Sistem Informasi Pengolahan Data Pengunjung Di Museum Geologi Bandung

(1)

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Program Diploma Tiga Jurusan Manajemen Informatika

Oleh :

Haris Munandar NIM. 10906089

JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i  

SISTEM INFORMASI

PENGOLAHAN DATA PENGUNJUNG

DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

HARIS MUNANDAR NIM. 1.09.06.089

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal :

_____________________________

Menyetujui, Pembimbing

Iyan Gustiana, S. Kom NIP. 4127. 70. 26. 010

Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer 

Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, MSc NIP. 4127. 70. 006

Ketua Jurusan Manajemen Informatika

Dadang Munandar, S.E, M.Si. NIP. 4127. 70. 26. 019


(3)

ii  

Nama : Haris Munandar NIM : 1. 09. 06. 089

Judul tugas Akhir : Sistem Informasi Pengolahan Data Pengunjung Di Museum Geologi Bandung

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari penulis sendiri, baik untuk naskah laporan maupun kegiatan programming yang tercantum sebagai bagian dari Laporan Tugas Akhir ini. Jika terdapat karya orang lain, penulis akan mencantumkan sumber secara jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, 27 Juni 2009 Yang membuat pernyataan,

Haris Munandar NIM. 1. 09. 06. 089


(4)

iii  

masyarakat terhadap koleksi-koleksi yang ada di Museum. Pada sistem pengolahan data pengunjung yang sedang berjalan terdapat beberapa permasalahan yang disebabkan masih manualnya sistem tersebut. Masalah-masalah itu antara lain : kurang akuratnya rekapitulasi jumlah pengunjung, sulitnya pengklasifikasian pengunjung berdasarkan kategori-kategori tertentu dan sulitnya pencarian data ketika sewaktu-waktu diperlukan. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan semua permasalahan tersebut bisa teratasi, sehingga membantu Museum Geologi Bandung dalam meningkatkan efektifitas kerjanya.

Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu mengumpulkan informasi mengenai gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah prototype,

karena metode ini bisa membangun komunikasi yang baik antara pengembang sistem dan pengguna. Adapun perangkat lunak pendukung yang penulis gunakan adalah Microsoft Visual Basic 6.0 dan MySQL sebagai sistem database-nya.

Dengan dikembangkannya sistem pengolahan data pengunjung dari proses manual menjadi berbasis komputer, maka dapat meminimalisir masalah-masalah yang muncul dan penyajian informasi bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.


(5)

iv  

Museum. There are many problems in existing visitor data system system, they are caused the manual system. The problems are : the visitor quantity recapitulations are not accurate yet, the visitors are difficult to be classified according the any category and it is difficult for searching data when it is needed anytime. The research is expected any problem above, they can be solved to help the Bandung Gological Museum in increasing the work effectiveness.

For this research, the researcher use the descriptive method, it collect the information about any indication during the research. The using system development method is prototype, because this method can build communication between system and user well. The using software to support the researcher are Microsoft Visual basic 6.0 and MySQL as the database management system.

The developing visitor data processing system from manual process to be computer base, so that the problems can be minimaized and the information

presentation can be done faster and easily.


(6)

v  

Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan segala kenikmatan baik nikmat jasmani maupun rohani berupa ilmu, kesehatan, kebahagiaan dan kemampuan kepada penulis untuk menuangkan ide dan gagasan dalam karya ilmiah penelitian tugas akhir ini.

Dengan mengambil objek penelitian di Kelompok Kerja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung, penulis mengangkat judul : “SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA PENGUNJUNG DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG”.

Laporan Penelitian Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada program studi diploma tiga (D3) Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Dengan terselesaikannya Laporan Penelitian Tugas Akhir ini, penulis ungkapkan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Dan tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.


(7)

vi  

Indonesia dan sekaligus dosen wali bagi penulis.

4. Iyan Gustiana, S. Kom., selaku selaku Dosen pembimbing.

5. Seluruh staf pengajar di jurusan Manajemen Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

6. Tetep Hidayat selaku Kepala Subbag Tata Usaha Museum Geologi Bandung.

7. Drs. J. B. Januar H. Setiawan selaku Kepala Seksi Peragaan Museum Geologi Bandung.

8. Dwi Agus Heryanto, BSc, selaku Koordinator Kelompok Kerja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung.

9. Kedua Orang tua yang penulis sangat hormati dan sayangi.

10. Adik-adik dan seluruh keluarga besar penulis yang sangat penulis sayangi 11. Rekan-rekan di kelas MI-14 angkatan 2006, terutama Rini Tresnawati

yang telah bersedia meminjamkan notebook-nya selama masa persiapan sidang dan Iman Zaenal Muttaqin yang menjadi teman diskusi di kelas selama ini.

12. Rekan-rekan di Unit kegiatan Pers Mahasiswa Birama UNIKOM. 13. Rekan-rekan di PC. Pemuda Persatuan Islam se-kecamatan Margaasih. 14. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis catat satu persatu.

Semoga Allah SWT. membalas segala kebaikan Anda semua dengan balasan yang lebih baik. Amien.


(8)

vii  

yang penulis lakukan ini masih jauh dari kelengkapan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan kualitas karya ilmiah dan proses pembelajaran penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberi sedikit sumbangsih bagi perkembangan dunia intelektualitas, khususnya bagi penulis sendiri.

Bandung, Juni 2009


(9)

viii  

ABSTRAK ……… iii

ABSTRACK ……….. iv

KATA PENGANTAR ……….………. v

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR SIMBOL ………... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ……….…1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah………... 4

1.2.1. Identifikasi Masalah………. 4

1.2.2. Rumusan Masalah……… 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………. 5

1.3.1. Maksud Penelitian………... 5

1.3.2 Tujuan Penelitian ………. 5

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 6

1.4.1. Kegunaan Praktis ………. 6

1.4.2. Kegunaan Akademis……… 6

1.5. Batasan Masalah ……….. 7

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… …….. 8

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem ……….. 9

2.1.1. Elemen Sistem ………. 9

2.1.2. Karakteristik Sistem ………... 10

2.1.3. Klasifikasi Sistem ……….. 12

2.2. Pengertian Informasi ………... 14

2.3. Pengertian Sistem Informasi ………. ...…. 15

2.4. Pengertian Pengolahan Data, Pengunjung, Museum dan Geologi … 16 2.5. Perangkat Lunak Pendukung ……….……… 17

2.5.1. Sekilas Tentang Microsoft Visual Basic 6.0 ………. 18

2.5.2. Sekilas Tentang MySQL ………... 18

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ………. 20

3.1.1. Sejarah Museum Geologi Bandung ……….. 20

3.1.2. Visi dan Misi ………. 24

3.1.3 Fungsi dan Operasional Museum Geologi ………. 25

3.1.4. Struktur Organisasi ……… 27

3.1.5. Deskripsi Kerja ……….…. 27

3.2. Metode Penelitian ……….. 29


(10)

ix  

3.2.3. Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem……… 31

3.2.3.1. Metode Pendekatan Sistem ……… 31

3.2.3.2. Metode Pengembangan Sistem ……….. 32

3.2.3.3. Alat Bantu Analisis dan Perancangan Sistem……. 34

3.2.4. Pengujian Software ……… 41

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Berjalan ……….. 42

4.1.1. Analisis Dokumen ……… …… 43

4.1.2. Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan ………. 45

4.1.2.1. Flow Map Sistem yang Sedang Berjalan…………. 46

4.1.2.2. Diagram Konteks Sistem yang Sedang Berjalan…. 47 4.1.2.3. DFD Sistem yang Sedang Berjalan …………. 47

4.1.3. Evaluasi Sistem yang Berjalan ……….. 48

4.2. Perancangan Sistem ……… 49

4.2.1. Tujuan Perancangan Sistem ……….. 49

4.2.2. Gambaran Umum Sistem yang Diusulkan ……… 50

4.2.3. Perancangan Prosedur yang Diusulkan ……… 51

4.2.3.1. Flow Map Sistem yang Diusulkan……….. 52

4.2.3.2. Diagram Konteks Sistem yang Diusulkan…. ..….. 53

4.2.3.3. DFD Sistem yang Diusulkan ………..… 54

4.2.3.4. Kamus Data ……….... 55

4.2.4. Perancangan Basis Data ……… 57

4.2.4.1. Normalisasi………... 57

4.2.4.2. Relasi Tabel………. 60

4.2.4.3. Entity Relationship Diagram (ERD)……… 60

4.2.4.4. Struktur File ……… 61

4.2.4.5. Kodifikasi……… 64

4.2.5. Perancangan Antar Muka ……….. ……….. 67

4.2.5.1. Struktur Menu ………,,… ………. 67

4.2.5.2. Perancangan Input ……….. 68

4.2.5.3. Perancangan Output………. 70

BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Implementasi …………..………. 71

5.1.1. Implementasi Perangkat Lunak ………. 71

5.1.2. Implementasi Perangkat Keras ……….. 72

5.1.3. Implementasi Basis Data (Sintax SQL) ………. 72

5.1.4. Implementasi Antar Muka dan Penggunaan Program ………77

5.1.5. Implementasi Instalasi Program ………. 84

5.2. Pengujian ……… 87

5.2.1. Rencana Pengujian ………. 88

5.2.2. Kasus dan Hasil Pengujian ……… 88


(11)

