PEMBAHASAN Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan
dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, atau landasan pendidikan secara umum paling tidak ada 5 landasan yang ada dalam
bimbingan konseling yaitu sebagai berikut:
A. Landasan Religius.
Di Indonesia Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah
spiritualritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.
Ditegaskan pula oleh Moh. Surya 2006 bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari
kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah
menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan.
Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan
berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.
Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama
mempunyai dua aspek penting yaitu :
1. Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian.
2. Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau pengajaran agama itu sendiri.
Ada beberapa peran agama dalam kesehatan mental, antara lain : 1. Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
2. Aturan agama dapat menentramkan batin. 3. Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup
4. Ajaran agama sebagai pengendali moral 5. Agama dapat menjadi terapi jiwa
6. Agama sebagai pembinaan mental
2 Makalah bimbingan dan konseling oleh Alafatul Yasin
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan kliensiswa sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus
sentral upaya bimbingan dan konseling
1
.
B. Landasan Filosofis
Filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna
hidup manusia dialam semesta in
2
. Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis.Landasan filosofis
Dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik
sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .Victor Frankl, Patterson, Alblaster
Lukes, Thompson Rudolph, dalam Prayitno, 2003 telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada
pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau
setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji
secara mendalam.
1 Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004, Hal. 233 2 Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan,
Landasan Bimbingan dan Konseling Bandung: Remaja ERasdakarnya, 2006, hal. 106
3 Makalah bimbingan dan konseling oleh Alafatul Yasin
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan
manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu
sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya
3
.
C. Landasan sosial budaya dalam bimbingan dan konseling