KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

  

ABSTRAK

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO

DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Oleh

MITA SUCIATI

  Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan menetapkan kelayakan novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

  Data berupa unit-unit teks pada novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Teks tersebut berupa paparan bahasa yang menggambarkan konflik yang terkandung di dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Hasil penelitian novel 5 cm ditemukan konflik berupa konflik manusia dengan

   Mita Suciati

  manusia dengan alam. Pada novel 5 cm tidak ditemukan adanya konflik manusia dengan masyarakat. Konflik utama dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro yaitu konflik manusia dengan dirinya sendiri. Konflik utama berupa pertentangan dalam diri lima tokoh (Arial, Genta, Ian, Riani, dan Zafran) untuk tetap berada dalam dunia mereka (komunitas lima sahabat) atau memilih keluar, melihat dunia luar, keluar dari zona nyaman. Konflik utama tersebut memicu timbulnya konflik- konflik lain dalam alur novel 5 cm. Novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro layak dijadikan sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) karena sesuai dengan kriteria pemilihan bahan pembelajaran, yaitu dilihat dari aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  7.

  20 April 2010

  10 Juli 2009 Selasa,

  10 Juli 2009 Jumat,

   Jumat,

   

   

   

   

  Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024 KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi)

  Nama : Mita Suciati NPM : 0513041035 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan No.

  5. Ada 2 pendekatan yang dipakai

  4. Indikator Rahmanto: kaitkan dengan konflik dalam novel

  1. Latar belakang, cari pendapat dari ahli-ahli konflik 2. Perbaiki tujuan penelitian 3. Manfaat penelitian (teoritis dan praktis)

  2. Jangan terlalu banyak mengambil teori dari website 3. Perjelas pengertian Alur dalam novel

  Periksa kembali ejaan dan tanda baca

  (Dosen Pembahas) 1.

  (Mahasiswa Pembahas) Dr. Karomani, M.Si.

  2. Syefri Zalfitri H.

  Nama Dosen/ Mahasiswa Saran Ket. Hari dan Tanggal 1.

  6. Latar belakang, jelaskan mengapa fokus pada konflik dan pada novel 5 cm.

   8.

  Bab IV: perjelas apakah dalam novel 5 cm benar- benar tidak terdapat konflik manusia dengan masyarakat

   3. Drs. Kahfie

  1. Jumat, Perbaiki cara menuliskan

  Nazaruddin, rujukan web page

  10 Juli 2009

   M,Hum.

2. Latar belakang bisa disusun

  (Dosen lebih baik Pembimbing 2) 3.

  Ruang lingkup penelitian

   (cukup objek penelitian) 4. Perbaiki teori konflik dalam

   alur 5. Ada 2 pendekatan dalam

   penelitian sebab ada 2 tujuan penelitian

   6. Gambaran indikator yang sebenarnya akan dibahas dalam bab pembahasan

  7. Senin, 3 Pemeriksaan perbaikan dari

   seminar proposal Agustus 2009 8. Perbaikan teori konflik

   dalam Alur pada Bab II

  9. Kamis Acc mengerjakan Bab IV

   10. Perubahan teori konflik

  19 Okt 2009 yang dipakai (menjadi Gorys

   Keraf).

  11. Bab III: Perbaiki uraian Senin,

   mengenai pendekatan yang

  23 Nov 2009 digunakan dalam penelitian

  12. Perubahan format penulisan

   Bab IV

  13. Kamis, Perubahan cara

   mendeskripsikan konflik

  25 Feb 2010

  14. Perbaikan pengelompokan

   kutipan data

  15. Jumat, Perbaikan penulisan kutipan

   (berikan kode data)

  5 Maret 2010 16. Pemeriksaan perbaikan dari

   bimbingan sebelumnya

  17. Selasa, Penambahan uraian data

   pada implikasi (bahasa,

  9 Maret 2010 psikologi, dan latar belakang budaya)

  18. Senin, Perbaikan cara

   mendeskripsikan kutipan

  22 Maret 2010

20. Acc Seminar II (Hasil) 21.

  4. Dra. Warnidah Ahyar (Dosen Pembimbing 1) 19.

  20 April 2010 Jumat,

   

   

   

   

   Senin,

  5 April 2010 Selasa,

  10 Juli 2009 Selasa,

   

