STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MEMBERDAYAKAN DAN MELINDUNGI UKM DALAM MENGHADAPI RENCANA PENERAPAN PASAR TUNGGAL ASEAN (AEC) 2015

(1)

SKRIPSI

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA UNTUK MEMBERDAYAKAN DAN MELINDUNGI UKM DALAM MENGHADAPI RENCANA

PENERAPAN PASAR TUNGGAL ASEAN (AEC) 2015

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

MU’IZZUDDIN DZULHAKIM 07260096

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Mu’izzuddin Dzulhakim

Nim : 07260096

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Strategi Pemerintah Indonesia Untuk Memberdayakan dan Melindungi UKM Dalam Menghadapi Rencana Penerapan Pasar Tunggal ASEAN (AEC) 2015

Disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si Dyah Estu Kurniawati,S.Sos, M.Si Mengetahui

Dekan Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mu’izzuddin Dzulhakim

Nim : 07260096

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Strategi Pemerintah Indonesia Untuk Memberdayakan dan Melindungi UKM Dalam Menghadapi Rencana Penerapan Pasar Tunggal ASEAN (AEC) 2015

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 21 Oktober 2011

Tempat : Lab. Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi,M.Si

Dewan Penguji

1. Penguji 1 : Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )

2. Penguji 2 : Victory Pradhitama, M.Si ( )

3. Penguji 3 : Tonny Dian Effendi, M.Si ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

N a m a : Mu’izzuddin Dzulhakim

Tempat, tanggal lahir : Batu Keliang, 7 Oktober 1988

NIM : 07260096

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul : Strategi Pemerintah Indonesia Untuk Memberdayakan dan Melindungi UKM Dalam Menghadapi Rencana Penerapan Pasar Tunggal ASEAN (AEC) 2015

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Oktober 2011


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Mu’izzuddin Dzulhakim

2. Nim : 07260096

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Judul Skripsi : Strategi Pemerintah Indonesia Untuk Memberdayakan dan Melindungi UKM dalam Menghadapi Rencana Penerapan Pasar Tunggal ASEAN (AEC) 2015

6. Pembimbing : 1. Tonny Dian Effendi, M.Si 2. Diah Estu Kurniawati, M.Si 7. Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf

Pembimbing I

Keterangan Tanggal Paraf

Pembimbing II

Keterangan

8 Maret 2011

Pengajuan Judul Skripsi

8 Maret 2011

Pengajuan Judul Skripsi 15 Maret

2011

ACC Judul Skripsi

15 Maret 2011

ACC Judul Skripsi 10 Mei

2011

ACC Ujian Proposal Skripsi

10 Mei

2011

ACC Ujian Proposal Skripsi 24 Mei

2011

ACC Bab I 24 Mei 2011

ACC Bab I 19 Juli

2011

ACC Bab II

19 Juli 2011

ACC Bab II 13

September 2011

ACC Bab III

13

September 2011

ACC Bab

III 27

September 2011

ACC Bab IV

27

September 2011

ACC Bab

IV 8 Oktober

2011

ACC Ujian Skripsi

8 Oktober 2011

ACC Ujian Skripsi


(6)

Motto:

Working Hard

Will Make You

Live Longer

(Kerja Keras Akan Membuatmu Hidup Lebih Lama)


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Paradigma pembangunan negara-negara berkembang salami ini masih cenderung difokuskan pada pengembangan korporasi besar dan MNCs karena dua sector usaha inilah yang dianggap paling berperan sebagai aktor dalam perdagangan internasional. Namun demikian pasca krisis Asia 1997, terbukti bahwa sector UKM mampu lebih tahan banting dan cenderung lebih stabil dalam menghadapi guncangan ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran apabila sector UKM menjadi salah satu titik perhatian dalam kerjasama ASEAN dalam salah satu pilar ASEAN yaitu ASEAN Economic Community 2015. Dalam hal ini, sangat menarik untuk diulas bagaimana peran pemerintah dalam memberdayakan sector UKM agar mampu berperan aktif dalam sistem internasional, dan mengapa UKM menjadi demikian penting dalam bidang keilmuan hubungan internasional

Pada kesempatan ini, penulis menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu disempurnakan dan dibenahi. Oleh karena itu masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk membantu proses penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada pembimbing I (Tonny Dian Effendy, M.Si) dan pembimbing II (Diah Estu Kurniawaty, M.Si) yang selalu memberikan masukan dan arahan dalam pengarapan skripisi.

2. Penguji skripsi I (Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si) dan penguji skripsi II (Victory Pradhitama, M.Si) yang rela meluangkan waktunya untuk menguji hasil penelitian skripsi penulis.


(8)

4. Bapak Dr. Wahyudi, Selaku Dekan FISIP UMM dan segenap lingkungan FISIP UMM terutama para staf TU yang selalu bekerja keras.

5. Semua rekan-rekan mahasiswa Hubungan Internasional yang selalu saya cintai dan banggakan.

6. Dan secara khusus, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini kepada Ibunda dan Ayhanda tercinta, terima kasih atas segala bentuk dukungan, moril, dan materill yang telah diberikan selama ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, sekalipun sangat kecil sehingga tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional di lingkungan UMM saja namu juga bagi disiplin Ilmu Hubungan Internasional di belahan bumi manapun.

Amien. Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, Oktober 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ……… i

Lembar Persetujuan Skripsi ………... ii

Lembar Pengesahan ……… iii

Surat Pernyataan Skripsi Bukan Hasil Plagiat ………... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ……… v

Ungkapan Pribadi/Motto ……… vii

Abstraksi ………. viii

Kata Pengantar ………... ix

Daftar Isi ……… x

Daftar Tabel ……….... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 7

1.3 Penelitian Terdahulu ………. 8

1.4 Landasan Konsep ……….. 13

1.4.1 UKM ………. 13

1.4.2 Bargaining Power ………. 15

1.4.3 Proteksi ………. 16

1.4.4 Pasar Tunggal ……… 19

1.5 Metode Penelitian……… 21

1.5.1 Jenis Penelitian ……….. 21

1.5.2 Tingkat Analisa ……….. 21

1.5.3 Metode Pengumpulan Data ………... 22

1.6 Argumen Dasar ………... 25

1.7 Struktur Penulisan ……….. 25

BAB II GAMBARAN PERKEMBANGAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN DAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2.1 Perkembangan Integrasi Ekonomi ASEAN ……… . 28

2.2 Perkembangan Wacana Pasar Tunggal ASEAN (AEC 2015) …. 34 2.3Implikasi Penerapan Pasar Tunggal ASEAN ………... 39

2.3.1 AEC Sebagai Pasar Tunggal dan Basis Produksi …………. 39

2.3.1.1 Aliran Bebas Barang dan Jasa ……… 39

2.3.1.2 Arus Bebas Investasi ………. 43

2.3.1.3 Arus Modal yang Lebih Bebas ……….. 45

2.3.1.4 Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil ……….. 46

2.3.2 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Oleh Indonesia dalam mengahdapi AEC 2015 …………. 48

BAB III PERKEMBANGAN KERJASAMA UKM DI REGIONAL ASEAN DAN POTRET PERKEMBANGAN UKM INDONESIA 3.1 Kerjasama Sektor UKM di Regional ASEAN ………. 58


(10)

