Tinjauan Hukum Mengenai Tindak Pidana Pengguguran Janin (Induced Abortion) Dihubungkan Dengan Kitab Undang - Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) Jo. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

(1)

TINJAUAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA

PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)

DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG

HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 29

TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

THE LEGAL REVIEW ABOUT INDUCED ABORTION CRIME

KKITAB UNDANG

-

UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) JO.

UNDANG-UNDANG NO. 29/2004 ABOUT MEDICAL PRACTICE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pada Program Strata-1 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

DEWIRUCHIE IKA P. W 3. 16. 07. 026

Dibawah Bimbingan:

Dr. Asep Iwan Iriawan, S.H.,M.Hum

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

vi

TINJAUAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN

JANIN (INDUCED ABORTION) DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB

UNDANG - UNDANG HUKUM PIDANA(K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG

NOMOR 29 TAHUN 2004TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

ABSTRAK

Oleh :

Dewiruchie Ika P. W 3. 16. 07. 026

Aborsi berkaitan erat dengan posisi perempuan berdasarkan Pasal 346 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Sistem hukum Indonesia aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi walaupun sebagian besar masyarakat kita sudah mengetahui ketentuan tersebut, tetap saja masih banyak yang melakukan aborsi. Secara hukum apapun yang dimaksud dengan aborsi dilarang dilakukan di Indonesia, dan Berdasarkan ketentuan pasal 1 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia masalah pengguguran kandungan menyatakan bahwa setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter, sehingga seorang dokter dilarang melakukan tindakan tersebut. Permasalahanya adalah Bagaimana penegakan hukum pidana dalam kasus aborsi berkaitan dengan pelaku yang melakukan dan orang yang membantu pelaku untuk melakukan aborsi tersebut di Indonesia dan Bagaimanakah penerapan hukum

pidana ditinjau dari (KUHP) juncto. Undang – Undang No. 29 Tahun 2004

Tentang Praktek Kedokteran.

Untuk menjawab permasalahan tersebut Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Hukum Normatif dengan pendekatan yuridis sosiologis yang diambil data primer dan data sekunder dengan mengolah data kualitatif, sedangkan pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduksi berdasarkan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus yang dikaji.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaturan hukum mengenai aborsi di

IndonesiaMelalui aparat penegak hukum polisi, jaksa dan hakim, hukum positif

di Indonesia ditegakkan. Aborsi di Indonesia jelas-jelas dilarang oleh ketentuan Undang-Undang. Ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia Dokter, Bidan, Paramedik, Apoteker atau Juru Obat yang membantu melakukan pengguguran kandungan Sanksi pidananya diperberat dimana pidananya ditambah sepertiga.


(3)

THE LEGAL REVIEW ABOUT INDUCED ABORTION CRIME KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG

NO 29/2004 ABOUT MEDICAL PRACTICE ABSTRACT

By:

Dewiruchie Ika P.W. 3.16.07.026

Abortion has close relation with women position refers to article 346

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P), Indonesian law system ban

abortion. Even abortion is crime categorized so that the doer and person who help will be punished. However, the most of society know those rules; there are a lot of abortions. In any law abortion is banned in Indonesian, and according to article 1 Undang-Undang No. 29/2004 about Indonesian medical ethic code, The problem of abortion says that every doctor should be obedient, understand, and run the medical oath, so a doctor is banned to do abortion. The problem is how to implement law enforcement in abortion related to the doer to do abortion and other people who help abortion in Indonesia and how to implement crime review from Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) juncto Undang-Undang

No. 29/2004 about medical practice.

To answer those problems, this study is conducted in normative with juridical sociologic approach that taken from primary and secondary data with analyzed data in qualitative, whereas the decision taking is conducted with deduction logic based on analysis towards Undang-Undang rules that related to the case.

According to study result shows that rules about abortion in Indonesia through police, court, and judge, positive law is enforced. Abortion in Indonesian is clearly banned by Undang-Undang. Rules article 1 Undang-Undang No.

