Pertumbuhan Komparatif Mandalung Keturunan Entog Itik dan Itik Entog Secara Alometris

PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDALUNG
KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITlK ENTOG
SECARA ALOMETRIS

OLEH :
MEISJI LIANA SARI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRACT
Meisji L. Sari. Comparative A\lometrical Study on the Growth of
Mandalung Duck offspring of Muscovy x Native Duck and Native Duck x
Muscovy. Under direction of PEN1 SOEPRAPTI HARDJOSWORO,
RACHMAT HERMAN and SRIHADI AGUNGPRIYONO.
This study was conducted to compare the growth performance especially muscle
growth and feed efficiency of Mandalung duck offspring of Muscovy x Native
Duck (El) and Native Duck x Muscovy (IE). Fifty-one Mandalung duck of IE and
El were used. They were fed with 2-type broiler commercial feed, which were
starter type (day 1 - week 4) and finisher type (week 4 - week 12). Starter feed

contained of 20% protein and 2800 kcatikg energy while finisher feed contained
of 18% protein and 3000 kcalkg energy. Data on the body weight, weight gain,
feed consumption and feed efficiency were collected at day 1 to week 12.
Weights of slaughtered body and body parts (head, neck, fore back, rear back,
breast, upper leg, lower leg, foot and its membrane) were measured at week 1,4, 8
and 12. Data on carcass and edible-inedible carcass parts percentage (breast,
upper leg and lower leg) were collected at week 12. Diameter of muscle fiber was
measured at age 8, 10 and 12 weeks, and each slaughter was represented by 1, 2
and 3 ducks. The results showed that body weight, feed consumption, feed
efficiency and weight gain at age 1 day 4 weeks showed no difference, but
weight gain between 4-12 weeks of Mandalung duck offspring of IE were higher
(1310.93 vs. 1167,71 g) than of El. Hip and upper leg percentage of Mandalung
duck offspring of IE were higher (16.47 vs 14,14%; 11.77 vs. 10,05%) than of El.
However, breast meat percentage of Mandalung offspring of IE was higher (84.71
vs. 82,61%) than of El. The growth direction was similar in IE and El, initiated
from head, to the neck, fore back and rear back, and from foot, to the thigh, breast
and wings. Diameter of muscle fibers of Mandalung duck offspring of El were
larger (14,49 vs 13,37; 20,02 vs. 15,24 pm; 23,68 vs. 18,08 pm) than the IE.
-


ABSTRAK
Meisji L Sari. Pertumbuhan Komparatif Mandalung Keturunan Entog ltik dan
ltik Entog Secara Alometris. Dibimbing oleh PEN1 SOEPRAPTI
HARDJOSWORO, KACHMAT HERMAN dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang persilangan yang baik
dari segi performans dilihat dan pertumbuhan dan efisiensi ransum serta kecepatan
pertumbuhan otot secara mikroskopis pada Mandalung keturunan Entog ltik (EI) dan
ltik Entog (IE). Penelitian ini menggunakan Mandalung keturunan El dan IE inasing
- masing 51 ekor. Selama penelitian digunakan 2 jenis pakan komersial ayam broiler
yaitu pakan starter (Protein 20%, ME 2800 kkalkg) danfinisher (Protein 18%, ME
3000 kkalkg) Data bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan,
efisiensi pakan diperoleh dari umur 1 hari - 12 minggu. Data bobot potong dan
bagian - bagian tubuh ( kepala, leher, punggung, pinggul, dada, paha atas, paha
bawah, kaki dan selaput kaki ) dari pemotongan umur 1,4, 8, dan 12 minggu, setiap
umur pemotongan diwakili 1, 2, 4, dan 8 ekor untuk setiap ulangan. Data bagian
karkas serta persentase edible dan inedible bagian bagian dan karkas ( dada, paha
atas dan paha bawah ) diambil pada umur 12 minggu. Data perkembangan serabut
otot dan pernotongan umur 8, 10 dan 12 minggu, setiap umur pemotongan diwakili
oleh I , 2 dan 3 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan, konsumsi,
efisiensi pakan, pertambahan bobot badan minggu tidak ada perbedaan. Persentase

bagian pinggul dan paha atas Mandalung ketumnan EI lebih besar (16,47 vs 14,14%
; 11,77 vs 10,05 %) clan k e t w a n IE. Produksi daging dada Mandalung keturunan
IE lebih tinggi (84,71 vs 82,61 %) dari keturunan EI. Arah perkembangan Mandalung
ketumnan El dan IE adalah sama dimulai dari kepala, leher ke punggung dan pinggul,
kemudian dari kaki menyebar ke arah paha, dada dan sayap. Diameter serabut otot
yang dihasilkan Mandalung keturunan EI lebih kasar (14,49 vs 13,37; 20,02 vs 15,24
pin ; 23,68 vs 18,08 pm) dm keturunan LE .
-

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul:
PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDALUNG
KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITIK ENTOG
SECARA ALOMETRlS

adalah benar merupakan hasil kalya saya sendiri clan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Desember 2002


Meisii Liana Sari
PTK 99094

PERTUMBUHAN KOMPARATIF MANDACUNG
KETURUNAN ENTOG ITIK DAN ITIK ENTOG
SECARA ALOMETRIS

MEISJI LIANA SARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Prog~ainStudi Ilmu Temak

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITZJT PERTANIAN BOGOR
2002

I

I

JUDUL

: Pertumbuhan Komparatif lllandalung Keturunan
Entog ltik dan ltik Entog Secara Alometris

