Optimalisasi Pola Usahatani Tanaman Pangan pada Lahan Sawah dan Ternak Domba di Kecamatan Sukahaji, Majalengka

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN
PADA M H A N SAWAH DAN TERNAK DOMBA
Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA

Oleh :
ALLA ASMARA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ALLA ASMARA. Optimalisasi Pola Usahatani Tanaman Pangan pada Lahan Sawah
dan Ternak Domba di Kecamatan Sukahaji, Majalengka. Dibawah bimbingan
KUNTJORO sebagai ketua, SRI HARTOYO dan KOOSWARDHONO
MUDIKDJO sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan: (1) menentukan pola usahatani optimal tingkat petani
dan tingkat wilayah, (2) mengetahui alokasi sumberdaya pada pola usahatani
optimal tingkat petani dan tingkat wilayah, dan (3) menganalisis kelayakan usahatani
optimal tingkat wilayah. Analisis data menggunakan pendekatan program linier dan
analisis kelayakan.

Hasil analisis program linier menunjukkan bahwa pola tanam padi-bera
merupakan pola tanam yang menjadi aktivitas basis bagi petani yang menjalankan
aktivitas usahatani pada lahan sawah l x tanadtahun. Untuk petani yang menjalankan
usahatani pada lahan sawah 2x tanam/tahun, aktivitas pola tanam yang menjadi
aktivitas basis adalah aktivitas pola tanam padi-padi dan pola tanam padi-bawang
merah. Untuk petani yang mengusahakan pertaniannya pada lahan sawah 3x
tanadtahun, aktivitas pola tanam yang menjadi solusi optimal adalah pola tanam
padi-padi-padi, padi-bawang merah-bawang merah, dan pola tanam padi-bawang
merah-ubi jalar.
Pola tanam yang menjadi aktivitas basis pada tingkat wilayah adalah padibera, padi-ubi jalar, padi-bawang merah, padi-padi-padi, padi-padi-bawang merah,
padi-bawang merah-bawang merah, dan padi-bawang merah-ubi jalar. Pola tanam
optimal skenario I adalah pola tanam padi-bera, padi-padi, padi-bawang merah,
padi-padi-bawang merah, dan padi-padi-ubi jalar. Sementara itu, untuk pola
optimal skenario I1 adalah padi-bera, padi-bawang merah, dan padi-bawang merahbawang merah.
Aktivitas yang juga menjadi aktivitas basis adalah aktivitas memelihara
domba dan aktivitas meminjam kredit. Pada solusi optimal tingkat petani jumlah
ternak domba yang dapat dipelihara meningkat dari lima ekor menjadi tujuh sampai
delapan ekor. Adapun untuk tingkat wilayah terjadi peningkatan jumlah pemeliharaan
domba yaitu dari 6 637 ekor menjadi 26 687 ekor.
Analisis alokasi sumberdaya pada pola usahatani optimal menunjukkan bahwa

pada tingkat usahatani sumberdaya yang menjadi pembatas adalah lahan, hijauan
maltanan ternak, pupuk anorganik, dan sumberdaya modal. Sumberdaya yang
menjadi pembatas pada tingkat wilayah adalah lahan sawah l x tanadtahun, bibit
tanaman, pupuk anorganik, kapasitas tampung ternak, dan modal petani. Pada
skenario I sumberdaya yang menjadi pembatas adalah semua tipe lahan, sumberdaya
modal petani, dan kredit usahatani. Hal yang sama juga berlaku pada skenario 11
kecuali untuk sumberdaya kredit usahatani yang diasumsikan tersedia pada skenario
ini. Adapun hasil analisis kelayakan adalah: NPV= Rp 709 544 275, NetB/C = 1.04,
dan IRR = 21.59 %. Hal ini menunjukkan bahwa ditinjau dari aspek finansial pola
usahatani optimal tingkat wilayah layak untuk dikembangkan.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
OPTIMALISASI POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA
LAHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA DI KECAMATAN SUKAHAJI,
MAJALENGKA
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.


Bogor, 23 Mei 2002

Alla Asmara
Nrp. 9700 11EPN

OPTIMALISASI POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN
PADA LAHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA
DI KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA

Oleh :
ALLA ASMARA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Optinlalisasi Pola lJsahatani Tananlan Pangan pada Lahan

Sawah dan Ternak Domba di Kecamatan Sukahaji,
Majalengka
Nama Mahasiswa

: Alla Asmara

Nomor Pokok

: 97001

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian


Menyetujui,

.-c-.--

Dr. Ir. Sri Hartovo, MS
Ailggota

2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

Tanggal Lulus : 23 Mei 2002

Prof. Dr.Ir. Kooswardhono Mudikdio, M 4
Anggota

I


a

MSc

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan sebagai anak ketujuh dari pasangan Drs. H. Suryadi
Bambang dan Hj. Maesudeh (Almh.). Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Januari
1973 di Cikarang-Bekasi.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1985 di SDN Dwiguna
Cikarang. Pendidikan lanjutan penulis tempuh di SMPN 2 Cikarang, selesai pada
tahun 1988. Tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Bekasi,
selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima melalui jalur USMI pada Fakultas
Peternakan IPB. Penulis menyelesaikan Sarjana Perternakan pada tahun 1996.
Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai staf pengajar pada Jurusan Sosial
Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan pada tahun yang sama
penulis mernperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana IPB.
Penulis menikah dengan Siti Nurhayati pada tahun 1998, dan sudah dikarunia
dua orang putri yang diberi nama Vania Kirana Asmara dan Tiara Mustika Asmara.


PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, dengan rahrnat dan hidayah-Nya, tulisan
ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul 'Optimalisasi Pola Usahatani
Tanaman Pangan pada Lahan Sawah dan Ternak Domba di Kecamatan Sukahaji
Kabupaten Majalengka' ini disusun sebagai syarat tugas akhir pada Program
Magister, Program Pascasarjana IPB.
Banyak pihak telah memberikan bantuan sejak awal perkuliahan sampai pada
penyusunan tesis ini. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Kuntjoro, Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc, dan Dr. Ir. Sri

Hartoyo, MS atas bimbingan dan arahan yang diberikan sejak penyusunan dan
perencanaan penelitian hingga selesai penulisan.
2. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
dan semua staf pengajar Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, yang telah
mengajar dan memberikan pengarahan dalam perkuliahan sampai pada penulisan
tesis ini.
3. Direktur dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta


semua staf administrasi yang telah membantu kelancaran administrasi perkuliahan
sampai pada penulisan tesis ini.
4. Staf pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan
IPB atas bantuan dan dorongannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Terima kasih yang tulus buat yang tercinta isteriku Nunu dan anak-anakku
Anna dan Tiara atas kesabaran dan pengertian yang mendalam selama penulis

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima
kasih yang sebesar-besarnya buat Bapak Drs. H. Suryadi Barnbang dan Ibu Hj.
Maesudeh (Almh.) serta Bapak Mertua U. Tajudin dan Ibu Mertua Lasmanawati
yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Rasa terima kasih juga disampaikan untuk Keluarga Kang Nana dan Mas Sigit serta
semua keluarga yang senantiasa mendoakan keberhasilan penulis selama mengikuti
pendidikan di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasan yang ada pada penulis sehingga
tesis ini masih banyak keterbatasannya, tetapi satu harapan penulis semoga tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi pegembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Mei 2002


Penulis

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

............................................................

X

.........................................................

xiv

.......................................................

xv

DAFTAR GAMBAR


DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

...........................................................

1.1. Latar Belakang

...........................................................

1

....................................................

4

....................................................................

6

1.2. Perumusan Masalah

1.3. Tujuan

1

1.4. Kegunaan Hasil Penelitian

.............................................

7

.......................

7

.....................................................

8

................................................................

8

............................................

11

111. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS ..................................

15

....................................................

15

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

I1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu

3.1. Konsep Optimalisasi

3.2. Konsep Analisis Biaya Manfaat

IV . METODOLOGI

.......................................

22

............................................................... 27

4.1. Lokasi Penelitian

........................................................

27

....................................................

27

4.2. Populasi dan Sampel

4.3. Jenis dan Sumber Data ......................
.
.
......................
4.4. Analisis Data

.............................................................

28

......................................

29

...........................................

36

4.4.1. Analisis Program Linier
4.4.2. Analisis Kelayakan

28

viii

V . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..........................
5.1. Lokasi dan Topografi ..................................................
5.2. Kependudukan ...........................................................
5.3. Keadaan Pertanian ......................................................
5.4. Keadaan Peternakan ...................................................
VI . HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................
6.1. Karakteristik Responden ..............................................
6.2. Karakteristik Usahatani ................................................
6.2.1. Penggunaan Lahan .............................................
6.2.2. Penggunaan Tenaga Kerja ....................................
6.2.3. Penggunaan Input Faktor .....................................
6.2.4. Modal Usahatani ...............................................
6.2.5. Produktivitas dan Pendapatan ................................
6.3. Karakteristik Usahaternak Domba ....................................
6.4. Pola Usahatani Optimal ...............................................
6.4.1. Pola Usahatani Optimal Tingkat Petani .....................
6.4.2. Pola Usahatani Optimal Tingkat Wilayah ..................
6.5. Analisis Kelayakan .....................................................
VII . KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
7.1. Kesimpulan .............................................................. 110
7.2. Saran ..................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 113
LAMPIRAN .................................................................... 116

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Struktur Matrik Program Linier pada Tingkat Petani

............................

2. Struktw Matrik Program Linier pada Tingkat Wilayah

30

.........................

30

3 . Komposisi Penduduk Kecamatan Sukahaji dan Desa Contoh
Berdasarkan Kelompok Usia .............................................................

40

4. Komposisi Penduduk Kecamatan Sukahaji dan Desa Contoh

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

............................................................

41

5. Komposisi Penduduk Kecamatan Sukahaji dan Desa Contoh

Berdasarkan Pekerjaan Utama

................................................................

41

6. Luas Lahan Sawah di Kecamatan Sukahaji Berdasarkan

Jenis Pengairan

.......................................................................................

42

7. Luas Lahan Non-Sawah di Kecamatan Sukahaji Berdasarkan

Jenis Pemanfaatan

..................................................................................

8. Sebaran Populasi Ternak di Kecamatan Sukahaji

9. Karakteristik Responden

..................................

42
43

........................................................................

45

..........................................................................

47

11. Pola Tanam yang Dipertimbangkan Masuk dalam Model Perencanaan
Optimal ...................................................................................................

49

12. Surnberdaya Lahan yang Dikuasai Oleh Responden

50

10. Karakteristik Usahatani

13. Kegiatan Budidaya Tanaman

..............................

.................................................................

14. Curahan Kerja pada Setiap Pola Tanam

.................................................

51
51

15. Rataan Penggunaan Bibit Tanaman Per Hektar Per Musim Tanam

di Kecamatan Sukahaji ...........................................................................

16. Ketersediaan Bibit Tanaman

..................................................................

55
56

17. Rataan Penggunaan Pupuk Anorganik Per Hektar Per Musim Tanam
di Kecamatan Sukahaji ...........................................................................
18. Rataan Penggunaan Pupuk Anorganik Untuk Setiap Jenis Tanaman
Per Musim Tanam di Kecamatan Sukahaji ............................................
19. Ketersediaan Pupuk Anorganik

..............................................................

20. Biaya Produksi Setiap Jenis Tanaman Per Musim Tanam ................
21. Jumlah Produksi Rata-rata Setiap Pola Tanam

...................................

22. Tingkat Produktivitas Setiap Jenis Tanaman Per Musim Tanam ............
23. Tingkat Pendapatan Bersih Setiap Pola Tanam

...................................

24. Distribusi Responden Berdasarkan Ternak Domba yang Dipelihara
25 . Rata-rata Jumlah Ternak yang Dimiliki Oleh Responden
26. Tingkat Pendapatan Usahaternak Domba

....

.....................

..............................................

27. Aktivitas Basis pada Pola Usahatani Optimal Tingkat Petani

...............

28. Aktivitas Non-Basis pada Pola Usahatani Optimal Tingkat Petani

.......

