GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24

GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24

Oleh
Angga Wijaya
1017031001

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

ABSTRAK
GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24


Oleh
ANGGA WIJAYA

Grup sederhana merupakan grup yang tidak memiliki subgrup normal sejati selain
subgrup trivial. Grup Mathieu Mi (untuk i bilangan asli) merupakan subgrup dari
grup simetri Si dengan aturan sistem Steiner

. Penelitian ini bertujuan

untuk membuktikan bahwa grup Mathieu M11, M12, M22, M23 dan M24 adalah grup
sederhana. Dalam pembahasan dibuktikan bahwa setiap grup aksi faithfully dan transitif

yang stabilizer satu titiknya adalah grup sederhana, merupakan

grup sederhana atau memiliki subgrup normal reguler . Sementara itu dengan
teorema Sylow subgrup dibuktikan M11 adalah grup sederhana.

Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa M22 yang memiliki stabilizer satu titik


, M23

yang memiliki stabilizer satu titik M22, M24 yang memiliki stabilizer satu titik M23,
M12 yang memiliki stabilizer satu titik M11 dan M11 adalah grup sederhana.
Kata kunci: grup sederhana, sistem Steiner, grup aksi, Stabilizer, teorema Sylow

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .................................................................................................
i
HALAMAN JUDUL .................................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................

iii


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................

iv

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA .............................................

v

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................

vi

MOTTO .....................................................................................................

viii

PERSEMBAHAN ......................................................................................

ix


SANWACANA ..........................................................................................

x

DAFTAR ISI ..............................................................................................

xii

DAFTAR SIMBOL ...................................................................................

xiv

I.

PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................
1.3 Manfaat Penelitian .........................................................................
1.4 Batasan Masalah ............................................................................


1
1
3
3
3

II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
2.1 Teori Grup ......................................................................................
2.2 Grup Permutasi ..............................................................................
2.3 Teori Grup Aksi .............................................................................
2.4 Grup Sylow ....................................................................................
2.5 Homomorfisme dan Isomorfisme ..................................................

4
4
15
17
19
20


xiii

2.6 Sistem Steiner dan Grup Mathieu ..................................................

24

III. METODE PENELITIAN ..................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
3.2 Metode Penelitian ..........................................................................

27
27
27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

29

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
5.1 Simpulan ........................................................................................

5.2 Saran ..............................................................................................

51
51
51

DAFTAR PUSTAKA

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Grup merupakan salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan yang
dilengkapi satu operasi biner yang memenuhi aksioma asosiatif, terdapat elemen
identitas dan setiap elemennya memiliki invers terhadap operasi biner tersebut.
Jika berlaku sifat komutatif pada suatu grup, maka grup tersebut dinamakan grup
Abel (grup komutatif). Berdasarkan banyaknya elemen di dalamnya, grup dibagi
menjadi grup tak berhingga dan grup berhingga.
Teori grup dan aplikasinya semakin berkembang setelah pertengahan abad ke-19.

Pada saat itu, ide grup masih dianggap baru. Berkaitan dengan grup berhingga,
metode sederhana yang pertama untuk mengkonstruksi grup berhingga adalah
dengan mengamati grup permutasi. Informasi dan klasifikasi tentang grup
berhingga secara khusus ditulis dalam buku Atlas of Finite Group salah satunya
adalah tulisan J. Conway ilmuwan Matematika dari Inggris. Banyak ilmuwan
Matematika yang tertarik pada penelitian tentang grup berhingga, khususnya grup
berhingga sederhana (finite simple group). Grup sederhana (simple grup) adalah
grup yang hanya memiliki subgrup normal trivial dan dirinya sendiri.
Grup berhingga sederhana diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, antara lain
grup siklik berorde prima, grup alternating minimal berderajat lima, Lie grup

2

sederhana dan 26 grup khusus yang disebut grup sporadik. Kelima grup Mathieu
yang terdiri dari

dan

adalah grup sporadik pertama yang


ditemukan. Mathieu menemukan grup ini saat ia sedang mengidentifikasi multi
transitivitas pada suatu grup dan sebelumnya ia tidak mengetahui bahwa grup ini
adalah grup sederhana. Penelitian dilanjutkan oleh Ernest Witt pada tahun 1930
dalam pembahasan mengenai sistem Steiner
diperoleh bahwa grup Mathieu terbesar

