PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Nama : Alfica Restufianca
NIM

: 20130610334

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017


i

PERNYATAAN
Dengan

ini

saya menyatakan bahwa

di dalam Skripsi ini tidak

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

terdapat

di

suatu


perguruan tinggi, yang sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Maret 2017

20130610334

MOTTO
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapanglapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah ! ", maka
berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang
kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui. (QS. Al-Mujadalah ayat 11)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali
Imran ayat 18)


v

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan bimbingannya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menempuh ujian Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan

mengingat

terbatasnya

kemampuan,

pengetahuan


dan

pengalaman. Meskipun demikian berkat adanya bimbingan, petunjuk serta
pengarahan baik diminta maupun tidak diminta dari berbagai pihak, maka
pada akhirnya penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan , tentunya dengan
harapan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dengan terwujudnya skripsi ini, maka pada kesempatan ini pertamatama penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Bagus Sarnawa, S.H.,
M.Hum. dan Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing
dalam penulisan skripsi ini.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang sama, penulis tujukan kepada
pihak-pihak yang telah membantu kelancaran Penyusunan Skripsi ini,
Khusunya kepada:
1. Bapak Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. selaku Dekan pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. Selaku Ketua Seminar Proposal.
vi

3. Segenap Staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
4. Bapak Samino, Bapak Heri, Bapak Anton, Ibu Emmy, dan ibu R.B.

Sutiwaryani selaku Pegawai di kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Sleman yang telah banyak membantu penulis dalam
pengumpulan data yang diperlukan bagi penyusunan Skripsi ini.
5. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Akhirnya penulis ucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah melahirkan, membesarkan dan
membimbingnya dengan penuh rasa kasih sayang, serta kakak-kakak dan
adik-adik yang telah memberikan bantuannya, baik moril maupun materil
yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalas segala kebaikan dari
semua pihak tersebut diatas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Yogyakarta, Maret 2017
Penulis

Alfica Restufianca

vii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................iv
HALAMAN MOTTO..............................................................................................v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................5
BAB II TINJAUANUMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI DAN
PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL
A. Tinjauan Tentang Pegawai Negeri Sipil......................................................6
1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil............................................................6
2. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil...........................................10


viii

B. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural.....................................................14
1. Pengertian Jabatan Struktural...............................................................14
2. Sistem dan Syarat Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil .....................16
3. Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil................................21
4. Pendidikan dan Pelatihan Struktural....................................................24
5. Tujuan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil........................................30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................34
B. Data Penelitian ..........................................................................................34
1. Data Primer..........................................................................................34
2. Data Sekunder......................................................................................34
C. Alat Pengumpulan Data.............................................................................35
D. Lokasi Penelitian .......................................................................................36
E. Responden dan Narasumber.......................................................................36
F. Teknik Analisis Data..................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pegangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
di Lingkungan Pemerintah Daerah Sleman................................................38

B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil dalam Jabatan Struktural di Lingkungan Pemerintah Daerah
Sleman........................................................................................................65
BAB V PENUTUP
ix

A. Kesimpulan ...............................................................................................70
B. Saran ..........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................72
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

HALAMAN PERSETUJUAI{

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAII SLEMAN


h

m
#

&

#
Dosen Pembimbing

II

U./,
Bagus Sarnawa. S.H.. M.Hum.

NrP. 19680821 1993031003

NIr.

197312311998041s3030


HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PENGAI\GKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKT]NGAN
PEMERINTAI.I DAERAH SLEMAI\

Telah di

k"w#re_Bfr
ffiffi.ffitr8

2017.

#rceffiry

s-&44tuHr_s

L^r /


V
Bagus Sarnawa. SH. M.Hum.
. NIP.19680821 199303 1003

NIK. 19731 231199804153030

Mengesahkan
Dekan Fakultas Hukum
as

Muhammadiyah Yogyakarta

197104091997021s3028

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

ABSTRAK
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur dari Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang terdapat dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Jabatan Struktural

merupakan kedudukan,

wewenang, tanggung jawab dan hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) diserai tugas
negara untuk memimpin suatu Organisasi Negara sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Bagian terpenting dalam Skripsi ini adalah menganalisa Pelaksanaan
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Di Lingkungan
Pemerintah Daerah Sleman haruslah sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang terkait. Lokasi penelitian dilakukan di Pemerintah Kabupaten
Sleman dengan Subjek Penelitian di Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Pengumpulan data dengan cara wawancara dan studi kepustakaan. Data yang
didapatkan diakitkan dengan peraturan yang berlaku disusun secara sistematif
diolah dan di analisis secara kualitatif yaitu menganalisa datanya sehingga
bahasan dan paparan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan. Hasil dari
penelitian hukum ini bahwa Pelaksananan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
dalam Jabatan Struktural di Pemerintah Daerah Sleman sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Aparatur

negara

untuk

menyelenggarakan

pemerintah

dan

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara mempunyai peran
yang sangat penting. Tujuan negara kita, seperti yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia, keempat negara ini
hanya bisa dicapai dengan adanya pembangunan nasional yang bisa
dilakukan dengan perencanaan yang matang realistik, terarah dan terpadu,
tertahap, bersungguh-sungguh, berdayaguna dan berhasil guna. untuk
terlaksananya kebijakan-kebijakan,peraturan-peraturan pemerintah dan
tujuan nasional salah satu unsur aparatur negara adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta,
kata “pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan
dan sebagainya). Sedangkan “negeri”, berarti “negara” atau pemerintah.
Jadi Pegawai Negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau
negara.1