29. Penggunaan Tenaga Kerja pada Pola Usahatani Optimal
Tingkat Petani .........................................................................................
30. Penggunaan Bibit Tanaman pada Pola Usahatani Optimal
Tingkat Petani .........................................................................................
3 1. Penggunaan Pupuk Anorganik pada Pola Usahatani Optimal
Tingkat Petani .........................................................................................
32. Penggunaan Modal Sendiri dan Pinjaman Kredit pada Pola Usahatani
Optimal Tingkat Petani .........................................................................
33. Sumberdaya Langka pada Pola Usahatani Optimal
Tingkat Petani .........................................................................................
34. Perbandingan Tingkat Pendapatan Petani pada Kondisi Aktual dan
Solusi Optimal ........................................................................................

35 . Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada
Pola Usahatani Optimal Lahan Sawah l x TanarnITahun

....................

36 . Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani Optimal
Lahan Sawah l x TanamITahun .......................................................
37. Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada
Pola Usahatani Optimal Lahan Sawah 2x TanarnJTahun

.................

38 . Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani Optimal
Lahan Sawah 2x TandTahun .......................................................
39. Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada
Pola Usahatani Optimal Lahan Sawah 3x TandTahun .......................
40. Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani Optimal
Lahan Sawah 3x TandTahun .......................................................
41 . Aktivitas Basis pada Pola Usahatani Optimal Tingkat Wilayah.
Skenario I. dan Skenario I1 ...........................................................
42. Aktivitas Non-Basis pada Pola Usahatani Optimal Tingkat Wilayah
43 . Aktivitas Non-Basis pada Pola Usahatani Optimal Skenario I

....

..............

44. Aktivitas Non-Basis pada Pola Usahatani Optimal Skenario I1 .............
45 . Alokasi Optimal Sumberdaya Lahan Untuk Setiap Musim Tanam
pada Tingkat Wilayah ............................................................................
46. Alokasi Optimal Sumberdaya Lahan Untuk Setiap Musim Tanam
pada Skenario I .......................................................................................
47. Alokasi Optimal Sumberdaya Lahan Untuk Setiap Musim Tanam
pada Skenario I1 ......................................................................................
48 . Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Sumberdaya
Modal Petani pada Pola Usahatani Optimal Tingkat Wilayah

...............

49. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Sumberdaya
Modal Petani pada Pola Usahatani Optimal Skenario I .......................
50. Penggunaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Sumberdaya
Modal Petani pada Pola Usahatani Optimal Skenario I1 ......................

85

5 1. Sumberdaya Langka pada Pola Usahatani Optimal
Tingkat Wilayah .....................................................................................
52 . Sumberdaya Langka pada Pola Usahatani Optimal Skenario I ............

53 . Sumberdaya Langka pada Pola Usahatani Optimal Skenario I1 ........
54 . Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada Pola
Usahatani Optimal Tingkat Wilayah ......................................................
55 . Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani
Optimal Tingkat Wilayah ......................................................................
56. Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada Pola
Usahatani Optimal Skenario I ................................................................
57. Kisaran Nilai Perubahan Koefisien Fungsi Tujuan pada Pola
Usahatani Optimal Skenario I1 ..............................................................
58. Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani
Optimal Skenario I ..............................................................................
59. Kisaran Nilai Perubahan Sumberdaya pada Pola Usahatani
Optimal Skenario I1 .............................................................................
60. Kriteria Kelayakan pada Pola Optimal Tingkat Wilayah .......................

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Isokuan Produsen A dan Produsen B ........................................................

15

2. Penentuan Kombinasi Optimum dari Dua Produk ...................................

17

3. Manfaat Bersih Tarnbahan dari Suatu Proyek ..........................................

23

4 . Alokasi Lahan pada Pola Optimal Lahan Sawah 1x Tanam/Tahun ........

77

5. Alokasi Lahan pada Pola Optimal Lahan Sawah 2x TanarnJTahun ........

77

6 . Alokasi Lahan pada Pola Optimal Lahan Sawah 3x Tanam/Tahun ........

77

7 . Alokasi Lahan pada Pola Optimal Tingkat Wilayah ...............................

98

8. Alokasi Lahan pada Pola Optimal Skenario I .........................................

98

9. Alokasi Lahan pada Pola Optimal Skenario I1 .......................................

98

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Perhitungan Ketersediaan Tenaga Kerja, Ketersediaan Modal, dan
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Rurninansia di Kecamatan
Sukahaji ..............................................................................................

117

2. Aktivitas Petani pada Lahan Sawah l x TandTahun di Kecamatan
Sukahaji yang Dipertimbangkan dalam Program Linier ....................

1 18

3. Kendala yang Dipertimbangkan dalam Program Linier untuk Petani
pada Lahan Sawah 1 x T a n d a h u n di Kecamatan Sukahaji ..............

1 19

4. Model Program Linier Aktivitas Petani pada Lahan Sawah
1 x TanamITahun di Kecamatan Sukahaji ...........................................

120

5. Aktivitas Petani pada Lahan Sawah 2x TandTahun di Kecamatan
Sukahaji yang Dipertimbangkan dalam Program Linier .......................

121

6. Kendala yang Dipertimbangkan dalam Program Linier untuk Petani
pada Lahan Sawah 2x TandTahun di Kecamatan Sukahaji ..............

122

7. Model Program Linier Aktivitas Petani pada Lahan Sawah
2x TandTahun di Kecamatan Sukahaji ........................................

123

8. Aktivitas Petani Pada Lahan Sawah 3x TanarnITahun di Kecamatan
Sukahaji yang Dipertimbangkan dalam Program Linier ........................

125

9. Kendala yang Dipertimbangkan dalam Program Linier untuk Petani
pada Lahan Sawah 3x T a n d a h u n di Kecamatan Sukahaji ..............

126

10. Model Program Linier Aktivitas Petani pada Lahan Sawah
3x TandTahun di Kecamatan Sukahaji ........................................

127

1 1. Aktivitas Petani pada Tingkat Wilayah, Skenario I, dan Skenario I1
yang Dipertimbangkan dalam Program Linier ......................................