. Dari penelitian ini
merupakan automorfisme grup dari

sistem Steiner tersebut.
Berdasarkan survei mengenai grup sporadik yang ditulis oleh Luis J. Boya, bahwa
grup sporadik diklasifikasikan menjadi tiga level yaitu 5 grup Mathieu (level 1), 7
grup tipe Lie (level 2), dan 8 grup tipe Monster (level 3). Ketiga level grup
sporadik ini memiliki hubungan sebagai subkuosien dari Monster, sehingga
kumpulan grup ini disebut “The happy family” oleh Robert Griess, penemu grup
Monster. Selain grup “The happy family”, terdapat 6 grup sporadik yang tidak
memiliki hubungan subkuosien dengan Monster. Keenam grup ini disebut grup
Pariah.
Demi proses pembelajaran dan penelitian yang maksimal, penulis memilih topik
“Grup Mathieu


dan

” sebagai pengkajian awal tentang

grup sporadik dan klasifikasinya. Dalam penelitian ini akan diberikan bukti bahwa
kelompok grup Mathieu

dan

adalah grup sederhana.

3

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa

dan

adalah grup sederhana.


1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan mengenai grup
berhingga sederhana khususnya grup Mathieu.

1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah grup Mathieu
.

dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung
proses penelitian.
2.1 Teori Grup
Definisi 2.1.1 Operasi Biner
Suatu operasi biner pada suatu himpunan
ke . Untuk setiap

,

adalah fungsi yang memetakan dari
dinotasikan sebagai

di

(Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.2
Diberikan himpunan bilangan komposit

(himpunan bilangan bulat yang lebih

besar dari 1 dengan banyaknya faktor positif lebih dari 2), dilengkapi dengan
operasi pangkat
Himpunan

dengan untuk setiap

dan operasi

didefinisikan

.

merupakan contoh himpunan yang dilengkapi

dengan operasi biner.
Bukti.
Perhatikan bahwa setiap bilangan komposit
. Misal faktorisasi bilangan komposit

dan untuk setiap
dengan

, maka

5

adalah bilangan prima yang berbeda, sehingga
positif sebanyak

memiliki faktor

, maka dengan

,

memiliki faktor positif sebanyak
. Akibatnya
merupakan bilangan komposit. Jadi operasi
sehingga

tertutup dalam

,

merupakan operasi biner dalam .

Operasi biner yang diperlengkapi pada suatu himpunan akan menjamin
ketertutupan operasi elemen – elemen dalam himpunan tersebut. Lebih lanjut jika
memenuhi aksioma – aksioma berikut, maka akan membentuk suatu struktur
aljabar yang disebut grup.

Definisi 2.1.3 Grup
Suatu grup

adalah himpunan , tertutup atas operasi biner , sedemikian

sehingga memenuhi aksioma – aksioma :
1. Untuk semua

, berlaku
(sifat asosiatif operasi ).

2. Terdapat suatu elemen identitas
untuk semua

, berlaku
(identitas

3. Untuk setiap

sedemikian sehingga

atas operasi ).

, terdapat suatu elemen
.

di

sedemikian sehingga

6

Jika suatu himpunan

dan operasi binernya hanya memenuhi aksioma 1, maka

disebut semigrup. Suatu semigrup yang memenuhi aksioma 2 disebut monoid
(Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.4
Himpunan string

dengan panjang minimal 1 digit yang dibentuk dari {0,1},

dilengkapi dengan operasi biner

didefinisikan sebagai gabungan dua string

adalah contoh semigrup.
Bukti.
Untuk sebarang
{

}

dengan
dan

dan

,

, berlaku
dengan panjang string

tertutup operasi terpenuhi. Misalkan

dengan

, sehingga

, sehingga sifat
,

{

.
Jadi, sifat asosiatif terpenuhi. Akibatnya, himpunan
membentuk semigrup.

dengan operasi biner

}

7

Contoh 2.1.5
Himpunan kuasa
himpunan

dari himpunan , dilengkapi dengan operasi biner irisan

merupakan monoid. Elemen identitas dalam monoid ini adalah .