1

WJ.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Hlm. 514.

1

Mahfud MD, pengertian Pegawai Negeri dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu: stipulatif d an akstentif. Pengertian stipulatif Pegawai
Negeri adalah pengertian tentang makna Pegawai Negeri yang diberikan
oleh Undang-undang. Sedangkan pengertian ekstentif Pegawai Negeri
adalah pengertian perluasan yang dimaksud Pegawai Negeri dalam hal-hal
tertentu, misalnya ketentuan Pasal 415-437 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dalam Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan bahwa Aparatur
Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Negara yang selanjutnya
disebut pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negera lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS Adalah
warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu, disingkat dengan
pegawai Aparatur

Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang
bertugas dalam melayani kepentingan publik memiliki andil dalam
merealisasikan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan peaksaan

2

pembangunan nasional sangat tergantung juga kesempurnaan Pegawai
Negeri. Maka dari itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah semestinya
memiliki kualitas yang baik agar mampu menjalankan tugasnya secara
profesional, adil, bertanggung-jawab, tepat dan benar. Maka dari itu
manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) diarahkan guna menjamin
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan berdaya guna dan
hasil guna. Menejemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan
keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat
profesioanalisme,

penyelenggaraan

tugas,

fungsi

dan

kewajiban

kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan
kualitas,

penempatan,

promosi,

pengajian,

kesejahteraan

dan

pemberhentian.2
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan
merupakan salah satu bagian dari kebijaksanaan dalam manajemen PNS.
Mengenai pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan
menggunakan sistem merit. Sistem merit adalah sistem yang dilaksanakan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul,
jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural
dilakukan dengan memperimbangkan beberapa faktor. Namun demikian
dalam kenyataan yang ada dilingkungan pemerintah maupun yang ada
2

Sri Hartini,Surtiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, 2008, Hukum Kepegawaian Indonesia, Sinar
Grafika,Jakarta, Hlm. 86.

3

dimasyarakat syarat-syarat pengangkatan jabatan dalam jabatan struktural
tidak hanya murni pada penilaian bobot tugas, wewenang dan tanggung
jawab yakni antara lain ditentukan dengan pendekatan pegawai dengan
pimpinan Adanya faktor Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa salam prakeknya,
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural sering
tidak sesuai dengan teori. Hal inilah yang sering menimbulkan masalah
kepegawaian antara lain rasa tidak adil. Sehingga berkibat dengan dengan
menurunnya tingkat kerja sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan. Pekerjaan yang akhirnya menjadi tanggung jawab bersama
menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu sering ada rasa kurang puas dari
pegawai yang lain yang akhirnya mengakibatkan prestasi kerja peawai.
Maka,

disusunlah

penelitian

dengan

judul,

“PELAKSANAAN

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN
STRUKURAL

DI

LINGKUNGAN

PEMERINTAH

DAERAH

SLEMAN”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam jabatan struktural dilingkungan Pemerintah Daerah Sleman?
2. Apakah yang menjadi faktor penghambat pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan Struktural?

4

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dalam jabatan Struktural di lingkungan Pemerintah Daerah
Sleman.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dalam jabatan Struktural di lingkungan Pemerintah Daerah
Sleman.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian ini bermaksud memberikan manfaat atau
kontribusi.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian tersebut diharapkan memberikan manfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang Hukum Adminstrasi
Negara tentang pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam jabtan struktural di lingkungan Pemerintah Daerah Sleman.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pihak-pihak tang terkait dalam penelitian, memberikan manfaat
kepada pegawai pemerintah daerah.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1. Pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kranenburg memberikan pengertian dari pegawai negeri, yaitu
pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap
mereka yang memangku jabatan yang mewakili seperti anggota parlemen,
presiden dan sebagainya. Logeman dengan menggunakan kriteria yang
bersifat materil mencermati hubungan antara negara dengan pegawai
negeri dengan memberikan pengertian pegawai negeri sebagai tiap pejabat
yang mempunyai hubungan dinas dengan negara. 1pegawai Negeri Sipil,
menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, “Pegawai” berarti”orang”yang
bekerja pada pemerintah(perusahaan dan sebagainya) sedangkan ”negeri”
berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah
orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.2
Secara Etimologi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 3 (tiga)
kata yaitu pegawai yang berarti karyawan atau orang yang bekerja.