NAMA

: M E l S J l L l A N A SARI

NRP

: PTK99094

PROGRAM STUD1

: ILMU T E R N A K

Menyetujui,


fl

1 . Komisi Pembimbing

Prof. Dr. dra. Peni Soeprapti Hardiosworo. MSc
Ketua

Dr Rachmat Herman. MVSc
Anggota

Lulus Ujian : 1 Nopember 2002

-1

Dr drh Srlhadl Aeunmnvono
Anggota

W A Y A T HIDUP


Penulis dilahirkan di Palembang 27 Mei 1970 dari ayah M. Ali Rifai dan
ibu Masjitoh. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Pendidikan
sarjana ditempuh di Fakultas Petemakan Universitas Jambi, lulus tahun 1994.
Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister sains pada Program Studi
Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 1999.
Beasiswa pendidikan diperoleh dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dikti.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Palembang sejak tahun 1997.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga thesis ini berhasil diselesaikan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. dra. Peni
Soeprapti Hardjosworo, M.Sc., sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr.
Rachmat Herman, MVSc., dan Bapak Dr. drh. Srihadi Agungpriyono masing

-

masing sebagai anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan yang tulus selama penelitian berlangsung hingga selesainya penulisan
thesis ini. Penulis merasa telah diberi bekal tambahan itmu dan wawasan yang tak

ternilai harganya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman satu penelitian
Procula Rudlof Matitaputty yang telah menemani selama penelitian. Kepada
semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terimakasih atas bantuan yang telah diberikan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, . . . . . . Amin.

Bogor, Desember 2002

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL

v1

DAFTAR GAMBAR


vii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................

...
Vlll

PENDAHULUAN .................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA

4

Deskripsi Itik Mandalung .....................................................
Pertumbuhan ..................................................................
Fenomena Pertumbuhan Ditinjau &ri Morfologis Otot ..................
MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................
..
Materi Penel~t~an
................................................................
..
Metode Penebt~an..............................................................
Peubah yang diamati ...........................................................
. .
Anal~s~s
Data ....................................................................
HASlL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan. Pertambahan Bobot Badan. Konsumsi dan Efisiensi .....
Karkas dan Persentase Bagian - bagian Karkas ............................
Bobot B a ~ a Daging
n
dan Tulang terhadap Bobot Karkas ..............
Hubungan antara Bobot Potongan Tubuh dengan Bobot Potong........
Tinjauan Histologi Otot Paha ................................................

4

6
9

12
12
12
13
16
16
17

17
21
22
22
26

KESlMPULAN

31

DAFTAR PUSTAKA ..................

32

LAMPIRAN .........................................................................

35

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Rataan bobot badan awal, pertalnbahan bobot badan, bobot badan

akhir, konsumsi
dan efisiensi pakan Mandalung selama 12
..
minggu peneht~an..
.......................................................

17

2. Rataan persentase karkas dan bagian - bagian karkas Mandalung
umur 12 minggu ...........................................................

21

3. Rataan persentase bobot bagian daging dan tulang Mandalung
umur 12 minggu ...........................................................

22

4. Intersep (log a), koef sien pertumbuhan relatif (b) dari log bobot
potongan tubuh (y) terhadap bobot potong (x) .......................

23

5 . Rataan diameter (pm) serabut otot paha (M. Tibialis cranialis)
Mandalung ................................................................

26

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Kurva pertumbuhan Mandalung ... . .. . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . ... . . . ...

18

2. Rataan pertambahan bobot badan Mandalung

19

3. Rataan konsumsi pakan Mandalung

20

4. Rataan efisiensi pakan Mandalung... .. . .. . ... . . . . . . . . . ... . ..

20

5. Hubungan persentase kepala terhadap bobot potong dengan
bobot potong umur 1 - 12 minggu . . . . . . .. . . . . . . . . . . ... . . . . . . ... . . .

6. Hubungan persentase leher terhadap bobot potong dengan bobot
potong umur 1 12 minggu ... ... . . . . . . . . . . . . . . . ... ... . . . . . . . . . . . . . . .
-

7. Hubungan persentase pungb~ng terhadap bobot potong dengan
bobot potong umur 1 - 12 minggu ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ..

8. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibialis cruniu1i.s)
Mandalung umur 8 minggu. Pewarnaan Hemutoksilin-eosin.
Skala 50 pm ... . . . . . . . . . . . . . .. ... . . . . . . .. . ... . . . . . . . . . ... . . . . . . ... ... ... .
9. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tihialis cranialis)
Mandalung umur 10 minggu. Pewarnaan Hernatoksilin-eosin.
Skala 50 pm ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
10. Penampang melintang serabut otot paha (M. Tibiulis cruniul~.~)
Mandalung umur 12 minggu. Pewarnaan Hemutoksilin-eosin.
Skala 50 pm ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... . . . ... ... ... .

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 . Skema pembuatan preparat histologi otot paha (A4 Tibiulis
.
.
crunrulrs)....................................................................

35

2. Prosedur pewarnaan preparat histologi otot paha (M Tihiulis
. .
crunrulrs) ..................................................................

36

3. Perhitungan pembesaran dan skala foto ..............................

37

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Suplai daging saat ini didominasi oleh ayam ras. Hal ini menyebabkan
ketergantungan yang tinggi pada luar negeri daiam penyediaan daging berasal dari
unggas. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut perlu dicari sumber daging
alternatif sepeTti unggas lokal yaitu ayam kampung dan unggas air. Unggas air
yang dikenal masyarakat adalah itik dan entog yang mempunyai manfaat berbeda
- beda.