130

12. Kendala yang Dipertimbangkan dalam Program Linier
untuk Tingkat Wilayah, Skenario I, dan Skenario I1 ..............................

131

13. Model Program Linier Aktivitas Petani pada
Tingkat Wilayah ....................................................................................

1 32

14. Model Program Linier Aktivitas Petani pada Skenario I

.......................

15. Model Program Linier Aktivitas Petani pada Skenario I1

.....................

16. Proyeksi Populasi dan Penjualan Ternak Domba Betina pada
Tingkat Wilayah ...................................................................

17. Proyeksi Populasi Induk dan Penjualan Ternak Domba Jantan pada
Tingkat Wilayah ................................................. .................
18. Proyeksi Populasi Ternak Domba pada Tingkat Wilayah

....................

19. Proyeksi Fisik Input dan Output Usahaternak Domba pada
Tingkat Wilayah ..................................................................

20. Proyeksi Penerimaan dan Biaya Usahaternak Domba pada
Tingkat Wilayah ..................................................................
21. Tingkat Pendapatan Bersih Untuk Pola Tanarn Optimal Tingkat
Wilayah ...........................................................................
22. Investasi, Penerimaan, dan Biaya Produksi pada Pola
Optimal Tingkat Wilayah .......................................................................
23. Cashflow Pola Usahatani Optimal Tingkat Wilayah

.............................

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat
menjadi suatu koreksi akan strategi pembangunan yang selama ini dilaksanakan.
Krisis tersebut ternyata telah menyadarkan kita akan pentingnya peranan sektor
pertanian. Isu kerawanan pangan dan pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai dampak
dari krisis yang terjadi merupakan isu yang secara langsung berkaitan dengan sektor
pertanian. Argumen untuk hal ini tidak lain karena sektor pertanian merupakan
sektor penyedia bahan pangan dan pada sektor ini pulalah sebagian besar penduduk
Indonesia menggantungkan hidupnya. Dengan demikian pemberdayaan ekonomi
tampaknya dapat diwujudkan melalui pemberdayaan sektor pertanian.
Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pengembangan suatu sistem usahatani
pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Hal ini sejalan
dengan salah satu sasaran pembangunan nasional yaitu meningkatkan tarap hidup
penduduk melalui peningkatan pendapatan. Namun, pada sisi lain usahatani yang
dikelola oleh para petani seringkali menghadapi berbagai kendala pengembangan.
Keterbatasan sumberdaya yang dikuasai merupakan karakteristik yang seringkali
melekat pada usahatani di negara-negera berkembang, termasuk di Indonesia.
Keterbatasan dalam penguasaan lahan, modal, dan input produksi lainnya serta
rendahnya kemampuan dalam aspek pengelolaan merupakan kondisi yang membawa
implikasi pada pola pengusahaan yang tidak efisien.

Pembangunan pertanian di Indonesia juga terbentur pada masalah kepadatan
penduduk, pertarnbahan penduduk relatif tinggi, tidak meratanya

penyebaran

penduduk serta tidak meratanya struktur umur (Jenahar, 1990). Kondisi tersebut
berdampak pada semakin sempitnya lahan usahatani yang tersedia sebagai akibat dari
pengkonversian lahan usahatani menjadi kawasan perurnahan atau pemanfaatan
lainnya yang dinilai lebih memberikan "nilai guna".
bahwa
15 000

Data yang ada menunjukan

di Pulau Jawa setiap tahun terjadi pengkonversian lahan sawah seluas

-

23 000 hektar. Disamping itu, penurunan kesuburan tanah dan adanya

degradasi tanah menjadi faktor lain yang juga dihadapi dalam pembangunan bidang
pertanian.

Holden (2000) mengungkapkan bahwa degradasi lahan yang terus

menerus merupakan ancaman dalam pembangun ekonomi terhadap potensi produksi
pangan masa mendatang.
Suatu upaya yang dapat dilakukan guna

mempertahankan keberadaan

usahatani dan menjagalmeningkatkan stabilitas pendapatan petani adalah dengan
mengembangkan sistem usahatani terpadu (farming system).

Farming system

merupakan suatu konsep pengembangan pertanian yang memandang usahatani
sebagai suatu sistem. Hal ini mengandung pengertian bahwa antara berbagai cabang
usahatani yang dikelola oleh petani memiliki saling keterkaitan dan berinteraksi satu
sama lain. Keterkaitan dan interaksi tersebut baik dalam ha1 penggunaan input
maupun tingkat output yang dihasilkan. Dengan demikian petani dituntut mampu
memadukan berbagai kombinasi cabang usahatani sehingga tercipta keterkaitan yang
bersifat saling mendukung dengan interaksi positif.

Berbagai kajian yang telah dilakukan menunjukan bahwa dengan penerapan
pola usahatani terpadu akan diperoleh berbagai keuntungan, antara lain: (1) dapat
memperkecil resiko kegagalan produksi salah satu cabang usaha, (2) dapat menjamin
distribusi tenaga kerja yang relatif merata sepanjang tahun, (3)

dapat

mempertahankan keseimbangan unsur hara tanah, dan (4) dapat mencegah terjadinya
penyebaran serangan hama dan penyakit.
Berkaitan dengan penerapan pola usahatani terpadu, sebagian petani di
Kecamatan Sukahaji, Kabupatan Majalengka dalam usahataninya disamping
mengembangkan berbagai jenis tanaman (padi, bawang merah, dan ubi jalar) dengan
pola tanam tertentu pada setiap musim tanam juga memelihara ternak. Pengembangan
usahatani yang terdiri atas berbagai cabang usaha tersebut (tanaman dan ternak)
selain didasarkan atas kebiasaan serta pengalaman juga diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan petani. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kombinasi
cabang usaha yang dijalankan oleh petani harus dilakukan

atas dasar

pola

pemanfaatan sumberdaya secara optimal.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan pertanian dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia secara optimal maka diperlukan suatu perencanaan yang
sistematis, terarah dan berkelanjutan. Perencanaan dalam pembangunan pertanian
dipandang perlu karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup sebagian besar
rakyat dan harus mampu menjadi landasan yang kuat bagi kemandirian ekonomi
karena negara kita adalah negara agraris. Kondisi krisis yang terjadi merupakan
pembenaran akan argumen tersebut.