29/2004 about Indonesian medical ethic code, midwife, and paramedic,

pharmacist, who help abortion the punishment is multiple and add one per three of punishment.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Segala rasa kerendahan hati dan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM

MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN JANIN (INDUCED

ABORTION) DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PIDANA(K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN

2004TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN dengan tujuan untuk memenuhi dan

melengkapi salah satu persyaratan kelulusan di Fakultas Hukum, Universitas Komputer Indonesia.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan, dari segi penggunaan tata bahasa maupun dalam pembahasan materi. Semua ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun kepada Penulis, yang mudah-mudah dikemudian hari Penulis dapat memperbaiki segala kekurangannya.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. Asep Iwan Iriawan, S.H.,M.Hum selaku pembimbing utama, yang telah memberikan ide serta pemikiran akademis yang sangat berharga yang dapat mendorong penulis untuk menyelesaiakan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


(5)

iv

pihak-pihak yang turut membantu, memberikan motivasi, dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia;

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S selaku Pembantu

Rektor I Universitas Komputer Indonesia;

3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajuddin, M.A. selaku Pembantu Rektor II Universitas

Komputer Indonesia

4. Yth. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku pembantu Rektor III Universitas Komputer

Indonesia;

5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H selaku Dekan

Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia;

8. Yth. Bapak Budi Fitriadi, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

9. Yth. Bapak Anthon F. Susanto, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum


(6)

v

10.Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

11.Yth. Ibu Febilita Wulan sari S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia;

12.Yth. Ibu Yani S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer

Indonesia;

13.Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

14.Yth. Ibu Rika Rosiliawati, A.Md selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

15.Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas Kompter

Indonesia;

16.Rekan-rekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia Angkatan 2007;

17.Sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

18.Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah mereka berikan.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih untuk yang tercinta kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang sangat penulis hormati dan sayangi serta kakak tercinta dan adik tercinta, terima kasih atas limpahan kasih yang tercurah selama ini dan juga doa yang tulus semua ini tak ada bandingnya di dunia. Penulis Akhir kata, semoga Allah SWT yang akan melimpahkan kasih sayang-Nya serta


(7)

vi

pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Billahitaufiq Wal Hidayah

Wassalamualaikum Wr.,Wb.

Bandung, Agustus 2012 Penulis

Dewiruchie Ika P. W 3. 16. 07. 026


(8)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

SURAT PERNYATAAN ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… iv

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT ………... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 9

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian ……….. 10

D. Kegunaan Penelitian ………... 10

E. Kerangka Pemikiran ……… 11

F. Metode Penelitian ………... 13

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION) A. Pengguguran Janin (Induced Abortion) menurut KUHP …… 18

B. Dokter yang melakukan tindakan pengguguran janin (Induced Abortion) dihubungkan dengan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran ……….. 26


(9)

v

BAB III PENERAPAN HUKUM BAGI PELAKU TINDAK PIDANA

PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)

A. Pengaturan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP)

Terhadap Pelaku Yang Melakukan dan orang yang turut serta

membantu dalam Pengguguran Janin (Inuced Abortion) …… 30

B. Proses penindakan yang dapat dilakukan oleh penyidik terhadap

pelaku tindak pidana pengguguran janin (induced abortion) .. 39

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENGGUGURAN JANIN (INDUCED ABORTION)

DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

A. Pelaksanaan Proses Penerapan Hukum Terhadap Kasus

Pengguguran Janin(Inuced Abortion) ………. 48

B. Penerapan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP)

dihubungkan dengan Undang-Undang No. 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran mengenai pengguguran janin (Inuced Abortion) ……… 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. 69

B. Saran ……… 70

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN


(10)

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diera globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadi sehingga kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut, Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang yang semakin canggih dan cepatnya sehingga mau tidak mau juga terkena imbasnya dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cara berpikir kita setiap hari semakin maju.Begitu pula dengan kehidupan, Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan Hak Asasi Manusia yang hanya boleh dicabut oleh Pemberi kehidupan tersebut. Berbicara tentang kehidupan manusia erat kaitanya dengan wanita dan janin yang

ada dalam kandungan wanita, Janin atau fetus adalah hasil fertilisasi dari

selesainya tahap pengembangan embrio di 8 minggu setelah fertilisasi sampai saat

kelahiran. Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh

dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh

induk (dalam telur) 1, namun ada sebagian orang yang dengan sengaja melakukan

tindakan yang mengakibatkan kematian pada janin. Tindakan tersebut dilakukan

dengan cara menggugurkan kandungan atau aborsi (Induced Abortion).

1

http://digg.com, Definisi :Pengertian Janin, Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 3 Juli 2012, Pukul 13.15 WIB.


(12)

2

Pengguguran kandungan (aborsiInduced Abortion) selalu menjadi

perbincangan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lain. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku mapun pada masyarakat luas.Aborsi telah dikenal sejak lama, Aborsi memiliki sejarah panjang dan telah dilakukan oleh berbagai metode termasuk natural atau herbal, penggunaan alat-alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional lainnya. Jaman Kontemporer memanfaatkan obat-obatan dan prosedur operasi teknologi tinggi dalam melakukan aborsi. Legalitas, normalitas, budaya dan pandangan mengenai aborsi secara substansial berbeda di seluruh negara. Di banyak negara di dunia isu aborsi adalah permasalahan menonjol dan memecah belah publik atas kontroversi etika dan hukum.dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal ataupun dilakukan secara ilegal.

Kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus

tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan aborsi provokatus medikalis.

Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal


(13)

3

perbuatan manusia atau (abortuis provokatus) maupun karena sebab-sebab

alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya, dalam arti bukan karena perbuatan

manusia (aborsi spontanus). Aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia dapat

terjadi baik karena didorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk menyelamatkan nyawa wanita tersebut

maka kandungannya harus digugurkan (aborsi provokatus therapeutics atau bisa

disebut aborsi therapeuticus). Di samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak

dibenarkan oleh hukum (abortus provokatus criminalis atau disebut aborsi

criminalis) Penguguran kandungan itu sendiri ada 3 macam 2:

1. ME (Menstrual Extraction) : Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir

dengan penyedotan. Tindakan pengguguran kandungan ini sangat sederhana dan secara psikologis juga tidak terlalu berat karena masih dalam gumpalan darah;

2. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan

pengguguran kandungan yang sederhana;

3. Aborsi (pengguguran Kandungan) diatas 18 minggu, tidak dilakukan di klinik

tetapi di rumah sakit.

Masalah pengguguran kandungan (aborsi/Induced Abortion) pada hakekatnya

tidak dapat dilepaskan kaitannya denagn nilai-nilai serta norma-norma agama yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, terkait dengan Hukum pidana positif di Indonesia pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat

2

http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal 20 september 2011 , pukul 21.00 WIB


(14)

4

pada Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Menurut ketentuan yang tercantum dalam Pasal 346, 347, dan 348

KUHP tersebut, abortus criminalis meliputi perbuatan-perbuatan sebagai berikut:3

1. Menggugurkan kandungan (Afdrijing van de vrucht atau vrucht afdrijiving)

2. Membunuh kandungan (de dood van de vrucht veroorken atau vrucht doden)

Pelaksanaan aborsi, banyak cara yang digunakan baik itu yang sesuai dengan protokol medis maupun cara-cara tradisional, yang dilakukan oleh dokter, bidan maupun pihak-pihak yang sebenarnya tidak ahli dalam melakukannya yang mencari keuntungan semata. Padahal seharusnya, aborsi hanya boleh dilakukan untuk tindakan medis dengan maksud menyelamatkan nyawa ibu, contohnya

keracunan kehamilan atau pre-eklampsia. walaupun telah dengan tegas dalam

Undang-Undang bahwa aborsi adalah tindakan legal kecuali karena adanya indikasi kedaruratan medis. Pada saat ini banyak tenaga medis yang terlibat secara langsung dalam tidakan aborsi. Ada yang terlibat dengan perasaan ragu-ragu dan tetap membatasi pada kasus-kasus sulit yang menyudutkan mereka untuk mendukung pengguguran, namum ada pula yang melakukanya tanpa perasaan bersalah. Menghadapi situasi seperti ini, tenaga medis tetap harus berusaha menyadari tugasnya untuk membela kehidupan. Wanita yang mengalami kesulitan itu perlu dibantu dengan melihat jalan keluar lain yang bukan pengguguran langsung. Tenaga medis hanya berani menolak pengguguran langsung dengan

3

Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192


(15)

5

indikasi sosial-ekonomi.Kesulitan sosial-ekonomi semestinya diperhatikan secara sosial-ekonomi, bukan dengan pengguguran secara langsung.

Selama puluhan tahun aborsi, telah menjadi permasalahan bagi perempuan karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik itu moral, hukum, politik, dan agama. Kemungkinan terbesar timbulnya permasalahan tersebut berakar dari konflik keyakinan bahwa memiliki hak untuk hidup dan para perempuan memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dalam hal ini melakukan pengguguran kandungan.

Sistem hukum Indonesia aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi walaupun sebagian besar masyarakat kita sudah mengetahui ketentuan tersebut, tetap saja masih banyak yang melakukan aborsi. Indonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan negara-negara muslim dunia, sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan. Aborsi di Indonesia dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara. Segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan pertentangan dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari Undang-Undang kesehatan, Undang-Undang praktik kedokteran, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga


(16)

6

(KDRT), dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM), dari sisi moral dan kemasyarakatan, Sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan, hasil hubungan seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui bahwa janin yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat, hamil di luar nikah yang pada saat ini sering terjadi, hal ini dikarenakan anak-anak muda banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Pada awalnya para anak muda hanya berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama berpacaran mereka melakukan hubungan seksual. Ketika hubungan mereka membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena harus masih menyelesaikan sekolahnya atau kuliahnya. Ditambah tasa takut dan rasa malu apabila ketahuan oleh orang tua dan orang lain. Maka ditempuh dengan cara menggugurkan kandungan (aborsi) untuk menghilangkan janin yang tidak dikehendaki Di samping itu, banyak perempuan merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun. Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah, misalnya fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik

diharamkan 4. Indonesia memang bukan seperti negara maju, dimana mereka

sudah berpengalaman dalam menangani masalah-masalah seperti ini dengan melibatkan semua pihak, baik orang tua, para guru, teman-temannya di sekolah

4

www.aborsi.org , “Seks Remaja Dan Aborsi”, diakses padaHari Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.


(17)

7

bahkan juga pemerintah.Sementara Indonesia yang merupakan negara yang bertransisi dari masyarakat tradisonalis ke masyarakat modern bahkan pra modern tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi persoalan ini.Sehingga aksi-aksi yang dilakukan pun lebih banyak merupakan aksi panik seperti halnya mengeluarkan siswi hamil tersebut.

Resiko meningkatnya perilaku seks pra nikah dan seks bebas tidak dapat dihindari akibat perkembangan budaya modern dan meningkatnya usia pasangan nikah. Tapi sangat disayangkan apabila pemerintah dan juga kalangan pendidik dan komponen masyarakat tidak memiliki sebuah konsep yang terarah dan jelas untuk menghadap fenomena sosial ini. Peningkatan usia nikah harusnya juga diikuti dengan pembekalan mengenai sex pada kalangan remaja sehingga mereka bisa mengendalikan diri dan menjauhi perilaku sex beresiko tersebut. Akan tetapi budaya sex tabu menempatkan kalangan remaja seperti anak kecil yang dipandang dan dianggap tidak perlu tau masalah sex. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.Dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan / Alamiah. 2. Aborsi Buatan / Sengaja. 3. Aborsi Terapeutik / Medis.


(18)

8

Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu (QS 16:89). Jadi jelas bahwa ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur yang berkaitan dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada KUHP Bab XIX Pasal 229,346 s/d 349 yang memuat jelas larangan dilakukannya aborsi sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur ketentuan aborsi dalam Pasal 76,77,78. Terdapat perbedaan antara KUHP dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam mengatur masalah aborsi. KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun, sedangkan Undang-Undang Kesehatan memperbolehkan aborsi atas indikasi kedaruratan medis maupun karena adanya perkosaan. Akan tetapi ketentuan aborsi dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tetap ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, misalnya kondisi kehamilan maksimal 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir. Selain itu berdasarkan Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, tindakan medis (aborsi), sebagai upaya untuk menyelamatkan ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan oleh tenaga


(19)

9

kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli. Hal tersebut menunjukan bahwa aborsi yang dilakukan bersifat legal atau dapat dibenarkan dan dilindungi secara hukum.Namun keadaan ini bertentangan dengan Undang-undang Hak Asasi Manusia Pasal 53 mengenai hak hidup anak dari mulai janin sampai dilahirkan. Dalam hal ini dapat dilihat masih banyak perdebatan mengenai legal atau tidaknya aborsi dimata hukum dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut untuk memenuhi tugas akhir penulisan hukum dengan

mengambil judul “TINJAUAN YURIDIS MENGENAI TINDAK PIDANA

PENGGUGURAN JANIN (ABORSI) DIHUBUNGKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (K.U.H.P) Jo. UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NO 29

TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan hukum yang dapat di identifikasikan antara lain :

1. Bagaimana penegakan hukum pidana dalam kasus aborsi berkaitan dengan

pelaku yang melakukan dan orang yang membantu pelaku untuk melakukan aborsi tersebut di Indonesia?

2. Bagaimanakah penerapan hukum pidana ditinjau dari (KUHP) juncto. Undang


(20)

10

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Penulisan hukum ini dimaksudkan dan ditujukan untuk :

1. Untuk mengetahui problmatika kehidupan social lainnya yang terjadi

didalam kehidupan masyrakat khususnya permaslahan mengenai tindak pidana Aborsi yang sesuai dengan penululisan yang akan saya kemukakan dan mampu menganalisis sejauh mana upaya penegak hukum dalam hal ini penyidik, dalam memeriksa dam menyelesaikan kasus tersebut.

2. Memahami Seluruh pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh

selama melaksanakan program akademik menjadi suatu karya ilmiah dalam bidang keilmuan tertentu sesuai dengan bidang spesialisasi masing-masing khususnya dalam bidang hukum pidana dan Penerapan Hukum

Pidana Ditinjau Dari (KUHP) juncto. Undang – Undang No. 29 Tahun

2004 Tentang Praktek Kedokteran mengenai aborsi.

D.KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan penulisan hukum ini antara lain untuk :

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu pengetahuan secara umum, dan terhadap perkembangan hukum Pidana khususnya mengenai tindak pidana pengguguran janin (Aborsi) dikarenakan masih banyak ketidaksesuaian penjelasan mengenai aborsi di


(21)

11

Indonesia.Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjelaskan sampai sejauh mana relevansi yuridis-teoritis antara teori-teori yang di dapat.

2. Segi Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada masyarakat

agar lebih bersikap proaktif dalam permasalahan sosial yang terjadi. sehingga lebih memahami keadaan.

b. Sebagai sumbangsih pemikiran teoritis subyektif terhadap para

penegak hukum dalam upaya penyelesaian perkra yang ditanganinya.

c. Sebagai masukan kepada masyarakat agar dapat mecegah terjadinya

pergaulan bebas yang jauh dari norma-norma masyarakat dan norma hukum serta senantiasa mengawasi keluarga dekatnya agar tidak melakukan hal semacam itu.

E.KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan alinea ke empat pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang berbunyi :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia

yang melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatukeadilan


(22)

12

Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan lima sila dalam pancasila. Pancasila secara substansial merupakan konsep luhur dan murni.Luhur karena mencerminkan nilai-nilai bangsa yang diwariskan turun temurun dan abstrak. Murni karena kedalaman substansial yang mencakup beberapa pokok, baik agamis, ekonomis, ketuhanan, sosial dan budaya yang memiliki corak patrikular sehingga secara konsep dapat disebut sebagai suatu sistem tentang segala hal, karena secara konseptual yang tertuang dalam sila-sila

pancasila berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan5. Berdasarkan Pancasila sila

ke dua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab maka setiap perilaku manusia didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang memenuhi unsur keadilan serta beradab sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada penggalan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di atas merupakan tujuan dan cita bangsa Indonesia.Cita-cita bangsa Indonesia, terutama cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membutuhkan suatu landasan kuat yang bersifat sebagai motivator atau pendorong.

Pasal 1 dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran, Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), pasal 2 setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi

5

Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan,dan Membuka Kembali,Refika Aditama,Bandung,2004,hlm 158.


(23)

13

Pengertian tindak pidana yang di muat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut dengan

strafbaarfeit. Para pembentuk undang-undang tersebut tidak memberikan

penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud

dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan oleh pakar hukum

pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta delik.

F.METODE PENELITIAN

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat karena dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam lembaga negara. Bahan hukum primer terdiri dari segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis adalah :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

b) Kitab undang-undang hukum acara pidana;

c) Undang-Undang Nomer 29 tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran;

d) Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

e) Kode Etik Kedokteran

upaya pencarian dan inventarisasi data bahan yang akan dibahas dan dianalisa dalam penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut :


(24)

14

1. Spesifikasi Penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang digunakan dengan cara menggambarkan data dan fakta baik berupa :

a. Data sekunder

bahan hukum primer yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

b. Data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para

ahli hukum terkemuka.

c. Data sekunder bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang didapat dari

majalah, brosur, artikel-artikel, surat kabar dan internet.

Artinya bahwa penulis bertujuan untuk menggambarkan secara lengkap ciri-ciri keadaan, perulaku peibadidan perilaku kelompok dengan memisahkan data yang telah terkumpul untuk kemudian ditafsirkan, digambarkan renrang sejauh mana upaya penegak hukum dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penyelesaian perkara tindak pidana.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum ini yaitu secara yuridis normatif, yaitu dimana hukum dikonsepsikan sebagai norma, asas atau

dogma-dogma 6. Pada penulisan hukum ini, penulis mencoba melakukan

penafsiran hukum gramatikal, yaitu penafsiran dilakukan dengan cara melihat

6

Hetty Hassanah, Up-Grading Refreshing Course-Legal Research Methodology, makalah disampaikan dalam Seminar Fakultas Hukum Unikom pada tanggal 12 Februari 2011, Bandung, hlm.6


(25)

15

arti kata pasal dalam Undang-Undang yang digunakan dalam penulisan hukum ini.