3.2 Gambaran Umum Perkembangan UKM Indonesia …………. 63

3.2.1 Peranan Sektor UKM dalam Perekonomian Indonesia ………. 63

3.2.2 Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah ………. 71

3.2.3 Gambaran Umum Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Pengembangan dan Pemberdayaan UKM... 75

BAB IV STRATEGI PEMERINTAH DALAM MEMBERDAYAKAN DAN MEMPROTEKSI UKM UNTUK MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN (AEC 2015) 4.1 Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN … 92 4.1.1 Tantagan Pasar Tunggal ASEAN Bagi Sektor UKM Indonesia ………... 92

6.1.2 Hasil Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Mengenai UKM ………... 96

4.1.2.1 Penciptaan Iklim bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ……… 96

4.1.2.2 Peningkatan Permodalan bagi UMKM ………... 99

4.1.2.3 Pengembangan Teknologi Produksi bagi Usaha UMKM... 102

4.1.2.4 Pengembangan Sistem Pendukung Usaha UMKM … 104 4.1.4 Proteksi Pemerintah Terhadap UKM ………... 108

4.1.5 Opini Kebijakan Proteksi Pemerintah Terhadap UKM ... 111

BAB V KESIMPULAN ……… 116

DAFTAR PUSTAKA ………... 120


(11)

Daftar Tabel

Tabel.1.1: Tingkat Analisa ……… 22 Tabel 3.1: Rata-rata Struktur PDB Menurut Skala

Usaha tahun 2000-2003 ………... 65

Tabel 3.2: Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha Pada Tahun 1997 dan 2003 Atas dasar

Harga Konstan 1993 (Miliar Rupiah) ……… 66

Tabel 3.3: Perkembangan Jumlah Unit Usaha

Tahun 1997, 2000, dan 2003 ………. 67

Tabel 3.4: Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut

Kelompok Usaha Pada Tahun 2000 dan 2003 (orang) …. 68 Tabel 3.5: Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Menurut

Skala Usaha Pada Tahun 2000 dan 2003 (Miliar Rupiah) … 69 Tabel 3.6: Problem-Problem Utama yang

dihadapi UMI dan UK Manufaktur di Indonesia ………. 74 Tabel 3.7: Arah Kebijakan Rencana Strategis

Kementerian Koperasi dan UKM ………. 78

Tabel 3.8: Pertumbuhan Industri 2005-2011 Triwulan I …………... 87 Tabel 3.9: Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) ……….. 87


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cipto, Bambang. 2006. Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Djafar, Zainuddin. 2008. Indonesia & Dinamika Asia Timur. Pustaka jaya

Gilpin, Robert. 2001. Global Politic Economy: Understanding the International Economic Order. Princeton University Press : New Jersey

Griffiths, Martin dan O’Callaghan,Terry. 2002 . International Relations: The Key Concepts. Routledge, London

Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan Internassional. Buku kesatu. Ghalia Indonesia, Jakarta

Jack, Plano C. dan Olton,Roy. 2001. Kamus Hubungan Internasional. Putra Abadin

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global Dalam Teori Dan Praktek, Cetakan Pertama.Graha Ilmu: Yogyakarta

Luhulima. 2011. Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Mas’oed, Mohtar. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan. Pustaka Pelajar Offset: Yogyakarta

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan International: Disiplin dan Metodelogi. LP3ES


(13)

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional Edisi ke-5 jilid 1. Penerbit Erlangga.

Santoso, Wijoyo (et.all). 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi Ekonomi Ekonomi Asean dan Prospek Perekonomian Nasional. Bank Indonesia: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter. Soesastro, Hadi (Ed.). 1991. Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Jakarta: CSIS _________. Menuju ASEAN Community 2015. Departemen Perdagangan

Republik Indonesia

__________. 2008. Kebangkitan Regionalisme Asia: Kemitraan Bagi Kemakmuran Berama. Asian Development Bank.

_________. 2010. Asean Selayang Pandang Edisi ke-19 2010. Departement Luar Negeri Indonesia.

Artikel/jurnal:

Adiningsih, Sri, Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil Dan Menengah Dl Indonesi,www.lfip.org/.../Regulasi%20dalam%20revitalisasi%20-%20sri%20adiningsih.pdf (29 Maret 2011)

Agreement on Trade in Goods of the framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Association of Southeast Asian nations

and the People’s Republic of China. www.aseansec.org/16589.htm, (6 Desember 2010)

Firdausy, Carunia Mulya, Prospek Bisnis UKM dalam Era Perdagangan Bebas. www.smecda.com/deputi7/.../CARUNYA%20MULYA.8.htm,


(14)

Greenwald, Alyssa B. The ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA): a Legal

Response to China’s Economic rise,

admissions.law.duke.edu/shell/cite.pl?16+Duke+J.+Comp.+&+Int'l+L.+19 3+pdf, (8 Februari 2011)

Hanafi, Iwan Dermawan, Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN,

repository.univpancasila.ac.id/.../Menuju%20ME%20ASEAN.pdf, (11 februari 2011)

Hidayat, Agus Syaraip, AEC: Peluang dan tantangan bagi Indonesia, jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/162082739.pdf (29 Maret 2011) Rosid, Abdul, UKM di Indonesia: Peranan UKM,

http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/31013-3-478126269633.doc , (8 Februari 2011)

Rasul, Abdul, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam Kebijakan Pemerintah. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4307170178.pdf, (8 Februari 2011)

Setiawan, Hendra, Fleksibilitas Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah,elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../4697/469 8.pdf, (29 Maret 2011)

Soetrisno, Noer, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dalam perspektif Otonomi Daerah,

www.docstoc.com/.../PEMBERDAYAAN-EKONOMI-RAKYAT-DALAM-PERSPEKTIF-OTONOMI-DAERAH, (25 Oktober 2010)


(15)

Suhadi, Idup, Framework Of SMEs: Model Vitalisasi Usaha Kecil Menengah Di Berbagai Negara,

www.pkailan.com/pdf/Model_Vitalisasi_UKM_Full%20Report.pdf , (29 Maret 2011)

Soetrisno, Noer, Ekonomi Rakyat Usaha Mikro Dan Ukm Dalam Perekonomian Indonesia,www.smecda.com/.../Ekonomi%20Rakyat%20%20Usaha%20M ikro%20dan%20UKM.pdf , (29 Maret 2011)

Tambunan, Tulus, Ukuran Daya Saing Koperasi Dan Ukm - Kadin Indonesia, www.kadin-indonesia.or.id/enm/.../KADIN-98-3000-21072008.pdf, (28 Maret 2011)

Tambunan, Mangara, dkk. Memposisikan Usaha Kecil Menengah Dalam Persaingan Pasar Global,

http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2023/mangara%20t ambunan.7.htm, (29 Juli 2011)

UNCTAD. Growing Micro and Small Enterprises in LDCs (The “Missing

Middle” in LDCs: Why Micro and Small Enterprises Are Not Growing). UNCTAD/ITE/TEB/5.http://www.unctad.org, (7 Februari 2011)

Internet:

AEC mulai disosialisasikan,

http://news.id.msn.com/okezone/business/article.aspx?cp-documentid=4571807, (29 Maret 2011)


(16)

Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional,

http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Setditjen/Buletin%202010/Buletin%2 0Edisi%2004_2010.pdf, (29 Juli 2011)

Integrasi Ekonomi ASEAN+3: Antara Peluang dan Ancaman,

www.brighten.or.id/index.php?...integrasi-ekonomi-asean3-antara-peluang-dan-ancaman..., (29 Juli 2011)