x  


(12)

xi  

Gambar 2.1 Elemen Sistem………... 10

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung……… 27

Gambar 3.2 Pengembangan Prototyping Jenis I ... 33

Gambar 4.1 Flow Map Sistem yang Berjalan……… 46

Gambar 4.2 Diagram Konteks Sistem yang Berjalan……… 47

Gambar 4.3 DFD Level 0 Sistem yang Berjalan………... 47

Gambar 4.4 DFD Level 1 untuk Proses 1.0 Sistem yang Berjalan…... 48

Gambar 4.5 DFD Level 1 Untuk Proses 2.0 Sistem Berjalan………... 48

Gambar 4.6 Flow Map Sistem yang Diusulkan………. 52

Gambar 4.7 Diagram Konteks Sistem yang Diusulkan………. 53

Gambar 4.8 DFD Level 0 Sistem yang Diusulkan……… 54

Gambar 4.9 DFD Level 1 Untuk Proses 1.0 (Reservasi)……….. 53

Gambar 4.10 DFD Level 1 Untuk Proses 2.2 (Kunjungan) ……... 55

Gambar 4.11 Relasi Tabel ... 60

Gambar 4.12 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 60

Gambar 4.13 Kode Reservasi ... 64

Gambar 4.14 Kode Pengunjung Rombongan ... 65

Gambar 4.15 Kode Pengunjung Individu ... 65

Gambar 4.16 Kode Pendidikan ... 66

Gambar 4.17 Struktur Menu ... 67

Gambar 4.18 FormInput Data Reservasi ... 68

Gambar 4.19 Form Input Data Pengunjung ... .... 69

Gambar 4.20 Rancangan Form Laporan Jumlah Pengunjung ... 70

Gambar 4.21 Rancangan Form Laporan Klasifikasi Pengunjung ... 70

Gambar 5.1 Form Login ... 77

Gambar 5.2 Form Ganti Password ... 78

Gambar 5.3 Form Menu Utama ... ... 78

Gambar 5.4 Form Reservasi ... 79

Gambar 5.5 Form Pengunjung ... 81

Gambar 5.6 Form Laporan Harian Jumlah Pengunjung ... 82

Gambar 5.7 Form Klasifikasi Pengunjung Harian ... 83

Gambar 5.8 Tahap Pertama Instalasi Aplikasi Pengolahan Data Pengunjung Museum ... 84

Gambar 5.9 Tahap Kedua Instalasi Aplikasi Pengolahan Data Pengunjung Museum ... 84

Gambar 5.10 Tahap Ketiga Instalasi Aplikasi Pengolahan Data Pengunjung Museum ... 85

Gambar 5.11 Tahap Keempat Instalasi Aplikasi Pengolahan Data Pengunjung Museum ... 85

Gambar 5.12 Tahap Kelima Instalasi Aplikasi Pengolahan Data Pengunjung Museum ... 86


(13)

xii  


(14)

xiii  

Tabel 1.1 Estimasi Jadwal Penyelesaian Tugas Akhir ... 8

Tabel 4.1 Analisis Dokumen……… 43

Tabel 4.2 File Reservasi ………... 61

Tabel 4.3 File Jadwal Reservasi ……….. 62

Tabel 4.4 File Pendidikan ……… 62

Tabel 4.5 File Pengunjung ………... 63

Tabel 4.6 File Jadwal Kunjungan ………... 63

Tabel 5.1 Implementasi Menu Utama ... 79

Tabel 5.2 Fungsi tombol-tombol Form Reservasi ... 80

Tabel 5.3 Fungsi tombol-tombol Form Pengunjung ... 81

Tabel 5.4 Rencana Pengujian Sistem Informasi Pengolahan Data Pengunjung ... 85

Tabel 5.5 Pengujian login 1 ... 86

Tabel 5.6 Pengujian Login 2 ... 86

Tabel 5.7 Pengujian Pengisian Data Reservasi ... 87


(15)

xiv  

No Simbol Keterangan

1 Dokumen Input/Output

2 Menjelaskan proses komputerisasi

3 Proses manual

4 Penyimpanan dokumen / pengarsipan

5 Aliran data

6 Seleksi / keputusan

7

Konektor beda halaman


(16)

xv  

1 Proses / prosedur

2 Entitas eksternal

3 Tempat penyimpanan arsip data (data store)

4 Aliran data


(17)

Nama Lengkap : Haris Munandar

Tempat / tanggal lahir : Bandung, 21 Februari 1985. Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl. Mahmud No.85 RT.06 / 07 Ds. Rahayu Kec. Margaasih Kab. Bandung 40218

E-Mail : has_8544@yahoo.co.id

Pendidikan Formal:

Tahun Institusi 1989 - 1990 TK Pesantren Persis 10

1990 – 1996 SDN Rahayu II dan MI Pesantren Persis 45 Rahayu 1997 - 2000 MTs. Pesantren Persis 45 Rahayu

2001 - 2003 Mu’allimien Pesantren Persis 34 Cibegol Soreang 2006 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung 


(18)

Abdul Kadir, 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta.

Adi kurniadi, 2000, Pemrograman Microsoft Visual Basic 6, PT. Elex media Komputindo, Jakarta.

Albahra bin Ladjamudin, 2004, Konsep Sistem Basis Data dan Implementasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Azhar Susanto, 2007, Sistem Informasi Manajemen, Lingga Jaya, Bandung.

Buku Panduan Museum Geologi, 2007

Didik Dwi Prasetyo, 2003, Belajar Sendiri Database Server MySQL, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Draf Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1725, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Geologi, 2-6, 2002.

Jogiyanto Hartono M., 2001, Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi, Yogyakarta.

Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitaif dan kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Pusat Bahasa Depdiknas, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Raymond McLeod Jr., 2001, Sistem Informasi Manajemen, Prentice Hall Inc., Jakarta.

Suharsimi Arikunto, 2005, Manajemen Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Online

- http://museum.grdc.esdm.go.id//index.php?option=com_content&task=vie w&id=15&Itemid=30 (2 Desember 2008)

- http://museum.grdc.esdm.go.id//index.php?option=com_content&task=vie w&id=12&Itemid=26 (2 Desember 2008)


(19)

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan organisasi. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga merangsang persaingan yang sangat ketat antar organisasi.

Hal yang demikian merupakan iklim yang positif bagi perkembangan organisasi itu sendiri, dimana masing-masing organisasi ingin maju lebih cepat dan lebih baik dari yang lain.

Untuk mencapai tujuannya, tiap organisasi memerlukan manajemen yang tepat dan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan. Dengan berkembang pesatnya teknologi informasi, maka pekerjaan manajemen dan pelayanan masyarakat yang memerlukan dukungan data dan informasi mengalami kemajuan yang pesat pula.

Pengolahan data dan informasi merupakan suatu hal mutlak yang sangat diperlukan bagi sebuah organisasi, terlebih di jaman yang serba modern seperti sekarang ini, dimana penyajian informasi dituntut tidak hanya harus akurat tapi juga bisa diperoleh dengan mudah dan cepat.

Untuk menyajikan informasi yang cepat dan akurat ini, maka dalam proses pengolahan data harus dilakukan secara terkomputerisasi dalam sebuah sistem yang biasa disebut sistem informasi. Dengan dilakukannya proses pengolahan


(21)

data secara terkomputerisasi, maka pekerjaan-pekerjaan pengolahan data tersebut bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Di Kelompok Kerja (Pokja) Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung terdapat suatu sistem informasi untuk mendukung berjalannya aktifitas dan kinerja organisasi. Sistem informasi yang ada di Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung tersebut adalah sistem informasi reservasi pengunjung.

Dari tahun ke tahun sistem informasi tersebut dirasa sangat membantu bagi penggunanya, dalam hal ini Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung. Namun, seiring perkembangan waktu dan kebutuhan penyajian informasi yang lebih komplit, maka pengembangan sistem pun diperlukan. Hal ini sangat wajar terjadi, karena sebuah sistem informasi tentu saja dalam kurun waktu tertentu harus diperbaharui seiring perkembangan jaman dan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut.

Pengembangan sistem yang diperlukan oleh Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung adalah penyajian informasi yang lebih komplit, karena sistem informasi yang sedang berjalan hanya menangani proses reservasi pengunjung, sedangkan pengolahan data yang lainnya seperti merekap jumlah pengunjung per hari, jumlah pengunjung per bulan dan merekap pengunjung berdasarkan klasifikasi status kewarganegaraan, tempat asal dan tingkat pendidikan masih dilakukan secara manual, belum menggunakan software

aplikasi khusus, sehingga untuk mengerjakan proses-proses pengolahan data tersebut memerlukan waktu yang lumayan lama.