Bukti.
Diberikan sebarang

. Oleh karena itu,

. Akibatnya,

. Sehingga,

(sifat tertutup terpenuhi). Selanjutnya,

akan ditunjukkan sifat asosiatif, yaitu

.

Diberikan sebarang
dan
dan
dan

. Dengan cara yang serupa, diperoleh

sehingga
.
Akibatnya,
Pilih

(sifat asosiatif terpenuhi).
, oleh karena untuk setiap
dan

, berlaku
maka

.
Akibatnya,

merupakan elemen identitas di

himpunan kuasa
membentuk monoid.

dari himpunan

terhadap operasi . Jadi,

dengan operasi irisan himpunan

8

Contoh 2.1.6
Himpunan matriks berorde

dengan entri bilangan riil yang memiliki invers,

, yang dilengkapi dengan operasi biner

“perkalian matriks” adalah

grup.
Bukti.
Diberikan sebarang

sehingga

Oleh karena

, maka

invertibel. Dengan kata lain

. Jelas bahwa matriks

merupakan elemen identitas dalam
, terdapat invers dari

. Oleh karena untuk setiap
yaitu

, maka setiap elemen di

sedemikian sehingga
memiliki invers di

.

membentuk grup dengan operasi biner perkalian matriks.

Operasi biner dalam grup
untuk setiap

. Akibatnya,

(sifat tertutup terpenuhi). Sifat

asosiatif jelas terpenuhi sebab

Jadi,

.

memiliki kemungkinan bersifat komutatif, yaitu

berlaku

. Hal ini yang mendasari didefinisikannya

grup Abel sebagai berikut.

Definisi 2.1.7 Grup Abel (komutatif)
Suatu grup

dikatakan grup Abel (komutatif) jika dan hanya jika operasi biner

bersifat komutatif (Fraleigh, 1999).

9

Contoh 2.1.8
Himpunan

didefinisikan sebagai himpunan matriks diagonal berorde

yang invertibel dengan entri bilangan riil, yang dilengkapi dengan operasi
biner

“perkalian matriks” merupakan contoh grup Abel.

Bukti.
dengan

Diberikan sebarang
entri matriks

dan . Sehingga, untuk

Sementara itu, untuk
entri matriks
Sehingga, untuk

, diperoleh

, diperoleh

dengan
:



berturut – turut adalah

dan

dan

dan

.

. Misalkan

.

jika

maka

tetapi

, sehingga

,

jika

maka

tetapi

, sehingga

,

jika

dan

Jadi, untuk
Untuk

maka

dapat disimpulkan
:

jika

dan

maka

jika

dan

maka

Jadi, untuk

dapat disimpulkan

Akibatnya,
Selanjutnya, karena

adalah

, sehingga


.
.

dan

, sehingga
, sehingga



,
.

.

(sifat tertutup terpenuhi).
, maka sifat asosiatif terpenuhi.

10

Jelas bahwa matriks

.

merupakan elemen identitas dalam

memiliki

Berikutnya akan ditunjukkan bahwa setiap elemen di dalam

sedemikian sehingga

, terdapat

invers. Untuk setiap

, dengan entri matriks

adalah

adalah grup.

ditunjukkan bahwa

Selanjutnya akan ditunjukkan sifat komutatif dalam
dengan
untuk

. Jadi, telah

. Misal



sifat komutatif pada



entri matriks

dan

entri matriks

dan

. Sehingga,
. Jadi,

. Diberikan sebarang
entri matriks ,

dan

entri matriks

, dengan

. Akibatnya berlaku

dengan operasi biner perkalian

matriks merupakan grup Abel.

Definisi 2.1.9 Grup Abel Dasar
Grup Abel dasar adalah grup Abel berhingga dengan setiap elemen tak nol
memiliki orde prima

(Dummit, 2004).

Contoh 2.1.10
Diberikan

{

modulo 2, maka

} dengan operasi biner * penjumlahan

adalah grup Abel dasar.

Himpunan bagian dari suatu grup

belum tentu memenuhi keempat aksioma –

aksioma grup. Jika himpunan bagian tersebut memenuhinya maka disebut subgrup
dari grup .