Kebangkitan Industri Nasional,

www.kemenperin.go.id/Ind/Publikasi/MajINDAG/File/20110623.pdf, (29 Juli 2011)

Kerjasama Ekonomi ASEAN,

http://www.deplu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.d oc, (8 Februari 2011)

Mempertimbangkan Kembali Kebijakan Proteksi,

www.kppu.go.id/docs/Majalah%20Kompetisi/kompetisi_2010_edisi25.pdf , (29 Juli 2011)

Menneg KUKM Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM 2004-2009,

http://www.depkop.go.id/phocadownload/renstra/2004-2009/renstra_2004_2009_02_bab_01.pdf (13 Juni 2011) Mendukung Usaha Kecil dan Menengah,

siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/.../SME.pdf, (29 Juli 2011)


(17)

Menuju Pasar Tunggal ASEAN,Kerja sama ekonomi, Peran UKM akan

ditingkatkan,http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=61326, (29 Maret 2011)

Peningkatan Investasi Dan Ekspor Nonmigas, http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8417/, (29 Juli 2011)

Pemberdayaan Koperasi Serta Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah,

http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8420/ , (29 Juli 2011) Perkembangan Ekonomi Indonesia,

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/10453/, (29 Juli 2011)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, http://portal.djmbp.esdm.go.id/sijh/UU_2008_20_TENTANG_USAHA_ MIKRO_KECIL_DAN_MENENGAH.pdf (28 Oktober 2011)

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News &file=article&sid=78523, (15 Februari 2011)


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Selama beberapa dekade terakhir terutama pasca berakhirnya perang dingin, sistem internasional menunjukkan faktor keamanan tidak dapat lagi berdiri sendiri sebagai penentu state power suatu negara, akan tetapi lebih banyak diwarnai bahkan didominasi oleh isu-isu ekonomi dan kesejahteraan masyarakat1. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang akhir-akhir ini dibanggakan telah menjadikan kawan dan lawan sebagai kompetitor. Secara tidak langsung, globalisasi ekonomi juga mendorong meningkatnya kompetisi antara kelompok negara maju dan berkembang, serta anatarnegara berkembang itu sendiri. Selain itu globalisai dan liberalisasi menyebabkan semakin meningkatnya integrasi ekonomi internasional, baik yang berupa bilateral atau antarkawasan bahkan multilateral.2 Meningkatnya upaya integrasi ekonomi di beberapa kawasan dapat pula dikatakan sebagai respon menghadapi dampak negatif dari globalisasi.

Selain itu timbulnya kesadaran adanya interdependensi antar setiap negara adalah salah satu faktor yang menyebabkan integrasi ekonomi semakin menguat. Kita bisa ambil contoh di kawasan Eropa yang membentuk European Union (Uni Eropa) sebagai common market di awal 1992, hal ini memberikan „pencerahan‟3 bahwa suatu negara tidak dapat menghindari dari konsep kerjasama untuk dapat

1 Robert Gilpin, 2001,

Global Politic Economy: Understanding the International Economic Order, Princeton University Press, New Jersey, hal. 263

2

Hadi Soesastro (Ed.),1991,Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa, Jakarta: CSIS, hal.88

3 Pencerahan dalam arti meberikan inspiransi atau ide terbentuknya pasar tunggal di kawasan


(19)

2

mempertahankan diri dari dampak negatif globalisasi. Negara-negara yang termasuk dalam kawasan Eropa pun berlomba-lomba untuk dapat diakui sebagai anggota Uni Eropa.

Di lain sisi proses integrasi internasional terus didorong oleh kekuatan pasar yang semakin meningkat dan semakin meluas. Negara-negara berkembang yang semula menutup diri kini satu persatu membuka ekonominya, melakukan liberalisasi dan deregulasi, melihat keharusan untuk bisa menginjakkan kakinya ke anak tangga pembangunan yang lebih tinggi dengan cepat.4 Tetapi proses ini sudah pasti tidak dapat berjalan mulus begitu saja sebab tantangan untuk naik ke anak tangga yang lebih tinggi itu akan mengambil tempat pihak lain yang tidak mampu meningkat ke anak tangga berikutnya.

Dalam lingkup regionalisme, konsep integrasi ekonomi ASEAN dan peningkatan kerjasama ekonomi Asia Timur semakin marak dibicarakan. Pada Desember 1997, ASEAN dan negara-negara Asia Timur menyepakati terbentuknya ASEAN+3 melalui 2nd ASEAN Informal Summit di Malaysia. Kesepakatan kerjasama tersebut meliputi peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan bidang lainnya. ASEAN+3 melibatkan negara-negara anggota ASEAN dan tiga negara di kawasan Asia Timur, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan.5 Selain itu pada (ASEAN Summit, Kuala Lumpur Desember 1997) para Kepala Negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan

4

Hadi Soesastro (Ed.), op.cit.

5

Agreement on Trade in Goods of the framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Association of Southeast Asian nations and the People’s Repu li of China. www.aseansec.org/16589.htm, diakses tanggal 6 Desember 2010


(20)

3

pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi. Dan pada tahun 2003 (ASEAN Summit, Bali Oktober 2003) negara-negara ASEAN menyepakati 3 pilar untuk mewujudkan ASEAN Vision 2020 yaitu: ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN Political-Security Community (ASC) dan ASEAN Sosial-Cultural Community (ASCC).6

Untuk mempercepat terwujudnya AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. ASEAN menyusun ASEAN Charter (Piagam ASEAN)7 sebagai

“payung hukum”8

yang menjadi basis komitmen dalam meningkatkan dan mendorong kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN di kawasan Asia Tenggara. Piagam tersebut memuat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh seluruh negara anggota ASEAN dalam mencapai tujuan integrasi di kawasan ASEAN.

Disaat rencana penerapan AEC mulai bergulir, timbul sikap pesimis di antara beberapa kalangan di Indonesia dalam menyikapi peluang dan daya saing UKM Indonesia dalam liberalisasi perdagangan, khususnya dalam menghadapi rencana Pasar Tunggal ASEAN 2015. Posisi yang berbeda antara UKM dan Usaha Besar menjadi titik perhatian, pada umumnya usaha besar sudah memiliki akses terhadap sarana dan prasarana industri yang kondusif, sehingga lebih berpeluang untuk meraih keuntungan dari mekanisme Pasar Tunggal sedangkan

6

Menuju ASEAN Community 2015, Departemen Perdagangan Republik Indonesia hal. 4

7 ASEAN Charter telah dimulai sejak dicanangkan

Vientiane Action Programe (VAP) pada KTT ASEAN ke-10 di Vientiane, Laos 2004 dan di tandatangani pada KTT ke-13 Singapura, 20 November 2007, kemudian berlaku efektif 15 Desember 2008

8 Payung Hukum di pahami sebagai pedoman dan pelindung bagi anggota ASEAN jika terjadi


(21)

4

UKM memiliki hambatan dalam akses sarana dan prasarana industri. Kita bisa lihat misalnya pada tahun 2005, nilai non-migas dari sektor usaha besar mencapai 79,72 persen.9 Dengan demikian, para usaha besar dalam perdagangan internasional Indonesia cukup signifikan. Namun, perlu digarisbawahi bahwa jumlah perusahaan yang tergolong usaha besar di Indonesia hanya 0,01 persen dari total unit usaha domestik. Sebagian besar unit usaha di Indonesia (99,05 persen)10 tergolong dalam Usaha Kecil dan 0,14 persen Usaha Menengah (UKM) yang disebut juga sebagai Small and Medium Enterprises (SMEs).

Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor UKM Indonesia tahun 2006, mencapai 19,18 persen terhadap jumlah total lapangan kerja yang tersedia. Pada tahun 2006 juga, sektor UKM Indonesia menyumbangkan 53,3 persen dari total PDB (Produk Domestik Bruto) nasional, sementara sisanya, yaitu sekitar 46,7 persen merupakan kontribusi sektor Usaha Besar.11 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan UKM merupakan salah satu faktor yang cukup signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam memelihara kestabilan sosial dalam negeri. Potensi UKM dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan peran UKM dalam pembangunan perekonomian nasional merupakan beberapa aspek penting yang melatarbelakangi perlunya pengembangan dan pemberdayaan UKM di Indonesia, khususnya dalam mengdapi liberalisasi perdagangan regional yang akan ditimbulkan oleh AEC 2015.

9

Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Indikator Makro UKM 2007. BRS No. 17/03/Th. X, 16 Maret 2007

10 Noer Soetrisno,

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dalam perspektif Otonomi Daerah. www.docstoc.com/.../PEMBERDAYAAN-EKONOMI-RAKYAT-DALAM-PERSPEKTIF-OTONOMI-DAERAH. Di akses tanggl 25 Oktober 2010

11 Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.


(22)

5

Peran UKM dalam pembangunan nasional tidak dapat diremehkan, seperti halnya yang dikemukakan oleh Stiglitz bahwa usaha kecil seringkali berperan sebagai tulang punggung (backbone) kehidupan masyarakat,12 maka keberadaan dan perkembangannya layak mendapat perhatian pemerintah. Negara memiliki andil yang sangat besar dalam menentukan arah perekonomian nasional. Pemerintah berperan dalam mengeluarkan kebijakan dan membangun infrastruktur yang menunjang pengembangan industri, khususnya indusrti berbasis UKM. Dalam memandang hubungan antara UKM nasional dan perdagangan internasional, konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015 harus dilihat sebagai peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi sektor UKM dalam negeri.

Peluang, karena konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015 sebagai single market dan single production base memberikan kesempatan bagi sektor UKM untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas melalui perusahaan-perusahaan multinasional.13 Dengan kata lain, Pasar Tunggal ASEAN memberikan kesempatan bagi UKM nasional untuk meningkatkan peran, bukan hanya sebagai produsen tunggal, tetapi sebagai produsen (supplier) dan mitra kerja bagi perusahaan-perusahaan multinasional. Kondisi tersebut dapat diartikan pula sebagai upaya peningkatan peran UKM sebagai industri yang padat karya. Pasar Tunggal ASEAN juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi UKM nasisonal untuk lebih mandiri dan outward-looking. Namun perlu ditekankan bahwa untuk memanfaatkan peluang tersebut, sektor UKM harus memiliki daya saing dalam

12 Joseph Stiglitz,2006,

Making Globalization work: The Next Steps to Globhal Justice. Allen lane, penguin Group, England, hal. 192

13

UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development). Report of the Expert Meeting

on the Relationships between SMEs and TNCs to Ensure the Competitiveness of SMEs. Held at the Palais des Nations, Geneva, 27 to 29 November 2000.


(23)

6

dunia industri dan perdagangan regional, seperti harga yang lebih kompetitif, peningkatan kualitas, serta ketepatan waktu pengiriman (delivery). Selain kebutuhan terhadap berbagai fasilitas pendukung, faktor utama yang menentukan keberhasilan pengembangan UKM adalah negara (pemerintah), yaitu upaya dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk meningkatkan daya saing UKM dalam negeri.

Selain peluang, penerapan Pasar Tunggal ASEAN juga memberikan tantangan tersendiri bagi UKM domestik, karena persaingan bukan saja datang dari korporasi asing, namun juga dari UKM regional. Masalah lainnya akan timbul karena produk unggulan dalam kawasan intra-ASEAN cenderung bersifat non-komplementer melainkan lebih bersifat kompetitif. Ketika tariff barrier diturunkan hingga mencapai nol persen dan non-tariff barrier dihilangkan dalam rangka mencapai komitmen Pasar Tunggal, produk-produk impor (dari korporasi besar maupun UKM regional) dapat membanjiri pasar dalam negeri. Apabila sektor UKM nasional tidak memiliki daya saing dan nilai tambah yang lebih kompetitif, open trade dalam mekanisme Pasar Tunggal dapat menjadi semacam bomerang bagi keberadaan UKM dalam negeri. Konsekuensi lebih jauh dari kemungkinan tersebut adalah munculnya gejolak sosial, terutama yang ditimbulkan oleh peningkatan angka kemiskinan dan pengangguran, mengingat stabilitas social ekonomi dalam negeri masih sangat tergantung pada UKM.

Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang belum kondusif pasca krisis, pengembangan kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM) dianggap sebagai satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi


(24)

7

perekonomian nasional dan daerah. Argumentasi ekonomi dibelakang ini yakni karena UKM merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan kapital yang besar dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif tahan banting (mampu bertahan dalam keadaan krisis), terutama UKM yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertanian.14

Masih terbatasnya akses modal, teknologi, dan informasi merupakan sebagian kecil hambatan yang masih dihadapi oleh sektor UKM nasional. Pemerintah sebagai lembaga yang berkewajiban dalam memelihara perekonomian nasional juga bertanggungjawab terhadap peningkatan daya saing UKM. Untuk mengatasi berbagai keterbatasan dan hambatan tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis untuk menunjang upaya-upaya pengembangan dan peningkatan daya saing sektor UKM nasional dalam menghadapi era globalisasi. Dalam hal upaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing sektor UKM, kebijakan dan intensif yang dikeluarkan oleh pemerintah merupakan faktor yang paling berpengaruh, seiring dengan komitmen pemerintah untuk turut serta dalam wacana penerapan Pasar Tunggal ASEAN.

1.2Rumusan Masalah

Untuk bertahan di era liberalisasi perdagangan, sektor UKM harus mampu menyesuaikan diri dengan iklim kompetisi perusahaan sehubungan dengan semakin kuatnya pengaruh rencana penerapan AEC (ASEAN Economic Community) sebagai Pasar Tunggal ASEAN tahun 2015. Dalam konteks

14

Dr. Carunia Mulya Firdausy, MA. Prospek Bisnis UKM dalam Era Perdagangan.

www.smecda.com/deputi7/.../CARUNYA%20MULYA.8.htm,di akses pada tanggal 02 Desember 2010


(25)

8

liberalisasi perdagangan, bertahanya sektor UKM domestik akan dipengaruhi oleh dukungan pemerintah dalam peningkatan kapabilitas dan daya saing UKM Indonesia. Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah, penulis mengajukkan pertanyaan penelitian, yaitu Bagaimana strategi pemeritah Indonesia dalam memberdayakan dan memproteksi UKM nasional untuk menghadapi rencana penerapan AEC 2015?