1.2. Perurnusan Masalah
Sejak Repelita 111, perencanaan pembangunan pertanian diarahkan pada pola
pengembangan yang bersifat terpadu melalui Kebijaksanaan Trimatra Pembangunan
Pertanian.

Keterpaduan yang dimaksud dalam trimatra tersebut meliputi:

(1) kebijaksanaan usahatani terpadu, (2) kebijaksanaan komoditi terpadu, dan
(3) kebijaksanaan wilayah terpadu. Pendekatan kebijaksanaan tersebut dilakukan
dalam rangka mendayagunakan dan

menggerakan potensi surnberdaya alam,

manusia, teknologi, dan modal secara optimal.
Pada kenyataannya, perencanaan yang disusun dalam pembangunan pertanian
perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan sosio-budaya masyarakat
setempat. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap daerah memiliki daya
dukung serta keunggulan komparatif yang berbeda bagi pengembangan suatu sistem
usahatani. Demikian pula dengan sosio-budaya masyarakat pada setiap daerah juga
berbeda-beda. Schickele (1966) mengemukakan bahwa dalam mengarnbil keputusan
untuk suatu perencanaan pembangunan pertanian, yang diarnati bukan hanya
masalah-masalah yang menyangkut individu petani dengan usahataninya tetapi juga
perlu dipelajari masalah-masalah diluar usahatani serta lingkungan yang dapat
menghambat petani dalam memodernisir usahataninya untuk meningkatkan produksi
pertanian.
Perencanaan pembangunan pertanian, pada dasarnya ditujukan untuk mencari
alternatif pengembangan sistem usahatani baik pada tingkat petani maupun wilayah.
Kindelberger dan Herrick (1984) mengemukakan bahwa mencari alternatif sistem
usahatani merupakan masalah alokasi sumberdaya yang cukup komplek.

Berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya, lahan dan modal merupakan
sumberdaya yang seringkali menjadi kendaldpembatas. Pemilikan lahan sawah di
Jawa adalah kurang dari 0.25 hektar dan di luar Jawa 0.50 hektar, sedangkan
pemilikan lahan kering di Jawa 0.50 hektar dan diluar Jawa 1.00 hektar. Pemecahan
kendala tersebut antara lain diungkapkan oleh Cooke (1982) yang menyarankan dua
cara, yaitu: (1) dengan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya yang terbatas melalui
kombinasi usahatani sehingga mampu membentuk modalnya sendiri, dan (2) melalui
pemberian kredit usahatani, dengan harapan petani akan mampu meningkatkan
penggunaan input yang lebih tinggi, sehingga produksi yang akan dicapai relatif
lebih tinggi.
Dalam hubungannya dengan penerapan sistem usahatani terpadu, petani di
Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka telah mengembangkan berbagai pola
tanam yang dikombinasikan dengan usahaternak. Pengembangan usahatani tanaman
dan ternak dalam batas-batas tertentu dapat memberikan kontribusi positif bagi
usahatani secara keseluruhan.

Sebagai contoh adalah terjadinya peningkatan

efektifitas penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, meningkatkan pemanfaatan
limbah pertanian untuk makanan ternak serta meningkatkan pemanfaatan kotoran
ternak untuk pupuk pertanian. Lebih lanjut pengembangan usahatani tanaman dan
ternak ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani dari
usahatani yang dijalankannya.
Narnun demikian, karena keterbatasan sumberdaya dan kemampuan dalam
mengelola usahataninya sehingga pemilihan cabang usaha seringkali didasarkan atas
pertimbangan faktor kebiasaan dan apa yang dapat dilakukan oleh pertani serta bukan

didasarkan atas pertimbangan efisiensi. Dengan kondisi demikian maka alokasi
sumberdaya yang dikuasai oleh petani seringkali belum optimal dan pengelolaan
usaha menjadi tidak efisien dengan tingkat produktivitas relatif rendah. Implikasi
selanjutnya adalah tingkat pendapatan yang dicapai petani belum maksimal.
Demikian pula dengan sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan daerah.

Hal ini mengindikasikan perlunya dilakukan kajian menyeluruh terhadap usahatani
terpadu (tanaman dan ternak) yang dijalankan oleh petani agar sumberdaya yang
dimiliki dapat dialokasikan secara optimal. Dengan demikian permasalahan yang
dikaji dalam penelitian adalah menyangkut pengembangan sistem usahatani secara
optimal yang mampu memanfaatkan sumberdaya yang tersedia sehingga
mendatangkan pendapatan maksimum baik bagi petani maupun bagi daerah yang
bersangkutan.

1.3. Tujuan
Dengan merujuk pada perurnusan masalah di atas maka tujuan studi ini
adalah:

1. Menentukan pola usahatani optimal pada tingkat petani dan tingkat wilayah.
2. Mengetahui alokasi sumberdaya pada pola usahatani optimal tingkat petani dan
tingkat wilayah.
3. Menganalisis kelayakan pola usahatani optimal tingkat wilayah.

1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:
1. Pemerintah daerah setempat, khususnya dinas pertanian, sebagai bahan masukan
dalam rangka

