Kromium-ragi Cr TINJAUAN PUSTAKA

spesifik yang tertekan, sebelum pada akhirnya akan terjadi pula mekanisme adaptasi dari respon spesifik. Kasus KHV umumnya sangat terkait dengan kondisi lingkungan perairan, terutama suhu air. Bahkan Gilad et al. 2003 menyimpulkan bahwa faktor yang paling nyata mempengaruhi virulensi KHV adalah suhu air. Berdasarkan penelitian pada kondisi laboratorium, kisaran toleransi untuk virulensi dan replikasi virus tersebut secara invitro adalah pada kisaran 15-25 °C, dan tidak ada atau minim replikasinya pada suhu 4, 10, 30 dan 37°C. Sedangkan berdasarkan data lapang yang dihimpun OATA 2001, bahwa serangan virus herpes yang menyebabkan kematian adalah pada suhu 18-27°C. Pada kejadian wabah di Indonesia tercatat serangan KHV yang mematikan adalah pada suhu 23-27°C, dan kematian ikan akan menurun bila suhu berada diatas atau tidak terdapat kejadian infeksi pada suhu 30°C dan diatasnya Taukhid et al. 2004. Virulensi KHV pada kasus infeksi ikan mas sangat dipengaruhi suhu, dimana suhu akan berpangaruh langsung terhadap replikasi virus, dan di lain pihak replikasi virus dipengaruhi secara tidak langsung oleh perubahan berkurang atau bertambahnya keampuhan respon imun ikan Alcorn et al. 2002. Karena respon imun ikan sebagai vertebrata ectothermic, sangat dipengaruhi suhu Ahne et al. 2002. Masuknya patogen ke tubuh ikan dicapai melalui beberapa mekanisme yang tergantung pada fisiologis ikan status kesehatan organisme, virulensi dan jumlah dari agen patogen dan kondisi lingkungan. Jika kesehatan organisme menurun, atau kondisi Iingkungan kurang mendukung, maka organisme akan mengalami stres. Hal ini akan menyebabkan kemampuan organisme mempertahankan diri dari serangan penyakit menurun, sehingga patogen dapat menginfeksi ikan Elliss 1981.

2.5. Kromium-ragi Cr

3+ sebagai Immunostimulan Immunostimulan merupakan suatu senyawa biologi dan sintetis atau bahan lainnya yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Apabila masuk ke dalam tubuh ikan, akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit-T dan B. Limfosit-T memproduksi interferon yang meningkatkan kemampuan makrofag sehingga dapat memfagositosis bakteri, virus dan partikel asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh ikan. Masuknya immunostimulan juga akan merangsang makrofag untuk memproduksi lebih banyak lisozim dan komplemen. Interleukin juga menggiatkan limfosit-B untuk memproduksi antibodi Raa et al. 1992. Berdasarkan sumber bahannya Sakai 1999; Dalmo dan Bricknell 2005 membagi immunostimulan dalam beberapa kelompok yaitu: bahan asal bakteri, bahan asal alga, bahan asal hewan, faktor nutrisi dan hormonsitokin. Beberapa bahan dari faktor nutrisi berpengaruh dalam mendukung kesehatan dan mengurangi kerentanan terhadap penyakit Gatta et al. 2001, sehingga bahan tersebut tergolong sebagai bahan immunostimulan. Sejumlah bahan nutrisi mikro berupa vitamin meliputi vitamin ascorbic acid C, tocopherol E, retinol dan pyridoxine, mampu berperan sebagai immunostimulan Blazer, 1992 ; Pulsford et al . 1995 dalam Gatta et al. 2001. Bahan mikro nutrisi kromium akhir-akhir ini mendapat perhatian pula sebagai bahan immunostimulan bagi ikan Gatta et al. 2001; Hastuti 2004. Kromium Cr 3+ merupakan trace element essential untuk hewan dan manusia Lall 2002 dan merupakan komponen penting pada GTF glucose toleranice faktor. GTF glucose tolerance faktor adalah suatu komponen hati yang larut dalam air, plasma darah, ragi brewer brewer’s yeast dan beberapa ekstrak biologis serta sel Linder 1992. GTF yang mengandung Cr kompleks organik berpotensi meningkatkan bioaktivitas insulin sampai 2 kali lipat dalam rnentransfer glukosa ke sel, glikogenesis, lipogenesis, dan transport serta pengambilan asam amino. Beberapa kriteria fisiologis tubuh, termasuk fungsi imunitas, dapat ditingkatkan oleh kromium trivalensi, dan efeknya terlihat lebih jelas selama stres. Sistim imunitas dipengaruhi secara negatif selama stres. Hubungan antara kromium dan fungsi imunitas telah diteliti pada sapi dan angsa. Konsentrasi total imunoglobulin dan IgM ditemukan mengalami peningkatan setelah stres transportasi pada sapi yang diberi suplemen ragi yang mengandung kromium Chang dan Mowat 1992. Suplementasi kromium dalam ikatan chelat juga meningkatkan produksi antibodi dalam merespon ovalbumin pada sapi setelah melahirkan Van de Ligt et al. 2002. Hasil penelitian yang konsisten adalah bahwa kromium mereduksi tingkat kortisol serum Berger 1996. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kromium sangat bermanfaat selama periode stres, karena dalam periode tersebut, hewan akan meningkatkan mobilisasi kromium dan simpanan dalam tubuh Berger 1996. Dalam periode stres, sapi mudah mengalami defisiensi Cr, dan setelah diberi suplemen kromium organik menghasilkan produksi, status kekebalan dan kesehatan yang nyata meningkat, namun konsentrasi kortisol dalam darah menurun selama kondisi sangat stres Burton 1995. Respon penurunan kortisol kortikosteron juga ditemukan pada burung quail yang diberi pakan dengan suplemen kromium-pikolinat dan dipelihara dalam kondisi stres suhu Sahin et al. 2002. Studi peran kromium pada ikan umumnya terkait dengan metabolisme, pertumbuhan dan toksisitas. Sejumlah penelitian mengenai peran kromium dalam metabolisme menunjukkan bahwa kromium berpengaruh positif dalam peningkatan pertumbuhan ikan mas Jain et al. 1994 dalam Gatta et al. 2001, dan meningkatkan pemanfaatan karbohidrat pada ikan mas dan nila Hertz et al. 1989; Shiau Chen 1993; Shiau Shy 1998 dalam Gatta et al. 2001. Namun aplikasi kromium pada ikan chanel catfish Ichtalurus punctatus oleh Ng Wilson 1997 dan gilthead sea bream Sparus aurata oleh Fernandes et al. 1999 menunjukkan respon negatif. Peran kromium sebagai immunostimulan pada mamalia telah mendorong pula kajian yang sama pada ikan. Hasil pengujian Gatta et al. 2001 pada ikan rainbow trout Onchorinchus mykiss, menunjukkan bahwa kromium ragi Cr 3+ mampu berperan meningkatkan respon imunitas berupa peningkatan aktivitas sel- sel fagosit, respiratory burst dan serum lysozyme. Aplikasi kromium-ragi Cr 3+ dalam pakan baru-baru ini efektif juga diterapkan sebagai immunostimulan pada ikan gurame Hastuti 2004. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan kromium-ragi Cr 3+ dalam pakan sebesar 1.5 hingga 3.2 ppm mampu meningkatkan respon imunitas ikan gurame yang dinfeksi oleh bakteri, ditandai dengan kenaikan total sel leukosit dan total immunoglobulin. Kebutuhan kromium dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ikan. Stres meningkatkan mobilisasi kromium dari jaringan dan selanjutnya meningkatkan ekskresinya. Sehingga stres akan mempengaruhi defisiensi kromium marginal dan meningkatkan kebutuhannya Sahin et al. 2002. Kromium dibutuhkan dalam konsentrasi yang kecil dan belum diketahui dengan pasti. Sumber kromium yang ekonomis dalam diet kemungkinan adalah kromium klorida, ragi yang kaya kromium, kromium nikotinat dan kromium pikolinat Berger 1996; Lall 2002.

III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga November 2006 di Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian tahap satu untuk mengkaji pengaruh suhu terhadap gambaran darah ikan dan keterkaitannya dengan kejadian infeksi KHV. Penelitian tahap dua dilakukan untuk menguji efektifitas suplementasi kromium-ragi Cr 3+ sebagai bahan immunostimulan untuk meningkatkan respon imunitas selular non spesifik ikan mas dalam menghadapi serangan KHV. Penelitian tahap satu dan dua menggunakan model eksperimental laboratorium. Penelitian tahap satu dalam aplikasinya berupa penginfeksian KHV secara intramuscular Dosis FID 50 -120 jam, pada ikan mas yang dipelihara dalam suhu media yang berbeda. Rancangan yang digunakan pada penelitian tahap ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL, terdiri dari 3 perlakuan, yaitu penginfeksian virus pada level suhu media : 20±2 o C T i , 25±2 o C T ii dan 30±2 o C T iii . Masing-masing perlakuan suhu media, diaplikasikan dengan 3 ulangan. Adapun untuk penelitian tahap dua menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial Faktorial RAL, terdiri atas faktor suhu dan dosis kromium- ragi Cr 3+ . Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i suhu 20±2 o C dan T ii suhu 25±2 C, sedangkan dosis kromium-ragi terdiri dari 3 level yaitu, suplementasi kromium ragi dalam pakan sebanyak 1.5 ppm K1; 2.0 ppm K2; 2.5 ppm K3 dan kontrol yaitu kromium 0 ppm K0. Kombinasi perlakuan suhu media pemeliharan dan konsentrasi kromium ragi yang diaplikasikan pada penelitian tahap dua dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1.