1.3Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai berbagai UKM pernah di lakukan oleh Drs. Idup Suhady, M.Si. (Pusat Kajian Administrasi Internasional Lembaga Administrasi Negara), 2001,15 “Model Vitalitas Usaha Kecil Menengah di Berbagai Negara (Models of Vitalizing Small-Medium Enterprises in Various Countries)”. Dalam hasil penelitian tersebut banyak membahas mengenai berbagai konsep kebijakan pengembangan UKM di berbagai negara seperti di Thailand, Malaysia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Konsep kebijakan tersebut bisa dijadikan sebagai referensi komperatif terhadap konsep kebijakan UKM di Indonesia. Kebijakan pengembangan UKM di Indonesia memiliki perbedaan dan persamaan dengan kebijakan yang diterapkan di Thailand, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika Serikat. Secara umum perbedaan kebijakan pengembangan UKM terdiri dari segi pendanaan dan keuangan, teknologi dalam rangka peningkatan kualitas produk, pemasaran dan promosi produk UKM, serta pengembangan sumber daya manusia sektor UKM.

15Drs.Idup Suhady,Msi, ,”

Model Vitalisasi Usaha Kecil Menengah di Berbagai Negara” www.pkailan.com/pdf/Model_Vitalisasi_UKM_Full%20Report.pdf di akses tanggal 29 Maret 2011


(26)

9

Salah satu perbedaan yang paling mendasar adalah adanya institusi tersendiri yang menangani kebijakan UKM di beberapa negara, seperti Small Medium Business Administration - SMBA (Korea Selatan), Small Medium Enterprises Administration-SMEA (Taiwan), Small Business Administration-SBA (Amerika), Small Medium Industri Development Cooperation-SMIDEC (Malaysia), SME promotion commision (Thailand) dan Japan Small Medium Enterprise Corporation-JASMEC (Jepang), sedangkan di Indonesia ada dua yaitu MenegKop, PKM dan Depperindag, yang kadangkala menimbulkan dualisme kebijakan yang saling tumpang tindih.

Selain itu beberapa negara melibatkan universitas dan lembaga penelitian dalam mengembangkan UKM seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Thailand. Indonesia, Malaysia dan Amerika belum sepenuhnya melibatkan peran universitas dan lembaga penelitian dalam pengembangan UKM.

Dari segi pendanaan dan keuangan, usaha besar di Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika Serikat memberikan bantuan dana kepada UKM selain dari APBN, dan dana masyarakat. Sedangkan UKM di Thailand mendapat bantuan pendanaan dari sektor perbankan dalam dan luar negeri. UKM di Indonesia mendapatkan bantuan dari sektor perbankan dan laba BUMN. Program kegiatan pendanaan UKM yang dilaksanakan di Indonesia berupa pemberian kredit secara umum dan insentif pajak, sedangkan Thailand, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika mempunyai program yang lebih variatif, seperti insentif investasi, dana pemulihan ekonomi, dan SME equity fund (Thailand), subsidi bunga, kredit modal usaha, jaminan kredit (Jepang, Korea


(27)

10

Selatan, Taiwan dan USA), kredit investasi, (Jepang, Taiwan, Korea Selatan), subsidi nilai tukar (Korea Selatan) pendanaan perdagangan, bantuan promosi ekspor (USA), bantuan perencanaan dan pengembangan usaha, kredit peningkatan kualitas produk, bantuan rehabilitasi usaha (Malaysia).

Dari segi pengembangan teknologi dalam rangka peningkatan kualitas produk, Indonesia menggalakkan penggunaan teknologi yang berorientasi kepada teknologi tepat guna dan teknologi informasi. Sedangkan Thailand, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika penggunaan teknologi UKM berorientasi kepada teknologi modern dan high technology yang mengedepankan inovasi serta hak kekayaan intelektual dan paten.

Dari segi pemasaran dan promosi produk UKM, Indonesia dan Thailand belum sepenuhnya beorientasi pada pemasaran produk untuk orientasi ekspor, namun masih mengandalkan pasar domestik. Sedangkan Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika seimbang dalam memasarkan dan mempromosikan produknya baik kepada pasar domestik maupun pasar internasional (export oriented). Pemanfaatan teknologi informasi, seperti e-commerce sudah diterapkan oleh Amerika, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan. Sedangkan Indonesia, Thailand dan Malaysia masih menjajagi pemakaian e-commerce dalam pemasaran UKM.

Dari segi pengembangan sumber daya manusia UKM, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi pegawai UKM merupakan hal yang dominan dilakukan oleh semua negara pembanding. Dalam meningkatkan kualitas SDM-nya Indonesia dan Thailand masih memfokuskan pada peningkatan jiwa


(28)

11

kewirausahawan dan Diklat ekspor. Sedangkan Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia dan Amerika sudah mengarah kepada Diklat yang sifatnya lebih tinggi tingkatannya, misalnya Diklat konsultansi (Thailand, Jepang, Taiwan, dan Amerika), Training of Trainers (TOT) (Jepang dan Taiwan), Diklat pemanfaatan teknologi maju (Korea Selatan, Malaysia dan Amerika), Diklat pemberdayaan UKM bagi wanita (Taiwan dan Amerika), dan Diklat kepemimpinan (Amerika).

Selain UKM ada penelitian mengenai AEC (Asean Economic Community) pernah di lakukan oleh Wira Arjuna16, (2009) “Asean Economic Community 2015: Studi Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)”. Dari hasil penelitian tersebut telah diperoleh bahwa Indonesia National Single Windows (INSW) merupakan sebuah instrumen penting dalam sektor aliran bebas barang (free flow of goods) yang bertujuan ingin meliberalisasikan perdagangan ASEAN dengan nenghapuskan segala hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan, yag merupakan bagian dari kerangka kerja ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang secara umum bertujuan untuk mencapai pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi ke dalam perekonomian global, di mana program-program kerjasama yang di dalamnya telah diatur dalam cetakbiru (blueprint) beserta jadwal strategisnya. Serta adanya komitmen yang

16

Wira Arjuna, 2009, Asean Economic Community 2015: Studi Persiapan Pemerintah Indonesia

Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW). Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosia dan Politik: Universitas Sumatra Utara


(29)

12

nyata dari seluruh anggota ASEAN atas kesepakatan yang telah dibentuk untuk nantinya dapat ikut berkompetisi dalam liberalisasi perdagangan tersebut.

Dalam penelitian tersebut, lebih lanjut juga dijelaskan perlu persiapan yang baik yang harus dilakukan oleh Indonesia, sebagaimana negara anggota ASEAN lainnya agar dapat menjadi “pemain” dan bukannya hanya sebagai

“penonton” dalam sektor aliran bebas barang dalam kerangka AEC 2015 ini. Sehingga dengan adanya persiapan yang baik tersebut dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia khususnya dalam kompetisi liberalisasi perdagangan yang akan terbentuk nantinya. Salah satu persiapan yang dilakukan oleh Indonesia adalah persiapan dalam pembentukan INSW.

Pada penelitian pertama, Drs. Idup Suhady,M.Si. menjelaskan dan membandingkan konsep kebijakan UKM di beberapa negara seperti kebijakan pengembangan UKM di Indonesia, Thailand, Malaysia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Hal yang akan membedakan penelitian yang dilakukan Drs. Idup Suhady,M.Si. dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti selanjutnya adalah fokus penelitiannya yakni pada kebijakan pemerintah dalam mengembangkan UKM untuk merespon rencana penerapan AEC 2015 sebagai Pasar Tunggal ASEAN. Selain itu, dalam penelitian sebelumnya tidak ada yang menjelaskan rencana penerapan AEC 2015 sebagai pasar tunggal ASEAN hanya membahas konsep kebijakan di beberapa negara.