  4 Agustus 2009 Kamis,

  22 Okt 2009 Selasa,

  16 Feb 2010 Selasa,

  9 Maret 2010 Selasa,

  6 April 2010 Selasa,

  20 April 2010

   

   

  Pemeriksaan perbaikan dari bimbingan sebelumnya

   

   

  Ubah implikasi menjadi kelayakan

  22. Aspek latar belakang budaya: jelaskan mengenai budaya tokoh dalam novel yang sesuai dengan budaya seusia siswa SMA.

  1. Latar belakang: tambahkan kaitan antara plot dengan konflik dalam novel 2. Pengertian karya sastra tidak perlu dipaparkan

  3. Tinjauan terhadap plot, perjelas maksud ‗teoritis- kronologis’ 4. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan objektif dan pendekatan pragmatik

  5. Pemeriksaan perbaikan dari seminar proposal

  6. Penambahan teori konflik dalam Alur pada Bab II

7. Acc mengerjakan Bab IV 8.

  Perbaikan teori mengenai tahapan-tahapan alur

  10. Perjelas contoh kutipan novel mengenai konflik manusia dengan dirinya sendiri

  11. Perubahan cara mendeskripsikan konflik

  12. Pemeriksaan perbaikan dari bimbingan sebelumnya

  13. Acc Seminar II (Hasil)

  14. Perbaiki Abstrak

  15. Perjelas maksud konflik manusia dengan masyarakat

  9. Perbaikan prosedur penelitian dan teknik analisis data

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024

KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI

  Nama : Mita Suciati NPM : 0513041035 Jurusan : Bahasa dan Seni Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pembimbing II : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum.

  Judul : Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)

  Hari dan Tanggal Paraf No. Materi Konsultasi Konsultasi

  Pembimbing

  1. Jumat, Seminar 1 (Proposal) dengan

  10 Juli 2009 judul: Konflik dalam Novel

  5 cm Karya Donny

  Dhirgantoro dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)

  2. Senin, 1.

  Pemeriksaan perbaikan dari

  3 Agustus 2009 seminar proposal 2.

  Perbaikan teori konflik dalam Alur pada Bab II

  3. Kamis Acc mengerjakan Bab IV

  19 Oktober 2009

  4. Senin, 1.

  Perubahan teori konflik yang

  23 November 2009 dipakai (menjadi Gorys Keraf) 2.

  Bab III: Perbaiki uraian mengenai pendekatan yang digunakan dalam penelitian

  5. Kamis, Perubahan format penulisan

  6. Jumat, 1.

  Perubahan cara

  5 Maret 2010 mendeskripsikan konflik 2.

  Perbaikan pengelompokan kutipan data

3. Perbaikan penulisan kutipan

  (berikan kode data)

  7 Selasa, 1.

  Pemeriksaan perbaikan dari

  9 Maret 2010 bimbingan sebelumnya 2.

  Penambahan uraian data pada implikasi (bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya)

  8. Senin, Perbaikan cara

  22 Maret 2010 mendeskripsikan kutipan data pada implikasi

  9. Senin, 1.

  Pemeriksaan perbaikan dari

  5 April 2010 bimbingan sebelumnya 2.

  Acc Seminar II (Hasil)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024

KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI

  Nama : Mita Suciati NPM : 0513041035 Jurusan : Bahasa dan Seni Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pembimbing I : Dra. Warnidah Akhyar Judul : Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan

  Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)

  Hari dan Tanggal Paraf No. Materi Konsultasi Konsultasi

  Pembimbing

  1. Jumat, Seminar 1 (Proposal) dengan

  10 Juli 2009 judul: Konflik dalam Novel

  5 cm Karya Donny

  Dhirgantoro dan Implikasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)

  2. Selasa, 1.

  Pemeriksaan perbaikan dari

  4 Agustus 2009 seminar proposal 2.

  Penambahan teori konflik dalam Alur pada Bab II

  3. Kamis, Acc mengerjakan Bab IV

  22 Oktober 2009

  4. Selasa, 1.

  Perbaikan teori mengenai

  16 Februari 2010 tahapan-tahapan alur 2.

  Perbaikan prosedur penelitian dan teknik analisis data

  5.

  6. Selasa,

  9 Maret 2010 Selasa,

  6 April 2010 1.

  Perjelas contoh kutipan novel mengenai konflik manusia dengan dirinya sendiri 2. Perubahan cara mendeskripsikan konflik

  1. Pemeriksaan perbaikan dari bimbingan sebelumnya

2. Acc Seminar II (Hasil)

  Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro impian. harapan. cita- cita. penciptaan. alamNya. tanahNya. udaraku. udaraNya. cinta. harapan. ilmu. sahabatku. negeriku. langit-langit kamarku. syairku. ke-aku-anku. berpijakku. benderaku. aku. dia. mereka. kamu. tanah merahku. hati. semangat. doa. napas. irama. dharmaku. tempatku.demi-ku. langkahku. manusia. jalanku. tempatku berteduh. konjungtiva. niat. hati. rasa. perjuangan. manusia sebenar-benarnya. suciku. putihku-hitamku. tangisku. tumpuanku. ada-ku. genggamanku. erat-ku. garbaku. jelangku. bagindaku. bahagiaku. peluhku. penciumanku. perjuangan. harapan. cinta. telapak kaki surgaku. guruku. diamku. impianku. dayaku.

A. Pengantar

  

5 cm adalah sebuah novel yang berangkat dari hal sederhana, betapa banyak sisi

  persahabatan dan hidup yang dapat dipetik. Bahwa anda harus meyakini diri sendiri, tidak takut memunculkan identitas yang sejati. Sebagaimana karakter beragam yang ditawarkan dalam novel ini, namun tetap menyodorkan teladan untuk direnungkan lebih dalam lagi. 5 cm mengajak untuk bermimpi. Mengajarkan bahwa memiliki mimpi itu adalah sama pentingnya dengan memiliki kehidupan itu sendiri. Tanpa mimpi, hidup tidaklah memiliki tujuan. Dan ketika tidak ada tujuan, maka seseorang tidaklah memiliki semangat untuk maju. Novel ini bukan sekadar buku hiburan, Donny Dhirgantoro menitipkan semangat mimpinya kepada lima tokoh yang memiliki jalinan persahabatan sejati. Lima sahabat yang memiliki keunikan, kecerdasan IQ dan EQ serta jiwa patriotisme. Dengan penuh perjuangan, kelima tokoh dalam novel 5 cm ini, diantarkan oleh Donny mencapai puncak tertinggi pulau Jawa yakni Mahameru.

  Melalui tokoh Ian, Donny menyampaikan pesan mengenai nasionalisme yang mulai kabur. Melalui tokoh Genta, Donny mengolah pengetahuan filsafat menjadi renyah dalam dialog-dialognya. Novel ini benar-benar membangun, semua kata yang tertuang di dalamnya memaksa anda untuk berpikir akan masa lalu yang kelam, masa sekarang yang dijalankan dan masa depan yang dinantikan. Ada banyak pelajaran yang bisa didapat ketika membacanya. Ada persahabatan, ada cinta, ada masa depan, ada perjuangan, ada kerja keras, dan ada penantian.

B. Sinopsis Novel Judul Novel : 5 cm Pengarang : Donny Dhirgantoro Tahun Terbit : 2008 Cetakan : Keduabelas Jumlah Halaman : x + 381 halaman Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Tempat Terbit : Jakarta

  Lima sahabat menjalin persahabatan sejak SMA. Persahabatan mereka telah berjalan selama tujuh tahun. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Ada Arial yang diakui paling tampan secara fisik. Genta sang pemimpin yang selalu melontarkan pendapat brilian, meski memendam cinta namun masih berpikir panjang untuk mengutarakan isi hatinya. Ada Riani, kembang satu-satunya. Zafran, si penyair yang kurus. Ian yang kerap diledek sebagai banana boat oleh keempat sahabatnya karena memiliki ukuran badan yang besar.

  Lima sahabat ini menamakan diri mereka Power rangers. Ian adalah ranger terakhir yang masuk ke dalam dunia mereka. Pada awalnya, Ian adalah seorang yang tidak percaya diri. Ian adalah orang yang menyukai apa yang orang lain suka, bukan dirinya sendiri yang mengatakan suka. Ian merasa takut tidak diterima oleh keempat sahabatnya, akhirnya Ian sibuk jadi Genta, sibuk jadi Zafran, sibuk jadi Arial, sibuk menyukai semua yang empat sahabatnya suka. Tetapi pada akhirnya Ian menyadari bahwa ada yang lebih penting dari sekadar selera. Yang terpenting dalam sebuah persahabatan.adalah bagaimana mereka berlima dapat saling menghargai pendapat dan selera masing-masing.