Itik dikenal sebagai unggas penghasil telur dengan produksi daging relatif
sedikit. Entog mempunyai produksi daging yang lebih banyak akan tetapi
produksi telurnya lebih sedikit daripada itik. Selain itu, pertumbuhan entog lebih
lambat dan konversi pakannya lebih rendah daripada itik. Ditinjau dari diameter
serabut otot, pada umur yang sama itik afkir memiliki diameter serabut otot dada
yang lebih besar dengan turgor yang lebih keras daripada entog.
Untuk mendapatkan produksi daging unggas air dalam jumlah yang
banyak dengan waktu yang relatif singkat, di luar negeri banyak diproduksi
Mandalung yaitu hasil persilangan itik dan entog. Produksinya di Indonesia
secara komersial belum dilakukan namun telah banyak dirintis dengan berbagai
penelitian mengenai produksinya, tetapi di lapangan sering terjadi perkawinan
secara alami antara itik jantan dan entog betina.
Produksi Mandalung yang banyak diteliti adalah pengbrunaan entog jantan
dan itik betina, karena mampu menghasilkan anak dalam jumlah yang banyak.
Kelemahan dari persilangan entog jantan dengan itik betina adalah telur tetasnya

L

mempunyai fertilitas yang rendah. Rendahnya fertilitas hasil perkawinan alami ini
disebabkan tubuh entog jantan yang besar dan itik betina yang kecil sehingga
mengalami kesulitan dalam perkawinan, disamping volume sperma entog yang
sedikit. Untuk mengatasi kesulitan fertilitas yang rendah secara alami dapat
digunakan itik jantan dan entog betina
Disadari bahwa volume produksi anak akan lebih rendah, akan tetapi
diharapkan berkurangnya jumlah ekor anak yang dihasilkan dapat diimbangi
dengan produksi daging per ekor yang lebih tinggi. Selain itu, Mandalung hasil
perkawinan antar itik jantan dengan entog betina dapat dilakukan oleh petemak di
pedesaan tanpa harus menguasai teknologi inseminasi buatan sehngga
memudahkan produksinya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas dalam rangka mengembangkan
Mandalung, diperlukan beberapa informasi yang menunjang kemampuannya
sebagai penghasil daging yang baik. Sebagai informasi awal mengenai efisiensi
produksi, maka perlu dipelajari pertumbuhan unggas tersebut. Pertumbuhan
merupakan kriteria penting dan menentukan penampilan produksi seekor temak.
Selanjutnya informasi tentang sifat

-

sifat daging, dipelajari serabut ototnya

untuk memahami tekstur dari daging tersebut.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang persilangan
yang baik dari segi (I) performans hasil persilangan dilihat dari pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan pakan dan (2) kecepatan pertumbuhan otot secara
mikroskopis.

3

Manfaat Penelitian
Ciri

-

ciri fisik dan histologis daging dari itik Mandalung lokal dapat

dijadikan dasar untuk strategi peningkatan kuantitas dan kualitasnya

Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang dikemukakan yaitu ( I ) jantan entog
akan menghasilkan keturunan yang

performans dan efisiensi penggunaan

pakannya lebih baik, (2) jantan entog akan menghasilkan keturunan dengan
serabut otot yang lebih halus dbandingkan pejantan itik.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Itik Mandalung
Mandalung adalah salah satu nama yang digunakan untuk hasil
persilangan antara entog jantan dengan itik betina lokal atau sebaliknya. Itik-itik
yang ada sekarang merupakan itik domestikasi yang berasal dari itik liar berkepala
hijau (Anas plufyrhynchos) yang banyak tersebar di bagian utara bumi (Clayton,
1984). Itik merupakan unggas air yang tergolong dalam

kelas Aves, ordo

Anseriformes, sub ordo Anseres, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus
Anatini, genus Anus dan spesies plutyrhynclzos (Crawford, 1990), sedangkan
entog atau lebih dikenal dengan nama itik manila (M~~scovy)
aslinya berasal dari
Amerika Latin. Pada tahun 1822 Fleming memberi nama Cuirinu moscatu untuk
entog seperti yang dikenal sekarang (Clayton, 1984). Entog tergolong kelas Aves,
ordo Anseriformes, sub ordo Anseres, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus
Cairinini, genus (hirana dan spesies moscufa (Crawford, 1990).
Pada umumnya itik lokal dikembangkan dengan menggunakan entog
sebagai pengerarn alami telur tetasnya. Hal ini membuka kesempatan terjadinya
perkawinan antara dua spesies hewan tersebut secara tidak sengaja atau alami.
Hasil persilangannya di Indonesia dikenal dengan berbagai nama, antara lain: itik
Mandalung, itik Serati, itik Branti, Tongki, Mule Duck (Srigandono, 1986).
Hasil persilangan itik dengan entog mempunyai badan yang lebih besar
dari kedua tetuanya. Secara morfologis, turunan F1 mempunyai bentuk badan
gabungan dari kedua tetuanya yaitu badan menyerupai entog sedang kepala dan
leher menyerupai itik (Ramirez el ul. 1976).