3

Didalam ketentuan perundang-undangan yang pernah berlaku, pengertian
pegawai negeri tidak dibuat dalam suatu rumusan yang berlaku umum,

1

Muchsan, 1982, Hukum Kepegawaian, jakarta, Bina Aksara.
W.J.S Poerwadarminta,1986,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Hlm.
478:514.
3
J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zaid, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hlm. 1020.

2

6

tetapi hanya merupakan suatu perumusan yang khusus berlaku dalam
hubungan dengan peraturan yang bersangkutan.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara dalam Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan bahwa Aparatur
Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Negara yang selanjutnya
disebut pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negera lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS Adalah
warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu, disingkat dengan
pegawai Aparatur

Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Jabatan Aparatur Sipil Negara terdiri atas:
a. Jabatan Administratif. Jabatan Administratif dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
1) Jabatan administrator. Pejabat dalam jabatan administrator
bertanggung jawab memimpin pelaksana seluruh kegiatan
pelaksana publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.

7

2) Jabatan pengawas. Pejabat dalam jabatan pengawas
bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.
3) Jabatan pelaksana. Pejabat dalam jabatan pelaksana
bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan
publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan
b. Jabatan Fungsional. Jabatan fungsional dalam aparatur sipil
negara terdiri atas:
1) Jabatan fungsional keahlian terdiri dari:
a) Ahli utama;
b) Ahli madya;
c) Ahli muda; dan
d) Ahli pertama.
2) Jabatan fungsional keahlian terdiri dari:
a) Penyelia;
b) Mahir;
c) Terampil; dan
d) Pemula.
c. Jabatan Pimpinan Tinggi. Jabatan pimpinan tinggi berfungsi
memimpin dan memotivasi setiap Pegawai Aparatur Sipil
Negara pada instansi Pemerintah melalui:
1) Kepelaporan dalam bidang:
a) Keahlian profesional;

8

b) Analisis dan rekomendasi kebijakan; dan
c) Kepemimpinan manajeman.
2) Pengembangan kerja sama dengan istansi lain; dan
3) Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar Aparatur Sipil
Negara dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku
Aparatur Sipil Negara.
Semua

jabatan

pimpinan

tinggi

ditetapkan

syarat

kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan,
rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang
dibutuhkan.
Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pasal 2 pada bagian pertama
tentang jenis dan kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri
dari:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat
Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja
Negara dan bekerja pada Departemen atau Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di
Daerah Propinsi atau Kabupaten atau Kota, Kepanitraan
Pengadian dan dipekerjakan untuk tugas Negara lainnya.
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah

9

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah
Daerah Propinsi atau Kabupaten atau Kota.
2. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Tugas Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut UndangUndang nomor 5 tahun 2014 Pasal 12 tentang Aparatur Sipil Negara
mempunyai tugas yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu wajib
dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra
Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga Golongan,
yaitu:
1) Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu
jabatan;

10

2) Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan
dengan suatu tugas dalam jabatan, melainkan dengan
kedudukannya sebagai pegawai negeri pada umumnya;
3) Kewajiban-kewajiban lain.
Untuk menjunjung tinggi kedudukan Pegawai Negeri Sipil
(PNS), diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi
kesetiaan, ketaatan, pengabdian kesadaran, tanggung-jawab, jujur,
tertib, besemangat dengan memegang rahasia Negera dan
melaksanakan tugas kedinasan.4
Menurut Undang-Undang nomr 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara Pasal 23 Pegawai Aparatur Sipil Negara
wajib:
a) Setia dan taat pada Pancalisa, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;

4

Sri Hartini,Surtiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Hlm. 40.

11

f) Menunjukan integritas dan keteladanan dalam dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun diluar kedinasan;
g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Repubik Indonesia.
Mengenai kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang dinyatakan bahwa:
1) Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara
yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara

profesional,

penyelenggaraan

jujur,

tugas

adil,
negara,

dan

merata,

pemerintahan,

dalam
dan

pembangunan.
2) Dalam kedudukannya dan tugas sebagaimana dimaksud dalam
butir (1) pegawai negeri sipil (PNS) harus netral dari semua
golongan dari partai politik serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3) Untuk menjamin netralisasi pegawai negeri sebagaimana
dimaksud dalam butir (2), pegawai negeri dilarang menjadi
angota dan/atau pengurus partai politik.

12

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai
kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi
kebutuhannya,

seperti

bekerja

untuk

memperoleh

uang

bagi

pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi tersebut
sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan.5
Menurut Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara Pasal 21 Pegawai Negeri Sipil (PNS) berhak
memperoleh:
a) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b) Cuti;
c) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d) Perlindungan; dan
e) Pengembangan kompetensi.
Bahwa analisis mengenai aspek kebutuhan pegawai dihubungkan
dengan teori-teori yang ada dapat menjelaskan mengenai hubungan antara
hak

dengan

kewajiban

dari

pegawai.