(22)

Selain itu, dampak dari tidak terkomputerisasinya sistem pengolahan data pengunjung tersebut menyebabkan proses pencarian data ketika sewaktu-waktu dibutuhkan sangat sulit pengerjaannya, karena harus memeriksa langsung arsip data kunjungan satu persatu. Padahal pengolahan data tersebut sangat diperlukan untuk dijadikan bahan pengambilan kebijakan dan strategi organisasi, dalam hal ini Museum Geologi Bandung.

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan kebutuhan-kebutuhan sistem terkini dan masalah-masalah yang sering terjadi pada proses pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung bisa teratasi dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam pengolahan data pengunjung dan kinerja Museum Geologi Bandung pada umumnya.

Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengolahan data pengunjung pada Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung dan menjadikannya sebagai objek penelitian untuk tugas akhir yang dilaksanakan oleh penulis. Terkait hal tersebut, penulis menetapkan judul penelitian : “SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DATA PENGUNJUNG DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG”.


(23)

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi dalam sistem pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung yang sedang berjalan saat ini, diantaranya yaitu :

1. Proses rekapitulasi jumlah pengunjung per hari dan per bulan masih dikerjakan secara manual, sehingga sering terjadi kekurangakuratan rekapitulasi jumlah tersebut.

2. Pengklasifikasian pengunjung berdasarkan status kewarganegaraan, tempat asal dan tingkat pendididkan belum terakomodir oleh sistem informasi reservasi pengunjung yang sedang berjalan.

3. Sulitnya proses pencarian data pengunjung ketika sewaktu-waktu diperlukan.

1.2.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengolahan data pengunjung yang sedang berjalan di Museum Geologi Bandung.


(24)

2. Bagaimana pengembangan sistem informasi pengolahan data pengunjung yang diusulkan untuk Museum Geologi Bandung.

3. Bagaimana implementasi sistem informasi pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung.

4. Bagaimana pengujian sistem informasi pengolahan data pengunjung Museum Geologi Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dilaksanakannya penelitian adalah untuk membantu kinerja pengolahan data pengunjung Museum Geologi Bandung, khususnya pada Pokja Pelayanan Pengunjung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pengolahan data pengunjung yang sedang berjalan di Museum Geologi Bandung.

2. Untuk mengembangkan sistem informasi pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung sehingga sesuai dengan kebutuhan organisasi terkini.

3. Untuk mengimplementasikan sistem informasi pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung.


(25)

4. Untuk melakukan pengujian sistem informasi pengolahan data pengunjung Museum Geologi Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya:

a. Untuk Museum Geologi Bandung, dapat mengembangkan sistem pengolahan data pengunjung menjadi lebih baik, sehingga berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.

b. Untuk pokja pelayanan pengunjung, dapat lebih mengefisienkan kerja dalam proses pengolahan data pengunjung.

1.4.2. Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya:

a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, menambah khasanah keilmuan dalam bidang sistem informasi pengolahan data pengunjung.

b. Bagi peneliti lain, bisa dijadikan referensi untuk kajian penelitian yang sama.

c. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman praktis tentang sistem pengolahan data pengunjung, khususnya di Museum Geologi Bandung.


(26)

1.5. Batasan Masalah

Dari rumusan masalah yang tersebut di atas, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1. Sistem ini dibuat hanya untuk Museum Geologi Bandung, yakni pada pengolahan data Pengunjung.

2. Hasil rekapitulasi meliputi : rekapitulasi jumlah pengunjung per hari dan per bulan.

3. Pengklasifikasian pengunjung meliputi : klasifikasi berdasarkan status kewarganegaraan, tempat asal dan tingkat pendidikan.

4. Tidak membahas pemodelan grafik dari rekapitulasi jumlah pengunjung


(27)

1.6 . Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dilaksanakannya penelitian di Museum Geologi Bandung, Jl. Diponegoro 57 Bandung. Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1.

Estimasi Jadwal Penyelesaian Tugas Akhir

N

o Nama Kegiatan

Maret April Mei & Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Pengumpulan Data

2 Mengidentifikasi

kebutuhan sistem

3 Perancangan

prototype sistem

4 Pengujian

prototype sistem

5 Implementasi

sistem

           


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem

Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang sistem. Adapun beberapa definisi sistem antara lain :

Menurut Dr. Azhar Susanto (2007 : 18) “Sistem adalah kumpulan / grup dari bagian atau komponen apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.”

Sedangkan Abdul Kadir (2003 : 54) mendefinisikan “sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan.”

Berdasarkan definisi di atas, sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang saling berintegrasi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.1. Elemen Sistem

Raymond Mc Leod Jr. (2001 : 9) menyebutkan:

Tidak semua sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi ia merupakan suatu susunan dasar sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar berikut ini :


(29)

 

Sumber : Raymond Mc. Leod Jr., 2001

Gambar 2.1 Elemen Sistem 

 

Sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber daya mengalir dari elemen input melalui elemen transformasi ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada arus sumber daya dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi mekanisme pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-sinyal umpan balik dengan tujuan dan mengarahkan sinyal pada elemen input jika sistem operasi memang perlu diubah.

2.1.2. Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu : a. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian dari sistem. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem.


(30)

a. Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

b. Lingkungan Luar Sistem (environment)

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem yang bersifat menguntungkan merupakan energi dari sistem, sehingga harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan luar sistem yang bersifat merugikan harus ditahan dan dikendalikan, agar tidak mengganggu kelangsungan hidup dari sistem. c. Penghubung Sistem (Interface)

Penghubung sistem merupakan media penghubung yang memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung, satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.

d. Masukan Sistem (Input)

Masukan (Input) merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem, dapat berupa masukan perawatan (maintenanceinput) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut


(31)

dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.

e. Keluaran Sistem (Output)

Keluaran (Output) merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau pada supra sistem. f. Pengolah Sistem (Process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

g. Sasaran Sistem (Objectives)

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

2.1.3. Klasifikasi Sistem

Pengklasifikasian sistem menurut Dr. Azhar Susanto (2004 : 27 - 30) adalah seperti yang terlihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut :


(32)

Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem

KRITERIA KLASIFIKASI

Lingkungan Sistem Terbuka Sistem Tertutup Asal Pembuatan Buatan Manusia Buatan Allah / alamiah Keberadaannya Sistem Berjalan Sistem Konsep

Kesulitan Sulit / kompleks Sederhana

Output / kinerjanya Dapat dipastikan Tidak dapat dipastikan Waktu keberadaannya Sementara Selamanya

Wujudnya Abstrak Ada secara fisik

Tingkatannya Sub sistem / Sistem Super Sistem

Fleksibilitas Bisa beradaptasi Tidak bisa beradaptasi  

a. Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup

Sebuah sistem dikatakan terbuka bila aktifitas di dalam sistem tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, sedangkan bila tidak terpengaruh oleh perubahan yang terjadi di lingkungannya, maka disebut sistem tertutup.

b. Sistem Buatan Manuasia dan Sistem Buatan Allah SWT / Alamiah Suatu sistem bila diklasifikasikan berdasarkan asalnya, maka ada sistem buatan manuasia seperti organisasi perusahaan dll. dan sistem buatan Allah SWT (alamiah) seperti manusia, pohon-pohon dll.

c. Sistem Berjalan dan Sistem Konsep

Suatu sistem yang belum diterapkan disebut sistem konseptual / konsep. Sedangkan sistem konseptual yang dapat diterima oleh penggunanya untuk menunjang operasi sehari-hari maka disebut sistem berjalan.

d. Sistem Sederhana dan Kompleks

Sistem sederhana merupakan sebuah sistem yang terbentuk dari sedikit tingkatan dan komponen atau sub sistem serta hubungan antara mereka sangat sederhana.

Sistem kompleks adalah sebuah sistem yang terdiri dari banyak komponen dan tingkatan yang dihubungkan dalam berbagai cara yang berbeda.

e. Sistem yang kinerjanya dapat dan tidak dapat dipastikan

Sistem yang dapat dipastikan kinerjanya artinya dapat ditentukan pada saat sistem tersebut akan dan sedang dibuat misalnya sistem listrik di mana kita tinggal. Sedangkan sistem yang tidak dapat dipastikan artinya tidak dapat ditentukan dari awal, yakni tergantung kepada situasi yang dihadapi misalnya organisasi perusahaan.

f. Sistem Sementara dan Selamanya

Sistem sementara artinya sistem yang digunakan hanya dalam periode tertentu misalnya sistem pemilu. Sedangkan sistem selamanya artinya sistem tersebut digunakan untuk waktu yang tidak ditentukan misalnya sistem lalu lintas.