11

Definisi 2.1.11 Subgrup
Jika suatu himpunan bagian

dari grup

tertutup atas operasi biner dari

adalah grup dengan operasi biner tersebut, maka
dinotasikan dengan

atau

adalah subgrup dari

dan
yang

(Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.12
Diketahui

{

} merupakan grup dengan operasi biner

penjumlahan modulo 6. Misalkan
operasi biner yang sama

,

{

}. Jelas bahwa

. Dengan

akan membentuk grup sehingga

.

Dalam teori himpunan telah dikenal istilah himpunan bagian sejati dan himpunan
bagian trivial. Oleh karena grup dibentuk dari suatu himpunan, maka dapat
didefinisikan subgrup sejati dan subgrup trivial sebagai berikut.

Definisi 2.1.13 Subgrup Sejati dan Trivial
Jika

adalah grup, maka

subgrup yang lainnya dari
subgrup sejati dari

sendiri adalah subgrup tak sejati dari . Semua
disebut subgrup sejati. Dengan kata lain,

jika dan hanya jika

Subgrup { } disebut subgrup trivial dari

tetapi
dengan

adalah

, dinotasikan

.

elemen identitas di . Semua

subgrup selain { } disebut subgrup nontrivial (Fraleigh, 1999).

12

Contoh 2.1.14

{

Misal

}. Dengan operasi

adalah subgrup dari
atau

{

adalah grup, dengan

Diberikan

,

. Karena

}.

akan membentuk grup. Sehingga

, maka

adalah subgrup sejati dari

.

Dalam suatu grup, terdapat subgrup khusus seperti subgrup normal, karena
memiliki kriteria tertentu seperti pada definisi berikut.
Definisi 2.1.15 Subgrup Normal
Diberikan

subgrup dari grup ,
untuk setiap

dikatakan subgrup normal jika dan hanya jika

, dinotasikan

(Dummit, 2004).

Contoh 2.1.16
Diberikan grup simetri
dari

. Sehingga,

. Jelas bahwa

{

, (1 3 2)} adalah subgrup

adalah subgrup normal dari

atau

.

Definisi 2.1.17 Normalizer
Diberikan
dari

suatu grup dan

dalam grup

himpunan bagian dari ,

disebut normalizer

{

jika dan hanya jika

(Dummit,2004).

}

Contoh 2.1.18
Diberikan grup simetri
himpunan bagian dari

. Jelas bahwa
. Sehingga,

{

} adalah
{

}.

13

Definisi 2.1.19 Centralizer
Diberikan

himpunan semua elemen
{

Jadi,

}.

himpunan semua elemen
, dinotasikan

dalam grup

yang komutatif dengan , dinotasikan

subgrup dari , centralizer dari subgrup

Diberikan

himpunan

, centralizer dari elemen

suatu grup dan

dalam grup

adalah

.

adalah

yang komutatif dengan semua elemen dalam
{

. Jadi,

(Dummit,2004).

}

Contoh 2.1.20
Diberikan

suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bernilai riil yang

berbentuk

, dengan operasi biner komposisi fungsi. Misal

{

}, dengan adalah fungsi identitas dan

, maka

fungsi invers dari

.

Definisi 2.1.21 Center
Diberikan

suatu grup, center dari grup

adalah himpunan semua elemen

yang komutatif dengan semua elemen , dinotasikan
{

Jadi,

centralizer elemen grup

.

}. Ekuivalen dengan irisan dari semua

(Dummit,2004).

Contoh 2.1.22
Jika

setiap

suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bijektif bernilai riil, maka
{ }, dengan adalah fungsi identitas sedemikian sehingga
.

untuk

14

Grup Mathieu merupakan grup berhingga. Dalam ruang lingkupnya, dibutuhkan
Teorema Lagrange sebagai berikut.

Teorema 2.1.23 Teorema Lagrange
Jika

suatu subgrup dari grup berhingga , maka orde dari

orde dari

habis membagi

(Fraleigh,1999).

Definisi 2.1.24 Subgrup Maksimal
Diberikan

suatu grup.

subgrup sejati dari

jika dan hanya jika tidak ada subgrup

dikatakan subgrup maksimal dari
yang memuat

.

Definisi 2.1.25 Grup Siklik dan Subgrup Siklik
Jika

adalah suatu grup dan
{

}

disebut subgrup siklik dari
Suatu grup

, dapat dituliskan

yang dibangun oleh .

disebut siklik jika terdapat

dalam hal ini elemen

sedemikian sehingga

disebut elemen pembangun

,

(Rotman, 2002).