Hubungan

ini

meliputi

kecenderungan pegawai untuk melaksanakan pekeraannya berdasarkan
kebutuhannya secara umum. Faktor motivasi yang timbul untuk
memberikan prestasi, dipengaruhi oleh hukum tertulis yang membatasi
setiap aktivitas dan timbulnya output berupa kontrapresasi yang sepadan
terhadap pekerjaannya yang dipekerjakannya.

5

Ibid, Hlm. 41.

13

Dalam hal ini,peraturan kepegawaian merefleksikan pembatasan
terhasap aktivitas, baik secara moril maupun dari sudut pandang hukum
dan peraturan ini menempatkan subtansi yang ideal dalam bentuk
kewajiban yang menjadi penjabaran dari maksud dan tujuan dalam
organisasi guna pencapaian misinya. Dalam skala yang lebih luas
merupakan refleksi dari tujuan negara menuju kesejahteraan masyarakat di
dalam konteksnya melalui administrasi kepegawaian.6
B. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural
1. Jabatan Struktural
Menurut Sulistiyani dan Rosidah bahwa penempatan adalah
suatu kebijakan yang diambil oleh pimpinan suatu istansi, atau bagian
personalia untuk menentukan seseorang pegawai masih tetap atau tidak
ditempatkan pada suatu posisi atau jabatan tertentu berdasarkan
pertimbangan keahlian, keterampilan atau kealifikasi tertentu.
Menurut Miftha Thoha, bahwa jabatan adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang
pegawai negeri sipil dalam rangka susunan suatu organsasi baik
jabatan

struktural

maupun

jabatan

fungsional.

Dikatakan

bahwa,jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam
struktur organisasi yang ditetapkan dengan Kepuusan Presiden atau
Keputusan Mentri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan dengan

6

Sri Hartini,Surtiajeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat, Op.cit, hlm. 46.

14

persetujuan tertulis dari mentri yang bertanggung jawab dalam bidang
penertiban dan penyempurnaan aparatur negara.7
Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan Sruktural yaitu:
Tabel 1: Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural
JENJANG, PANGKAT, GOLONGAN RUANG
NO ESELON

TERENDAH
PANGKAT

1.

Ia

Pembina

GOL/RU
IV/d

Utama

TERTINGGI
PANGKAT
Pembina

GOL/RU
IV/e

Utama

Madya
2.

Ib

Pembina

IV/c

Utama Muda
3.

Iia

Pembina

Pembina

IV/e

Utama
IV/c

Utama Muda

Pembina

IV/d

Utama
Madya

4.

Iib

Pembina

IV/b

Tingkat I
5.

IIIa

Pembina

IV/c

Utama Muda

Pembina

IV/a

7

Pembina

IV/b

Miftha Thoha, 2005, Laporan Akhir Manajemen PNS dan Rightsizing di Indonesia, Kerjasama
DEPDAGR-JICA-MAPnUGM, Hlm. 31.

15

Tingkat I
6.

IIIb

Penata

III/d

Pembina

IV/a

III/c

Penata

III/d

Tingkat I
7.

Iva

Penata

Tingkat I
8.

Ivb

Penata Muda

III/b

Penata

III/c

III/a

Penata Muda

III/b

Tingkat I
9.

Va

Penata Muda

Tingkat I

2. Sistem dan Syarat pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 Pasal 58 ayat (3) tentang
Aparatur Negara, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dilakukan melalui:
Perencanaan

Pengumuman Lowongan

Pelamaran

Seleksi

Pengumuman hasil
seleksi

16

Masa Percobaan

Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil

Undang Undang No 5 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Aparatur Sipil
Negara, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan sistem
merit. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama,
asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat dalam pangkat dan
jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan
dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh
pegawai.
Pasal 70 Undang Undang Tentang Aparatur Sipil Negara
menyebutkan bahwa, Pengembangan kompetensi dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Selanjutnya
harus dievaluasi oleh Pejabat yang berwenang dan digunakan sebagai
salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk persyaratan pengangkatan
dalam jabatan struktural memiliki beberapa yang harus dipenuhi.

17

Selanjutnya

akan

diuraikan

tentang

masing-masing

persyaratan

penempatan:
a. Kompetensi
Menurut Suparmo bahwa kompetensi adalah kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS),
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya.8 Menurut Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor:42/KEP/2001, bahwa kompetensi adalah
kemampuan dan karateristik yang dimiliki oleh seseorang Pegawai
Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Maksudnya standar
kompetensi jabatan yaitu:
1. Sebagai

dasar

dalam

pengangkatan,

pemindahan

dan

pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dari dan dalam jabatan.
2. Sebagai dasar penyusunan/pengembangan program pendidikan dan
pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil.
Selanjutnya tujuan standar kompetensi jabatan:
a) Untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab organisasi atau unit organisasi.
b) Untuk menyiptakan optimalisasi kinerja organisasi atau unit
organisasi.