(33)

g. Sistem yang ada secara fisik dan Abstrak

Sistem yang ada secara fisik artinya kita dapat menyentuhnya atau merasakannya. Sedangkan sistem abstrak sebaliknya, yakni tidak dapat disentuh.

h. Sistem, sub sistem dan super sistem

Berdasarkan tingkatannya / hirarki sebuah sistem bisa merupakan komponen dari sistem yang lebih besar. Sub sistem adalah sistem yang lebih kecil yang ada dalam sebuah sistem. Super sistem adalah sistem yang sangat besar dan sangat kompleks.

i. Sistem yang bisa dan tidak bisa beradaptasi

Sistem yang bisa beradaptasi adalah sistem yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap setiap pengaruh yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi di lingkungannya. Kebalikannya disebut sistem yang tidak bisa beradaptasi.

2.2. Pengertian Informasi

Dalam membentuk suatu sistem informasi, diperlukan komponen masukan berupa data-data, yang diperlukan sebagai komponen pembangun sistem tersebut.

Menurut Abdul Kadir (2003 : 7) “Data adalah fakta mengenai objek, orang dan lain-lain. Data dinyatakan dengan nilai (angka, deretan karakter atau simbol)”.

Setelah melalui suatu proses, data diolah menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna informasi tersebut. Adapun definisi informasi adalah:

Menurut Abdul Kadir (2003 : 7) “Informasi adalah hasil analisis dan sintesis terhadap data. Dengan kata lain, informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang”.

Sedangkan menurut Raymond Mc Leod Jr. (2001 : 13) “Informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti”.


(34)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses pengolahan data sehingga bermanfaat bagi seseorang (pengguna informasi).

Kualitas informasi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga hal, yaitu: 1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

bias atau menyesatkan, dan juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi.

3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya, dan relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda

2.3. Pengertian Sistem Informasi

Informasi merupakan komponen penting dalam suatu sistem. Informasi dibutuhkan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atau kebijakan.

Menurut Robert A. Leitch / K. Roscoe dalam Jogiyanto Hartono M.(2001 : 11) “Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan bagi pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.”


(35)

Sedangkan menurut Dr. Azhar Susanto (2007 : 55) “Sistem informasi adalah kumpulan dari sub sistem apapun baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna.”

Berdasarkan definisi di atas, sistem informasi adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memberikan informasi bagi pengambil keputusan.

2.4. Pengertian Pengolahan Data, Pengunjung, Museum dan Geologi

Beberapa istilah yang dijadikan variabel penelitian pada laporan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Pengolahan Data

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 796) mendefinisikan pengolahan data sebagai berikut : “Pengolahan Data adalah proses, cara, perbuatan mengolah”.

Sedangkan Raymond Mc. Leod (2001 : 237) mendefinisikan pengolahan data sebagai berikut:

“Pengolahan data (Data Processing) adalah manipulasi atau transformasi simbol-simbol seperti angka dan abjad untuk tujuan meningkatkan kegunaannya”.

b. Pengunjung

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 614) mendefinisikan pengunjung sebagai berikut: “Pengunjung adalah orang yang mengunjungi”.


(36)

c. Museum

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 766) mendefinisikan Museum sebagai berikut: “Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno”.

d. Geologi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 355) mendefinisikan geologi sebagai berikut: “Geologi adalah ilmu; komposisi, struktur, dan sejarah bumi”.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa sistem informasi pengolahan data pengunjung adalah suatu sistem informasi yang mengubah / mengolah data pengunjung menjadi sesuatu yang mempunyai nilai lebih untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan organisasi.

2.5. Perangkat Lunak Pendukung

Untuk membuat sistem informasi yang berbasis komputer tentu memerlukan perangkat lunak yang berfungsi sebagai pendukung pembuatan sistem informasi yang berbasis komputer tersebut.

Adapun perangkat lunak pendukung yang digunakan penulis adalah Microsoft Visual Basic 6.0 dan MySQL 5.


(37)

2.5.1. Sekilas Tentang Microsoft Visual Basic 6.0

Adi Kurniadi (2000 : 3-8) menjelaskan tentang Microsoft Visual Basic sebagai berikut:

…Visual Basic (yang sering juga disebut VB) selain disebut sebagai sebuah bahasa pemrograman, juga sering disebut sebagai sarana (tool) untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasiskan Windows.

…beberapa versi dari Visual basic 6.0 di antaranya adalah: a. Standard Edition / Learning Edition

Versi ini adalah versi standar yang sudah mencakup berbagai sarana dasar dari Visual Basic 6.0 untuk mengembangkan aplikasi.

b. Professional Edition

Versi ini memberikan berbagai sarana ekstra yang dibutuhkan oleh para programmer profesional. Misalnya seperti kontrol-kontrol tambahan, dukungan untuk pemrograman internet, compiler untuk membuat file Help, serta sarana pengembangan database yang lebih baik.

c. Enterprise Edition

Versi ini dikhususkan untuk para programmer yang ingin mengembangkan aplikasi remote computing atau client / server. Biasanya versi ini digunakan untuk membuat aplikasi pada jaringan.

2.5.2. Sekilas Tentang MySQL

Didik Dwi Prasetyo (2003 : 1) menjelaskan tentang MySQL sebagai berikut:

Mysql adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis di bawah lisensi GPL (General Public Licence). Di mana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat closed source atau komersial.

Mysql sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam

database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan/seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.

Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dari cara kerja


(38)

user maupun program-program aplikasinya. Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan database server lainnya dalam query data. Hal ini terbukti untuk query yang dilakukan oleh single user, kecepatan query Mysql bisa sepuluh kali lebih cepat dari PostgreSQL dan lima kali lebih cepat dari Interbase.


(39)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian penulis ialah Museum Geologi Bandung, Jl. Diponegoro 57 Bandung, yakni pada Kelompok Kerja (Pokja) Pelayanan Pengunjung yang berada di bawah Seksi Peragaan Museum Geologi Bandung.

3.1.1. Sejarah Museum Geologi Bandung

Masa Penjajahan Belanda

Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh ahli-ahli Eropa. Setelah di Eropa terjadi revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, mereka sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Dengan jalan itu diharapkan perkembangan industri di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka dibentuklah Dienst van het Mijnwezen pada tahun 1850. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi dan sumber daya mineral.

Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan, sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di


(40)

Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.

Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja dan menghabiskan dana 400 Gulden, mulai pertengahan tahun 1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Konggres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4

(Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.

Masa Penjajahan Jepang

Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung

Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama KOGYO ZIMUSHO dan setahun kemudian berganti nama CHISHITSU CHOSACHO.

Pada masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (Pasukan Pembantu Bala Tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan di masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen


(41)

(termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan di mana-mana pada awal tahun 1945.

Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada Tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indias Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia (mendarat di Tanjungpriok, Jakarta). Di Bandung mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pegawai Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8 Bandung pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia (TNI) Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda pun di tempat itu mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst.

Di mana-mana terjadi pertempuran, maka sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, selama 4 tahun kantor PDTG terlunta-lunta pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen- dokumen hasil penelitian geologi, sehingga harus berpindah-pindah


(42)

tempat dari Bandung ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, dan Yogyakarta. Baru pada tahun 1950 kembali ke Bandung.

Dalam usaha menyelamatkan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Djawatan Tambang Dan Geologi, Arie Frederic Lasut, diculik dan dibunuh tentara belanda dan gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem Yogyakarta. Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI, terbukti pada tahun 1960 Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno.

Pengelolaan Museum Geologi yang tadinya di bawah Pusat Djawatan Tambang Dan Geologi (PDTG) berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), dan Pusat Survei Geologi mulai akhir tahun 2005 sampai Sekarang

Seiring dengan perkembangan jaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali dan pembukaannya diresmikan pada tanggal 20 Agustus Tahun 2000 oleh Wakil Presiden RI waktu itu Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia serta Geologi dan


(43)

Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk dokumentasi koleksi, tersedia sarana penyimpanan koleksi yang lebih memadai. Diharapkankan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.

Mulai tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya Seksi Museum Geologi dinaikkan statusnya menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Museum Geologi. Sedangkan untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik Museum Geologi dibentuk 2 seksi dan 1 Subbag, yaitu: Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi dan Subbag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.

3.1.2. Visi Dan Misi Visi Museum :

“Terwujudnya sumber informasi geologi (dokumentasi koleksi warisan geologi Indonesia) yang professional untuk masyarakat”.

Misi Museum :

• Memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum • Menyediakan informasi dan materi edukasi geologi

• Mendokumentasikan dan mengkonservasi koleksi museum • Melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum • Melakukan pameran museum dan geologi


(44)

• Melakukan penyuluhan dan sosialisasi geologi • Melakukan kerjasama dengan instansi dan sekolah • Melakukan pengelolaan museum secara professional • Memberikan pelayanan jasa permuseuman.