5
Mule duck merupakan temak yang steril yang dihasilkan dari persilangan
antara itik betina (Anus piutyrhynchos) dengan Muscovy (Chirinu mo.schata).
(Hoffman and Canning,1993). Ramirez et al.(1976) menyatakan bahwa mule duck
mempunyai organ reproduksi yang tidak berkembang (infertil). Marsidik (1990)
menyatakan bahwa pertumbuhan ovarium dan oviduk pada itik Mandalung
cenderung tidak berkembang atau rudimenter yang berbentuk menyerupai pita
tipis yang melingkar sisi kiri ruang abdomen sampai kloaka serta ukuran testis
pada itik Mandalung paling kecil jika dibandingkan dengan ukuran testis tetuanya.
Studi Evalinda (1989) terhadap itik Mandalung tidak terdapat spermatozoa
(uspermru) dalam semennya, kecuali hanya runtuhan runtuhan sel saja.
-

Ramirez ef ul. (1976) menyatakan bahwa hasil persilangan entog dengan
itik memperlihatkan pertumbuhan lebih cepat dari tetuanya. Disamping itu,
persilangan tersebut dapat meningkatkan daya guna pakan yang berkualitas
rendah dengan kemampuan mengembara yang baik dan kualitas karkas yang baik
pula (Hutabarat, 1982).
Scott et ul. (1969) menyatakan bahwa efisiensi pakan didapat dari kg
pakan dibagi kg bobot badan. Chu ef al. (1996) menyatakan bahwa dalam
penelitian mule duck umur antara I hari - 3 minggu efisiensi pakan sebesar 0.52.
Konversi pakan itik jantan umur 3 - 5 minggu dan 3 - 8 minggu sebesar 2.47 dan
3.64 (Bintang dan Tangendjaja, 1996).
Siswohardjono (1986) mengemukakan hasil pengamatannya pada
pertumbuhan anak itik, entog dan hasil persilangannya yang menunjukkan bahwa
anak itik Tegal mencapai pertambahan bobot badan maksimum yang merupakan
titik infleksi pada umur tiga minggu, mandalung pada umur empat minggu dan

6

entog pada umur 5 minggu. Hasil penelitian ini hampir sama dengan Harahap
(1993) yang menyatakan anak itik dan mandalung pada umur 4 minggu sedangkan
entog pada umur 5 minggu.
Retailleau (1999) menyatakan dalam ha1 curcus yreld, mule duck hasil
persilangan pekin dengan muscovy lebih dekat pada garis ibu pekin daripada garis
bapak muscovy.

Pertumbuhan
Pertumbuhan yaitu pembentukan jaringan

-

jaringan barn, yang

mengakibatkan tejadinya perubahan bobot, bentuk dan komposisi tubuh hewan
(Hammond, 1965). Berdasarkan penjelasan tersebut, fenomena pertumbuhan
mencakup antara lain reproduksi, pembahan dimensi, peningkatan ukuran linier,
pertambahan bobot atau massa. Di dalam proses perkembangan dapat terjadi salah
satu atau bahkan semua aktivitas seperti : penggandaan sel (multiplikasi),
pembesar sel (hipertrofi) dan penggabungan materi

-

materi yang berbeda di

sekelilingnya (inkorporasi). Penimbunan protein tubuh yang maksimal dicapai
pada fase permulaan perkembangan dan berangsur - angsur berkurang pada saat
penimbunan lemak menjadi nyata. Setelah melalui masa dewasa, pertambahan
bobot badan berkurang (Hammond, 1965).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, bangsa, pakan, musim
dan hormon (Hammond, 1965). Kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid yang
menampilkan hubungan antara bobot badan dengan umur. Pada kurva yang
berbentuk sigmoid tersebut terdapat dua bagian kecepatan pertumbuhan yaitu
bagian yang meningkat atau fase akselerasi dan bagian mendatar atau fase

7

retardasi yaitu kecepatan tumbuh yang berkurang. Keadaan ini merupakan
interaksi dari dua kekuatan yaitu kekuatan peningkatan pertumbuhan dan
kekuatan hambatan pertumbuhan.
Menurut Huxley (1932) proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh
mengikuti persamaan allometrik model Y
bentuk persamaan logaritma log Y

=

=a

X

b,

yang dapat dinyatakan dalam

log a + b log X, dimana X merupakan bobot

keseluruhan ; Y merupakan komponen tubuh yang mengalami tumbuh kembang;
a dan b merupakan konstanta dimana a adalah intersep dan b adalah koefisien
pertumbuhan Y relatif terhadap X. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan
menggunakan pendekatan di ini, maka bentuk seekor temak ditentukan oleh
proporsi bagian

-

bagian tubuhnya, tergantung pada keseluruhan dan bukan

tergantung pada jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai bobot
keseluruhannya.
Organ atau komponen tubuh mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Organ

-

organ yang secara fisiologis penting selama masa kehidupan embrio

mempunyai pertumbuhan yang cepat daripada setelah menetas, seperti : kepala
dimana terdapat otak dan mata. Organ

-

organ yang kurang berfungsi selama

masa penetasan, berkembang dengan pertumbuhan yang cepat setelah menetas
seperti sayap digunakan untuk terbang. Dengan demikian pertumbuhan dapat
diklastfikasikan menjadi tiga kelompok yaitu organ yang fungsinya penting untuk
aktivitas fisiologis tumbuh lebih dini seperti kepala, jantung, hati, sistem
pembuluh darah dan pencemaan. Organ- organ yang tumbuh tercepat kedua
setelah menetas adalah kaki, paru

-

paru, sayap, bulu dan ginjal. Selanjutnya

8
diikuti pertumbuhan organ

-

organ: ovarium, oviduct, limpa dan lemak tubuh

(Hafez, 1955).
Kepala merupakan anggota tubuh yang tumbuh lebih cepat dibandingkan
bagian tubuh lainnya. Kepala itik jantan lebih berat daripada itik betina pada
bobot tubuh, bobot tubuh kosong dan bobot karkas yang sama (Sartika, 1985).
Ayam jantan memiliki persentase kepala lebih tinggi, karena memiliki jengger
yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Dengan demikian persentase bobot
kepala dipengaruhi oleh jenis kelamin
Pada umumnya perkembangan temak dimulai dari bagian kepala bergerak
ke bagian belakang tubuh dan bagian lain mulai dari ujung kaki belakang
menyebar ke atas. Pertumbuhan tersebut bertemu pada bagian tengah tubuh
(Hammond, 1932). Anggraeni (1999) menyatakan bahwa arah perkembangan
bagian

-

bagian tubuh itik dan entog sama yaitu pertama dimulai dari kepala,

leher kemudan ke punggung. Selanjutnya dari pinggul ke punggung. Kedua dari
arah kaki ke paha atas dan b e r a h r ke sayap. Muryanto (2001) menyatakan arah
perkembangan tubuh ayam kampung dan hasil persilangannya dengan ayam ras
petelur betina dimulai dari kepala, leher ke punggung, pinggul kemudian dari kaki
menyebar ke atas ke arah paha dan dari sayap ke arah dada dan paha.
Laju pertumbuhan yang tinggi pada temak jantan disebabkan peran
hormon androgen. Menurut Nalbandov (1990) pada beberapa hewan, androgen
menstimulasi anabolisme protein dan juga meningkatkan retensi nitrogen. Hal ini
mungkin merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada jantan dewasa yang lebih
cepat dan lebih baik. Selanjutnya ditambahkan juga bahwa pemberian androgen

9

memperbesar jumlab clan kelebalan serabut otot serta kekuatan daya rentang dan
kemampuan kerja otot.

Fenomena Pertumbuhan Ditinjau dari Morfologis Otot
Pertumbuhan nyata merupakan peningkatan bobot organ dan jaringan
struktural seperti otot dan tulang. Peningkatan besaran parameter akan
mengakibatkan perubahan bentuk. Hal ini dapat dipahami karena semua
perubahan atau pertukaran zat

-

zat terjadi antar sel dan antara sel dengan

lingkungan (Forrest et a/. 1975 ). Beberapa organ memiliki ciri - ciri sel yang
lebih kecil. Secara khusus sel - sel yang kecil tersebut memiliki laju metabolisme
yang tinggi. Contoh untuk itu adalah set - sel hati dan ginjal yang ukurannya lebih
kecil dari sel

-

sel jantung yang berarti memiliki laju metabolisme yang lebih

tinggi. Demikian pula halnya dengan sel

-

sel hewan muda yang lebih kecil

daripada hewan dewasa (Widdowson, 1980)
Peningkatan tertinggi dari ukuran otot terjadi setelah lahir. Kecepatan
peningkatan dalam ukuran akan berkurang setelah mendekati kedewasaan.
Jaringan otot tumbuh dengan meningkat baik diameter maupun panjang. Diameter
jaringan otot meningkat dengan perbanyakan miofibril. Jumlah miofibril dalam
satu jaringan otot meningkat 10 - 15 kali selama hidup temak. Masing - masing
otot bervariasi terhadap kecepatan pertumbuhan. Otot yang lebih besar seperti otot
paha dan punggung memiliki kecepatan tertinggi pada pertumbuhan postnatal.
Secara umum diameter jaringan otot meningkat dengan meningkatnya umur,
pakan dan aktivitas fisik.

10

Daging tersusun terutama dari otot, ditambah dengan sejumlah variabel
semua tipe jaringan ikat, jaringan epitel dan jaringan syaraf. Keadaan tersebut
meliputi semua jaringan lunak serabut ikat yang tersusun dari sedikit serabut halus
dan sejumlah besar serabut retikuler. Lebih jauh Dellman dan Brown (1989)
menjelaskan bahwa selutar 20

-

40 serabut otot dan endomisium yang terkait,

dikelompokkan menjadi struktur yang disebut bundel primer atau fasikulus.
Dalam fasikulus serabut otot terpisah satu sama lain oleh jaringan retikuler halus
yang disebut endomisiurn. Endomisium disamping berfungsi sebagai pembalut
serabut otot juga menunjang jalinan pembuluh darah rambut. Selanjutnya
sejumlah variabel bundel primer dikelompokkan bersama

-

sama membentuk

bundel yang lebih besar disebut bundel otot sekunder. Bundel primer dan
sekunder ini diselubungi oleh jaringan ikat perimisium. Perimisium terdiri atas
suatu jaringan ikat kolagen. Selubung perimisium memiliki fungsi yang cukup
penting karena disana terdapat pembuluh darah, syaraf dan gelendong otot
(reseptor bentangan otot kerangka). Akhirnya, sejumlah variabel bundel sekunder
dikelompokkan bersama

-

sama membentuk sebuah otot, yang diselubungi

jaringan ikat yang disebut epimisium. Sebagian besar otot kerangka terpaut
langsung pada tulang dan sebagian daripadanya terpaut pada ligamentum, tulang
rawan dan kulit. Setiap otot diselaputi suatu jaringan ikat yang menjalari bagian
dalam otot.
Serabut otot mewakili 75

-

92 % dari total volume otot. Karakteristik

gambaran histologis menunjukkan bahwa serabut otot kerangka merupakan sel

-

sel bulat yang sangat panjang, tidak bercabang dan sejumlah inti gepeng terletak
pada selang agak beraturan tepat di bawah sarkolema. Sel

-

sel multi inti ini

11
berasal dari pembelahan sel

-

sel mono inti yang menghentikan pembelahan

mitosis sebelum perkembangan embrio. Dengan demikian semenjak lahir,
pertumbuhan otot kerangka lebih banyak disebabkan pembesaran daripada
pembelahan sel. Regenerasi serabut otot tidak terjadi setelah sel rusak.
Panjang serabut otot 1 - 40 mm, diameter 10

-

100 mikrometer (Dellman

dan Brown, 1989). Diameter serabut otot menentukan kekerasan dan tekstur
daging, serabut otot yang memiliki diameter besar penampilannya lebih kasar dan
lebih keras dibandingkan serabut otot yang berdiameter kecil (Desroir, 1977).
Hasil penelitian Anggraeni (1999) melaporkan bahwa bertambahnya umur
mengakibatkan bertambahnya ukuran diameter serabut otot.
minggu,

Pada umur 6

m. supracorucoideus itik memiliki ukuran yang lebih besar jika

dibandingkan pada umur 4 minggu. Peningkatan ukuran diameter yang cukup
besar pada m. supraoracoideus entog terjadi pada umur 8 minggu. Umur 12
minggu diameter serabut otot tersebut pada itik lebih besar dibandingkan entog.
Sudjatinah (1998) melaporkan hasil penelitian mengenai serabut otot dan
menunjukkan bahwa interaksi antara spesies (itik dan entog), asal otot (paha dan
dada) dan waktu pelayuan ( 2, 3, 4 dan 5 jam) berpengaruh nyata terhadap
diameter serabut , serabut otot paling besar terdapat pada otot paha itik.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001

-

Juni 2002.

Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas
Fakultas Petemakan IPB Darmaga. Pembuatan preparat histologi dilakukan di
Laboratorium Wistologi Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Materi penelitian
1. Ternak

Penelitian ini inengylnakan anak itik Mandalung 102 ekor yang terdiri
atas 5 1 ekor keturunan entog jantan dan 51 ekor keturunan itik jantan.

2. Pakan
Selama penelitian, digunakan 2 macam ransum komersial ayam broiler
produksi P.T Charoen Pokphan yaitu ransum starter untuk umur 0

-

4 minggu

dengan kode produksi BP I I dan finisher untuk umur 4 - 12 minggu dengan
kode produksi BP 12. Masing - masing ransum mengandung protein sebesar 20 %
dan 18 %, energi metabolis 2800 dan 3000 kkalikg. Ransum tersebut berbentuk
crumble.

3. Kandang

Kandang berukuran 2 x 2 m2 dengan tinggi 60 cm. Kandang tersebut
berlantai slm yang terbuat dari kayu. Pemanas digunakan sampai temak berumur
4 minggu.

4. Bahan dan Alat Pembuatan Preparat Histologi
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan preparat histologis daging
adalah NaCl fisiologis 0,9 %, asam pikrat jenuh, formalin pekat, asam asetat,
larutan alkohol, silol, parafin, hematoksilin, asam khlorida, eosin, dan perekat
(Entellan).
Peralatan yang digunakan dalam peneiitian ini meliputi mikroskop cahaya,
nampan plastik, stylvfvum, jarum pentul, silet, timer, thermometer, parafin, blok
penyangga jaringan, mikrotom rotasi (Reichert Jung, 820-II), gelas objek, gelas
penutup (cover glass), rak gelas objek, seperangkat alat foto mikroskop
(Olympus, C-35AD-4 ).

Metode Penelitian

I. Pelaksanaan
1 . 1 . Persiapan Kandang

Sebelum digunakan kandang

terlebih dahulu dibersihkan, diberi

desinfektan dan kapur. Pada baaan dnding yang terbuka dipasang tirai untuk
mencegah masuknya air hujan dan angin ke dalam kandang.

I . 2. Persiapan Ternak
Setelah tiba di kandang ternak ditimbang dan dilakukan pemasangan
nomor. Kemudian temak dibagi 3 secara acak yang menjadi ulangan. Pakan
dan air diberikan ad libitum. Pemuasaan terhadap pakan dilakukan selama 6
jam sebelum dipotong.

1.3. Pengukuran Alometri
Penimbangan bagian kepala, leher, punggung, pinggul, dada, sayap, paha
atas, paha bawah, kaki dan selaput kaki dilakukan pada umur 1.4, 8, dan 12
minggu. Setiap ulangan pada umur 1 minggu diwakili oleh 1 ekor, umur 4
minggu diwakili oleh 2 ekor, umur 8 minggu diwakili oleh 4 ekor, dan umur
12 minggu diwakili oleh 8 ekor. Sebelum dipotong, terlebih dahulu temak
ditimbang untuk mendapatkan bobot potong. Pemotongan dilakukan sampai
pembuluh darah terpotong untuk memperoleh pendarahan yang sempuma.
Setelah temak dicabuti bulunya, selanjutnya isi saluran pencemaan dan
empedu dikeluarkan untuk memperoleh bobot tubuh kosong.
Pemotongan bagian - bagian tubuh dilakukan secara anatomis. Kepala
dipotong pada sendi occipito-atlantis (atlanto-uccipitaljoinl) dan kaki pada
sendi tarsal. Bagian

-

bagian tubuh yang ditimbang adalah : kepala, leher,

punggung, pinggul, dada, sayap, paha atas, paha bawah, kaki. Bagian tubuh
dada, paha atas dan paha bawah setelah ditimbang kemudian diuraikan
menjadi bagian edible atau bagian tubuh yang dapat dikonsumsi (daging)
dan bagian inedible atau bagian tidak dapat dikonsumsi (tulang).
Pengukuran luas dilakukan pada selaput kaki. Pengukuran dilakukan
dengan membuat pola selaput kaki pada kertas karton manila. Pada karton
manila lainnya dibuat ukuran

-

ukuran tertentu dan ditimbang beratnya.

Berat karton manila yang ada pola selaput kaki dikonversikan dengan karton
manila yang mempunyai ukuran - ukuran tertentu tersebut.

1.4. Pembuatan Preparat Histologi

Pembuatan preparat histologi daging dilakukan pada daging paha

( M Tihialis cruniulis) dilakukan pada umur 8, 10 dan 12 minggu. Setiap
ulangan jumlah itik yang digunakan berturut - turut adalah 1, 2 dan 3 ekor.
Otot paha diambil dengan sayatan melintang. Pembuatan preparat dilakukan
berdasarkan modifikasi metode Romeis (1989) yaitu dehidrasi dengan cara
merendam materi dalam larutan alkohol bertingkat, penjemihan (clearing),
inflitrasi (tiurafinisasij dengan parafin sampai dengan penanaman materi
(embedding) untuk pembuatan blok jaringan. Selanjutnya dilakukan proses

penyayatan (sectioning) untuk setiap blok jaringan dengan sayatan setebal 5
pm dengan memakai mikrotom rotasi dan ditempelkan di atas gelas objek
bebas lemak. Setelah itu gelas objek yang sudah ada sayatan jaringan
disimpan dalarn inkubator pada suhu 40 'C

selama 1 malam. Proses

berikutnya adalah pewamaan (stuiningj dengan lzemutoksilin-eosin dan
penutupan jaringan dengan cover gluss (mounting).

2. Penilaian Morfologi
Pengukuran diameter serabut otot paha dilakukan dengan cara
menjumlahkan panjang dan lebar dibagi dua. Nilai yang diperoleh selanjutnya
dikonversikan dengan pembesaran mikroskop yang digunakan. Pengukuran
dilakukan pada lima fasikulus masing - masing terdiri atas lima serabut otot yang
dipilih secara acak.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi pakan, efisiensi pakan, karkas dan bagian

-

bagian karkas , diameter

serabut otot dan bagian persentase daging dan tulang (dada, paha atas, paha
bawah).

Analisis Data

Pengaruh persilangan terhadap bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi, persentase bagian daging clan tulang dianalisis dengan " uji t student "
(Steel and Torrie, 1991), sedangkan efisiensi pakan dianalisis seeara deskriptij
Laju pertumbuhan pada berbagai umur dan distribusi komponen

-

komponen bagan - bagian tubuh dipelajari denb~npersamaan Alometrik Huxley
(Huxley, 1932) sebagai berikut :
Y =axb
Fungsi pertumbuhan tersebut kemudian dianalisa sama seperti regresi linier
sederhana dalam bentuk log Y

=

log a + b log X. Peubahnya adalah bobot potong

dan bobot karkas (X), bobot masing masing komponen (Y). Konstanta a adalah
intersep dan koefisien pertumbuhan relatif terhadap X dinyatakan dengan nilai b.
Nilai b menunjukkan urutan pertumbuhan dari Y relatif terhadap X.
Koefisien pertumbuhan (b) dibandingkan dengan nilai 1.0, dipelajari
dengan uji t yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan, Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Efisiensi
Bobot badan dan pertambahan bobot badannya dalam penelitian ini
terdapat pada Tabel 1, Gambar 1 dan Gambar 2. Bobot badan pada umur 4 dan 12
minggu serta pertambahannya antara Mandalung keturunan EI dengan IE tidak
berbeda nyata.
Tabel I . Rataan bobot badan awal, pertambahan bobot badan, bobot badan
akhir, konsumsi dan efisiensi pakan Mandalung selama 12 minggu
penelitian

Umur 1 hari 4 minggu
Umur 1 hari - 12 m'
-

Kuwa pertumbuhan (Gambar 1) menunjukkan kedua macam Mandalung
mempunyai pola yang sama. Bobot badan EI pada umur 9 minggu lebih tinggi,
namun kemudian pada minggu ke 10 bobot tersebut sama dengan IE. Hal ini
disebabkan konsumsi Mandalung keturunan EI pada umur 10 minggu sudah mulai
menurun sehingga menyebabkan pertumbuhannya juga mengalami penurunan.
Bobot badan yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian

18
Rouvier et al. (1994) yaitu pada umur 4 dan 8 minggu mencapai bobot badan

1070 y a m dan 1997 yam.

Umur (minggu)

--

-

Gambar 1. Kurva pertumbuhan Mandalung
Hasil penelitian memperlihatkan rataan pertambahan bobot badan tertinggi
Mandalung keturunan El tejadi pada umur minggu kelima, sedangkan
Mandalung keturunan IE pada minggu ketiga (Gambar 2). Harahap (1993)
menjelaskan bahwa Mandalung keturunan El mengalami pertumbuhan tertinggi
pada minggu keempat, sedangkan Siswohardjono (1986) melaporkan bahwa
untuk itik, entog dan hasil persilangannya, titik infleksi dicapai pada umur minggu
ketiga, kelima, dan keempat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa titik infleksi
yang dicapai Mandalung mengikuti garis bapak

0

L..