8

http://www.pu.go.id/itjen/27recru.htm.

18

Ada beberapa macam item penilaian kompetensi yang harus
dimiliki oleh pejabat-pejabat eselon, berdasarkan penelitian Badan
Kepegawaian Negara, bisa dipakai juga sebagai pedoman didalam
penilian standar kompetensi pegawai didaerah. Menurut hasil survey
Badan Kepegawaian Negara bahwa kebutuhan kompetensi jabatan
sangat diperlukan dan perlu dimiliki oleh pejabat setiap eselon.9
a. Eselon II, kompetensinya yang paling utama dan penting sekali
dimiliki adalah antara lain:
1) Inisiatif: kemampuan untuk melakukan tindakan dengan cepat
tanpa menunggu perintah lebih dahulu untuk mencapai tujuan atau
sasaran organisasi.
2) Membangun hubungan kerja: kemampuan untuk membuat kontak
atau hubungan kerja dengan instansi yang terkait.
3) Mencari informasi: diperlukan untuk mengidentifikasi data atau
informasi yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pekerjaan
dan pengambilan keputusan.
4) Perhatian terhadap keteraturan: kemampuan mengembangkan dan
penggunaan data/informasi/dokumen sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
5) Berfikir konseptual: kemampuan memunculkan kesepahaman atau
cara pandang/konsep baru dalam pemecahan.

9

http://www.BKD.go.id

19

b. Eselon III, kompetensi yang paling utama dan penting sekali dimiliki
adalah antara lain:
1) Empati:

kemampuan

untuk

mampu

membersihkan

solusi

pemecahan terhadap permasalahan yang diungkapkan oleh orang
lain.
2) Membangun hubungan

kerja:

kemampuan

untuk

membuat

kontak/hubungan kerja dengan istansi luar yang terkait.
3) Percaya diri: kemampuan kemandirian dalam melaksanakan
pekerjaannya.
4) Semangat untuk berprestasi: kemampuan untuk mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan atau hambatan suatu sistem kerja.
5) Berfikir

konseptual:

kemampuan

kesepahaman

atau

cara

pandang/konsep baru dalam pemecahan permasalahan.
c. Eselon IV, kompetensi yang paling utama dan penting sekali dimiliki
adalah antara lain:
1) Fleksibilitas: kemampuan menerapkan tata kerja dan aturan secara
fleksibel pada situasi dan kondisi yang berbeda.
2) Keahlian tehnikal: kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan
yang membutuhkan pengalaman dan atau keterampilan.
3) Komitmen terhadap organisasi: memiliki kesungguhan untuk
mendukung misi dan tujuan yang telah ditetapkan.
4) Inisiatif: kemampuan mengambil keputusan pada saat-saat kritis.

20

5) Kepemimpinan: kemampuan keahlian lisan dalam mengarahkan
pekerjaan bawahan maupun tugas-tugas lainnya.
Persyaratan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan diangkat
dalam jabatan struktural, antara lain:
1) Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2) Serendah-rendahnya memiliki pangkat satu tingkat dibawah
jenjang pangkat yang ditentukan.
3) Memiliki kualfikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.
4) Semua unsur penilaian prestasi kerja dalam dua tahun terkhir.
5) Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.
6) Sehat jasmani dan rohani.
Selain persyaratan tersebut, Pejabat Pembina Kepegawian
perlu memperhatikan faktor yaitu:
1) Senioritas dalam kepangkatan.
2) Usia.
3) Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) jabatan.
4) Pengalaman.
3. Pelaksanaan Pengangkatan dalam Jabatan Struktural
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2009 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil yaitu Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Mentri,
jaksa Agung, Pimpinan Keserektariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pimpinan Lembaga Pemerintah

21

Nonkementrian, Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan
Laut, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta
Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara dan Lembaga Lainnya yang
dipimpin oleh Pejabat Struktural eselon I dan bukan merupakan bagian
dari Kementrian Negara/Lembaga Pemerintah Nonkementrian. Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Propvinsi adalah Gubernur. Pejabat
Pembina Kepegawain Daerah Kabupaten/Kota adalah Buapti/Walikota.
Pelaksanaan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I di
lingkungan istansi pusat ditetapkan dengan keputusan presiden setelah
mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi Kepegawaian Negara.
Sedangkan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II kebawah pada
instansi pusat ditetapkan pejabat pembina kepegawaian pada instansi pusat
ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat setelah mendapat
pertimbangan Baperjakat Instansi Pusat.
Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dipropinsi (sekda)
ditetapkan pejabat pembina kepegawaian daerah propinsi setelah mendapat
persetujuan DPRD Propinsi, setelah sebelumnya dikonsulkan secara
tertulis kepada Menteri Dalam Negeri, sedangkan pengangkatan dalam
jabatan struktural eselon II kebawah ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah Propinsi setelah mendapat perimbangan dari
Baperjakat Instansi Daerah Propinsi.
Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II kebawah
dikabupaaten/kota, ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah

22

kabupaten/kota setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat Instansi
Daerah Kabupaten/kota. Khusus untuk pengangkatan Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota

ditetapkan

oleh

Pejabat

Kabupaten/Kota

mendapat

persetujuan

Pembina
dari

Kepegawaian

pimpinan

DPRD

Kabupaten/Kota setelah terlebih dahulu dikonsultasikan secara tertulis
kepada Gubernur. Dalam setiap keputusan tentang pengangkatan dalam
jabatan struktural, harus dicantumkan nomor dan tanggal Pertimbangan
Baperjakat, eselon dan besarnya tunjangan jabatan struktural.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat dalam jabatan
struktural, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki jabatan
struktural yang ditingkatkan eselonnya, selambat-lambatnya 30 hari sejak
penetapan pengangkatannya wajib dilantik dan diambil sumpahnya oleh
pejabat yang berwenang. Demikian juga mengalami perubahan nama
jabatan atau perubahan fungsi dan tugas jabatan maka pegawai negeri sipil
yang bersangkutan dan diambil sumpahnya kembali.
Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN) menegaskan, pengisian jabatan pimpinan tinggi utama
dan madya pada kementrian, dan instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif dikalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23

Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 Pasal 110
menyatakan bahwa pengisian jabatan pimpinan tinggi dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebi dahulu membentuk panitia
seleksi Instansi Pemerintah, yang terdiri dari unsur internal maupun
eksternal Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Undang Undang Nomor
5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menegaskan, Pejabat yang
Pembina kepegawian melarang mengganti pejabat pimpinan tinggi selama
2 (dua) tahu terhitung sejak pelantikan pejabat pimpinan tinggi, kecuali
pejabat pimpinan tinggi tersebut melanggar ketentuan Undang Undang
yang berlaku dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan tertentu. Selain itu,
penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan menurut persetujuan Presiden.
4. Pendidikan dan Pelatihan Struktural
Menurut Vincent Gaspersz bahwa pendidikan dan pelatihan
merupakan elemen penting untuk mengembangkan manajemen kualitas.
Selanjutnya seluruh anggota organisasi mulai dari manajemen puncak
sampai karyawan terendah harus memperoleh pendidikan dan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuannya.10
Sedangkan menurut Sulistiyani bahwa pendidikan dan pelatihan
merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama
untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia. Khusus untuk
pendidikan dan pelatihan pegawai adalah pendidikan yang dilakukan bagi
10

Gaspersz, Vincert, 2003, Total Quality Management, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hlm,
231.

24

Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kepribadian pengetahuan
dan kemampuannya sesuai dengan persyaratan jabatan. Pelatihan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) adalah bagian dari pendidikan yang dilakukan untuk
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka meningktkan kemampuan dan
keterampilannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan
ditempatnya. Adapun pengertiannya kegiatan pendidikan dan pelatihan
sangat penting dilakukan karena bukan semata-mata menguntungkan
pegawai saja, melainkan juga merupakan keuntungan yang diperoleh
organisasi.
Menurut Undang-Undang nomor 101 tahun 2000, bahwa jenis
pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu pendidikan dan pelatihan prajabatan, serta pendidikan dan
pelatihan dalam jabatan. Dalam tulisan ini penulis hanya fokuskan pada
pendidikan dan pelatihan dalam jabatan. Pendidikan dan pelatihan dalam
dalam

jabatan

dilaksanakan

untuk

mengembangkan

pengetahuan,

keterampilan, dan sikap Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar dapat
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaikbaiknya.
Pendidikan dan jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
menduduki jabatan atau yang akan menduduki jabatan struktural disebut
pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (Diklat Pim), yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi aparatur pemerintah yang sesuai