3.1.3. Fungsi dan Operasional Museum Geologi

Museum Geologi awalnya berfungsi sebagai laboratorium dan tempat penyimpanan hasil penyelidikan geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia lalu berkembang lagi bukan saja sebagai sarana penelitian namun berfungsi pula sebagai sarana pendidikan, penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian dan objek pariwisata.

Pergeseran fungsi museum seirama dengan kemajuan teknologi adalah menjadikan Museum Geologi sebagai :

• Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.

• Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.

• Objek geowisata yang menarik.

Untuk memamerkan koleksinya Museum Geologi Bandung memiliki 1 (satu) ruang orientasi dan 3 (tiga) ruang peragaan.


(45)

Ruang Orientasi berada di lantai 1, tepat setelah pintu gerbang Museum Geologi. Pada Ruang Orientasi ini terdapat informasi dalam bentuk audiovisual dan panel.

Sedangkan Ruang peragaan terdiri dari : 1. Ruang Peragaan Geologi

Ruang Peragaan Geologi terletak di lantai 1 sayap barat. Ruangan ini dimaksudkan agar pengunjung dapat memahami geologi dasar. Dalam ruangan ini dipamerkan koleksi batuan dan mineral serta dijelaskan tentang keadaan geologi Indonesia dengan ciri khas dari masing-masing pulau besar yang ada di Indonesia.

2. Ruang Peragaan Sejarah Kehidupan

Ruang Peragaan Sejarah Kehidupan terletak di lantai 1 sayap timur. Ruangan ini dimaksudkan agar pengunjung dapat memahami sejarah kehidupan di bumi. Dalam ruangan ini dipamerkan berbagai fosil dari yang tertua sebagai awal adanya kehidupan sampai manusia purba yang secara geologi umurnya masih sangat muda.

3. Ruang Peragaan Geologi untuk Kehidupan Manusia

Ruang Peragaan Geologi untuk Kehidupan Manusia terletak di lantain 2 sayap timur. Ruangan ini dimaksudkan agar pengunjung dapat memahami manfaat ilmu geologi dengan segala aspek dan peranannya bagi kehidupan manusia dulu, sekarang dan di masa yang akan datang.


(46)

3.1.4. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor: 1725 Tahun 2002, disebutkan bahwa struktur organisasi Museum Geologi terdiri dari : Kepala Museum, Subbagian Tata Usaha, Seksi Dokumentasi, Seksi Peragaan dan Kelompok Fungsional.

STRUKTUR ORGANISASI MUSEUM GEOLOGI

Kepala Museum Geologi

Kelompok Jabatan Fungsional

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Peragaan Seksi

Dokumentasi

Sumber : http://museum.grdc.esdm.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=15&Itemid= 

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung 3.1.5. Deskripsi Kerja

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor: 1725 Tahun 2002, maka deskripsi kerja struktur organisasi yang ada di Museum Geologi antara lain:


(47)

1. Kepala Museum :

- Memimpin Museum Geologi dalam menjalankan tugas museum yang tertuang dalam Bab I, pasal 2, yang Berbunyi : Museum Geologi mempunyai tugas teknis penunjang dan operasional untuk melaksanakan penelitian, pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi geologi.

- Bab IV pasal 16 :Kepala Museum Geologi menyampaikan rencana dan program kerja tahunan untuk diintegrasikan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, tembusan disampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumbar Daya Mineral.

- Bab IV pasal 17 : Kepala Museum Geologi menyampaikan laporan secara berkala dan insidentil kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, tembusan laporan wajib disampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumbar Daya Mineral dan instansi lain yang terkait yang mempunyai hubungan kerja.

2. Subbagian Tata Usaha :

- Bab II pasal 5 : Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan, penyiapan bahan penyusunan dan laporan, urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan serta rumah tangga Museum Geologi.


(48)

3. Seksi Dokumentasi :

- Bab II pasal 6 : Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan dan evaluasi rencana, program pengelolaan, pengembangan dokumentasi dan publikasi koleksi geologi, kerjasama serta pelayanan jasa permuseuman.

4. Seksi Peragaan :

- Bab II pasal 7 : Seksi Peragaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan dan evaluasi rencana, program pengelolaan, pengembangan peragaan dan publikasi koleksi geologi, kerjasama serta pelayanan jasa permuseuman.

Kemudian seluruh satuan kerja wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Kepala Museum Geologi. Hal ini tertuang dalam Bab IV pasal 14 : setiap pimpinan satuan kerja wajib menyampaikan laporan berkala kepada Kepala Museum Geologi, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan kerja lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dan tindakan (action research).


(49)

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2005 : 234) :

“Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Sedangkan metode tindakan (action research) yaitu: penelitian yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, cara pendekatan baru, atau produk pengetahuan yang baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia aktual (lapangan).

3.2.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.2.2.1. Sumber Data Primer

Menurut Jonathan Sarwono (2006 : 209) definisi data primer adalah sebagai berikut :

“Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan menggunakan metode wawancara”.

Adapun Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.


(50)

2. Wawancara (in depth interview)

Wawancara (in depth interview) adalah suatu cara pengumpulan data melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pewawancara (pengumpul data) dengan responden (sumber data) dengan cara menemui responden, dalam hal ini Bagian Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung.

3.2.2.2. Sumber Data Sekunder

Menurut Jonathan Sarwono (2006 : 209) definisi data sekunder adalah sebagai berikut :

“Data Sekunder : data yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti”.

Data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di Museum Geologi Bandung, yaitu: Buku Panduan Museum Geologi (2007) dan Draf Keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral No. 1725 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Geologi (2002).

3.2.3 Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem

3.2.3.1 Metode pendekatan sistem

Metode pendekatan sistem yang akan digunakan penulis adalah metode analisis dan perancangan terstruktur, yakni berorientasi pada data, di mana dalam metode ini menggunakan alat bantu flow map, diagram konteks, data flow diagram (DFD), kamus data, normalisasi, relasi tabel, dan entity relationship diagram (ERD).  


(51)

3.2.3.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang akan digunakan penulis adalah model

prototype jenis I.

Prototype memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai tentang cara sistem akan berfungsi dalam bentuk lengkapnya.

Adapun langkah-langkah pada model prototype jenis I sebagaimana dikemukakan oleh Raymond McLeod Jr. (2001 : 151) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai

Analis sistem mewawancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang diinginkan pemakai terhadap sistem.

2. Mengembangkan prototype

Analis sistem, mungkin bekerjasama dengan spesialis informasi lain, menggunakan satu atau lebih peralatan prototyping untuk mengembangkan sebuah prototype

3. Menentukan apakah prototype dapat diterima.

Analis mendidik pemakai dalam penggunaan prototype dan memberikan kesempatan kepada pemakai untuk membiasakan diri dengan sistem. 4. Menggunakan prototype


(52)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 Pengembangan

Prototype Jenis I berikut ini:

Mengidentifikasi Kebutuhan

Pemakai

Mengembangkan Prototipe

Gunakan Prototipe Prototipe dapat

Diterima ?

Tidak

Ya

Gambar 3.2 Pengembangan Prototyping jenis I (Sumber : Raymond McLeod Jr. 2001) Beberapa daya tarik dari model prototype, yaitu : 1. komunikasi antara analis sistem dan pemakai membaik.

2. Analis dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai. 3. Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.

4. Spesialis informasi dan pemakai menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam mengembangkan sistem.


(53)

3.2.3.3. Alat Bantu Analisis dan Perancangan Sistem

Adapun alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Flowmap (Bagan Alir Dokumen)

Flow Map (Bagan Alir Dokumen) merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari laporan dan formulir yang termasuk tembusan-tembusannya, juga merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi serta dapat mengevaluasi suatu permasalahan yang diharapkan dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

2. Diagram Konteks

Diagram konteks merupakan gambaran umum dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan ke luar sistem yang digunakan dalam analisis dan pengembangan sistem. Posisi diagram konteks dari sistem ada dalam konteks yang berhubungan dengan lingkungan. Diagram terdiri dari sebuah proses tunggal yang digambarkan seluruh sistem, dan menunjukan


(54)

3. Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Raymond McLeod Jr. (2001 : 428) definisi Data Flow Diagram

(DFD) adalah sebagai berikut:

“Data Flow Diagram adalah suatu gambaran grafis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan”.

Data Flow Diagram (DFD) memproses sistem dalam komponen-komponen beserta seluruh penghubung antar komponen. Data Flow Diagram (DFD) ini merupakan penurunan atau penjabaran dari diagram konteks.

4. Kamus Data

Menurut Raymond McLeod Jr. (2001 : 424) definisi kamus data adalah sebagai berikut:

“Kamus Data adalah suatu penjelasan tertulis mengenai data yang berada di dalam database”.

Dengan mengunakan kamus data, pemakai dan analis sistem bisa mempunyai pengertian yang sama tentang input dan output. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada pada data flow diagram (DFD).