Sedangkan dalam penelitian kedua yang dilakukan oleh Wira Arjuna, lebih fokus pada penelitian mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sebagai pilar fasilitas perdagangan khususnya dalam pembentukan Indonesia


(30)

13

National Single Windows (INSW), sedangkan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan lebih fokus pada analisa mengenai strategi pemerintah Indonesia untuk melindungi UKM dari liberalisasi perdangan yang akan ditimbulkan oleh Pasar Tunggal ASEAN yaitu AEC 2015 bukan pada INSW yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya.

1.4Landasan Konsep 1.4.1 UKM

Secara universal, belum ada definisi yang baku mengenai sektor UKM. Setiap negara memiliki kebijakan dan persepsi masing-masing terhadap pengertian UKM. Di Indonesia pengertian tentang usaha kecil dan menengah (UKM) tenyata sangat bervariasi. Ada beberapa lembaga yang menggunakan kriteria berbeda di antaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. 17

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, usaha menengah (UM) merupakan entitas usaha

17

Keragamn Definisi UKM di Indonesia, https://jurnalukm.com/2010/08/22/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia (di akses tanggal 15 Februari 2011)


(31)

14

milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang.

Kementerian Keuangan melalui keputusan menteri nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri atas:

1. bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi), dan

2. perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

Pada 4 Juli 2008 ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan


(32)

15

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

1.4.2 Bargaining Power

Bargaining power dapat diartikan sebagai posisi tawar suatu pihak dalam menjalani kerjasama dengan pihak lain yang didalamnya terdapat tawar-menawar antara pihak yg memiliki kepentingan berbeda guna mencapai kesepakatan.18 Dalam hubungannya dengan bargaining power, suatu negara dalam melakukan kerjasama internasional khususnya dalam bidang ekonomi bargaining power yang sangat erat dengan unsur-unsur kekuatan negara. Suatu negara akan diperhitungkan di kancah global apabila memiliki posisi tawar yang kuat dan memiliki reputasi yang baik khususnya dalam ekonomi. Seperti yang terjadi di China, China memiliki pengaruh yang sangat signifikan dikarenakan memiliki bargaining power dalam bidang ekonomi yang kuat.

18 http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News &file=article&sid=78523, diakses pada 15


(33)

16

Oleh karena itu, melihat Indonesia yang memiliki SDA yang melimpah, sangat berpotensi untuk meningkatkan bargaining power-nya di kancah regional ASEAN maupun global. Selain itu dengan adanya kerjasama ekonomi yang sudah terbentuk di regional ASEAN, Indonesia yang memiliki dayang saing dalam ekonomi diharapkan mampu memanfaatkan AEC sebagai upaya untuk meningkatkan bargaining power ekonominya di tingkat regional ASEAN.

Untuk meningkatkan daya saing ekonominya, Indonesia bisa meningkatkan peran ekonominya dengan memberdayakan UKM sebagai tool untuk meningkatkan bargaining power-nya di kancah regional ASEAN. Tentunya untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu kebijakan atau strategi pemberdayaan UKM yang tepat sesuai dengan apa yang ditetapkan di dalam kesepakatan AEC.

1.4.3 Proteksi

Proteksionisme merupakan suatu kebijakan ekonomi dalam menghambat perdagangan antar negara melalui berbagai metode, khususnya tariff impor barang, pembatasan jumlah kuota, dan berbagai peraturan pemerintah lainnya yang ditetapkan untuk menghambat impor dan mencegah pelaku usaha asing dalam menguasai pasar dan perusahaan domestiknya. Kebijakan ini tentunya sangat berkaitan dengan anti-globalisasi dan bertentangan dengan perdagangan bebas (dimana hambatan perdagangan dan pergerakan modal diminimalisasi).19

19

Kompetisi Edisi 25:Memepertimbangkan Kembali Kebijakan Proteksi, Media Berkala Komisis Pengawas Persainagn Usaha (KPPU)

www.kppu.go.id/docs/Majalah%20Kompetisi/kompetisi_2010_edisi25.pdf (diakses tanggal 29 Juli 2011)


(34)

17

Dalam konsep proteksi, negara versus pasar memang sulit dihindari. Pasar sangat sensitive atas semua langkah yang diambil negara. Mekanisme pasar bebas percaya bahwa semakin kecil peran negara akan semakin baik bagi pasar, karena itu proteksi bagi pasar diangap sebagai bentuk distorsi. Kebijakan proteksi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yakni:

1. Tariff Barrier (Hambatan tariff bea masuk)

Tariff merupakan hambatan dalam perdagangan dalam bentuk pajak yang dikenakan terhadap barang ekspor atau impor. Pada umumnya, tariff dikenakan terhadap barang impor sebagai upaya pemerintah untuk melindungi industri dan tenaga kerja dalam negeri dari persaingan oleh produk asing di pasar domestik.20

Menurut Hady,21 tujuan kebijakan terhadap tariff bea masuk dapat dibedakan sebagai tariff proteksi, yaitu penerapan tariff untuk mencegah atau membatasi impor barang tertentu, dan tariff revenue, yaitu penerapan tariff impor untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan tujuan tersebut, fungsi tariff bea masuk dapat diuraikan sebagai berikut: a) fungsi mengatur, yaitu untuk melindungi kepentingan ekonomi dan industri dalam negeri; b) fungsi budgeter, yaitu sebagai salah satu sumber penerimaan pendapatan negara; c) fungsi demokrasi, yaitu penetapan tariff impor melalui persetujuan DPR, dan d) fungsi pemerataan, yaitu sebagai upaya untuk meratakan distribusi pendapatan nasional. Diskriminasi terjadi apabila dua jenis barang yang serupa dari dua negara berbeda, dikenakan tariff bea masuk yang berbeda. Dalam mekanisme integrassi ekonomi regional, khususnya Pasar Tunggal ASEAN, dikenal prinsip non-diskriminasi

20

Jack C. Plano dan Roy Olton, 2001, Kamus Hubungan Internasional. Putra Abadin. Hal.130

21 Hamdy Hady, 2001,

Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan Internassional. Buku kesatu. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hal. 65


(35)

18

terhadap produk impor yang berasal dari negara-negara anggota, dimana keringanan bea masuk yang diberikan terhadap salah satu negra anggota, harus pula diberlakukan untuk anggota lainnya.

2. Non-tariff Barrier (Hambatan non-tarif)

Non-tariff barrier diaplikasikan sebagai reaksi terhadap semakin maraknya perdagangan bebas yang mendorong eliminasi tariff dalam sistem perdagangan internasional. Hambatan-hambatan non-tariff dirumuskan oleh pemerintah untuk memperoleh manfaat yang sama seperti dalam penerapan tariff barrier. Menurut Hady, kebijakan non-tariff barrier yang dirumuskan oleh pemerintah dalam mekanisme perdagangan internasional adalah berbagai peraturan dan kebijakan (selain tariff) yang dapat menimbulkan gangguan, sehingga mengurangi potensi dan manfaat perdagangan internasional.22

Pembatasan terhadap intensitas perdagangan internasional melalui kebijakan non-tarif dapat dilakukan, antara lain dengan penerapan sistem kuota, pemberlakuan product regulation, pemberian subsidi oleh pemerintah, dan pratek dumping.23 Kuota adalah dibatasinya produk impor atau ekspor secara kuantitative dari atau ke suatu negara untuk melindungi kepentingan konsumen dan sektor industri.24 Hambatan non-tarif lainnya adalah product regulation yang di tetapkan oleh pemerintah setempat. Regulasi merupakan kebijakan-kebijakan non-tariff yang dikenakan terhadap produk sebagai persyaratan perdagangan. Peraturan-peraturan yang terlibat didalamnya dapat berupa Peraturan-peraturan standardisasi kesehatan

22

Ibid.

