ARTI PENTINGNYA PEMBUKTIAN DALAM PROSES PENEMUAN HUKUM DI PERADILAN PERDATA
Elisabeth Nurhaini Butarbutar Abstract
Abstrak
Standard of proof in law-inding process is a crucial step. After the occurence of
a concrete event has been proven, the judge then will be able to acquire the truth
regarding that disputed event. Then, he will qualify the event into a legal issue by inding
the relevant applicable law. Pembuktian dalam proses penemuan hukum
adalah tahapan yang sangat penting. Apabila peristiwa konkret sudah dibuktikan, hakim
akan memperoleh kebenaran mengenai peristiwa yang disengketakan tersebut.
Kemudian, hakim akan mengkualifikasi peristiwa tersebut menjadi peristiwa hukum
dengan cara mencari peraturan hukum yang relevan untuk diterapkan.
Kata Kunci:
pembuktian, penemuan hukum, hakim perdata, pengadilan negeri.
A. Pendahuluan
Pada umumnya problematika pene- muan hukum, dipusatkan pada hakim
dan pembentuk undang-undang. Hakim selalu melakukan penemuan hukum karena
hakimlah yang sering dihadapkan kepada peristiwa konkrit atau konlik untuk
diselesaikannya.
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11 ayat 3 UU Nomor 48 Tahun 2009 ten-
tang Kekuasaan Kehakiman, selanjutnya akan disebut UU Kekuasaan Kehakiman,
ditentukan bahwa hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara dibantu
oleh seorang panitera. Dari ketentuan tersebut diketahui bahwa tugas pokok hakim
adalah memeriksa, mengadili dan memutus perkara.
Berdasarkan Pasal 10 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman, pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan
kepadanya, dengan dalih hukumnya tidak ada atau tidak jelas. Ketentuan Pasal 10 ayat
1 UU Kekuasaan Kehakiman itu, dikenal dengan asas larangan menolak suatu per-
kara rechtsweigering yang mewajibkan
hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan kepadanya meskipun
undang-undangnya tidak jelas atau tidak lengkap.
Asas larangan menolak suatu perkara ini, lahir karena pada asasnya hakim
dianggap tahu semua hukum ius curia
novit. Oleh karena itu, apabila sekiranya, hakim tidak menemukan hukumnya dalam
Dosen Hukum Acara Unika St. Thomas Medan e-mail: elisa_nurhainiyahoo.com.
hukum tertulis, maka hakim wajib mencari hukumnya di luar hukum tertulis. Kewajiban
hakim ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman, mewajibkan
hakim untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat. Oleh karena itu, pasal ini menjadi salah satu dasar bagi hakim
untuk menemukan hukumnya, melalui kegiatan penemuan hukum.
Penemuan hukum oleh hakim perdata dilakukan dalam kegiatan pemeriksaan
perkara di pengadilan. Oleh karena itu, untuk mengetahui prosedur penemuan
hukum dapat diikuti tahapan dalam pemeriksaan perkara perdata. Dalam me-
nyelesaikan suatu perkara, pada dasarnya ada dua hal yang penting bagi hakim
yaitu peristiwa yang disengketakan dan hukumnya. Hal ini juga dikemukakan
bahwa, “ hij weet, dat hij twee dingen noodig
heeft: de kennis der feiten en van den regel; een toepassing van den regel op de feiten
geeft het antwoord.” Oleh karena itu yang
harus dikemukakan oleh para pihak dalam proses berperkara adalah peristiwanya bukan
hukumnya, karena secara ex oficio, hakim
dianggap harus diketahui dan diterapkan oleh hakim
ius curia novit. Peristiwa yang disengketakan diperoleh
dari proses jawab menjawab, karena jawab menjawab ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan bagi hakim tentang peristiwa manakah yang sekiranya menjadi sengketa
atau agar hakim dapat menentukan pokok perkara. Peristiwa yang menjadi pokok
perkara yang diketemukan dari proses jawab menjawab itu masih merupakan kompleks
peristiwa yang harus diseleksi. Setelah peristiwa yang sekiranya
disengketakan
2
diketahui oleh hakim, maka hakim harus menyeleksi peristiwa-peristiwa
yang relevan bagi hukum, karena hasil dari proses jawab menjawab merupakan
peristiwa atau kejadian-kejadian yang harus diseleksi dari peristiwa yang relevan bagi
hukum dengan peristiwa yang tidak relevan. Peristiwa yang diajukan dalam proses
jawab menjawab tidak semuanya relevan atau penting bagi hakim. Hakim harus
memisahkan antara
peristiwa relevan
dengan peristiwa yang tidak relevan. Dengan menemukan peristiwa yang relevan ini,
hakim dapat memperoleh ikhtisar yang jelas tentang peristiwa konkritnya atau tentang
duduk perkaranya. Setelah peristiwa yang relevan tersebut
ditetapkan oleh hakim, maka peristiwa relevan tersebut harus dibuktikan melalui
proses pembuktian untuk memperoleh kepastian tentang sengketa atau peristiwa
konkrit yang telah terjadi. Peristiwa yang relevan adalah peristiwa yang penting bagi
hukum yang berarti peristiwa itu dapat dicakup oleh hukum.
3
Setelah hakim memperoleh kepastian tentang sengketa atau peristiwa konkrit yang
telah terjadi, maka hakim harus menerapkan hukumnya
terhadap peristiwa
konkrit tersebut. Penerapan hukum ini dilakukan
1
Paul Scholten, 1934, Handleiding Tot De Beofening van Het Nederlandsch Burgerlijke Recht Algemeen Deel,
N.V. Uitgevers Maatschappij, W.E. Jheenk Willink, Zwolle, hlm. 1.
2
Disebut peristiwa yang sekiranya disengketakan, karena peristiwa itu masih harus dibuktikan kebenarannya.
3
Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 79.
dengan cara menghubungkan peristiwa konkrit dengan peraturan hukum yang
menguasai peristiwa konkrit tersebut. Peraturan hukum dapat diketahui oleh
hakim dari undang-undang, hukum kebiasaan maupun hukum adat yang berlaku pada
masyarakat setempat. Sesuai dengan asas ius curia novit, tersebut, peristiwa konkrit
yang sudah dibuktikan dalam persidangan akan dikualiikasi oleh hakim menjadi
peristiwa hukum. Hal ini disebabkan karena
hanya terhadap peristiwa hukumlah dapat diterapkan hukumnya.
Pada penerapan hukumnya, hakim akan selalu mempertanyakan, apakah peristiwa
konkrit tersebut dapat dicakup oleh peratur- an hukum yang akan diterapkan, terutama
pada saat hakim berhadapan dengan per- aturan hukum yang mempunyai arti ganda
ataupun dengan peraturan hukum yang mengandung norma kabur. Pemeriksaan
perkara perdata di pengadilan negeri di- akhiri dengan memberikan hukumnya atau
haknya. Pada dasarnya dalam tahap ini, nasib para pihak ditentukandiputuskan,
apakah dimenangkan atau dikalahkan. Dimenangkan bagi pihak penggugat diartikan
gugatannya dikabulkan baik seluruhnya maupun sebagian, sebaliknya bagi tergugat
apabila gugatan penggugat dikabulkan baik seluruhnya atau sebagian dapat
diartikan sebagai pihak yang dikalahkan. Apabila gugatan ditolak seluruhnya atau
sebagiannya, maka dapat dikatakan pihak penggugat sebagai pihak yang dikalahkan
dan sebaliknya pihak tergugat dapat disebut sebagai pihak yang dimenangkan.
B. Pemeriksaan Perkara Perdata