(55)

5. Normalisasi

Kroenke dalam Abdul kadir (2003 : 65) mendefinisikan normalisasi sebagai berikut:

“Normalisasi adalah proses untuk mengubah suatu relasi yang memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah relasi atau lebih yang tak memiliki masalah tersebut”. Masalah yang dimaksud oleh Kroenke ini sering disebut dengan istilah anomali.

Anomali adalah proses pada basis data yang memberikan efek samping yang tidak diharapkan (misalnya menyebabkan ketidakkonsistenan data atau membuat suatu data menjadi hilang ketika data lain dihapus).

Proses normalisasi ada beberapa tahap, yaitu: a. Bentuk tidak normal

Tabel dalam bentuk tidak normal atau yang belum ternormalisasi adalah tabel yang memiliki atribut yang berulang

b. Bentuk normal pertama (1NF)

Bentuk normal pertama biasa dikenakan pada tabel yang belum ternormalisasi.

Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap baris.


(56)

c. Bentuk normal kedua (2NF)

Bentuk normal kedua didefinisikan berdasarkan dependensi fungsional.

Suatu relasi berada dalam bentuk normal kedua jika dan hanya jika : • Berada pada bentuk normal pertama

• Semua atribut bukan kunci memiliki dependensi sepenuhnya terhadap kunci primer.

d. Bentuk normal ketiga (3NF)

Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal ketiga (3NF) jika : • Berada pada bentuk normal kedua

• Setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap kunci primer.

e. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu relasi disebut memenuhi bentuk normal Boyce-Codd jika dan hanya jika semua penentu (determinan) adalah kunci kandidat(atribut yang bersifat unik)

f. Bentuk normal keempat (4NF)

Suatu relasi memenuhi bentuk normal keempat jika : • Telah berada pada bentuk Boyce-Codd (BCNF)


(57)

g. Bentuk normal kelima (5NF)

Bentuk normal kelima (5NF) terkadang disebut PJ/NF (Projection Join/Normal Form) menggunakan acuan dependensi gabungan. Suatu relasi berada dalam bentuk normal kelima jika dan hanya jika setiap dependensi gabungan dalam R tersirat oleh kunci kandidat relasi R.

Secara praktis dapat dikatakan bahwa suatu relasi R berada dalam bentuk normal kelima jika data yang ada padanya tidak dapat lagi didekomposisi menjadi relasi-relasi yang lebih kecil dengan kunci kandidat relasi-relasi yang lebih kecil ini tidak sama dengan kunci kandidat relasi.

Bentuk normal pertama hingga ketiga (dibuat oleh E.F. Codd) merupakan bentuk normal yang umum dipakai. Artinya bahwa pada kebanyakan relasi, bila ketiga bentuk normal tersebut telah terpenuhi, maka persoalan anomali tidak akan muncul lagi. Bentuk normal Boyce-Codd merupakan revisi terhadap bentuk normal ketiga. Bentuk normal 4NF dan 5NF (dikemukakan oleh Fagin) hanya dipakai pada kasus-kasus khusus, yakni pada relasi yang mengandung dependensi nilai banyak.

6. Tabel Relasi

Tabel relasi dalam database menunjukkan relasi antar tabel-tabel. Dengan adanya relasi data dari beberapa tabel dapat ditampilkan sebagai satu kasatuan informasi dalam bentuk query, form atau report.


(58)

7. Entity Relationship Diagram (ERD)

Menurut Albahra (2004 : 123) “ERD adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak”.

ERD berbeda dengan DFD yang merupakan suatu model jaringan fungsi yang akan dilaksanakan oleh sistem, sedangkan ERD merupakan model jaringan data yang menekankan pada struktur-struktur dan hubungandata.

Adapun elemen-elemen dari ERD adalah sebagai berikut: a. Entity (entitas)

Entity (entitas) adalah sesuatu apa saja yang ada di dalam sistem, nyata ataupun abstrak di mana data tersimpan atau di mana terdapat data. Entity

digambarkan dengan sebuah bentuk persegi panjang.

b. Relationship

Relationship adalah hubungan alamiah yang terjadi antar entity (entitas).

Relationship digambarkan dengan sebuah bentuk belah ketupat.

c. Relationship degree (derajat relationship)

Relationship degree adalah jumlah entitas yang berpartisipasi dalam satu

relationship. d. Atribut

Atribut adalah sifat atau karakteristik dari tiap entitas maupun tiap


(59)

e. Kardinalitas (cardinality)

Kardinalitas relasi menunjukkan jumlah maksimum baris yang dapat berrelasi dengan entitas pada entitas yang lain.

Ada 3 macam kardinalitas, yaitu :

a. One to one (satu ke satu)

Tingkat hubungan ini menunjukkan hubungan satu ke satu, dinyatakan dengan satu kejadian pada entitas pertama, dan hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang kedua. Artinya setiap baris pada entitas A berhubungan dengan paling banyak satu baris pada entitas B dan begitu juga sebaliknya.

b. One to many atau many to one (satu ke banyak atau banyak ke satu)

Tingkat hubungan satu ke banyak adalah sama dengan banyak ke satu tergantung dari arah mana hubungan itu dilihat. Artinya untuk satu kejadian pada entitas pertama mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas kedua.

c. Many to many (banyak ke banyak)

Tingkat hubungan banyak ke banyak terjadi jika tiap kejadian pada sebuah entitas akan mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas lainnya. Dilihat dari entitas yang pertama maupun dari entitas yang kedua.


(60)

3.2.4. Pengujian Software

Perangkat lunak dapat diuji dengan dua cara, yaitu :

1. Pengujian dengan menggunakan data uji untuk menguji semua elemen program (data internal, loop, logika, keputusan dan jalur). Data uji dibangkitkan dengan mengetahui struktur internal (kode sumber) dari perangkat lunak.

2. Pengujian dilakukan dengan mengeksekusi data uji dan mengecek apakah fungsional perangkat lunak bekerja dengan baik. Data uji dibangkitkan dari spesifikasi perangkat lunak.

3.2.4.1. Black Box Testing

Pengujian Black box adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak berfungsi dengan benar. Pengujian

Black box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji dieksekusi pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak dicek apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

Pengujian black box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori : 1. Fungsi – fungsi yang tidak benar atau hilang.

2. Kesalahan interface.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal. 4. Kesalahan kinerja.


(61)

BAB IV

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

4.1. Analisis Sistem yang Berjalan

Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan, sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.

Langkah-langkah analisis sistem antara lain : 1. Identify, yaitu memahami masalah.

2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. 3. Analyze, yaitu menganalisis sistem.

4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan, kegiatan pengolahan data pengunjung di Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung terbagi ke dalam dua jenis : untuk reservasi pengunjung telah dilakukan secara terkomputerisasi, tapi untuk pengolahan data selanjutnya seperti merekap jumlah pengunjung per hari, jumlah pengunjung per bulan dan mengklasifikasikan data pengunjung berdasarkan status kewarganegaraan, tempat asal dan tingkat pendidikan masih dilakukan secara manual, sehingga pada pelaksanaannya terjadi berbagai kendala.


(62)

4.1.1. Analisis Dokumen

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menguraikan dokumen yang dipakai dalam sistem adalah nama yang digunakan, fungsi-fungsi dan penjelasan dari dokumen tersebut. Penggunaan dokumen secara lengkap dilakukan untuk mengetahui jalur distribusi, fungsi dan frekuensi kedatangan dari dokumen yang terlibat di dalam sistem pengolahan data pengunjung di Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung. Berikut adalah dokumen yang digunakan dalam sistem:

Tabel 4.1. Analisis Dokumen

NO NAMA

DOKUMEN DESKRIPSI FUNGSI ELEMEN

1. Dokumen Reservasi Pengunjung

Pengunjung melakukan reservasi kunjungan kepada

Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung. Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung mencatat data reservasi kunjungan tersebut untuk kemudian diarsipkan dalam file reservasi.

menjadi salah satu acuan bagi petugas penerima tamu dalam merekap jumlah pengunjung harian. No, nama pengunjung, alamat, jumlah calon pengunjung.

2. Buku Tamu Pengunjung mengisi identitas diri pada buku tamu yang ada di petugas penerima tamu.

- Sebagai catatan identitas pengunjung yang

berkunjung ke Museum.

- Acuan dalam pembuatan rekap/ laporan harian jumlah pengunjung No, tanggal, nama pengunjung, alamat, kebangsaan, profesi, jumlah, paraf. 3. Buku Pengunjung Harian

Petugas penerima tamu merekap jumlah pengunjung harian untuk diserahkan kepada Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung.

- Sebagai laporan harian Jumlah TK, jumlah SD, jumlah SMP, jumlah SMA, jumlah Mahasiswa, jumlah Umum, jumlah Asing.


