.96 2.76

C 2 2232.625 1116.312 2.39 2.62 4.22

L 1 15539.012 15539.012 33.31 2.62 4.22

C X L 3 1141.877 380.626 0.82 2.09 2.85

Galat 9 4198.731 466.526


Dokumen yang terkait

Ketersediaan Hara-P dan Respon Tanaman Jagung (Zea maysL)pada Tanah Ultisol Tambunan A Akibat Pemberian Guano dan Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF)

0 22 50

Pengaruh Interaksi Pemberian Serasah Tanaman Kedelai dan Dolomit Terhadap P-Tersedia dan Serapan-P Tanaman Jagung (Zea mays) Pada Tanah Ultisol

3 37 85

Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

7 53 66

Ketersediaan Hara-P Dan Respon Tanaman Jagung (Zea Mays L) Pada Tanah Ultisol Tambunan-A Akibat Pemberian Guano Dan Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF)

0 25 49

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Asal Mancang Akibat Pemberian Kompos Enceng Gondok Dan Sisa Kotoran Lembu Serta Efeknya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)

2 56 75

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 10

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 2

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 3

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 6

Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea maysL.) Akibat Pemberian Limbah Kertas Rokok Dan Pupuk Kandang Ayam Di Tanah Ultisol

0 0 2