25

dengan jenjang jabatan yang diperlukan. Diklat Pim II untuk eselon II,
Diklat Pim III untuk eselon III, Diklat Pim IV untuk eselon IV.
Pendidikan dan pelatihan struktural atau yang dikenal diklat Pim,
belum terlalu membantu untuk menempatkan pegawai yang benar-benar
mampu dan profesioanal. Karena diklat struktural hanya memberi
pengetahuan tambahan bagi pegawai yang sedang menduduki jabatan atau
yang akan menduduki jabatan tentang bekal kepemimpinan, bukan
pendidikan atau pelatihan tentang bidang tugas yang akan dihadapi atau
dikerjakan pada jabatan yang disediakan. Hal ini kemudian nampak
setelah pegawai yang bersangkutan selesai mengikuti pendidikan dan
pelatihan dan kembali ketempat kerja, tidak ada yang bisa dilaksanakan
dengan baik sesuai harapan, atau tidak ada perubahan dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya pada jabatan yang ditempati. Jenjang pangkat
yang diperlukan dalam jabatan yaitu sesuai dengan jabatan yang akan
ditempati, atau serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat
dibawah jenjang pangkat yang ditentukan.
Kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan atau dasar
disiplin pendidikan, disesuaikan dengan kebutuhan atau jabatan yang akan
ditempai. Dalam hal pendidikan dasar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang bersangkutan harus sesuai dengan jenis jabatan yang diembannya.
Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, sehingga dapat
terwujud tujuan dari pemerintah yang baik (good governance). Prestasi

26

kerja sangat penting artinya bagi pengembangan sumber daya manusia
suatu organisasi, untuk mendapatkan penghargaan dan pengangkuan
terhadap hasil kerja yang dicapai.
Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 1999
pasal 20, yang menyebutkan bahwa untuk menjamin obyektifitas dalam
mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan, dan kenaikan pangkat
diadakan penilaian prestasi kerja. Menurut Notoatmodjo bahwa prestasi
kerja adalah penting dalam suatu organisasi dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia. Selanjutnya manfaat penilaian prestasi kerja dalam
suatu organisasi antara lain: untuk peningkatan prestasi kerja, memperoleh
kesempatan kerja yang adil, adanya keputusan-keputusan untuk pegawai
yang berprestasi baik (promosi) dan karyawan yang berprestasi , dapat
mendiagnosa

kesalahan-kesalahan

mencerminkan

adanya

desian

pekerjaan,

penyimpangan-penyimpangan

dan

dapat

dalam

proses

rekrutmen dan seleksi. Selanjutnya dikatan oleh Notoatmodjo, bahwa agar
penilaian mencapai tujuan maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan:
11

1) Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
related). Artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai
perilaku atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi
dimana karyawan itu bekerja.

11

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineke Cipta, Jakarta,
Hlm, 142.

27

2) Adanya standar pelaksanaan kerja (perfomance standars).
Satndar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk
menilai prestasi kerja tersebut.
3) Praktis. Artiya sistem penilaian yang praktis, bila mudah
dipahami dan dimengerti serta digunakan, baik oleh penilai
maupun karyawan.
Pengalaman kerja diperlukan dalam peryaratan jabatan bagi
penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural,
karena dengan pengalaman yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang bersangkutan, tugas/pekerjaan yang akan ditangani dapat
berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan/kendala yang akan
menghambat tugas pelayanan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
bersangkutan dalam jabatannya.
Dengan demikian persyaratan penempatan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) pada jabatan struktural

harus diperhatikan dan

diprioritaskan utama dalam penempatan, sehingga dapat terwujud
penempatan pegawai yang tepat pada tempatnya yang tepat, yang pada
akhirnya tugas pokok dan fungsi pegawai yang bersangkutan dapat
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan profesionalitasnya. Hal
ini dapat terwujud apabila dalam implementasi kebijakan penempatan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural, benar-benar
sesuai dengan peraturan dan dilaksanakan seobjektif mungkin.

28

Pelaksanaan

kebijakan

penempatan

atau

pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural, tertuang dalam
Undang-Undang Nomor

43

taun

1999

tentang pokok-pokok

kepegawaian. Dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa
dalam hal pengangkatan atau penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme
sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang
ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.
Selanjutnya disebutkan juga, bahwa untuk menjamin obyektifitas
dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan
pangkat diadakan penilaian prestasi kerja.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut sbenarnya
bertujuan mendapatkan atau menempatkan orang yang tepat pada
tempat

yang

tepat,

dengan

profesionalisme,

berkualitas

dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
pada organisasi atau unit penempatan, sehingga tujuan dari pemerintah
yang dituangkan dalam visi dan misi dapat terlaksana dengan baik dan
tepat.
Hal yang sama tersebut juga dikemukakan oleh Miftha Thoha,
bahwa dasar utama dalam melakukan penempatan pegawai adalah
waktu atau masa kerja disuatu unit. Selain itu juga mempertimbangkan
kompetensi atau kinerja pegawai, pertimbangan atasan langsung, dan