(63)

4. Data klasifikasi Pengunjung

Petugas penerima tamu mengklasifikasikan

pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan, asal kota dan asal Negara

- Untuk mengetahui jumlah pengunjung berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan, asal kota dan asal negara - Tingkat pendidikan : SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Umum. - Asal Kota :

Bandung, Jabodetabek, Jabar, Jateng, Jatim,

Lainnya. - Asal Negara :

Indonesia, Jepang, Belanda, Jerman, USA, Korea, Cina, Malaysia, lainnya. 5. Data Pengunjung Bulanan Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung merekap dari laporan harian yang dibuat oleh petugas penerima tamu untuk diserahkan kepada Kepala Seksi Peragaan.

- Sebagai laporan jumlah pengunjung bulanan. Jumlah-jumlah dari: -Tingkat pendidikan : SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Umum. - Asal Kota :

Bandung, Jabodetabek, Jabar, Jateng, Jatim,

Lainnya. - Asal Negara :

Indonesia, Jepang, Belanda, Jerman, USA, Korea, Cina, Malaysia, lainnya.


(64)

4.1.2. Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan

Prosedur pengolahan data pengunjung yang berjalan di Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung adalah sebagai berikut :

1. Pengunjung melakukan reservasi kunjungan ke Museum Geologi Bandung bisa melalui surat, telepon / SMS atau datang langsung kepada Koordinator Pokja (Kelompok Kerja) Pelayanan Pengunjung.

2. Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung akan mencatat reservasi tersebut untuk diagendakan dalam data reservasi pengunjung.

3. Ketika tiba di Museum Geologi Bandung, pengunjung mengisi identitas pada buku tamu yang ada di petugas penerima tamu.

4. Petugas penerima tamu merekap jumlah pengunjung per hari dan mengklasifikasikannya sesuai dengan tingkat pendidikan, asal kota dan negara berdasarkan data pengunjung dan data reservasi yang ada di Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung untuk dijadikan laporan harian jumlah data pengunjung.

5. Petugas penerima tamu menyerahkan laporan harian tersebut kepada Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung untuk direkap menjadi laporan bulanan jumlah pengunjung.

6. Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung menyerahkan laporan bulanan jumlah pengunjung tersebut kepada Kepala Seksi Peragaan untuk dijadikan laporan tri wulan dan laporan tahunan.


(65)

4.1.2.1. Flow Map Sistem yang Sedang Berjalan

Dari prosedur di atas dapat digambarkan flow map sebagai berikut: PENGUNJUNG PETUGAS PENERIMA TAMU Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung KEPALA SEKSI PERAGAAN

Data Reservasi Data Reservasi

Data Pengunjung Data Reservasi Buat Data Reservasi Data Pengunjung Merekap Pengunjung Harian Rekap Data Pengunjung Mengklasifikasi Pengunjung Laporan Bulanan Laporan Harian Buat Laporan Bulanan Laporan Harian Laporan Bulanan Database Reservasi Input Data Reservasi T T Data Reservasi   Gambar 4.1


(66)

4.1.2.2. Diagram Konteks Sistem yang Sedang Berjalan

Diagram konteks berfungsi untuk menggambarkan suatu sistem yang sedang berjalan secara keseluruhan, termasuk menggambarkan aliran-aliran data yang masuk dan keluar pada sistem tersebut.

 

   

Gambar 4.2 

Diagram Konteks Sistem yang Berjalan   

 

4.1.2.3. DFD (Data Flow Diagram) Sistem yang Sedang Berjalan

Data flow diagram (DFD) menggambarkan hubungan antar proses yang terjadi di dalam suatu sistem. Adapun data flow diagram yang sedang berjalan saat ini adalah :

- Data Flow Diagram (DFD) Level 0 :

 

Gambar 4.3


(67)

- Data Flow Diagram (DFD) Level 1 untuk proses 1.0 (Reservasi):

   

Gambar 4.4

DFD Level 1 Untuk Proses 1.0 (Reservasi) Sistem yang Berjalan

- Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Untuk proses 2.0 (Laporan harian):

2.2 Mengklasfikasi

Pengunjung 2.1

Merekap Pengunjung Harian dt_reservasi

Dari Proses 1.0

Ke Proses 3.0 rek_pengunjung

klas_pengunjung

   

Gambar 4.5

DFD Level 1 Untuk Proses 2.0 (Laporan Harian) Sistem yang Berjalan 4.1.3. Evaluasi Sistem yang Berjalan

Dari deskripsi sistem yang berjalan di atas, terlihat masih adanya proses pengolahan data yang dilakukan secara manual, sehingga menyebabkan kurang efektif dan efisien kerja pihak-pihak yang terlibat di dalam pengolahan data pengunjung di Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung tersebut.

Proses yang masih manual tersebut antara lain: proses rekapitulasi jumlah pengunjung, pengklasifikasian pengunjung, pembuatan laporan harian dan pembuatan laporan bulanan.


(68)

4.2. Perancangan Sistem

Perancangan sistem merupakan tahap lanjutan dari analisis sistem, dimana pada perancangan sistem digambarkan sistem yang akan dibangun dengan mengacu pada analisis sistem yang dilakukan sebelumnya.

Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting, karena menentukan baik tidaknya sistem baru sebagai solusi pemecahan masalah yang ada pada sistem lama.

Tahap perancangan sistem terdiri dari dua macam kegiatan, yaitu:

1. Perancangan proses yang meliputi flow map, data flow diagram (DFD), dan kamus data

2. Perancangan basis data yang meliputi normalisasi, relasi tabel, entity relationship diagram (ERD), struktur file dan kodifikasi.

4.2.1. Tujuan Perancangan Sistem

Secara umum, sistem baru yang dirancang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung, sehingga berdampak positif terhadap kinerja pihak-pihak yang terkait, yaitu Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung.

Adapun tujuan secara khusus dari perancangan sistem ini adalah sebagai berikut:


(69)

1. Komputerisasi sistem pengolahan data yang masih manual, sehingga diharapkan kinerja pengolahan data menjadi lebih baik.

2. Mengolah data dan memberikan informasi yang cepat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Meningkatkan sumber daya yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

4.2.2. Gambaran Umum Sistem yang Diusulkan

Secara umum, proses pengolahan data pada perancangan sistem yang diusulkan tidak terlalu berbeda dengan proses pengolahan data sistem yang sedang berjalan.

Namun pada prosedur kerjanya terdapat beberapa perbedaan, antara lain semua pengolahan data mulai dari pengolahan data reservasi, data kunjungan, klasifikasi pengunjung berdasarkan kategori tertentu, pembuatan laporan per hari dan laporan per bulan ditangani oleh Petugas Penerima Tamu dengan menggunakan sistem informasi pengolahan data pengunjung yang telah terintegrasi dengan komputer.

Sedangkan Koordinator Pokja bertugas untuk memvalidasi (meng-ACC) laporan per bulan yang telah dikerjakan oleh Petugas Penerima Tamu tersebut untuk diserahkan kepada Kepala Seksi Peragaan.


(70)

4.2.3. Perancangan Prosedur yang Diusulkan

Prosedur pengolahan data pengunjung yang diusulkan untuk Pokja Pelayanan Pengunjung Museum Geologi Bandung adalah sebagai berikut :

1. Pengunjung melakukan reservasi kunjungan ke Museum Geologi Bandung bisa melalui surat, telepon/SMS atau datang langsung ke petugas penerima tamu.

2. petugas penerima tamu akan memasukkan data reservasi calon pengunjung tersebut ke dalam database. Jika kapasitas Museum tidak memadai, maka petugas penerima tamu akan melakukan konfirmasi kepada calon pengunjung tersebut untuk merubah jam kunjungan.

3. Ketika tiba di Museum Geologi Bandung, pengunjung memberikan keterangan identitasnya kepada petugas penerima tamu untuk dimasukkan ke dalam database sistem informasi pengolahan data pengunjung.

4. Petugas penerima tamu membuat rekapitulasi jumlah pengunjung per hari dan mengklasifikasikannya sesuai dengan tingkat pendidikan, asal kota dan negara.

5. Pada akhir bulan, petugas penerima tamu membuat rekapitulasi jumlah pengunjung dan klasifikasi pengunjung per bulan.

6. Petugas penerima tamu menyerahkan laporan bulanan tersebut kepada Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung untuk di-ACC lalu diserahkan kepada Kepala Seksi Peragaan..


(71)

4.2.3.1. Flow Map Sistem yang Diusulkan

Dari prosedur di atas dapat digambarkan flow map sebagai berikut :  

   


(72)

Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung

Pengunjung Petugas

Penerima Tamu

Membuat Laporan Bulanan

Laporan Bulanan

T

1

Laporan Bulanan

Laporan Bulanan

Gambar 4.6

Flow Map Sistem yang Diusulkan  

4.2.3.2. Diagram Konteks Sistem yang Diusulkan

Diagram konteks berfungsi untuk menggambarkan suatu sistem yang diusulkan secara keseluruhan, termasuk menggambarkan aliran-aliran data yang masuk dan keluar pada sistem tersebut.