penyusunan rencana pengembangan usahatani pada tingkat

wilayah.
2. Petani di wilayah penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan
cabang usahatani yang dijalankannya sesuai dengan sumberdaya yang dikuasai.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mencakup analisis alokasi
penggunaan sumberdaya yang ada di wilayah kajian. Analisis alokasi dilakukan pada
tingkat petani dan tingkat wilayah. Analisis alokasi sumberdaya dilakukan dengan
pendekatan program linier. Disamping analisis alokasi sumberdaya, pada tingkat
wilayah juga dilakukan analisis kelayakan terhadap pola optimal yang dicapai.
Keterbatasan dari penelitian ini meliputi: (1) analisis usahatani yang dilakukan
terhadap usahatani tanaman pangan dan ternak domba sedangkan untuk tanaman
perkebunan, perikanan, dan jenis ternak lainnya tidak dimasukkan dalarn penelitian
ini, (2) analisis usahatani yang dikaji adalah usahatani lahan sawah dan tidak
memasukkan usahatani pada tipe lahan lainnya, dan (3) analisis kelayakan yang
dilakukan merupakan kelayakan secara finansial, bukan kelayakan ekonomi.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani
Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian
merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap
pendapatan nasional dan sangat berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
Kegiatan usaha dalam bidang pertanian yang berkaitan secara langsung
dengan budidaya (produksi) lebih umum dikenal dengan usahatani. Mosher (1983)
menjelaskan bahwa usahatani adalah sebagian dari permukaan burni dimana seorang
petani, suatu keluarga tani atau badan tertentu lainnya bercocok tanam atau
memelihara ternak.
Dalam menjalankan usahataninya seringkali petani tidak hanya mengusahakan
satu cabang usaha melainkan terdiri dari beberapa cabang usaha seperti usahatani
tanaman pangan dan usahaternak. Hal ini dilakukan oleh petani atas dasar berbagai
pertimbangan antara lain menyangkut sifat komplemen antara cabang usaha yang
dijalankan serta harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Soeharjo
dan Patong (1973) membagi usahatani menurut polanya, yaitu berdasarkan jumlah
cabang usaha dalam suatu usahatani, menjadi: (1) usahatani khusus, yaitu usahatani
yang mempunyai satu cabang usaha, (2) usahatani tidak khusus, yaitu usahatani yang
dilakukan terdiri dari berbagai cabang usaha pada sebidang tanah, dan (3) usahatani
campuran, yaitu usaha yang dilakukan secara bercampur antara tanaman dengan
ternak.

Pada saat ini usahatani telah cukup berkembang baik sebagai salah satu
bentuk usaha maupun sebagai ilmu pengetahuan. Hernanto (1989) menjelaskan
bahwa ilmu usahatani merupakan cabang dari ilmu pertanian. Ilmu ini mempelajari
ha1 ihwal usahatani yang meliputi organisasi, operasi pembiayaan, dan penjualan.
Soekartawi ( 1 995) mejelaskan bahwa ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang
mereka kuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Salah satu konsep yang berkembang seiring dengan perkembangan pola
pengusahaan dalam suatu usahatani adalah yang dikenal dengan konsep usahatani
terpadu Varming systems). Konsep tersebut memandang bahwa suatu usahatani
merupakan suatu sistem.

Hal ini mengandung pengertian bahwa antara berbagai

cabang usaha yang dikelola oleh petani memiliki saling keterkaitan dan berinteraksi
satu sama lain.

Dengan demikian petani harus mampu memadukan berbagai

kombinasi cabang usaha tersebut guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hardwood

(1979) menjelaskan bahwa farming system adalah paduan dari proses biologis dan
aktivitas pengelolaan sumberdaya untuk memproduksi tanaman dan ternak. Definisi
tersebut lebih lanjut dikembangkan oleh Shaner et al. ( 1 982) yang menyatakan bahwa

farming

system adalah suatu yang unik dari pengaturan cabang usaha yang

berimbang dari suatu usahatani. Unik dalam arti kemampuan petani mengelola,

mengendalikan dan memadukan aspek agronomi dan aspek sosial ekonomi dengan
memperhatikan aspek lingkungan tertentu.
Shaner et al. (1982) lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk memperoleh
gambaran keberadaan farming systems dalam lingkungan tertentu maka ada beberapa
faktor penentu yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Rumah tangga sebagai satu unit kesatuan. Rumah tangga merupakan elemen
kunci dalam riset farming systems.
2. Sumberdaya rumah tangga petani. Sumberdaya yang dikuasai dapat dibedakan

a. Tanah, yang meliputi ukuran tanah, pemilikan tanah, pembagian tanah,
penggunaan tanah, hubungan antara pemilik dan penyewa, kualitas tanah,
ketersediaan air dan lokasi tanah.
b. Tenaga kerja, yang meliputi jurnlah, urnur, kelamin, anggota keluarga, tingkat
produktivitas dan kesehatan, pembagian waktu antara di dalam dan diluar
usahatani, sifat dan keinginan untuk bekerja sama dan saling membantu.
c. Modal, mencakup kekayaan baik berupa fisik maupun finansial seperti
peralatan, bangunan, hasil yang dapat dijadikan uang tunai, ternak maupun
kredit.
d. Pengelolaan, adalah keterampilan dalam mengorganisir dan memanfaatkan
tanah, tenaga kerja dan modal secara efisien.
3. Cabang usaha dalam usahatani. Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan

dalam hubungan dengan cabang usaha antara lain : kebiasaan bertani, interaksi
antara cabang usaha satu dengan lainnya, kebutuhan biaya dan tenaga kerja serta

saat kebutuhannya, kebutuhan input produksi, pemanfaatan hasil produksi, dan
pemasaran hasil produksinya.
Norman dan Gilbert (1980) menjelaskan bahwa terdapat dua elemen utama
yang sangat berpengaruh terhadap riset farming system yaitu manusia dan teknologi.
Dalam pengambilan keputusan, petani dihadapkan pada faktor eksogen dan faktor
endogen. Faktor eksogen tidak berada dalam kontrol petani sedangkan faktor endogen
berada dalam kontrol petani. Faktor eksogen tersebut meliputi norma dan perilaku
dalam suatu struktur masyarakat tertentu, institusi eksternal seperti pasar, dan ha1 lain
yang berada di luar kontrol petani. Adapun faktor endogen meliputi kondisi rurnah
tangga petani dengan segala faktor produksi yang dikuasainya berupa lahan, modal,
tenaga kerja, dan kemampuan dalam pengelolaan. Dengan berdasarkan pada kondisi
kedua faktor tersebut, petani akan mengambil keputusan untuk menjalankan usaha
baik usahatani tanaman dan ternak, maupun usaha non-pertanian. Interaksi antara
berbagai cabang usaha tersebut yang selanjutnya dikenal sebagaifarming system.
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu

Penggunaan program linier telah cukup populer dalam berbagai penelitian,
baik penelitian dalam bidang industri maupun bidang pertanian. Beberapa penelitian
usahatani dengan pendekatakan program linier akan diuraikan pada bagian ini,
Simatupang (198 1) melakukan penelitian optimalisasi terhadap mekanisasi
dari tenaga kerja dalam pertanian. Dengan kondisi lapang yang menunjukan bahwa
pada musim hujan dan musim kering sawah hanya ditanami dengan padi sesuai
program pemerintah dan kebiasaan petani, maka analisis program linier hanya dipakai

untuk tingkat wilayah. Untuk tingkat usahatani pola optimal penggunaan sawah tidak
diteliti karena pola pertanaman sudah tertentu dan alat pengolah tanah mekanik yang
diteliti tidak dimiliki oleh petani penggarap.
Dalam penelitian tersebut pengukuran ketersediaan sumber-sumber dilakukan
untuk setiap bulan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan kekurangan
tenaga kerja dan surnber-sumber lain untuk setiap bulan dan berapa harga bayangan
masing-masing. Model yang dikembangakan adalah memaksimumkan penerimaan
dengan kendala berupa tenaga kerja dan lahan. Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut adalah bahwa tenaga kerja pengolahan tanah di daerah Karawang tidak
cukup untuk mengolah tanah seperti yang dijadwalkan apabila traktor tidak masuk.
Kekurangan tersebut sebetulnya bukan karena tidak adanya tenaga kerja, tetapi
karena rendahnya mobilitas tenaga manusia dan ternak di daerah tersebut.
Lande (1989) menganalisis pola usahatani optimal di wilayah permukiman
transmigrasi Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Dalam penelitiannya tersebut,
Lande menggunakan model program linier untuk tingkat petani dan tingkat wilayah.
Pada tingkat petani, spesifikasi model yang dikembangkan adalah memaksimumkan
pendapatan petani. Aktivitas yang dimasukan dalam spesifikasi model meliputi:
(1) aktivitas produksi, (2) menyewa tenaga kerja dari luar wilayah, (3) menyewakan
tenaga kerja ke luar wilayah, (4) penjualan hasil, (5) konsumsi, dan (6) meminjam
kredit. Adapun yang menjadi kendala adalah : (1) lahan, (2) tenaga kerja, (3) modal
sendiri, (4) modal pinjaman, dan (5) transfer hasil. Adapun untuk tingkat wilayah
model program linier yang digunakan adalah mengadopsi model yang dikembangkan
oleh Kasryno (1980).

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Lande (1989)
adalah: (1) penggunaan sumberdaya dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
petani di wilayah pemukiman transmigrasi selama ini tidak efisien, (2) penerapan
pola optimal akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan pendapatan sektor
pertanian di wilayah tersebut, dan (3) penggunaan dana untuk investasi dalam
pelaksanaan pola aktivitas sektor pertanian optimal adalah layak berdasarkan kriteria
analisis kelayakan finansial. Jenahar (1990) dalam penelitiannya mengenai usahatani
lahan pasang surut juga memperoleh temuan yang serupa dalarn ha1

belurn

optimalnya pola usahatani yang dijalankan selama ini serta adanya peningkatan
pendapatan dengan penerapan pola usahatani optimal.
Sementara itu, Sudana (1988) juga melakukan penelitian pada daerah
transmigrasi. Aktivitas dalam spesifikasi model meliputi : (1) pola tanam,
(2) perkebunan, (3) memelihara ternak, (4) menyewa tenaga kerja, (5) menjual hasil,
(6) konsumsi keluarga, (7) membeli bahan makanan, dan (8) meminjam modal.
Kendala yang digunakan dalam model meliputi : (1) lahan tanaman pangan, (2) lahan
perkebunan, (3) ternak, (4) tenaga kerja, (5) transfer produksi, (6) konsumsi keluarga,
(7) modal pinjaman, dan (8) modal sendiri.
Penelitian dengan model program linier untuk usahatani ternak telah
dilakukan oleh Rusastra (1985).

Dalam penelitian tersebut model yang

dikembangkan adalah untuk menangkap keragaman agro-ekologi pada berbagai
wilayah yang memiliki topografi berbeda. Wilayah yang dikaji meliputi daerah
dataran rendah (0 - 500 m dpl), daerah berbukit (penonjolan lebih tinggi dari tanah
datar), dan daerah dataran tinggi (500 - 1 400 m dpl)

Kesimpulan yang ditarik dari penelitian tersebut adalah bahwa pada ketiga
tofografi lahan, untuk golongan petani sempit, ternak sapi induk bersifat diversifikasi
komplementer (saling menunjang) dengan tanaman pangan. Bagi golongan petani
sempit ternak sapi memberi sumbangan terbesar terhadap pendapatan pada wilayah
dengan topografi berbukit. Disamping itu merupakan penyerap tenaga kerja manusia
terbesar pada ketiga topografi lahan. Dengan meningkatnya luas garapan, ternak sapi
ternyata bersifat kompetitif dengan tanaman pangan pada daerah dataran rendah dan
berbukit.
Penelitian usahatani ternak juga dilakukan oleh Saragih (1993) yang mengkaji
tentang sistem usahatani lahan kering di Daerah Aliran Sungai Jratunseluna, Jawa
Tengah. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pola optimal usahatani di wilayah
kajian adalah kombinasi antara tanaman pangan dan ternak kambingldomba. Pola
usaha tanaman pangan dan ternak kambingldomba ini menjadi solusi optimal baik
untuk petani dengan lahan sempit maupun untuk petani dengan lahan relatif luas.
Untuk skala nasional, pendekatan model program linier telah dikembangkan
oleh Kasryno (1980). Penelitian yang dilakukan menggunakan model program linier
untuk mengkaji alokasi sumberdaya pada sektor pertanian di Indonesia. Fungsi
tujuan yang dikembangkan dalam model tersebut adalah memaksimumkan nilai
tambah bersih (net value added) dari sektor pertanian di Indonesia.

111. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
3.1. Konsep Optimalisasi

Pada dasarnya optimalisasi dalam suatu proses produksi adalah menyangkut
alokasi sumberdaya. Sementara itu, pendekatan alokasi sumberdaya sangat terkait
dengan konsep efisiensi. Semaoen (1992) menjelaskan bahwa alokasi sumberdaya
dikatakan efisien apabila tidak ada potensi perubahan yang lebih yang akan
memperbesar efisiensi. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat diinterpretasikan
bahwa alokasi sumberdaya yang dilakukan oleh seorang produsen lebih efisien
dibandingkan produsen lain apabila untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu,
ia menggunakan surnberdaya yang lebih sedikit dibandingkan produsen lain. Secara
grafis dapat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Isokuan Produsen A dan Produsen B
Gambar 1 adalah unit isokuan, dengan menggunakan masukan XI dan X2.
Setiap titik di dalam bidang XI dan X2, juga disepanjang isokuan itu menunjukan

jumlah produk tertentu. Jumlah produk pada isokuan produsen A (IA) sama besar
dengan jumlah produk pada isokuan produsen B (IB). Namun demikian, pada
isokuan IAjumlah masukan XI dan Xz yang digunakan lebih sedikit daripada isokuan
IB. Oleh karena itu secara teknis, alokasi pada isokuan IAlebih efisien daripada IB.

IA adalah isokuan frontier sedangkan IBadalah isokuan rata-rata.
Dalam usahatani terpadu beberapa cabang usaha dijalankan secara bersarnaan
dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Dalam kaitan ini, hubungan antar
cabang usahatani dan antar produk yang dihasilkan menjadi penentu dari optimalisasi
dalam alokasi sumberdaya. Langham (1979) menyebutkan bahwa hubungan produk
dengan produk merupakan prinsip yang mendasari teori maksimisasi keuntungan.
Terdapat empat kemungkinan hubungan antara produk, yaitu : (1) produk bersama,

(2) produk komplemen, (3) produk suplemen, dan (4) produk bersaing. Perbedaan
keempat hubungan produk tersebut didasarkan atas daya substitusi (daya desak) suatu
produk terhadap produk lainnya.
Pada produk-produk yang memiliki hubungan kompetitif, kenaikan suatu
produk akan diikuti oleh p e n m a n produk yang lain. Dengan demikian daya
substitusi AQ1/AQ2 dari Q1 terhadap Q2 selalu bertanda negatif.

Ada tiga

kemungkinan daya substitusi pada produk-produk yang saling bersaing, yaitu:
(1) bersaing dengan daya substitusi tetap, (2) bersaing dengan daya substitusi yang

harga mutlaknya semakin lama semakin kecil, dan (3) bersaing dengan daya
substitusi yang harga mutlaknya semakin lama semakin besar. Masalah kombinasi
optimum dapat timbul pada hubungan bersaing dengan daya desak yang harga

mutlaknya semakin lama semakin besar. Secara grafis hubungan bersaing tersebut
ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Penentuan Kombinasi Optimum dari Dua Produk
Kurva kemungkinan produksi menunjukan hubungan antara suatu produk (Q1)
dengan produk lain (42) pada suatu tingkat korbanan tertentu. Kurva iso-revenue
merupakan titik-titik kombinasi produk Q1 dan Q2 yang menghasilkan nilai
penerimaan yang sama.

Dengan demikian titik A merupakan titik kombinasi

optimum produk Q1 dan Q2. Pada tingkat optimum tersebut tercapai

efisiensi

pemakaian faktor produksi tertinggi dan menghasilkan pendapatan yang maksimal.
Suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghasilkan kombinasi
produk-produk guna memperoleh penerimaan tertinggi pada kurva kemungkinan
produksi adalah metoda perprograman linier. Agrawal dan Heady (1972) menjelaskan
bahwa program linier merupakan suatu metode yang sistematis dan teliti secara
matematis dalam menentukan kombinasi optimum cabang-cabang usaha atau
korbanan-korbanan seperti maksimisasi pendapatan atau minimisasi biaya sesuai
dengan pembatas sumberdaya yang ada.

Berkaitan dengan pertanian, perencaan yang disusun untuk pengembangan
pertanian di suatu wilayah akan memberikan suatu model optimasi yang penting bagi
para perencana dalam ha1 penggunaan sumberdaya yang ada di wilayah tersebut.
Model perencanaan linier merupakan suatu metoda yang ampuh bagi para pembuat
keputusan untuk membahas persoalan optimasi dalam melakukan perencanaan
(Supranto, 1980).
Dalam operasionalnya, perencanaan pertanian berhubungan dengan penentuan
pola usahatani yang seharusnya dikembangkan baik pada tingkat petani maupun
tingkat wilayah yang mampu meningkatkan produktivitas usaha sehingga dapat
memaksimumkan pendapatan petani dan sumbangan sektor pertanian di daerah yang
bersangkutan dengan mempertimbangkan pembatas-pembatas yang ada. Masalah
penentuan pola usahatani tersebut dapat dirumuskan dalam model perencanaan linier.
Agrawal dan Heady (1972) menjelaskan bahwa model perencanaan linier
mempunyai tiga komponen kuantitatif, yaitu : (1) suatu fungsi tujuan untuk mengukur
hasil balik dari aktivitas yang dilakukan, (2) suatu matriks teknologi, dan (3) suatu
struktur pembatas. Dengan ketiga komponen tersebut maka model dasar program
linier dapat dirumuskan sebagai berikut :
Maksimumkan fungsi tujuan : Z = C X
Dengan syarat : A X S b dan

X 2 0
dimana:

C = vektor harga atau koefisien fungsi tujuan
A = matriks koefisien input-output

X = vektor aktivitas
b

= vektor pembatas

Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar perencanaan linier dapat berlaku
adalah :
1. Aktivitas dan input (sumberdaya)

bersifat aditif, artinya jumlah hasil yang

diperoleh dari dua atau lebih aktivitas sama dengan jumlah hasil yang diperoleh
dari masing-masing aktivitas dan jumlah suatu input yang digunakan harus sama
dengan jumlah input yang digunakan oleh tiap-tiap aktivitas.
2. Fungsi tujuan bersifat linear, artinya tidak ada pengaruh skala operasi atau
produksi pada saat constant return to scale.
3. Besarnya suatu aktivitas yang diusahakan