23

Martin Griffiths dan Terry O’Callaghan, , International Relations: The Key Concepts. Routledge, London, hal. 217-219

24


(36)

19

dan sanitasi, kandungan kimiawi, jaminan kualitas produk dan kemasan produk, kebijakan kebudayaan, dan hambatan-hambatan dalam bidang promosi dan pemasaran.

Pemberian subsidi oleh pemerintah terhadap sektor industri dalam negeri juga dapat dikategorikan sebagai hambatan non-tarif. Subsidi merupakan kebijakan pemerintah yang diaplikasikan untuk memberikan perlindungan atau bantuan terhadap industri domestik. Bentuk bantuan dalam subsidi pemerintah dapat berupa regulasi pajak, fasilitas kredit, dan subsidi harga produk. Subsidi bertujuan untuk menambah kapasitas produksi dalam negeri, mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri, dan memberikan kemampuan pada produsen domestik untuk menjual produk dengan harga yang lebih murah dari produk impor. 25 Dengan kata lain, pemberian subsidi dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri, terutama dalam menghadapi perusahaan-perusahaan asing atau produk-produk impor yang semakin kompetitif. Bentuk non-tariff barrier lainnya adalah praktek dumping, yaitu menjual produk ke negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar domestik.

1.4.4 Pasar Tunggal

Peter J. Lloyd merumuskan konsep Pasar Tungga sebagai “The Law of One Price”.26Mekanisme Pasar Tunggal mengacu pada pembentukan European Economic Community (EEC) melalui Treaty of Rome 1957. Konsep Pasar

Tunggal versi Eropa didefinisikan sebagai “Four Freedom” yang terdiri dari kebebasan arus barang, jasa, modal, dan tenaga kerja. Pembentukan Pasar

25

Hamdy Hady, op.cit.

26 Peter J Lloyd,2005,

What is a Single Market? An Application to the Case of ASEAN. ASEAN Economic Bulletin. http;//www.proquest.com/; Document ID : 9996115181.


(37)

20

Tunggal juga membutuhkan penerapan “kebijakan bersama”, yaitu dalam hal kebijakan perdagangan eksternal (dengan negara dan non-anggota), kebijakan pertanian, transportasi, dan kompetisi.

Menurut Lloyd, ide utama Pasar Tunggal adalah untuk menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap source (asal produk) dalam pasar regional.27 Kebebasan arus barang, jasa, dan faktor lainnya secara regional, akan menciptakan pasar tunggal yang tidak lagi diperhitungkan hambatan geografis. Implementasi konsep Pasar Tunggal yang efektif, perlu diiringi pula oleh mekanisme regional dan perumusan kebijkan bersama yang menjamin kebebasan pergerakan barang, jasa, modal, dan tenaga kerja, baik antara negara anggota maupun di dalam wilayah masing-masing negara. Dalam Vientienne Action Program (VAP),28 dirumuskan bahwa untuk mencapai komitmen Pasar dan Basis Produksi Tunggal ASEAN, kebebasan arus barang adalah kondisi minimum yang harus dicapai.

Tariff dan non-tariff barrier merupakan kebijakan perdagangan internasional yang umumnya diaplikasikan dalam bidang impor. Hady29 merumuskan kebijakan perdagangan internasional sebagai tindakan dan peraturan yang dirumuskan pemerintah untuk mempengaruhi kondisi perindustrian dalam negeri. Barrier dalam bidang impor dimaksudkan untuk melindungi usaha dalam negeri dari kompetisi yang timbul akibat perdagangan internasional, khususnya kompetisi dari impor.

27

Ibid.

28

Vientienne Action Program (VAP). 10th ASEAN Summit, Laos-Viettnam, 29 November 2004

29


(38)

21

Dari penjelasan tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Pasar Tunggal ASEAN memiliki dua indikator utama, yaitu zero tariff barrier dan dihapuskannya non-tariff barrier. Indikator pendukung lainnya adalah liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan kebebasan arus modal, barang, jasa, dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini, daya saing sektor UKM akan dianalisa melalui satu indikator, yaitu dari sudut pandang kebijakan pemerintah.

1.5Metode Penelitian 1.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena data-data dalam penelitian ini didapatkan dengan melakukan studi pustaka. Dan dalam penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif. Metode itu digunakan untuk menggambarkan bagaimana peran pemerintah Indonesia terhadap upaya peningkatan daya saing sektor UKM di kancah regional Asia dan global.

1.5.2 Tingkat Analisa

Dalam penelitian ini, tingkat analisa yang digunakan peneliti adalah induksionis, yakni di mana unit eksplanasinya pada tingkat lebih tinggi dari pada unit analisanya.30 Dalam penelitian ini, unit analisanya adalah strategi pemerintah Indonesia sebagai variable dependen sedangkan unit eksplanasinya adalah AEC sebagai pasar tunggal ASEAN sebagai variable independen.

30Mohtar Mas’oed


(39)

22

Tabel.1.1 Tingkat Analisa

Variabel independen/Unit Eksplanasi Variabel dependen/Unit Analisa

AEC sebagai Pasar Tunggal ASEAN

Strategi pemerintah Indonesia dalam memberdayakan UKM

1.5.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan data-data yang diperoleh melalui studi dokumen dan studi literatur. Studi dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi yang dipublikasikan oleh pemerintah Indonesia seperti melalui Badan Pusat Statistik, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Departement Perdagangan. Data atau informasi lainnya diperoleh melalui buku-buku, jurnal, artikel, serta penelusuran internet. Studi literature dilakukan melalui penelusuran situs internet dan juga dilakukan dibeberapa perpustakaan, antara lain perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang dan perpustakaan Hubungan Internasional Muhammadiyah Malang.


(40)

23

Alur Penelitian:

Teori

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

Studi Pustaka

Locus:

Kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengahadapi rencana penerapan AEC

Permasalahan

Bagaimana strategi pemeritah Indonesia dalam

memberdayakan UKM nasional untuk menghadapi rencana penerapan AEC 2015?

Focus:

Strategi Pemerintah untuk memberdayakan UKM dari dampak AEC sebagai liberalisasi perdagangan


(41)

24

Alur Pemikiran Penelitian:

AEC Liberalisasi

Perdagangan

Implikasi ke perekonomian Indonesia

Stretegi Pemerintah Memproteksi dan

memberdayakan UKM

Strategi Memberdayakan UKM:

-Peraturan perundangan yang menjamin kegiatan promosi UKM

-Peningkatan dan pengembangan pasar dan akses pasar -Pengembangan akses pada sumber dana dan pembiayaan -Peningkatan kapasitas organisasi dan kemampuan manajerial -Peningkatan kapasitas teknologi

-Peningkatan jaringan usaha

-Pemerintah secara terus menerus melakukan Deregulasi dan debirokrasi

-Penataan dan pemantapan kelembagaan baek secara vertical maupun horizontal

-Penelitian dan pengembangan -Mempermudah akses pasar ke luar -dll


(42)

25

1.6Argumen Dasar

Beberapa hal yang bisa penulis paparkan, yaitu: Indonesia belum dapat sepenuhnya memanfaatkan dampak positif dari rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN, selain itu arah kebijakan pemerintah Indonesia belum dapat mendorong pengembangan sektor UKM dalam negeri secara optimal, sehingga kondisi sektor UKM dalam negeri saat ini belum sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan untuk dapat bersaing secara internasional, terutama dalam menghadapi rencana penerapan AEC sebagai Pasar Tunggal.