  Gambar 4.7


(73)

4.2.3.3. Data Flow Diagram (DFD) Sistem yang Diusulkan

Data flow diagram (DFD) menggambarkan hubungan antar proses yang terjadi di dalam suatu sistem. Adapun data flow diagram yang diusulkan adalah :

- DFD Level 0 Sistem Yang Diusulkan

Pengunjung 3.0 Membuat Laporan Harian 1.0 Reservasi Pengunjung F_reservasi dt_pengunjung dt_reservasi konfirmasi_reservasi dt_reservasi dt_reservasi 4.0 Membuat Laporan Bulanan lap_harian Koordinator Pokja Pelayanan Pengunjung lap_bulanan f_jadwal f_jadwal 2.0 Proses Kunjungan konfirmasi_Kunjungan F_pengunjung dt_pengunjung dt_pengunjung   Gambar 4.8

DFD Level 0 Sistem yang Diusulkan

- DFD Level 1 Proses 1.0 (Reservasi) Sistem Yang Diusulkan

  Gambar 4.9


(74)

- DFD Level 1 Proses 2.0 (Kunjungan) Sistem Yang Diusulkan 2.1 Cek Reservasi 2.3 Catat Data Kunjungan 2.2 Cari Jadwal Kosong F_pengunjung dt_reservasi dt_pengunjung_non_reservasi dt_pengunjung_non_reservasi dt_pengunjung_reservasi dt_pengunjung konfirmasi_Kunjungan dt_pengunjung dt_reservasi

Dari proses 1.0 Dari proses 1.0

Ke proses 3.0 Pengunjung

dt_pengunjung

   

Gambar 4.10

DFD Level 1 Proses 2.0 (Kunjungan) Sistem yang Diusulkan 4.2.3.4. Kamus Data

Untuk mendefinisikan data yang mengalir di dalam sistem dengan lengkap, maka penulis membuat kamus data, yaitu suatu penjelasan tertulis mengenai data yang berada di dalam database sebagai berikut:

1. Nama Arus Data : dt_reservasi

Alias : konfirmasi_reservasi

Aliran : pengunjung – proses 1.1, proses 1.1 – proses 1.2, proses 1.2 – f_reservasi, f_reservasi - proses 2.1, f_reservasi – proses 2.2, proses 1.1 - pengunjung. Atribut : kode_reservasi, nama_calon_pengunjung,


(1)

5.2.1. Rencana Pengujian

Pengujian sistem informasi pengolahan data pengunjung menggunakan data uji berupa sebuah data dan masukan dari pengguna.

Tabel 5.4

Rencana Pengujian Sistem Informasi Pengolahan Data Pengunjung

Kelas Uji Butir Uji Tingkat

Pengujian

Jenis Pengujian Pengujian Login

Pengguna

Pengecekan pengguna

yang telah terdaftar Sistem Black Box Pengujian

Pengisian Data

Pengisian Data Reservasi Modul Black Box Pengisian Data

Pengunjung Modul Black Box

5.2.2. Kasus dan Hasil Pengujian a. Pengujian Login

Pengujian login yang dilakukan hanya untuk pengecekan pengguna yang telah terdaftar, sedangkan pengujian pendaftaran pengguna baru dilakukan dalam pengujian data pengguna.

Tabel 5.5 Pengujian Login 1

Kasus dan Hasil Uji (Data Normal)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Pengguna dan password

terdaftar Pengguna : ali Password : 123

Tercantum pada textbox pengguna dan textbox password

Dapat mengisi login pengguna sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik LOGIN

Dapat masuk ke form utama untuk pengguna yang terdaftar

Tombol LOGIN dapat berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak


(2)

Tabel 5.6 Pengujian Login 2

Kasus dan Hasil Uji (Data Salah)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Pengguna tidak

terdaftar.

Pengguna : Jaka Password : 123

Tidak dapat login dan menampilkan pesan peringatan.

pengguna tidak dapat login dan menampilkan pesan ”Nama pengguna salah, silahkan ulangi”

[√] diterima [ ] ditolak

Klik ”LOGIN” Pengguna dengan password salah Pengguna : ali Password : xxx

Tidak dapat login dan menampilkan pesan peringatan

Pengguna tidak dapat login dan menampilkan pesan

”Password salah. Silahkan ulangi”

[√] diterima [ ] ditolak

b. Pengujian Pengisian Data

Pengujian pengisian data terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Pengujian Pengisian Data Reservasi

Berikut adalah tabel pengujian pengisian data reservasi : Tabel 5.7.

Pengujian Pengisian Data reservasi Kasus dan Hasil Uji (Data Normal)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik “Tambah” Tombol yang aktif

hanya tombol “Simpan” dan “Batal”

Dapat mengisi tiap field sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Mengisi textbox tiap field.

Klik “Simpan”

Data tersimpan di data reservasi.

Tombol

“Simpan” dapat berfungsi sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak


(3)

Klik “Batal” Pengisian data dibatalkan Tombol “Batal” dapat berfungsi sesuai yang diharapkan [√] diterima [ ] ditolak

Klik “Edit” .data diperbaharui Tombol “Edit” dapat berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik ‘Hapus’ Muncul kotak dialog berupa pertanyaan Tombol “Hapus” berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik ‘Yes’ atau ‘No’ Data terhapus atau tidak

Tombol Yes atau No berfungsi

[√] diterima [ ] ditolak Kasus dan Hasil Uji (Data Salah)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Pengisian textbox

jumlah dengan selain angka

Muncul pesan bahwa data harus diisi dengan angka

Tekxtbox berfungsi sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

2. Pengujian Pengisian Data Pengunjung

Berikut adalah tabel pengujian pengisian data pengunjung :

Tabel 5.8.

Pengujian Pengisian Data Pengunjung Kasus dan Hasil Uji (Data Normal)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik “Tambah” Tombol yang aktif

hanya tombol “Simpan” dan “Batal”

Dapat mengisi tiap field sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Mengisi textbox tiap field.

Klik “Simpan”

Data tersimpan di data pengunjung.

Tombol Simpan dapat berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik “Batal” Pengisian data dibatalkan

Tombol “Batal” dapat berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak


(4)

Klik “Edit” .data diperbaharui Tombol “Edit” dapat berfungsi sesuai yang diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik ‘Hapus’ Muncul kotak dialog berupa pertanyaan

Tombol “Hapus”

berfungsi sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

Klik ‘Yes’ atau ‘No’ Data terhapus atau tidak

Tombol Yes atau No berfungsi

[√] diterima [ ] ditolak Kasus dan Hasil Uji (Data Salah)

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Pengisian textbox

jumlah dengan selain angka

Muncul pesan bahwa data harus diisi dengan angka

Tekxtbox berfungsi sesuai yang

diharapkan

[√] diterima [ ] ditolak

5.2.3. Kesimpulan Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian dengan kasus dan hasil uji, maka dapat diambil kesimpulan bahwa proses pengisian data pada setiap form dapat dilakukan dengan sukses serta secara fungsional sistem dapat menghasilkan output yang diharapkan.  

 

 


(5)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengembangan sistem yang telah penulis lakukan, maka penulis mencoba membuat suatu kesimpulan dan mengajukan beberapa saran-saran yang berhubungan dengan pembahasan yang telah dikemukakan di bab-bab sebelumnya.

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengolahan data pengunjung di Museum Geologi Bandung masih berjalan secara manual, sehingga sering terjadi kesulitan dan kekurangakuratan dalam pembuatan rekapitulasi jumlah pengunjung, pengklasifikasian pengunjung dan pencarian data pengunjung.

2. Dengan sistem informasi pengolahan data pengunjung yang penulis kembangkan, maka permasalahan tersebut dapat diatasi, sehingga sistem pengolahan data pengunjung dapat berjalan dengan lebih cepat dan mudah. 3. Implementasi sistem informasi pengolahan data pengunjung dilakukan

dengan dibuatnya suatu software aplikasi pengolahan data pengunjung

untuk Museum Geologi Bandung.

4. Berdasarkan pengujian software yang dilakukan, maka dapat disimpulkan


(6)

6.2 Saran

Dalam pelaksanaan tugas Akhir ini, penulis memberikan saran kepada Museum Geologi Bandung dalam rangka pengembangan sistem informasi yang baru, diantaranya :

1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut, seperti sistem informasi yang

berbasis Client Server / jaringan, sehingga penggunaan sistem informasi

tersebut dapat melibatkan bagian-bagian yang lain

2. Dalam penggunaan sistem yang terkomputerisasi ini diharapkan selalu

melakukan Back up data (berupa CD), sehingga apabila terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan, seperti harddisk rusak, maka datanya masih ada.

3. Mengadakan pelatihan untuk operator program ini, yaitu petugas penerima

tamu agar dapat mengoperasikan sistem / program ini dengan baik, sehingga penyajian informasinya berjalan dengan baik pula.

4. Mengembangkan sistem informasi menjadi berbasis web, sehingga calon

pengunjung cukup melakukan reservasi dengan mengakses web Museum Geologi.