Contoh 2.1.26
merupakan grup siklik dengan elemen pembangunnya adalah 1 dan -1.

Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan beberapa grup Mathieu adalah grup
sederhana, maka perlu adanya definisi tentang grup sederhana sebagai berikut.

15

Definisi 2.1.27 Grup Sederhana
Grup sederhana adalah grup yang subgrup normalnya hanya subgrup trivial dan
dirinya sendiri (Dummit,2004).

Contoh 2.1.28
Grup siklik

merupakan grup sederhana, sebab tidak memiliki subgrup normal

sejati selain subgrup trivial.
2.2 Grup Permutasi
Contoh lain grup yaitu grup permutasi. Grup ini erat kaitannya dengan grup
Mathieu, sebab grup Mathieu merupakan subgrup dari grup permutasi. Akan
didefinisikan dahulu permutasi dari suatu himpunan.

Definisi 2.2.1 Permutasi
Suatu permutasi dari himpunan

adalah suatu fungsi bijektif dari

ke dirinya

sendiri (Rotman, 2002).

Contoh 2.2.2
Diketahui
{

}, {

{

}, {

}. Semua permutasi dari
}, {

}, {

antara lain :
}, dan {

}

Misalkan terdapat himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Oleh karena
permutasi merupakan fungsi bijektif, maka dua permutasi dapat dikomposisikan
menjadi suatu fungsi bijektif. Sehingga, komposisi fungsi merupakan operasi
biner pada himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Karena operasi
komposisi fungsi bersifat asosiatif, himpunan permutasi ini akan membentuk

16

semigrup. Pada himpunan permutasi ini terdapat permutasi identitas yaitu fungsi
identitas yang memetakan suatu elemen

ke dirinya sendiri. Akibatnya,

terdapat elemen identitas pada semigrup sebelumnya. Dengan kata lain, himpunan
permutasi tersebut akan membentuk monoid. Oleh karena fungsi bijektif selalu
mempunyai invers, yang tentunya merupakan fungsi bijektif, maka terdapat
permutasi invers dalam himpunan permutasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
himpunan semua permutasi dari suatu himpunan akan membentuk grup yang
didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.2.3 Grup Simetri
Himpunan dari semua permutasi dari himpunan , dinotasikan sebagai
disebut grup simetri pada . Jika
dan disebut grup simetri pada

{

} maka

,

dinotasikan dengan

objek (Rotman, 2002).

Setelah mengetahui definisi grup permutasi, selanjutnya akan didefinisikan
tentang stabilizer.

Definisi 2.2.4 Stabilizer
Diberikan

suatu grup permutasi pada himpunan

Stabilizer dari

dan

adalah himpunan semua permutasi dalam

titik tetap , dinotasikan

{

adalah elemen .
yang menghasilkan

} (Dummit,2004).

17

Contoh 2.2.5
Diberikan grup
{

dan titik tetap

}

{

.

}.

Diberikan suatu himpunan tak kosong . Sehingga, dapat dibentuk grup
simetri

. Misalkan

subgrup dari

dinotasikan sebagai
dengan
dan

. Sehingga, orbit pada grup

yang

, merupakan himpunan relasi ekuivalensi pada

, untuk setiap

jika dan hanya jika

. Stabilizer titik pada grup

untuk suatu

merupakan himpunan semua

yang menetapkan titik . Sehingga, dapat dirumuskan Teorema OrbitStabilizer sebagai berikut.

Teorema 2.2.6 Orbit-Stabilizer
Diberikan

subgrup dari grup simetri

, maka untuk setiap

berlaku

(Mulholland, 2011).

Dari suatu grup dan suatu himpunan tak kosong, dapat dibentuk suatu fungsi yang
menghubungkan keduanya. Dengan kata lain, grup tersebut beraksi pada
himpunan. Sehingga, dapat didefinisikan grup aksi sebagai berikut.

18

2.3 Teori Grup Aksi
Definisi 2.3.1 Grup Aksi
Diberikan

suatu himpunan dan

pemetaan

suatu grup. Suatu aksi dari

pada

adalah

sedemikian sehingga

1.

; dan

2.