29

pertimbangan atau pendapat pegawai yang bersangkutan. Namun
dalam pelaksanaan kinerja belum dalam optimal dilakukan, karena
adanya berbagai keterbatasan terutama dalam pengukuran kinerja atau
kompetensi pegawai, sehingga yang digunakan sebagai indikator
adalah pengamatan dari atasan langsung saja. Selanjutnya dikatakan
juga, bahwa kendala yang paling utama adalah adalah penempatan
pegawai pada jabatan struktural adalah belum adanya indikator yang
tepat, tranparan dan objektif untuk mengukur kompetensi atau kinerja.
Hal ini juga menurut Miftha Thoha yaitu berdasarkan pasal 17
Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian bahwa untuk pengangkatan dalam jabatan struktural,
didasarkan pada kriteria: kompetensi, prestasi kerja, dan jengang
pangkat, tidak mempunyai indikator maupun skor yang bisa dipakai
sebagai alat ukur.12
5. Tujuan Pengangkatan Jabatan Struktural
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 di lakukan
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Struktural. Adapun
tujuan dari pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan
Struktural adalah sebagai Proses pengembangan karier Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Pasal (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dikatakan
bahwa pola pengembangan karir adalah pola pembinaan Pegawai Negeri
12

Miftha, Thoha, 2001, Kepemimpinan dalam Manajemen, Suatu Pendekatan Perilaku, PT Raja
Grafinfo Persada, Jakarta, Hlm, 102.

30

Sipil (PNS) yang mengambarkan alur pengembangan karier yang
menunjukan

keterkaitan

dan

keserasian

antara

jabatan,

pangkat,

pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi serta masa jabatan
seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak pengangkatan Pertama dalam
jabatan tertentu sampai dengan pensiun.13
Dari pengertian pola karier diatas dapat diketahui bahwa
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan Struktural
merupakan suatu pengembangan karier bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan akan
merasakan

jenjang

karier

yang

semkin

meningkat

dengan

mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan,
kompetensi, masa jabatan, kompetensi, serta jabatan seseorang Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu.
Istilah kewenangan berasal dari kata wewenang yang berarti
competece atau beevogdheid, yang berarti kemampuan untuk melakukan
suatu tindakan hukum publik atau kemampuan bertindak yang diberikan
oleh Undang-Undang untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.
Selanjutnya apabila dilihat dari sifatnya, maka wewenang pemerintah
dapat dibedakan atas sifat expressiomplied, fakulatif, dan vrijbestuur.
Wewenang pemerintah yang bersifat expressiomplied adalah maksud dan
tujuannya, terkait pada waktu tertentu dan tunduk pada batasan-batasan
hukum tertulis dan tidak tertulis, sedangkan isinya dapat bersifat umum

13

Bagus Sarnawa dan Hayu Sukiyo Prapti,Op.cit, Hlm. 81.

31

(abstrak) dan dapat pula bersifat individual konkrit. Isinya bersifat umum
(abstrak), misalnya dalam bentuk suatu putusan atau suatu rencana.
Wewenang pemerintah yang bersifat fakultatif adalah wewenang yang
peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana
suatu wewenang dapat dipergunakan.14 Wewenang/authority menurut
handoko adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintaah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan
tertentu. Dengan demikian, maka wewenang/authority adalah kemampuan
untuk bertindak atau melakukan sesuatu, sesuai dengan ketentuan
peraturan yang ada, untuk mencapai tujuan tertentu.15
Dilihat dari sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam, yaitu kewenangan atribut dan kewenangan delegatif.
Kewenangan atribut adalah kewenangan yang melekat dan diberikan
kepada suatu instansi atau pejabat berdasarkan peraturan perundangundangan. Sedangkan kewenangan delegatif adalah kewenagan yang
berasal dari pendelegasian dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi
tingkatannya berdasarkan peraturan perundangan-undangan.16
Selanjutnya daerah otonom sebagai satuan pemerintah mandiri
memiliki wewenang atribut, lebih-lebih sebagai subyek hukum (publiek
rechtpeerson, public legal enity) berwenang membuat peraturan-peraturan
14

Marbun, 2003, Peradilan Administrasi dan Upaya Administrasi di Indonesia, UII Press,
Yogyakaarta, Hlm 122.
15
Handoko, T.Hani, 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE,
Yogyakarta, Hlm 2.
16
Wasistiono, Sadu, 2002, Kedudukan Camat dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan
berdasarkan UU Nomor 22 tahun 1999 (Materi pada orientasi tugas dan fungsi camat se
indonesia), Pusat Kajian Pemerintah STPDN Departemen dalam Negeri, Hlm, 3.

32

untuk menyelenggarakan rumah tangganya. Wewenang mengatur ini ada
pada pemerintah daerah (pejabatt administrasi negara dan DPRD sebagai
pemegang fungsi legislatif di daerah.17
Kewenangan tentang penempatan pegawai negeri pada jabatan
struktural tertuang juga dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 25 yang menyebutkan bahwa
untuk

memperlancar

pelaksanaan

pemberhentian

Pegaawai

mendelegasikan

sebagian

Negeri

pengangkatan,
Sipil

wewenangnya

(PNS),
pada

pemindahan
presiden
pejabat

dan
dapat

pembinan

kepegawaian pusat dan menyerahkan sebagaian wewenangnya kepada
pejabat pembina daerah yang diatur lebih lanjut