KONSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA KABUT ASAP (Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi Nasional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV)

(1)

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA KABUT ASAP (Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi Nasional Metro

TV dan Televisi Lokal Duta TV)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai persyaratan untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S1)

Oleh:

M. ROZI SEPTIAN 201110040311039

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

L

Nama : M. R

NIM : 201110040311039 Jurusan : Ilmu K

Fakultas : Ilmu S Judul Skripsi : KON

(Anal Nasiona

Pembimbing I

M. Himawan Sutanto, M.S

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

M. ROZI SEPTIAN 201110040311039

u Komunikasi

u Sosial dan Ilmu Politik

NSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA K nalisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut A

sional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV)

Disetujui,

ng I Pembi

nto, M.Si Dr. Asep N

Mengetahui,

A KABUT ASAP but Asap di Televisi

)

bimbing II


(3)

iii

Nama : M. R

NIM : 201110040311039 Jurusan : Ilmu K

Fakultas : Ilmu S Judul Skripsi : KON

(Anal Nasiona

Tel

Dewan Penguji:

1. Dr. Muslimin Ma 2. Winda Hardyanti 3. M. Himawan Sut 4. Dr. Asep Nurjam

iii

LEMBAR PENGESAHAN

M. ROZI SEPTIAN 201110040311039

u Komunikasi

u Sosial dan Ilmu Politik

NSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA K nalisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut A

sional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV) elah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji S

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang dan dinyatakan LULUS Pada Hari :

Tanggal :

Tempat :

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman M.Si

n Machmud, M.Si Penguji I

nti, M.Si Penguji II

utanto, M.Si Penguji III

man, M.Si Penguji IV

iii

A KABUT ASAP but Asap di Televisi

) uji Skripsi ( ) ( ) ( ) ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : M. ROZI SEPTIAN

Tempat, Tanggal Lahir : Banjarbaru, 5 September 1993 Nomor Induk Mahasiswa : 201110040311039

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul : KONSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA KABUT ASAP

(Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi Nasional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, April 2016 Yang Menyatakan,


(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta nikmatNya. Maha suci Allah yang telah memudahkan segala urusan, karena kasih sayang-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP BENCANA KABUT ASAP (Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi Nasional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV)”. Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada program Pendidikan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak didukung serta dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sangat ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si. dan Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu membantu saya dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas ilmu dan kebaikan selama membimbing saya. 2. Ayah dan Ibu saya, H. Djoko Santoso dan Hj. Asih Tri Astuti dengan

segenap kesabaran, mengingatkan dan selalu memberi semangat serta nasihat agar meneruskan apa yang telah saya perjuangkan.

3. Soebintayun Famiglia dengan sejuta perannya membantu memaknai hidup.

4. Staf Akademik, Dosen-Dosen Ilmu Komunikasi dan Segenap civitas akademika UMM yang sudah melancarkan dan membantu saya sehingga saya menjadi Sarjana Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas bantuan dan ilmu nya.

5. Sanak kental seperantauan Asrama Mahasiswa Banjarbaru “IDAMAN”

yang telah menemani saya menjadi mahasiswa di Malang dan juga sebagai wadah pembelajaran dalam banyak hal. Kita jua jagaunya.

6. Renny, Defi, Wahyu, Irul, Agung dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas masukannya dalam membantu saya menyelesaikan skripsi ini.


(6)

7. Kawan satu karya, Toni, Cak Apir, Irul, yang telah bekerjasama memvisualkan segala khayalan dan juga Revin Kennel Squads atas segala pencapaian.

8. Keluarga Besar Ilmu Komunikasi 2011, yang telah memberikan banyak sekali pengalaman terutama persatuan dalam keberagaman budaya .