-.
~~

Umur (minggu)

-

-

--

Gambar 2. Rataan pertambahan bobot badan Mandalung
Rataan konsumsi pakan serta efisiensi pakan selama penelitian terlihat
pada Tabel I, Gambar 3 dan Gambar 4 antar pasangan tetua Mandalung tidak
terlihat perbedaannya.
Tidak dijumpai perbedaan konsumsi pakan kedua macam Mandalung. Hal
ini disebabkan kandungan energi dan protein yang sama sehingga konversi
ransum yang dihasilkan juga tidak berbeda. Beberapa hasil penelitian tentang
konversi pakan ataupun feed eficiency dapat dlkutip antara lain, Chu et ul. (1996)
menyatakan bahwa efisiensi pakan pada mule duckling pada umur 1 hari
minggu sebesar 0.52. Konversi pakan itik jantan umur 3

-

-

3

5 minggu dan 3 - 8

minggu sebesar 2.47 dan 3.64 (Bintang dan Tangendjaja, 1996).

,

Umur (minggu)

'UEI

MIE;

p~~~~

---

-

Gambar 3. Rataan konsumsi pakan Mandalung

Umur ( minggu )
7

+lE
--

~~

~

~

~-

+il

-~-

Gambar 4. Rataan efisiensi pakan Mandalung

Etisiensi pakan menurut Scott el at. (1969) didapat dan kg pakan dibagi
kg bobot badan. Hasil penelitian pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa
Mandalung keturunan El nilai efisiensi pakannya pada umur 12 minggu 0.36 lebih

21
rendah (baik) dibandingkan Mandalung keturunan IE, yang berarti bahwa
Mandalung keturunan EI dapat menghemat 0.36 kg pakan untuk setiap 1 kg bobot
badan dibandingkan Mandalung keturunan IE.
kirkas dan Persentase Bagian - bagian Karkas
Rataan persentase karkas dan bagian

-

bagian karkas Mandalung umur 12

minggu terdapat pada Tabel 2
Tabel 2. Rataan persentase karkas dan bagian bagian karkas Mandalung
umur 12 minggu
-

Peubah

E

El

........................... ..(gram)...............................

Potong
Karkas
Karkas (%)
PUWZP~!Z
Pinggul
S ~ Y ~ P
Dada
Paha Atas
Paha Bawah

1

(n=24)
1963,02 337,76
1898,54 k 387,73
1 117,46 5 357,91
190,44
1099,04
56,21 + 4,20
3,91
58,58
........................... .(% karkas). ...........................
15,74 1,68
14,79 + 4,06
16,47 + 2,29a
14'14 f 2,68h
19,97 2,19
20,38 f 2,996
32,55 + 3,64
30,68 f 5,08
11,77 * 1,85"
10,05 f l,&lh
1,07
9,44
9,97 f 1,61
-

*
*

*

*
*

*

Sterangan Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa bagian pinggul dan paha atas Mandalung
keturunan EI lebih besar (p < 0.05) dari Mandalung keturunan IE. Besamya
bagian pinggul dan paha atas Mandalung keturunan El disebabkan bobot badan
yang relatif besar. Guna menopang tubuhnya yang relatif besar dibutuhkan
pinggul dan paha atas yang besar. Besarnya bobot badan Mandalung keturunan El
diduga diturunkan dari bapak entog.

22

Bobot Bagian Daging dan Tulang terhadap Bobot Karkas
Pertumbuhan bagian daging yang maksimal merupakan produksi temak
yang diharapkan oleh setiap petemak. Persentase bagian daging dan tulang selama
12 minggu penelitian terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan persentase bobot bagian daging dan tulang Mandalung
umur 12 minggu
Komponen Tubuh
Dada (%)
Daging
Tulang
Paha Atas
Daging
Tulang
Paha Bawah
Daging
Tulang

El

rE

*

84,71 i 2,47b
15,29 + 2,47h

*

77,24
22,76

* 6,20

74,78 5 1,9 1
25,22 1,91

82,61 3,27"
17,38 * 3,27"
77,77 4,28
22,22 5 4,28
75,41
24,58

* 6,20

* 3,66
* 3,66
*

lerangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(p < 0.05)

Persentase daging bagian dada Mandalung keturunan IE lebih tinggi
(p < 0.05) dari El. Hal ini diduga bahwa Mandalung keturunan rE mempunyai

kelebihan efisien dalam merubah pakan menjadi daging. Keadaan ini mungkin
dipengamhi oleh induknya yaitu Entog. Menurut Retailleau (1999) bahwa mule
duck lebih dekat pada garis ibu dalam irisan karkas dibandingkan garis bapak.

Hubungan antara Bobot Potongan Tnbnh dengan Bobot Potong
Analisis statistik hubungan antara potongan tubuh dengan bobot potong
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Intersep (log a), koefisien pertumbuhan relatif (b) dari log bobot
potongan tubuh (y) terhadap bobot potong (x)
Peubah
Spesies
Log X ~ o Yg
BP
/ Ke
EI

I

BP

SKk

IE
EI
IE

Konstanta Regresi
a
b
Sb
-0,56588 0,8028 0,0295

Nilai
b
1