  Suatu hari mereka merasa sudah terlalu sering bersama, tiada hari tanpa berjumpa, diskusi, debat, nongkrong, nonton, dan ke kafe. Semua bagai de ja vu bagi mereka. Pada akhirnya mereka berada dalam kondisi yang terlalu nyaman tetapi juga merasa bosan. Kata-kata dari Plato yang dilontarkan Zafran membuat mereka tersadar bahwa ada dunia yang lebih luas di luar komunitas mereka berlima. Bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mereka tidak memiliki mimpi. Di dalam gua, dunia tampak aman dan nyaman, tak banyak konflik, yang ada hanyalah rutinitas. Namun di dalam gua tersebut mereka cenderung tidak berani mengejar mimpi karena takut kehilangan kestabilan dalam hidup, takut gagal. Takut ketika keluar gua, mereka akan mati tertindas oleh gegap gempitanya dunia. Terjadi pertentangan dalam diri Arial, Genta, Ian, Riani, dan Zafran, apakah mereka akan tetap berada dalam komunitas lima sahabat itu atau memilih keluar melihat dunia di luar komunitas mereka. Mereka kemudian sepakat untuk berpisah sementara waktu, tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah, masing-masing tokoh kembali fokus pada pekerjaan mereka. Ian mulai kembali fokus dengan skripsinya. Ian berjuang menyelesaikan skripsinya. Ada konflik-konflik yang harus dihadapi Ian saat menyelesaikan skripsi. Dua kali mengalami penolakan ketika menyebarkan kuesioner penelitian, sempat membuat Ian putus asa. Namun dosen pembimbingnya selalu memberikan semangat setiap kali Ian mulai merasa putus asa. Kerja keras Ian tidak sia-sia, ia dapat menyelesaikan skripsinya, memperoleh gelar sarjana. Riani mulai sibuk magang di salah satu stasiun TV swasta. Genta juga sibuk bekerja di sebuah event organizer dan berhasil menyelenggarakan sebuah pameran komputer. Arial dan Zafran pun sibuk dengan mimpi masing- masing.

  Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Genta mengusulkan untuk mengadakan pendakian ke gunung Mahameru. Mereka sepakat bertemu di stasiun kereta api pada tanggal 14 Agustus kemudian melakukan pendakian dan mengikuti upacara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia tepat di dataran tertinggi pulau Jawa itu. Perjalanan dimulai dengan naik kereta ekonomi dari Jakarta menuju Malang. Selama perjalanan, mereka bertemu banyak orang dengan kisahnya masing-masing, membuat mereka mengambil pelajaran dari setiap kisah tersebut, banyak hal yang membuat mereka makin dewasa dan cerdas. Banyak persoalan terutama persoalan sosial yang mereka dapati selama perjalanan. Soal pungli kondektur kereta api, soal penumpang liar di kereta api, soal perang mulut antara supir angkot dengan penumpang hanya dikarenakan ongkos yang tak sesuai dengan tarif resmi. Semua pengalaman itu makin mendewasakan mereka. Setibanya di kaki Mahameru, mereka berlima merasakan keindahan yang dianugerahkan Sang Pencipta. Pendakian dimulai dari Ranu Pane, Ranu kumbolo, padang ilalang, melewati padang edelweis, Kalimati, Arcopodo, mereka juga harus bertahan di antara hujan batu saat puncak Mahameru sudah semakin dekat. Dalam pendakian mereka mengalami banyak masalah, kekurangan air minum, kondisi cuaca yang panas, kondisi fisik yang mulai menurun, juga kecelakaan saat pendakian menyebabkan para tokoh terluka. Keyakinan lima tokoh dan keinginan untuk terus berjuang dan tidak berputus asa akhirnya membawa mereka mencapai tanah tertinggi di pulau Jawa, Mahameru. Keyakinan dan tekad mereka telah mengalahkan segalanya. Mimpi mereka untuk menginjak tanah Mahameru telah menjadi kenyataan, semuanya berawal dari mimpi dan usaha yang tak kenal lelah. keajaiban tekad dan doa telah mengalahkan apapun hari itu.

  Setiap kali mereka ingin mencapai sesuatu mereka terus mengatakan pada diri mereka bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu, orang itu hanya harus mempercayainya, terus berusaha bangkit dari kegagalan, jangan pernah menyerah,

  Jadi dia tidak akan pernah lepas dari mata kita. Bawalah mimpi dan keyakinan itu setiap hari, kita lihat setiap hari, dan percaya bahwa kita bisa. Apapun hambatannya, katakan pada diri kita, kalau kita percaya dengan keinginan itu dan kita tidak bisa menyerah. Bahwa kita akan berdiri lagi setiap kita jatuh, bahwa kita akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri. Biarkan keyakinan itu 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kita. Dan sehabis itu yang pelu dilakukan hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdoa. Pendakian menuju Mahameru merupakan sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah para tokoh menjadi manusia sesungguhnya, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama Kisah perjuangan menuju puncak Mahameru juga dibumbui kisah cinta. Muncul konflik batin ketika masing-masing tokoh memendam perasaan cinta satu sama lain. Ketika lima tokoh bermalam di Ranu Kumbolo, Genta mengungkapkan rasa cintanya pada Riani salah satu sahabatnya. Namun Riani justru menyukai Zafran. Dan Zafran masih memendam perasaan pada Arinda, adik kembar Arial. Di sisi lain Arinda pun diam-diam memendam cinta untuk Genta. Mereka pun menyadari bahwa cinta ternyata bukan untuk Genta, bukan untuk Riani, bukan untuk Zafran. Cinta memang ada untuk diungkapkan sebagai sebuah jembatan baru ke pelajaran-pelajaran kehidupan manusia selanjutnya. Sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.

  Sepuluh tahun setelah mereka melakukan pendakian ke Mahameru, masing- masing tokoh telah memiliki pasangan hidup. Tetapi mereka tidak pernah bisa melupakan pengalaman ketika mendaki Mahameru, yang membuat mereka menjadi manusia-manusia yang berani bermimpi.

  Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia berbeda dengan makhluk lain. Hanya mimpi dan keyakinan yang membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Pencipta. Dan, yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya hanya mereka tinggal mempercayainya.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki konflik yang majemuk. Randall Collins (1975) dalam Ritzer (2005:162) mengemukakan bahwa konflik merupakan proses sentral dalam kehidupan sosial. Ia melihat bahwa orang memunyai kepentingan sendiri-sendiri, sehingga benturan-benturan mungkin terjadi karena kepentingan-kepentingan tersebut pada dasarnya saling bertentangan. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan budaya manusia. Manusia dapat mengubah sarana- sarana, asas-asas, atau pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa potensi konflik merupakan naluri kehidupan setiap manusia.

  Konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya dijadikan sebagai sumber ilham bagi para sastrawan yang kemudian ditarik dalam khasanah imajinasi untuk dihayati, direnungkan, diendapkan, kemudian disalurkan dalam wujud karya sastra. Sebuah karya sastra yang baik sudah seharusnya mengangkat persoalan dan dimensi kehidupan manusia. Ibarat sebuah cermin, teks sastra memantulkan nilai-nilai kemanusiaan yang mampu menyentuh kepekaan nurani

  Prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre di samping genre-genre lain yang terdapat dalam dunia kesastraan, menawarkan berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut sebagai fiksi (fiction). Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (1966:14) dalam Nurgiyantoro (1994:2), dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Fiksi menceritakan berbagai peristiwa kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiksi dihubungkan berdasarkan pola kausalitas atau sebab akibat, sehingga membentuk suatu alur yang menarik. Alur merupakan bagian dari struktur cerita rekaan (karya fiksi). Alur (plot) merupakan unsur fiksi yang penting (jiwa fiksi), bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering ditekankan pada pembicaraan alur. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana suatu insiden memunyai hubungan dengan insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan- tindakan itu terikat dalam suatu kesatuan waktu. Kejelasan alur merupakan kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kemudahan cerita untuk dimengerti (Nurgiyantoro, 1994:110).

  Sebuah alur memiliki tiga unsur pembangun yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Pengembangan alur sebuah karya fiksi akan dipengaruhi oleh bangunan konflik yang ditampilkan. Konflik merupakan inti dari sebuah alur, sumber adanya cerita.

