Nilai-Nilai Pedagogis dalam Dongeng Amat Rhyang Mayang

Siti Murtiningsih, Konsep Pendidikan dalam ... 175 anak yang sangat terkenal, yaitu “Malin Kundang”. Berdasarkan petunjuk itulah, masyarakat luas cenderung menduga bahwa dongeng ini berasal dari zaman Hindu.

2. Nilai-Nilai Pedagogis dalam Dongeng Amat Rhyang Mayang

Dari ringkasan dongeng Amat Rhyang Mayang, dapat disimpulkan beberapa nilai pedagogis. Pertama, keberhasilan seseorang hanya dapat tercapai dengan kerja keras, ketabahan, dan kesanggupan menahan derita. Gambaran ini tercermin dari kegetiran hidup sang ibu dan anaknya, ketika Amat belum merantau. Semua itu dijalani berdua dengan penuh kerja keras dan ketabahan. Kedua, harta dan wanita mampu membuat seseorang menjadi silau dan mengubah tingkah laku sosial seseorang. Semula, sewaktu masih miskin, Amat adalah anak yang baik, rendah hati, dan hormat pada orangtuanya. Namun, setelah menjadi hartawan dan mempunyai istri yang cantik, berubahlah perangai tingkah lakunya. Timbullah sikap sombong dan harga diri yang berlebihan. Pengaruh dan perubahan tingkah laku tersebut telah menyebabkan timbulnya benturan dan pertentangan dengan nilai-nilai yang lain, dan akhirnya menyebabkan konflik antara anak dan ibu. Ketiga, seseorang lahir ke dunia berkat rahim seorang ibu. Karenanya, kita tidak boleh menentang nilai kebenaran tersebut dengan melawan orangtua, terutama ibu. Jadi, ketika Amat tidak mengakui ibunya, artinya ia telah menentang sebuah nilai yang diakui oleh masyarakat secara kodrati dan universal: kita wajib menghormati ibu yang telah melahirkan kita ke dunia. Di samping tiga nilai yang telah digambarkan di atas, dongeng ini merupakan gambaran tentang perbedaan tingkah laku atau pandangan antara dua generasi, antara anak muda dengan orangtua. Jelas tergambar bahwa orangtua umumnya puas dengan apa yang telah dicapai. Mereka tak memiliki semangat menggebu untuk memperoleh lebih, seakan segala sesuatunya sudah merupakan nasib yang hendaknya diterima dengan puas. Sebaliknya, seperti tergambarkan dalam sosok Amat, anak muda digambarkan sebagai sosok yang penuh daya kreatif dan dinamis. Anak muda digambarkan selalu haus akan perubahan. Ketika terjadi perbedaan antara dua generasi ini, biasanya kelompok orangtua yang akan bersedia mengalah sepanjang dinamika dan perubahan masih dalam batas-batas nilai yang dapat Jurnal Filsafat Vol.20, Nomor 2, Agustus 2010 176 diterima oleh masyarakat. Artinya, sepanjang hal tersebut tidak melanggar nilai-nilai yang telah berakar dalam masyarakat, nilai- nilai yang telah teridentifikasikan sebagai jiwa masyarakat itu sendiri. Atas dasar kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa anak muda cenderung mengabaikan nilai-nilai dalam masyarakat. Tingkah lakunya sering bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, jika tidak ada orangtua yang akan mempertahankan nilai-nilai itu dan mengingatkan generasi muda, mereka pasti tak luput dari kecelakaan.

3. Sinopsis Dongeng Putroe Gumbak Meuh