1.7 Struktur Penulisan

Skripsi ini akan direncanakan terdiri dari beberapa bab dan sub bab:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi penjelasan mengenai latar belakang penulisan/penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori dan konsep, metodelogi penelitian, serta sistematik penulisan.

BAB II GAMBARAN PERKEMBANGAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN DAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY, menjelaskan beberapa hal mengenai perkembangan integrasi yang terjadi dalam intern negara-negara ASEAN dan perkembangan AEC sebagai konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015. Bagian ini juga akan membahas aspek-aspek penting dan implikasi yang dapat ditimbulkan dari penerapan Pasar Tunggal ASEAN terhadap stabilitas sosial-ekonomi nasional.

BAB III PERKEMBANGAN KERJASAMA UKM DI REGIONAL ASEAN DAN POTRET PERKEMBANGAN UKM INDONESIA, akan


(43)

26

menjabarkan secara singkat fenomena perkembangan sektor UKM dalam meningkatkan peranya dalam perekonomian regional ASEAN dan peranan UKM khususnya dalam domestik perekonomian Indonesia.

BAB IV STRATEGI PEMERINTAH DALAM

MEMBERDAYAKAN DAN MEMPROTEKSI UKM UNTUK

MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN (AEC 2015), akan menjelaskan tantangan apa saja yang dihadirkan oleh Pasar Tunggal ASEAN 2015 dan bagaimana strategi serta bentuk proteksi pemerintah dalam mempertahankan eksistensi UKM dalam liberalisasi perdagangan.

BAB V KESIMPULAN, bagian terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian.


(1)

21

Dari penjelasan tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Pasar Tunggal ASEAN memiliki dua indikator utama, yaitu zero tariff barrier dan dihapuskannya non-tariff barrier. Indikator pendukung lainnya adalah liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan kebebasan arus modal, barang, jasa, dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini, daya saing sektor UKM akan dianalisa melalui satu indikator, yaitu dari sudut pandang kebijakan pemerintah.

1.5Metode Penelitian 1.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena data-data dalam penelitian ini didapatkan dengan melakukan studi pustaka. Dan dalam penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif. Metode itu digunakan untuk menggambarkan bagaimana peran pemerintah Indonesia terhadap upaya peningkatan daya saing sektor UKM di kancah regional Asia dan global.

1.5.2 Tingkat Analisa

Dalam penelitian ini, tingkat analisa yang digunakan peneliti adalah induksionis, yakni di mana unit eksplanasinya pada tingkat lebih tinggi dari pada unit analisanya.30 Dalam penelitian ini, unit analisanya adalah strategi pemerintah Indonesia sebagai variable dependen sedangkan unit eksplanasinya adalah AEC sebagai pasar tunggal ASEAN sebagai variable independen.

30Mohtar Mas’oed


(2)

22

Tabel.1.1 Tingkat Analisa

Variabel independen/Unit Eksplanasi Variabel dependen/Unit Analisa

AEC sebagai Pasar Tunggal ASEAN

Strategi pemerintah Indonesia dalam memberdayakan UKM

1.5.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan data-data yang diperoleh melalui studi dokumen dan studi literatur. Studi dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi yang dipublikasikan oleh pemerintah Indonesia seperti melalui Badan Pusat Statistik, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Departement Perdagangan. Data atau informasi lainnya diperoleh melalui buku-buku, jurnal, artikel, serta penelusuran internet. Studi literature dilakukan melalui penelusuran situs internet dan juga dilakukan dibeberapa perpustakaan, antara lain perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang dan perpustakaan Hubungan Internasional Muhammadiyah Malang.


(3)

23

Alur Penelitian:

Teori

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

Studi Pustaka

Locus:

Kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengahadapi rencana penerapan AEC

Permasalahan

Bagaimana strategi pemeritah Indonesia dalam

memberdayakan UKM nasional untuk menghadapi rencana penerapan AEC 2015?

Focus:

Strategi Pemerintah untuk memberdayakan UKM dari dampak AEC sebagai liberalisasi perdagangan


(4)

24

Alur Pemikiran Penelitian:

AEC Liberalisasi

Perdagangan

Implikasi ke perekonomian Indonesia

Stretegi Pemerintah Memproteksi dan

memberdayakan UKM

Strategi Memberdayakan UKM:

-Peraturan perundangan yang menjamin kegiatan promosi UKM

-Peningkatan dan pengembangan pasar dan akses pasar

-Pengembangan akses pada sumber dana dan pembiayaan

-Peningkatan kapasitas organisasi dan kemampuan manajerial

-Peningkatan kapasitas teknologi

-Peningkatan jaringan usaha

-Pemerintah secara terus menerus melakukan Deregulasi dan debirokrasi

-Penataan dan pemantapan kelembagaan baek secara vertical maupun horizontal

-Penelitian dan pengembangan

-Mempermudah akses pasar ke luar


(5)

25

1.6Argumen Dasar

Beberapa hal yang bisa penulis paparkan, yaitu: Indonesia belum dapat sepenuhnya memanfaatkan dampak positif dari rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN, selain itu arah kebijakan pemerintah Indonesia belum dapat mendorong pengembangan sektor UKM dalam negeri secara optimal, sehingga kondisi sektor UKM dalam negeri saat ini belum sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan untuk dapat bersaing secara internasional, terutama dalam menghadapi rencana penerapan AEC sebagai Pasar Tunggal.

1.7 Struktur Penulisan

Skripsi ini akan direncanakan terdiri dari beberapa bab dan sub bab: BAB I PENDAHULUAN, meliputi penjelasan mengenai latar belakang penulisan/penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori dan konsep, metodelogi penelitian, serta sistematik penulisan.

BAB II GAMBARAN PERKEMBANGAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN DAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY, menjelaskan beberapa hal mengenai perkembangan integrasi yang terjadi dalam intern negara-negara ASEAN dan perkembangan AEC sebagai konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015. Bagian ini juga akan membahas aspek-aspek penting dan implikasi yang dapat ditimbulkan dari penerapan Pasar Tunggal ASEAN terhadap stabilitas sosial-ekonomi nasional.

BAB III PERKEMBANGAN KERJASAMA UKM DI REGIONAL


(6)

26

menjabarkan secara singkat fenomena perkembangan sektor UKM dalam meningkatkan peranya dalam perekonomian regional ASEAN dan peranan UKM khususnya dalam domestik perekonomian Indonesia.

BAB IV STRATEGI PEMERINTAH DALAM

MEMBERDAYAKAN DAN MEMPROTEKSI UKM UNTUK

MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN (AEC 2015), akan menjelaskan tantangan apa saja yang dihadirkan oleh Pasar Tunggal ASEAN 2015 dan bagaimana strategi serta bentuk proteksi pemerintah dalam mempertahankan eksistensi UKM dalam liberalisasi perdagangan.

BAB V KESIMPULAN, bagian terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian.