Konteks Penelitian KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN

1. Konteks Penelitian

Seseorang guru mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa menerimanya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran selalu melibatkan interaksi antara guru dan siswa, guru dituntut untuk membantu siswa agar belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, selain itu guru juga harus bisa menarik perhatian siswa agar berkosentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dengan demikian guru dituntut kreatif, profesional dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Kreatifitas seorang guru merupakan masalah yang seharusnya dihadapi oleh guru, terutama saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, tidak semua kelas dapat lancar menjalankan kegiatan belajar mengajar, ada beberapa kelas yang kondisinya kurang mendukung bagi siswa untuk dapat berkonsentrasi penuh dalam belajar, mereka sering melakukan penyimpangan perilaku seperti membuat gaduh, tidur ketika dijelaskan, mengobrol sendiri dan jarang mengerjakan tugas sehingga dapat mengganggu proses belajar mengajar. Kreatifitas dalam mengajar besar pengaruhnya dalam kemajuan pelaksanaan pendidikan, kreatifitas guru pendidikan Agama Islam dalam 1 melaksanakan tugas dapat memacu kemampuan untuk menghasilkan, merespon, mewujudkan ide, dan menanggapi berbagai permasalahan pendidikan yang muncul serta keberadaan guru yang kreatif juga memungkinkan peserta didik lebih kreatif lagi. Jadi kreatifitas guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan pendidikan yang memegang mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk mengekspresikan dan mewujudkan potensi daya berpikirnya, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih menarik. Oleh karenanya, seorang guru pendidikan agama Islam dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif dalam proses pendidikan. Guru mata pelajaran Fiqih harus bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariatif agar peserta didik tidak merasa bosan. Melihat realita yang terjadi sekarang ini masih ada guru mungkin termasuk guru mata pelajaran Fiqih dalam proses pembelajarannya masih kurang kreatif, semisal masih menggunakan metode-metode itu-itu saja dan cenderung kurang memanfaatkan fasilitas media pembelajaran yang ada. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. 1 Seorang pendidik yang ingin berhasil dalam tugasnya, selain ia harus dapat memilih materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak-anak yang dihadapi, ia harus pula memahami metode dan prosedur pendidikan dan pengajaran agama di sekolah, dan juga harus mampu memilih dan melaksanakan metode khusus pada pengajaran agama tersebut. Demikian pula halnya bagi guru agama yang ingin berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik agama, maka ia harus mengetahui cara-cara mendidik agama, yakni dapat memilih metode yang tepat. 2 Guru yang kreatif harus bisa memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreatifitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Suatu misal penggunaan metode diskusi akan lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa akan dituntut lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya. Selain itu guru yang kretif juga mampu menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat 1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 125. 2 Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta; Bina Ilmu, 2004, hal. 06. siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Bagi guru inspiratif, kehadiran budaya modern ini selayaknya ditempatkan sebagai potensi dan tantangan untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih inspiratif. Sebagai konsekuensinya, guru juga harus mengikuti perkembangan budaya baru ini secara responsif. Pada zaman sekarang ini, seorang guru j angan sampai “gagap teknologi”, karena akan berimplikasi kurang positif bagi pengembangan tugas dan profesinya. Teknologi mengalami pertumbuhan yang luar biasa cepat, dan diikuti dengan penyerapan secara pasif dikalangan para siswa. Jika para siswa telah akrab dengan budaya baru ini, tentu merupakan sebuah kenaifan manakala para gurunya justru asing dan tidak menguasainya. Pada kondisi semacam inilah, merespon secara kreatif terhadap perkembangan teknologi dan memanfaatkannya sebagai media untuk memperkukuh dan memaksimalkan hasil pembelajaran, merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari lagi. Sebagai ilustrasi sederhana, guru sekarang ini harus menguasai dengan baik terhadap komputer, internet, dan berbagai media baru. Media-media baru tersebut kini sudah sedemikian akrab dikalangan para siswa. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. 3 Pengelolaan lingkungan kelas juga menjadi faktor penting tercapainya tujuan pembelajaran. Kelas bukanlah sekedar sebuah ruangan dengan segala isinya yang bersifat ajek dan pasif, melainkan pula sebuah sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan kegiatan pembelajaram. Pengelolaan merupakan aktivitas guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengembalikannya jika terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. 3 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2010, hal. 120-121. Iklim lingkungan kelas yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik bagi proses pembelajaran. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, bersih, dan rapi berperan penting dalam menunjang efektivitas pembelajaran. 4 Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru atau pengelola kelas untuk memberikan kenyamanan kepada siswa. Misalnya, menghadirkan bunga dan tumbuhan akan memberikan kesegeran di ruangan kelas. Pengaturan ruangan, kursi, dan meja dimaksudkan untuk mendapatkan suasana baru. Ruangan diatur sedemikian rupa agar muncul suatu kenyamanan dalam belajar. Poster ikon dipasang untuk memberikan stimulus terhadap mereka tentang pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari atau yang telah lalu. Sementara itu, pemasangan poster afirmasi dimaksudkan untuk memberikan motivai, sikap mental positif dalam belajar. Selain penggunaan poster, guru dapat menggunakan warna, baik sebagai media pembelajaran maupun penataan ruangan kelas. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran dan belajar siswa. Misalnya, gunakan warna- warna tajam seperti hijau, merah, ungu, untuk menulis kata-kata penting, warna kuning untuk menggaris bawahi, kemudian warna lain untuk judul, dan sebagainya. Dengan demikian, suasana-suasana positif yang diharapkan dapat tercapai sehingga memberikan kontribusi yang berarti terhadap penigkatan 4 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif, Jogjakarta; Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 28. hasil belajar. Pengelolaan kelas yang baik akan menunjang terselenggaranya proses pembelajaran di kelas tersebut. 5 Keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh adanya motivasi belajar siswa. Adanya motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar akan menciptakan suasana yang kondusif dan interaktif. Hal ini akan tampak dari perilaku siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pelajaran tertentu, maka dia akan tertarik untuk memperhatikannya. Bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah pada mata pelajaran tertentu, maka mereka cenderung kurang dan tidak memperhatikan pelajaran tersebut. Rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan kurangnya kreatifitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga menimbulkan kurang adanya komunikasi dan bahkan kebanyakan guru hanya mengejar target materi bukan memotivasi siswa agar aktif belajar. Rendahnya motivasi belajar siswa tersebut juga disebabkan metode yang dipakai dalam pembelajaran masih didominasi oleh keterbatasan metode yang dipakai, misalnya metode ceramah, sehingga siswa menjadi pasif dan kurang interaktif, yang akhirnya menyebabkan suasana belajar menjadi tidak aktif. Dalam proses pembelajaran, motivasi mempunyai peran yang sangat penting dan harus ada dalam diri siswa, karena kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan bila dalam diri siswa tidak ada kemauan atau dorongan untuk belajar. Menurut Sadirman bahwa “motivasi diartikan sebagai daya upaya yang 5 Khanifatul, Pembelajaran Inovatif... hal. 29. mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. 6 Pada dasarnya motivasi belajar antara siswa yang satu dengan yang lainnya itu relatif berbeda, ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada yang rendah. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar sangat diperlukan untuk mendorong agar siswa tekun melakukan pembelajaran. Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa metode pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai di dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan tuntas sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan fenomena-fenomena yang peneliti dapati bahwa di MAN Kunir Wonodadi Blitar ini aada sebagian guru yang belum kreatif meningkatkan motivasi belajar siswa. Misalnya, guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran dengan baik, guru terbiasa dengan pola pembelajaran melalui ceramah, kurangnya pengetahuan keterampilan dan latihan-latihan yang dapat memacu kreatifitas siswa, dan lain sebagainya. Dengan melihat argumen tersebut, media pengajaran dapat membantu guru mempermudah proses pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, serta sarana pembelajaran yang disiapkan guru untuk memfasilitasi para siswanya belajar, menjadi suatu yang sangat signifikan penyediaannya oleh para guru 6 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 73 agar proses pembelajaran semakin efektif, dan kualitas hasil belajar akan semakin meningkat. Terkait dengan itu, guru harus kreatif dalam mempersiapkan media dan sarana pembelajaran, sehingga mampu mengantarkan para siswanya menjadi manusia-manusia cerdas, serta memiliki integritas keberagamaan yang kuat. Berdasarkan konteks penelitin di atas, maka penulis berupaya untuk mengkaji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kreatifitas Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Fiqih di MAN Kunir Wonodadi Blitar” dengan harapan kajian ini dapat di pakai bahan pemikiran untuk kegiatan penggunaan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi belajar agama terutama pelajaran Fiqih di lembaga pendidikan tersebut.

2. Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 42

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 28

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 55

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 22

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 12

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

KREATIFITAS GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FIQIH DI MAN KUNIR WONODADI BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4