  Ada cerita saja tanpa didasari konflik di dalamnya tidak mungkin ada cerita yang lengkap dan menarik. Sebuah rentetan cerita tanpa konflik di dalamnya tak akan ada alur. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa akan sangat menentukan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan. Konflik adalah sesuatu yang “dramatik”, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Warren, 1989: 285). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang juga tergolong jenis fiksi, melibatkan permasalahan atau konflik yang kompleks, mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa penting untuk mengadakan penelitian mengenai konflik dalam novel. Objek dalam penelitian ini adalah novel

  5 cm karya Donny Dhirgantoro. 5 cm merupakan novel baru dari seorang penulis

  baru yang mengangkat konflik-konflik ringan yang membumi khususnya di kalangan remaja. Selain itu, Isbedy Setiawan mengemukakan bahwa novel 5 cm mampu menghidupkan kekuatan impian dan cita-cita melalui lima tokoh yang ada. 5 cm kental dengan nuansa nasionalisme, tanpa terjebak mendoktrin kepada pembaca. Penulis mengajak pembaca menikmati keindahan alam puncak Mahameru, saat detik-detik prosesi memperingati ulang tahun Republik menantang langit luas. Kecintaan kepada tanah air digambarkan dengan realis dan logis. Penulis mampu memainkan perasan pembaca melalui peran-peran tokoh dalam novel 5 cm.

  

  Donny Dhirgantoro terbilang baru dalam pentas sastra di Indonesia, tetapi tidak membuat isi novel ini seperti buatan penulis baru. Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami, membuat novel yang pertama kali terbit pada 21 Mei 2005 ini patut menjadi bacaan kawulamuda yang menginginkan gaya penulisan berbeda Novel 5 cm adalah sebuah kisah tentang lima anak muda (Arial, Genta, Ian, Riani dan Zafran) yang telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Kebiasaan melakukan berbagai hal bersama membawa mereka pada satu titik yaitu rasa bosan pada keadaan yang menurut mereka standar-standar saja. Mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah itulah masing-masing kembali menjadi diri sendiri, berjuang sendiri mengejar mimpi dan cita-cita, masing-masing tokoh memiliki konflik yang harus diselesaikan. Selama tiga bulan berpisah itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan menuju puncak Mahameru yang penuh keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang kemudian mengubah mereka menjadi manusia-manusia sesungguhnya, cita-cita, dan cinta, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama. 5 cm adalah novel yang membangun, ada banyak pelajaran yang bisa didapat ketika membacanya. Banyak kata-kata yang mampu membakar semangat dan perjuangan pembaca. Seperti dalam kutipan berikut.

  “...begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh disini.” Ian membawa jari telunjuknya menggantung mengambang di depan keningnya. “Biarkan dia menggantung mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, dan cita- cita, keyakinan diri...”

  “..dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdoa.” “…kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja., bukan orang biasa- biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Percaya pada 5 cen timeter di depan kening kamu.” (5 cm, 362-363)

  Betapa pun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan sebuah karya fiksi (dalam hal ini: novel), ia haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap memunyai tujuan estetik dan mendidik. Melalui sarana cerita tersebut pembaca secara tak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan berbagai masalah dalam kehidupan. Oleh karena itu cerita atau fiksi atau karya sastra pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan “memanusiakan

  Sebuah karya sastra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah- masalah hidup yang musykil. Sebuah karya sastra mengajak orang untuk saling mengasihi manusia lain (Mursal Esten, 1987:9). Jakob Sumardjo (1984: 14), karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayan, serta zamannya.

  Sudarni dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX mengemukakan bahwa dengan sastra orang akan berbudaya, dengan budaya orang akan bermartabat, dan akhirnya dengan bermartabat orang akan bermanfaat. Pengajaran sastra akan membantu siswa dalam mengembangkan wawasan terhadap tradisi dalam kehidupan manusia, menambah kepekaan terhadap berbagai problema personal dan masyarakat, dan bahkan sastra pun akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagai konsep teknologi dan sains.

  go.id/laman/artikel/Sudarni-Bangka_Barat.pdf)

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tersirat betapa pentingnya pengajaran sastra di sekolah. Hal tersebut sejalan pula dengan tujuan umum pengajaran sastra di sekolah yaitu, siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Hal ini juga dipertegas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA tahun 2007, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1. Standar kompetensi : (membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan.

  Kompetensi dasar : menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik

  Melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra, dalam hal ini mengenai konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, diharapkan siswa dapat menikmati dan mengambil hikmah dari novel tersebut, serta dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai moral yang dianggap baik dan luhur.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  “Bagaimanakah konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)?”.

  1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  a.

  Mendeskripsikan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

  b.

  Menetapkan kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

  1.4 Manfaat Penelitian

  a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis yaitu dapat menambah referensi penelitian dibidang kesastraan, khususnya unsur intrinsik novel. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya dalam pengembangan teori sastra yang memusatkan perhatian pada b. Manfaat Praktis 1)

  Memberikan pengetahuan kepada pembaca, siswa, dan khususnya guru di SMP maupun SMA mengenai materi konflik dalam novel, khususnya yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

  2) Membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya guru Sekolah

  Menengah Atas (SMA), untuk mendapatkan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di sekolah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  a.

  Konflik dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Untuk menganalisis konflik dalam novel ini, penulis mengacu kepada pendapat Gorys Keraf (1981:168) yang membagi konflik yaitu, konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin), konflik manusia dengan manusia, konflik manusia dengan masyarakat, konflik manusia dengan alam.

  b.

  Kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) dilihat berdasarkan tiga aspek berikut. 1)

  Bahasa 2)

  Psikologis 3)

  Latar belakang budaya

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Terhadap Novel

  Istilah novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi atau drama, maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel merupakan salah satu jenis prosa yang paling banyak dibaca oleh masyarakat dunia (Tarigan,1984:164).

  Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita dalam kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Depdiknas, 1995: 694). Novel merupakan ragam tulisan yang merupakan bagian dari prosa fiksi. Novel memberi peluang untuk hadirnya banyak tokoh, pertikaian dan alur yang kompleks, pengembangan lingkungan secara lebih luas, eksplorasi terhadap tokoh secara mendalam (Abrams, 1981:119).

  Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan

  Pendapat serupa dikemukakan Cecep Syamsul Hari

  

webs.com/mencaridanmenemukan.htm), novel adalah sebuah prosa naratif yang

  panjang dan kompleks, yang secara imajinatif berjalin dengan pengalaman manusia melalui suatu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok atau sejumlah orang (tokoh, karakter) di dalam latar yang spesifik.

  Novel adalah sebuah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan dari latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita (Aminuddin, 2004:6) Sejalan dengan Aminuddin, Tarigan (1991:164) mengemukakan bahwa novel dibangun oleh jalannya suatu cerita atau alur. Novel adalah suatu cerita yang panjang yang menceritakan kehidupan pria/ wanita. Karena bentuk novel yang panjang, cerita tersebut ditulis dalam satu buku/ lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa novel adalah sebuah cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi satu buku/ lebih yang menggarap kehidupan pria/ wanita yang bersifat imajinatif. Novel terdiri dari pelaku-pelaku, mulai dari waktu muda, mereka menjadi tua, mereka bergerak dari satu adegan ke adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang lain (H.E Batus dalam Tarigan, 1991:164). Sumardjo (1984:66) berpendapat bahwa novel merupakan karya sastra/ cerita berbentuk prosa dalam ukuran panjang dan luas. Ia mengungkapkan ciri-ciri pokok novel sebagai berikut. a. Memiliki alur (plot). Sebuah novel biasanya memunyai plot pokok, yakni batang tubuh cerita, ditambah/ dirangkai dengan plot-plot kecil. Plot-plot kecil tadi hanyalah tambahan saja/ anak plot yang harus masih merupakan kesatuan/ bersifat menjelaskan plot utamanya. Karena struktur bentuknya yang luas ini, maka sebuah novel dapat bercerita panjang lebar dan membahas secara luas pula.

  b. Memiliki tema. Di dalam tema juga terdapat tema utama dan tema-tema sampingan yang fungsinya sama dengan plot. Inilah sebabnya dalam roman/ novel pengarang dapat membahas hampir semua segi persoalan dari tema pokok.

  c.

  Karakter. Tokoh-tokoh dalam novel/ roman juga banyak. Ada kalanya memang hanya melukiskan beberapa tokoh utama saja, sedangkan tokoh lain hanya digambarkan sekilas, hanya untuk melengkapi penggambaran tokoh- tokoh utama. Tetapi dalam novel/ roman, pengarang sering menghadirkan banyak tokoh cerita yang masing-masing digambarkan secara secara lengkap dan utuh, sehingga roman semacam itu seolah-olah merupakan konsentrasi kisah beberapa tokoh besar. Berdasarkan uraian mengenai pengertian novel di atas, penulis mengacu pada pendapat Cecep Syamsul Hari, novel adalah sebuah prosa naratif yang panjang dan kompleks, yang secara imajinatif berjalin dengan pengalaman manusia melalui suatu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok orang (tokoh, karakter) di dalam latar yang spesifik. Novel memiliki cerita dengan alur yang kompleks, karakter yang banyak, suasana

2.2 Tinjauan Terhadap Alur

  Stanton dalam Nurgiyantoro (1994:113) mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Foster dalam Nurgiyantoro juga mengemukakan bahwa alur adalah peristiwa- peristiwa cerita yang memunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

  Alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca.

  Abrams mengemukakan bahwa alur sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

  Alur ialah urutan peristiwa dari awal hingga akhir dalam sebuah cerita yang berkaitan dengan perilaku tokoh-tokohnya/ perwatakan. Sebuah alur yang meyakinkan terletak pada gambaran watak-watak yang mengambil bagian didalamnya. Peristiwa-peristiwa cerita dalam alur didukung oleh pelukisan watak- watak tokoh dalam suatu rangkian alur yang menceritakan manusia dengan berbagai persoalan, tantangan dalam kehidupannya. Nurgiyantoro (1995:165) mengemukakan bahwa watak menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

  Alur adalah bagaimana cara pengarang menyusun peristiwa-peristiwa tersebut di

  Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis (Keraf, 1992:147). Pada dasarnya semua pendapat di atas mempergunakan kata “kunci” peristiwa- peristiwa yang berhubungan sebab akibat. Berdasarkan uraian mengenai pengertian alur di atas, penulis mengacu pada pendapat Stanton dalam Nurgiyantoro, alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur mengemukakan peristiwa yang terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Merupakan rentetan peristiwa sebab akibat, dijalin dengan melibatkan konflik, atau pertikaian yang pada akhirnya terdapat peleraian.

  Secara teoretis, alur dapat diurutkan atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun dalam praktiknya, dalam langkah-langkah “operasional”, pengarang tak selamanya tunduk pada teori itu. Alur sebuah karya fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan kejadian (ter-) akhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal cerita / dibagian awal teks, melainkan dapat terletak dibagian manapun. Secara teoretis-kronologis, tahapan alur dikemukakan sebagai berikut. a.

  Tahap penyituasian (situasion), merupakan tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh (-tokoh) cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain. Terutama, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

  b.

  Tahap pemunculan konflik (generating circumstances), dalam tahap ini masalah (-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

  c.

  Tahap peningkat konflik (rising action), konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari.

  d.

  Tahap klimaks (climax), konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (-tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. e.

  Tahap penyelesaian (denouement), konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub- subkonflik atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.

2.3 Peristiwa, Konflik, dan Klimaks

  Alur dibangun oleh unsur peristiwa. Namun sebuah peristiwa tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri, tokoh lainnya atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada.

  Selain itu, peristiwa-peristiwa bisa juga disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan manusia. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi, dimana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai klimaks. Dengan demikian, sebuah plot dibangun oleh peristiwa, konflik, dan klimaks. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxamburg dkk, 1992: 150) dalam Nurgiyantoro (1994: 117). Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. Sebaliknya, karena terjadi konflik, peristiwa-peristiwa lain pun dapat bermunculan, misalnya yang sebagai akibatnya.

  Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabakan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik atau pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat. Konflik yang telah sedemikian meruncing disebut klimaks.

Dokumen yang terkait

KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

14 140 51

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

29 612 37

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

1 6 19

MOTIVASI HIDUP DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Motivasi Hidup Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 2 12

MOTIVASI HIDUP DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Motivasi Hidup Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra D

2 14 14

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Aspek Sosial Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Di Sma.

0 1 11

PENDAHULUAN Aspek Sosial Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Di Sma.

7 30 27

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA Aspek Sosial Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Di Sma.

0 0 22

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 12

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 2 16