Dan kepada semua Teman-Teman dan kerabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, sekali lagi terima kasih untuk doa dan dukungannya. Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian di kemudian hari dan memberikan kemudahan dalam segala hal, Amiin ya Rabbal Allamin. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Malang, April 2016 Penulis


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul... I Lembar Persetujuan Skripsi ... II Lembar Pengesahan ...III Lembar Pernyataan Orisinalitas ... IV Kata Pengantar ...V Daftar Isi... VII Daftar Tabel ... IX Abstraksi ...X

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...10

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Manfaat Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

2.1 Penelitian Terdahulu ...12

2.2 Media dan Konstruksi Realitas Sosial ...14

2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas...17

2.4 Media dan Bencana...20

2.5 Media dan Berita dilihat dari Paradigma Konstruktifis ...24

2.6 Komunikasi Massa...29

2.7 Konsep Framing...31

2.7.1 Analisis Framing...31

2.7.2 Proses Framing ...34

2.7.3 Efek Framing ...36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1 Pendekatan Penelitian dan Tipe Penelitian ...38

3.2 Ruang Lingkup Penelitian...39


(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Data...41

3.5 Teknik Analisis Data...Error! Bookmark not defined. BAB IVPROFIL MEDIA MASSA TELEVISI NASIONAL METRO TV DAN TELEVISI LOKAL DUTA TV ... 45

4.1 Metro TV ...45

4.1.1 Sejarah Singkat Metro TV...45

4.1.2 Visi Misi dan Kebijakan Redaksional Metro TV...46

4.1.2.1 Visi Metro TV ...46

4.1.2.2 Misi Metro TV...47

4.1.2.3 Kebijakan Redaksional Metro TV ...47

4.1.3 Cara Pandang Pemberitaan Metro TV...49

4.2 Duta TV ...51

4.2.1 Sejarah Singkat Duta TV...51

4.2.2 Visi Misi dan Kebijakan Redaksional Duta TVError! Bookmark not defined. 4.2.2.1 Visi Duta TV ...52

4.2.2.2 Misi Duta TV...53

4.2.2.3 Kebijakan Redaksional Duta TV ...53

4.2.3 Cara Pandang Pemberitaan Duta TV...55

BAB V KONSTRUKSI TELEVISI NASIONAL METRO TV DAN TELEVISI LOKAL DUTA TV TENTANG BERITA KABUT ASAP... 56

5.1 Konstruksi Televisi Nasional Metro TV...56

5.2 Konstruksi Televisi Lokal Duta TV...71

5.3 Diskusi Teori...84

BAB VI PENUTUP ...90

6.1 Kesimpulan...90

6.2 Saran ...91

6.2.1 Saran Akademis ...91

6.2.2 Pemberdayaan Audience ...91


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Perangkat Framing Robert N. Entman...40

Tabel 5.1 : Struktur BeritaMetro TVpada tanggal 9 Oktober 2015...56

Tabel 5.2 : Struktur BeritaMetro TVpada tanggal 13 Oktober 2015...60

Tabel 5.3 : Struktur BeritaMetro TVpada tanggal 22 Oktober 2015...65

Tabel 5.4 : Struktur BeritaDuta TVpada tanggal 9 September 2015 ...71

Tabel 5.5 : Struktur BeritaDuta TVpada tanggal 23 September 2015 ...74

Tabel 5.6 : Struktur BeritaDuta TVpada tanggal 24 Oktober 2015 ...79

Tabel 5.7 : Hasil Berita Televisi Swasta Nasional Metro TV ...84


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agus, S. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. yogyakarta: Tiara Wacana.

Aldridge, M. (2007). Understanding The Local Media. London: Open University Press and McGraw-Hill Education.

Alwi, H. (2001).KBBI: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Berger, A. A. (2000). Media and Communication Research Methods. London: Sage Publication.

Bungin, B. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Bungin, M. B. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Eriyanto. (2002). Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis.

Eriyanto. (2012). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang.

Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.

McQuail. (1991).Teori Komunikasi Massa.Jakarta: Erlangga.

McQuail, D. (2010). Theories of Mass Communication . London: Sage Publication.

Morissan, M. (2010).Teori Komunikasi Massa.Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Nazzarudin, M. (2008). Jurnalisme dan Budaya Populer. Yogyakarta: Program

Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia & UII Press.

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


(11)

94 Pawito. (2007).Metode Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: LkiS.

Prajarto, N. (2008). Bencana: Informasi dan Keterlibatan Media. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Rakhmat, D. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sobur, A. (2003).Semiotika Komunikasi Bandung.Bandung: PT. Rosdakarya. Sobur, A. (2006).Analisisi Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika, dan Analisis Framing.Bandung: CV. Pustaka Setia. Sudibyo, A. (1999). Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru.

Yogyakarta: Bigraf.