, untuk setiap

Dengan kondisi ini,

dan

.

disebut -set (Fraleigh, 1999).

Contoh 2.3.2
Diberikan

adalah grup simetri orde

dan himpunan , maka

beraksi pada

dengan fungsi permutasi.
Dalam grup aksi dikenal istilah kernel sebagai berikut.

Definisi 2.3.3 Kernel Grup Aksi
Diberikan

suatu grup beraksi pada himpunan tak kosong . Kernel dari aksi ini

didefinisikan sebagai {

} (Dummit,2004).

Definisi 2.3.4 Aksi faithful
Suatu aksi dari suatu grup disebut faithful jika kernelnya adalah elemen identitas
(Dummit, 2004).

Contoh 2.3.5
Diberikan

adalah grup simetri orde

Jika kardinalitas

beraksi pada himpunan tak kosong .

adalah , maka aksi tersebut adalah aksi faithful.

19

Definisi 2.3.6 Aksi Transitif
Diberikan

grup beraksi pada himpunan tak kosong . Aksi grup

disebut transitif jika untuk setiap
sehingga

, maka terdapat

pada
sedemikian

(Dummit, 2004).

Definisi 2.3.7 -admisibel
Diberikan

adalah grup aksi transitif dan misalkan

ekuivalensi pada .

adalah relasi

adalah -admisibel jika dan hanya jika untuk setiap

berakibat

untuk setiap

(Biggs,1979).

Definisi 2.3.8 Relasi Δ
Relasi Δ adalah relasi ekuivalensi dengan

jika dan hanya jika

(Biggs, 1979).

Definisi 2.3.9 Grup Reguler
Suatu grup aksi disebut regular jika dan hanya jika stabilizer pada suatu titik
adalah subgrup trivial (Dummit, 2004).

Definisi 2.3.10 Grup Primitif
Suatu grup aksi transitif disebut grup primitif jika dan hanya jika stabilizer pada
suatu titik adalah subgrup maksimal (Dummit, 2004).

20

2.4 Grup Sylow
Definisi 2.4.1 -grup dan -subgrup
Suatu grup

adalah -grup jika setiap elemen di

pangkat dari . Suatu subgrup dari grup

mempunyai orde sebesar

adalah -subgrup dari

jika subgrup

tersebut merupakan -grup (Fraleigh,1999).

Contoh 2.4.2
,

Diberikan grup
tak nol dari

{

memiliki orde prima

}. Jelas bahwa
, maka

. Karena setiap elemen
adalah -subgrup dari

.

adalah -grup.

Dengan demikian,

Definisi 2.4.3 Sylow -subgrup
Suatu Sylow -subgrup

dari grup

adalah -subgrup maksimal dari , yaitu -

subgrup yang tidak termuat dalam -subgrup yang lebih besar (Fraleigh,1999).

Teorema 2.4.4
Diberikan

dan

adalah Sylow -subgrup dari grup berhingga , maka

adalah konjugat subgrup dari

dan

(Fraleigh, 1999).

2.5 Homomorfisme dan Isomorfisme
Dari dua grup dengan masing – masing operasi binernya, dapat dibentuk suatu
hubungan berbentuk fungsi yang sifatnya mempertahankan operasi dari grup yang
pertama pada grup yang kedua. Sehingga, dapat didefinisikan homomorfisme
sebagai berikut.

21

Definisi 2.5.1 Homomorfisme
Suatu homomorfisme dari grup

ke grup

sedemikian sehingga

adalah pemetaan

dari

untuk semua

ke ,

(Grillet,2000).

Contoh 2.5.2
Diberikan

grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan fungsi
dengan

, untuk setiap

berlaku
Oleh karena itu,

. Sehingga, untuk setiap
.

merupakan homomorfisme.

Definisi 2.5.3 Monomorfisme dan Epimorfisme
Monomorfisme adalah suatu homomorfisme yang bersifat injektif. Epimorfisme
adalah suatu homomorfisme yang bersifat surjektif (Grillet,2000).

Contoh 2.5.4
Diberikan

grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan
fungsi

dengan

Karena

untuk setiap
, untuk setiap

homomorfisme. Jelas bahwa jika
Oleh karena itu,

adalah suatu monomorfisme.

.
, maka
,

merupakan

bersifat injektif.

22

Contoh 2.5.5
Diberikan

grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan bulat modulo
Diberikan fungsi

dengan operasi penjumlahan modulo .

dengan

Misal sebarang

, untuk setiap

dengan

dan

.

, sehingga

.
Sehingga

merupakan homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa

bersifat surjektif. Untuk setiap
sehingga

dengan

maka terdapat
. Oleh karena itu,

sedemikian

adalah suatu epimorfisme.

Definisi 2.5.6 Isomorfisme dan Isomorfik
Suatu isomorfisme grup adalah suatu homomorfisme grup yang bersifat bijektif.
Dua grup

dan

adalah isomorfik jika terdapat isomorfisme dari

hubungan ini dinotasikan

pada ,

(Grillet,2000).

Contoh 2.5.7
Diberikan

grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan riil positif dengan operasi perkalian biasa. Didefinisikan
fungsi

dengan

, untuk setiap

.

23

Misal sebarang
diperoleh

sehingga

,

adalah suatu homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan

bersifat injektif.
Diberikan sebarang

dengan

Sehingga, terbukti bahwa

bersifat injektif.

Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa
Untuk setiap

maka terdapat

. Akibatnya,

, maka

bersifat surjektif.
atau

sedemikian sehingga

bersifat surjektif. Oleh karena itu,

merupakan

isomorfisme.

Definisi 2.5.8 Endomorfisme dan Automorfisme
Suatu endomorfisme dari grup
automorfisme dari grup

adalah suatu homomorfisme dari

adalah suatu isomorfisme dari

ke

ke . Suatu

(Grillet,2000).

Contoh 2.5.9
Diberikan
dengan

suatu grup dengan elemen identitas . Didefinisikan fungsi
, untuk setiap

. Misal sebarang

. Oleh karena itu,

maka

adalah suatu endomorfisme.

24

Contoh 2.5.10
Diberikan

suatu grup dan

adalah fungsi konjugasi dalam , yaitu

untuk suatu elemen tetap
dengan

dan untuk setiap

fungsi

didefinisikan

.

Untuk setiap

, berlaku

.
Sehingga,

adalah homomorfisme.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa
dengan

bersifat injektif. Diberikan sebarang

, sehingga,

(dioperasikan

dari kanan, dan

dari kiri)

.
Oleh karena itu, terbukti bahwa

bersifat injektif.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa

bersifat surjektif. Untuk setiap

diperoleh

. Sehingga, terbukti bahwa

surjektif. Jadi, telah dibuktikan bahwa

merupakan automorfisme.

Dalam mengkonstruksi Mathieu

dan

bersifat

, yang merupakan

subgrup dari grup simetri dengan aturan yang disebut sistem Steiner sebagai
berikut.

25

2.6 Sistem Steiner dan Grup Mathieu
Definisi 2.6.1 Sistem Steiner
Suatu

sistem Steiner

terdiri dari himpunan berhingga

merupakan koleksi himpunan bagian dari
1.

dan

yang memenuhi :

,

2. setiap

memiliki elemen sebanyak .

3. sebarang
dalam

yang memiliki elemen sebanyak , termuat tepat satu
.

Elemen dari sistem Steiner disebut blok. Elemen dari himpunan berhingga
disebut titik (Nickerson,2002).

Contoh 2.6.2
Elemen – elemen dari sistem Steiner

adalah {1,2,3}, {1,4,5}, {1,6,7},

{2,4,6}, {2,5,7}, {3,4,7}, dan {3,5,6}.

Definisi 2.6.3
Grup Mathieu
{

dan
dan

didefinisikan sebagai berikut.

untuk setiap

{

untuk setiap

{

untuk setiap

{

{

untuk setiap

untuk setiap

Banyaknya elemen grup sebagai berikut :

}.

}.

}.

}.

}.

26

(Rubinstein, 2011).
Misalkan suatu himpunan matriks

dengan entri –

berukuran

entrinya elemen dari suatu lapangan berorde . Himpunan bagian dari
yang semua elemennya memiliki determinan 1 disimbolkan sebagai

.

Himpunan ini merupakan grup atas operasi perkalian matriks. Center dari grup ini
yang dinotasikan sebagai

merupakan grup atas operasi perkalian

matriks. Sehingga, dapat didefinisikan

Definisi 2.6.4
Diberikan

sebagai berikut.

atau

adalah ruang vektor berdimensi

atas lapangan

didefinisikan sebagai

berorde .

) (Biggs, 1979).

Definisi 2.6.5
Diberikan

adalah ruang vektor berdimensi

Misalkan relasi ekuivalensi
untuk suatu

pada

atas lapangan

{ }, dengan

{ }, untuk setiap

berorde .

jika dan hanya jika
{ }.

didefinisikan sebagai himpunan kelas – kelas ekuivalensi dari
(Biggs, 1979).

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang
bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung.

3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur
yakni dengan mempelajari buku dan jurnal tentang grup khususnya grup
Mathieu.
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa teorema yang harus dibuktikan,
antara lain sebagai berikut.
Teorema 3.1
Diberikan

suatu grup yang beraksi faithfully dan -transitif (k ≥ 2) pada

suatu himpunan

dengan

. Misalkan

stabilizer dari suatu elemen

tunggal adalah suatu grup sederhana maka satu dari kemungkinan di bawah
ini akan terpenuhi :
1.

adalah grup sederhana

2.

dan

adalah suatu pangkat dari bilangan prima

3.

dan

adalah suatu pangkat dari 2

28

4.

,

bukan suatu pangkat dari 2 dan

isomorfik dengan

Teorema 3.2
Diberikan

suatu prima, dan diberikan

Diberikan

suatu subgrup transitif dari

adalah banyaknya Sylow p-subgrup dan

.

adalah indeks dari

Sylow -subgrup dalam normalizer-nya.
Sehingga :
1.

memiliki Sylow -subgrup siklik

2.
3.

adalah residu positif terkecil dari

4. Jika

maka

Setelah membuktikan Teorema 3.2 maka akan dibuktikan bahwa

dan

adalah grup sederhana.
Tahapan – tahapan pembuktian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Membuktikan Teorema 3.1.
2. Menggunakan Teorema 3.1 untuk membuktikan grup M22, M23 dan M24
adalah grup sederhana karena masing – masing memiliki stabilizer satu
titik yang merupakan grup sederhana.
3. Membuktikan Teorema 3.2.
4. Menggunakan Teorema 3.2 untuk membuktikan grup M11 adalah grup
sederhana.
5. Menggunakan Teorema 3.1 untuk membuktikan M12 adalah grup
sederhana karena memiliki stabilizer satu titik yang merupakan grup
sederhana.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa grup Mathieu
dan

merupakan grup sederhana. Kelima grup ini

merupakan subgrup dari grup simetri berhingga. Sehingga, kelima grup ini adalah
grup berhingga. Lebih jauh lagi, bahwa grup berhingga yang sekaligus merupakan
grup sederhana disebut dengan grup sporadik. Kelima grup Mathieu ini adalah
grup sporadik terkecil dari 26 grup sporadik yang telah ditemukan.

5.2 Saran
Pada penelitian ini hanya membahas grup Mathieu

dan

yang telah terbukti merupakan grup sederhana. Pada penelitian selanjutnya,
disarankan untuk membahas grup Mathieu lain atau ekstensi grup Mathieu yang
juga merupakan anggota dari grup berhingga sederhana atau grup sporadik.

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, N.L. 1979. Permutation Groups and Combinatorial Structures.Cambridge
University, London. 140 hlm.
Boya, Luis J. 2011. Introduction to Sporadic Groups.SIGMA.2011.009. 18 hlm.
Dummit, David S. 2004. Abstract Algebra.John Wiley and Sons Inc.United States.
932 hlm.
Fraleigh, J.B. 1999. Abstract Algebra. Addison Wesley Longman Inc. North
America. 533 hlm.
Grillet, Piere. 2000. Abstract Algebra. Springer. New Orleands. 669 hlm.
Mulholland, Jamie. 2011. Symetry and Counting I : The Orbit-Stabilizer
Theorem. Spring 2011.Math 302. 12 hlm.
Nickerson, Simon. 2002. Sporadic Simple Groups. 42 hlm.
Rotman, Joseph. 2002. The Theory of Groups. Prentice Hall. New Jersey.
342 hlm.
Rubinstein, Simon. 2011. Mathieu Groups. Stanford CA 94305. 7 hlm.