Sugiyono. (2011).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

UNDP/UNDRO. (1992). Tinjauan Umum Manajemen Bencana (Edisi ke-2).US: Pusat Manajemen Bencana Universitas Wisconsin.

winarni. (2003). Komunikasi Massa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Jurnal

Ana Nadhya Abrar,Memberdayakan Masyarakat Lewat Penyiaran Berita Bencan Alam.Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Yogyakarta, 2008. J. Brian Houston, Betty Pfefferbaum, dan Cathy Ellen Rosenholtz.Disaster News:

Framing and Frame Changging in Coverage of Major U.S Natural Disaster, 2000-2010. Association for Education in Journalism and Mass Communication. United States, 2012.

Kuttschreuter, Margot, Jan Martien Gutteling dan Moureen de Hand.Framing and Tone-of-Voice of Disaster Media Coverage: The Aftermath of the Enschede Fireworks Disaster in Netherlands. 2011

Nunung Prajarto,Bencana, Informasi dan Keterlibatan Media, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Yogyakarta, 2008.


(12)

Situs danWebsite

http://www.atlvi.com. Diakses pada 11 Desember 2015 pukul 22.00 WIB

http://www.metrotvnews.com. Diakses pada 4 November 2015 pukul 21.45 WIB http://www.pwi.or.id (http://www.pwi.or.id/index.php/berita-pwi/868-pernyataan-sikap-pwi-terkait-liputan-pers-tentang-bencana-alam. diakses pada 15 Maret 2016 pukul 23.01 WIB).

(http://print.kompas.com/baca/2015/09/05/Kabut-Asap-Sudah-Darurat, diakses pada 11 Desember 2015 pukul 20.30 WIB)

http://dutatv.wix.com. Diakses pada 4 November 2015 pukul 19.25 WIB

http://news.detik.com(http://news.detik.com/berita/3051092/kemenkes-10-orang-meninggal-dan-272001-orang-terkena-penyakit-ispa-akibat-bencana-asap, diakses pada 2 November 2015 pukul 19:00 WIB)


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media memiliki peranan penting menginformasikan bencana kepada publik secara luas. Namun, tak jarang pemberitaan tentang bencana mengarah pada kapitalisme bencana untuk menaikkan rating dan popularitas sebuah media. Istilah“Bad news is a good news” sudah melekat pada media televisi di Indonesia dalam memberitakan informasi kepada khalayak luas. Karenanya bencana sering menjadi komoditas pemberitaan media massa khususnya televisi karena kandungan nilai beritanya yang tinggi.

Pertukaran informasi pada masa bencana yang terangkum dalam berita, merupakan sesuatu yang amat penting dan dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik itu korban, pemerintah, maupun masyarakat luar daerah bencana. Masyarakat selalu ingin tahu berbagai hal mengenai bencana yang terjadi, dikarenakan sifat bencana yang merupakan peristiwa historis yang sangat membekas baik secara psikologis maupun sosial (Nazaruddin, 2008: 231)

Situasi ketidakpastian yang ditimbulkan bencana, membuat kebutuhan masyarakat akan berita-berita bencana meningkat tajam. Kebutuhan tersebut juga menghendaki besarnya peran serta media massa dalam penyebaran informasi dan berita tersebut secara akurat. Melalui gambaran awal yang disampaikan oleh media massa mengenai kondisi korban dan keadaan lokasi bencana kepada dunia luar, pemerintah dan masyarakat luas dapat serta-merta ikut berpikir dan bergerak mencari solusi serta kebijakan terbaik dalam mengatasi bencana yang terjadi. Hal itulah yang menjadikan media sebagai


(14)

sarana paling penting yang dapat membentuk pengetahuan publik tentang bencana.

Bencana merupakan peristiwa besar. Dalam melakukan fungsinya sebagai sumber informasi, media massa pada hakikatnya mengkonstruksikan realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media yang mengkonstruksikan berbagai realitas, sementara para pekerja mempunyai keterbasan dalam meliput peristiwa (Morissan, 2010:7). Menurut Gitlin sebagaimana dikutip J. Brian Houston, Betty Pfefferbaum, dan Cathy Ellen Rosenholtz dalam jurnal mereka mengatakan, “... framing is unavoidable because, at the institutional and individual journalist level, framing is necessary to interpret, organize, and understand large amounts of information.” (... framing tidak bisa dihindari, karena dalam institusi media dan tingkat kemampuan wartawan, framing sangatlah diperlukan untuk menginterpretasikan, mengatur, dan memahami sejumlah besar informasi).

Media massa dalam menyajikan peristiwa bencana yang terjadi disertai dengan menyajikan fakta-fakta peristiwa. Dalam proses pemilihan fakta-fakta yang ada di lapangan tersebut akan sangat menentukan bagaimana arah pemberitaan yang akan dimuat. Fakta sebagaimana tercermin dalam pemberitaan merupakan realitas yang bersifat objektif, dalam arti, realitas itu memang mencerminkan kejadian yang sesungguhnya (Eriyanto 2012:34). Namun, realitas bukanlah sesuatu yang benar-benar objektif, yang ada sebelum diliput oleh wartawan. Sebaliknya, realitas itu dibentuk dan diproduksi tergantung pada bagaimana proses konstruksi berlangsung atau framing (Eriyanto, 2012:35).


(15)

3 Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai peran sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.

Kualitas pengetahuan tentang masyarakat yang diproduksi oleh media, sebagian besar dapat ditentukan oleh transaksi berbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pasar dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik media (McQuail, 1991:63). Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri statis di tengah-tengah, namun akan bergerak dinamis diantara beberapa kepentingan yang ada didalamnya. Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya bias berita atau konstruksi realitas pada berita di media massa. Konstruksi realitas pada berita mampu menciptakan suatu berita yang tidak seimbang.

Pers berperan besar dalam menyebarluaskan informasi dan menfasilitasi alur komunikasi tentang bencana. Masyarakat sangat tergantung kepada media massa untuk mendapatkan informasi-informasi tentang situasi bencana. Pemerintah dan lembaga-lembaga pemberi bantuan juga sangat tergantung kepada media massa untuk mendapatkan gambaran tentang skala kerusakan yang terjadi, kondisi korban dan jenis-jenis bantuan yang diharapkan (http://www.pwi.or.id/index.php/berita-pwi/868-pernyataan-sikap-pwi-terkait-liputan-pers-tentang-bencana-alam. diakses pada 15 Maret 2016 pukul 23.01 WIB). Oleh karenanya sangat penting informasi tentang


(16)

bencana mampu berperan untuk memberdayakan masyarakat pada saat bencana apalagi di Indonesia, negeri yang rentan bencana. Jika tidak, media massa bisa menimbulkan bencana lagi terkait pemberitaan yang berlebihan.

Bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan (KBBI, 2001:31). PBB melalui kedua badannyaUnited Nations Development Program (UNDP)danUnited Nations Disaster Relief Organization (UNDRO)menyatakan bahwa bencana adalah gangguan serius dari berfungsinya suatu tatanan masyarakat yang menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap manusia, lingkungan, maupun material, serta melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana untuk menanggulangi dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya masyarakat itu sendiri (UNDP dan UNDRO, 1992: 12). Dengan kata lain hilangnya nyawa, rusaknya bangunan, musnahnya alat produksi, runtuhnya hierarki sosial, serta trauma psikologis kolektif dapat menjadi indikator suatu peristiwa yang dikategorikan sebagai bencana.

Kabut asap dapat dikategorikan sebagai suatu peristiwa bencana karena dampak yang dihasilkannya mengacu kepada indikator bencana. Bencana kabut asap yang melanda Indonesia beberapa waktu lalu menjadi fokus pemberitaan lokal, nasional, maupun internasional selama berbulan-bulan. Bencana kabut asap tersebut merupakan bencana yang cukup lama menghiasi berita media sejak citra satelit NASA mencatat kabut asap di tahun 2015 merupakan bencana kabut asap terparah sepanjang sejarah peradaban. Terlebih lagi pada pulau Sumatera dan Kalimantan yang dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan dengan skala yang cukup besar. Seperti dilansir pada


(17)

5 media online Riauonline.co.id pada tanggal 2 oktober 2015 dalam beritanya yang berjudul “Ini Hasil Analisis Walhi Tentang Karhutla di Indonesia”, satelit NASA FIRM mencatat dalam periode Januari hingga September lima provinsi dari pulau Sumatera dan Kalimantan terdapat 24.086 tititk api. Akibatnya bukan hanya negara Indonesia saja yang menanggung kepulan asap berbahaya tersebut, namun dampak asap karena kebakaran hutan meluas hingga ke negera tetangga seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Selama bertahun-tahun, hingga bergenerasi, bencana kabut asap akibat kebakaran lahan sudah melanda Indonesia. Asap yang pekat membangkitkan jeritan-jeritan protes kemarahan masyarakat yang hidup dekat dengan pusat kebakaran maupun mereka yang turut diserang kabut. Kekalutan dan kebingungan bukan hanya dialami mereka yang terserang langsung oleh serangan bencana asap. Nyaris seluruh bangsa dapat dikatakan terlanda keprihatinan akan situasi kesedihan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh serangan bencana asap yang kian meluas. Terlihat jelas betapa berbahaya dan memprihatinkannya situasi yang harus ditanggung makhluk hidup yang terkepung kabut asap beracun. Karenanya wajar bila kemarahan dan solidaritas juga mengalir deras dari masyarakat yang tidak atau belum diserang bencana kabut asap.

Kabut asap juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, terhitung sampai pada bulan Oktober 2015 sudah terdapat 10 orang yang meninggal akibat bencana asap dan 272.001 orang mengidap Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(18)

(http://news.detik.com/berita/3051092/kemenkes-10-orang-meninggal-dan-272001-orang-terkena-penyakit-ispa-akibat-bencana-asap, diakses pada 2 November 2015 pukul 19:00 WIB). Paparan asap yang terus berulang dan berlangsung cukup lama akan merusak mekanisme pertahanan tubuh sehingga mengakibatkan kerusakan saluran nafas dan paru karena kandungan partikel berbahaya dalam komponen asap. Selain berdampak pada kesehatan, kabut asap juga berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial. Hal itu menjadikan peristiwa kabut asap sebagai konten berita menarik yang ditayangkan berbagai media.

Mengacu pada peran media pada peristiwa bencana, konstruksi atas realitas menjadi penting untuk diteliti. Hal tersebut untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksikan realitas bencana serta bagaimana peran media saat terjadi peristiwa bencana. Mengingat peran media sangat penting untuk menginformasikan bencana pada khalayak dan fungsi lain pemberitaan tentang bencana mengarah pada kapitalisme bencana untuk menaikkan rating dan popularitas sebuah media. Karenanya peneliti tertarik untuk meneliti pemberitaan yang diolah pada stasiun televisi swasta nasional Metro TV yang menjadi pelopor televisi berita 24 jam pertama di Indonesia.

Kuttschreuter dalam penelitian yang berjudul Framing and tone-of-voice of disaster media coverage: The aftermath of the Enschede fireworks disaster in the Netherlands tahun 2011 mengatakan bahwa saat terjadi bencana terkadang media cenderung menyalahkan kinerja pemerintah. Metro TV adalah stasiun pelopor televisi berita 24 jam di Indonesia yang dimiliki oleh ketua umum sebuah partai politik di Indonesia. Keberhasilan partai yang


(19)

7 diketuai oleh pemilik Metro TV ini terbilang dari terpilihnya kandidat usungan partai tersebut sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 pada tanggal 19 Mei 2014. Melihat hal tersebut bisa saja Metro TV sangat kental kaitannya antara berita dan ideologinya sehingga pemberitaan menjadi tidak objektif.

Media yang tidak bersikap independensi akan berpengaruh pada perubahan dramatis dalam level teks isi media, dimana berkaitan dengan produksi teks media. Bagaimana perilaku media dalam menyajikan informasi sebaik mungkin pada khalayak adalah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah perubahan level teks isi media tersebut. Contoh kasus pada pemberitaan tertentu, media yang satu menonjolkan sisi atau aspek tertentu, sedangkan media lain meminimalisir, bahkan menutup isi atau aspek tersebut. Perbedaan tendensi setiap media dalam pemberitaan atas peristiwa yang sama lazim disebut dengan bingkai media (Eriyanto, 2002:5).

Bukan hanya televisi berskala nasional, Indonesia juga memiliki stasiun-stasiun televisi lokal komersil yang berdiri sebagai implementasi dari semangat otonomi daerah, dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Walau tidak memiliki daya jangkau seluas televisi swasta nasional, kehadiran televisi lokal dianggap sebagai salah satu kebanggaan masyarakat lokal selain sebagai wujud dari otonomi daerah (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hargreaves dan Thomas, pada beberapa wilayah di Inggris soal media lokal, sebagian besar masyarakat mengharapkan kehadiran berita-berita lokal karena perhatian dan kebutuhan mereka terhadap sisi praktis dan material mereka (faktor kedekatan atau


(20)

proximity). Misalkan kebutuhan untuk mengetahui informasi mengenai areal tempat tinggal mereka, kualitas institusi pendidikan di sekitar tempat tinggal mereka, tindak kriminalitas yang terjadi di lingkungan mereka, kebijakan pemerintah daerah mereka, dan berbagai hal seputar kehidupan dan wilayah tempat mereka tinggal. Selain itu kehadiran media lokal pun dapat membantu menghidupkan sekaligus memperkenalkan identitas masyarakat pada suatu regional. Dari seluruh responden penelitian tersebut, 45% memilih televisi sebagai sumber berita lokal utama bagi mereka, diikuti dengan surat kabar sebesar 39% dan radio sebesar 12% (Aldridge, 2007: 9).

Selain itu dalam bidang pemberitaan tertentu, seperti politik, kehadiran berita-berita dalam televisi lokal dapat membantu masyarakatnya memahami duduk permasalahan lebih baik dibanding televisi swasta nasional karena dikemas dengan kacamata lokal sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas mereka. Bila dikaitkan dengan peristiwa bencana, dimana kecepatan informasi sangat dibutuhkan, televisi lokal dipastikan menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat di daerah bencana untuk mencari informasi seputar bencana di daerah mereka, selain melalui televisi swasta nasional.

Pada daerah kejadian bencana kabut asap seperti Provinsi Kalimantan Selatan juga memiliki aset penyebaran informasi berupa televisi lokal. Program berita di stasiun televisi lokal memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat. Karena program berita di stasiun televisi lokal lebih mengutamakan kejadian-kejadian atau fenomena yang sedang terjadi di wilayah tempat siaran. Sebagai media penyampaian informasi di Kalimantan


(21)

9 Selatan, Duta TV sangat konsen untuk menjadi news television yang digarap untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat Kalimantan Selatan dengan cepat, akurat dan bertanggung jawab.

Kalimantan Selatan merupakan Provinsi yang terkena dampak parah dari bencana kabut asap. Selama berbulan-bulan pemberitaan televisi lokal Kalimantan Selatan Duta TV mengarah kepada bencana kabut asap. Sebagai news television, Duta TV mampu menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi mengenai peristiwa yang melanda daerahnya. Maka pemberitaan pada televisi yang terfokus pada news television menjadi salah satu alasan peneliti untuk meneliti pemberitaan bencana kabut asap di televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV.

Merujuk kembali pada konstruksi realitas yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa aspek dari televisi swasta nasional dan televisi lokal yang berpotensi menciptakan perbedaan pembingkaian fakta terhadap peristiwa yang sama oleh keduanya. Perbedaan ini mampu menghasilkan sudut pandang serta interpretasi yang berbeda pula bagi audiens. Dalam berita bencana, di mana informasi harus dapat disampaikan secara cepat, akurat dan menyeluruh. Walau pasti terdapat perbedaan yang disebabkan pengaruh psikologis dan sosiologis dari jurnalis dan organisasi media mereka sebagai pembuat berita.

Sehingga peneliti tertarik meneliti pembingkaian berita bencana kabut asap pada televisi nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV yang berjudulKONSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA KABUT ASAP (Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi


(22)

Nasional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV). Peneliti juga menentukan rentang waktu pemberitaan mengenai bencana kabut asap yang akan dianalisis, yaitu pada tanggal 5 September hingga 25 Oktober 2015. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV mengkonstruksi pemberitaan bencana kabut asap pada periode 5 September sampai 25Oktober 2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV mengkonstruksi pemberitaan yang berkaitan dengan bencana kabut asap pada 5 September – 25 Oktober 2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Dalam skripsi ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu dapat menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya tentang konstruksi media dalam pemberitaan bencana dengan menggunakan analisis framing.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan serta wawasan baru kepada khalayak luas terkait pemberitaan bencana pada media massa. Serta diharapkan agar khalayak lebih awas dan teliti terhadap pesan yang terdapat pada media massa, khususnya yang


(23)

11 berupa berita. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi masukan kepada pekerja media massa agar lebih mengutamakan kepentingan publik dalam mengkomunikasikan dan mengaplikasikan isi pesan pada berita. Sehingga dapat lebih memberikan manfaat bagi para pembuat berita serta para akademisi dan peneliti film.


(1)

(http://news.detik.com/berita/3051092/kemenkes-10-orang-meninggal-dan-272001-orang-terkena-penyakit-ispa-akibat-bencana-asap, diakses pada 2 November 2015 pukul 19:00 WIB). Paparan asap yang terus berulang dan berlangsung cukup lama akan merusak mekanisme pertahanan tubuh sehingga mengakibatkan kerusakan saluran nafas dan paru karena kandungan partikel berbahaya dalam komponen asap. Selain berdampak pada kesehatan, kabut asap juga berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial. Hal itu menjadikan peristiwa kabut asap sebagai konten berita menarik yang ditayangkan berbagai media.

Mengacu pada peran media pada peristiwa bencana, konstruksi atas realitas menjadi penting untuk diteliti. Hal tersebut untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksikan realitas bencana serta bagaimana peran media saat terjadi peristiwa bencana. Mengingat peran media sangat penting untuk menginformasikan bencana pada khalayak dan fungsi lain pemberitaan tentang bencana mengarah pada kapitalisme bencana untuk menaikkan rating dan popularitas sebuah media. Karenanya peneliti tertarik untuk meneliti pemberitaan yang diolah pada stasiun televisi swasta nasional Metro TV yang menjadi pelopor televisi berita 24 jam pertama di Indonesia.

Kuttschreuter dalam penelitian yang berjudul Framing and tone-of-voice of disaster media coverage: The aftermath of the Enschede fireworks disaster in the Netherlands tahun 2011 mengatakan bahwa saat terjadi bencana terkadang media cenderung menyalahkan kinerja pemerintah. Metro TV adalah stasiun pelopor televisi berita 24 jam di Indonesia yang dimiliki oleh ketua umum sebuah partai politik di Indonesia. Keberhasilan partai yang


(2)

diketuai oleh pemilik Metro TV ini terbilang dari terpilihnya kandidat usungan partai tersebut sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 pada tanggal 19 Mei 2014. Melihat hal tersebut bisa saja Metro TV sangat kental kaitannya antara berita dan ideologinya sehingga pemberitaan menjadi tidak objektif.

Media yang tidak bersikap independensi akan berpengaruh pada perubahan dramatis dalam level teks isi media, dimana berkaitan dengan produksi teks media. Bagaimana perilaku media dalam menyajikan informasi sebaik mungkin pada khalayak adalah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah perubahan level teks isi media tersebut. Contoh kasus pada pemberitaan tertentu, media yang satu menonjolkan sisi atau aspek tertentu, sedangkan media lain meminimalisir, bahkan menutup isi atau aspek tersebut. Perbedaan tendensi setiap media dalam pemberitaan atas peristiwa yang sama lazim disebut dengan bingkai media (Eriyanto, 2002:5).

Bukan hanya televisi berskala nasional, Indonesia juga memiliki stasiun-stasiun televisi lokal komersil yang berdiri sebagai implementasi dari semangat otonomi daerah, dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Walau tidak memiliki daya jangkau seluas televisi swasta nasional, kehadiran televisi lokal dianggap sebagai salah satu kebanggaan masyarakat lokal selain sebagai wujud dari otonomi daerah (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hargreaves dan Thomas, pada beberapa wilayah di Inggris soal media lokal, sebagian besar masyarakat mengharapkan kehadiran berita-berita lokal karena perhatian dan kebutuhan mereka terhadap sisi praktis dan material mereka (faktor kedekatan atau


(3)

proximity). Misalkan kebutuhan untuk mengetahui informasi mengenai areal tempat tinggal mereka, kualitas institusi pendidikan di sekitar tempat tinggal mereka, tindak kriminalitas yang terjadi di lingkungan mereka, kebijakan pemerintah daerah mereka, dan berbagai hal seputar kehidupan dan wilayah tempat mereka tinggal. Selain itu kehadiran media lokal pun dapat membantu menghidupkan sekaligus memperkenalkan identitas masyarakat pada suatu regional. Dari seluruh responden penelitian tersebut, 45% memilih televisi sebagai sumber berita lokal utama bagi mereka, diikuti dengan surat kabar sebesar 39% dan radio sebesar 12% (Aldridge, 2007: 9).

Selain itu dalam bidang pemberitaan tertentu, seperti politik, kehadiran berita-berita dalam televisi lokal dapat membantu masyarakatnya memahami duduk permasalahan lebih baik dibanding televisi swasta nasional karena dikemas dengan kacamata lokal sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas mereka. Bila dikaitkan dengan peristiwa bencana, dimana kecepatan informasi sangat dibutuhkan, televisi lokal dipastikan menjadi salah satu alternatif pilihan masyarakat di daerah bencana untuk mencari informasi seputar bencana di daerah mereka, selain melalui televisi swasta nasional.

Pada daerah kejadian bencana kabut asap seperti Provinsi Kalimantan Selatan juga memiliki aset penyebaran informasi berupa televisi lokal. Program berita di stasiun televisi lokal memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat. Karena program berita di stasiun televisi lokal lebih mengutamakan kejadian-kejadian atau fenomena yang sedang terjadi di wilayah tempat siaran. Sebagai media penyampaian informasi di Kalimantan


(4)

Selatan, Duta TV sangat konsen untuk menjadi news television yang digarap untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat Kalimantan Selatan dengan cepat, akurat dan bertanggung jawab.

Kalimantan Selatan merupakan Provinsi yang terkena dampak parah dari bencana kabut asap. Selama berbulan-bulan pemberitaan televisi lokal Kalimantan Selatan Duta TV mengarah kepada bencana kabut asap. Sebagai news television, Duta TV mampu menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi mengenai peristiwa yang melanda daerahnya. Maka pemberitaan pada televisi yang terfokus pada news television menjadi salah satu alasan peneliti untuk meneliti pemberitaan bencana kabut asap di televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV.

Merujuk kembali pada konstruksi realitas yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa aspek dari televisi swasta nasional dan televisi lokal yang berpotensi menciptakan perbedaan pembingkaian fakta terhadap peristiwa yang sama oleh keduanya. Perbedaan ini mampu menghasilkan sudut pandang serta interpretasi yang berbeda pula bagi audiens. Dalam berita bencana, di mana informasi harus dapat disampaikan secara cepat, akurat dan menyeluruh. Walau pasti terdapat perbedaan yang disebabkan pengaruh psikologis dan sosiologis dari jurnalis dan organisasi media mereka sebagai pembuat berita.

Sehingga peneliti tertarik meneliti pembingkaian berita bencana kabut asap pada televisi nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV yang berjudulKONSTRUKSI MEDIA TENTANG BENCANA KABUT ASAP (Analisis Framing Pemberitaan Bencana Kabut Asap di Televisi


(5)

Nasional Metro TV dan Televisi Lokal Duta TV). Peneliti juga menentukan rentang waktu pemberitaan mengenai bencana kabut asap yang akan dianalisis, yaitu pada tanggal 5 September hingga 25 Oktober 2015. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV mengkonstruksi pemberitaan bencana kabut asap pada periode 5 September sampai 25Oktober 2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana televisi swasta nasional Metro TV dan televisi lokal Duta TV mengkonstruksi pemberitaan yang berkaitan dengan bencana kabut asap pada 5 September – 25 Oktober 2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Dalam skripsi ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu dapat menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya tentang konstruksi media dalam pemberitaan bencana dengan menggunakan analisis framing.

1.4.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan serta wawasan baru kepada khalayak luas terkait pemberitaan bencana pada media massa. Serta diharapkan agar khalayak lebih awas dan teliti terhadap pesan yang terdapat pada media massa, khususnya yang


(6)

berupa berita. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi masukan kepada pekerja media massa agar lebih mengutamakan kepentingan publik dalam mengkomunikasikan dan mengaplikasikan isi pesan pada berita. Sehingga dapat lebih memberikan manfaat bagi para pembuat berita serta para akademisi dan peneliti film.