3. Tahap Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis melalui dua tahap meliputi :

a.Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam penulisan data yang diinventarisir paling dominan adalah data

sekunder yaitu data dari bahan pustaka. Termasuk didalamnya bahan– bahan

hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengikat juga termasuk diantaranya hukum sekunder berupa berkas perkara yang diperiksa oleh para penegak hukum khususnya penyidik.

b.Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk menunjang dan melengkapi studi

kepustakaan dengan cara wawancara dengan pihak-pihak terkait7.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a.Studi Dokumen, yaitu teknik pengumpulan data berupa data primer,

sekunder dan tersier yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti.

b.Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan cara mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu untuk memperlancar proses wawancara.

7Soerjono Soekanto, “


(26)

16

5. Metode Analisis Data

Setelah data sekunder dan bahan hukum sekunder serta data bahan pendukung lainya diinventarisir, kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu menganalisa data dan bahan dalam bentuk uraian-uraian yang sistematis tanpa menggunakan rumusan statistik. Analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan secara yuridis kualitatif, yuridis kualitatif meliputi : 1.Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana peraturan

perundang-undangan yang derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

2.Kepastian hukum, dalam arti perundang-undangan yang diteliti betul-betul dilaksanakan dan didukung oleh penegak hukum.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan skiripsi ini, yaitu :

1.Perpustakaan, diantaranya :

a) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.112

Bandung.

b) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Jl. Dipati Ukur

No.35 Bandung.

c) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Parahiyangan Bandung Jl.

Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141. 2.Instansi / Lembaga terkait :


(27)

17

3.Website :

1. www.aborsi.org , artikel “Seks Remaja Dan Aborsi”, Diakses PadaHari

Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.

2. Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada


(28)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU :

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

Hlm.118.

Barda Nawawi Arief, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Adiya Bakti, Bandung. 2002.

Hetty Hassanah, Up-Grading Refreshing Course-Legal Research Methodology,

makalah disampaikan dalam Seminar Fakultas Hukum Unikom pada tanggal 12 Februari 2011, Bandung, hlm.6.

Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

2002, Hlm 203.

Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192.

Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan,dan

Membuka Kembali,Refika Aditama,Bandung,2004,hlm 158.

P. A. F. Lamintang, Drs., S. H., Delik-Delik Khusus, Penerbit Bina cipta Bandung,

Hal. 74.

Patmoko, “Jurnal Yudisial,Persfektif Moralitas Dalam Perkara Aborsi”, Jakarta

2011, hlm. 372.

Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas Indonesia (UI),


(29)

Soekanto, Suatu Tindakan Sosiologis Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Citra

Aditya Bakti, jakarta 1989, Hlm 23.

Wirjono Prodjodikoro, PROF. DR., Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di

Indonesia, hal 124.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

SITUS :

http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal 20 september 2011 , pukul 21.00 WIB

www.aborsi.org , “Seks Remaja Dan Aborsi”, diakses pada Hari Jumat, Tanggal

30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.

http://studihukum.wordpress.com, “Archive for 17 Hukum Pidana”, Diakses Pada

Hari Minggu Tanggal 30 oktober 2011, Pukul 19.00 Wib.

Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada Hari Jumat,


(30)

http://hukumkes.wordpress.com, Hukum Kesehatan Bisa Sehat Karena Adil”,

Diakses Pada Hari Senin 21 Nopember 2011, Pukul 11.30 wib.

billy@hukum-kesehatan.web.id, Aborsi Menurut Hukum di Indonesia, Diakses

Pada Hari Jumat, Tanggal 30 Desember 2011, Pukul 09.49 WIB

http://hukum.kompasiana.com, “Penerapan Hukum Tindakan Aborsi yang

Dilakukan Oleh Tenaga Medik Maupun Non Medik”, Diakses Pada Hari Senin 26 Maret 2012, Pukul 11.30 wib.

http://sonny-tobelo.blogspot.com, Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak

Pidana Aborsi Dari Prespektif Sosiologi Hukum, Diakses Pada Hari Senin 26

Maret 2012, Pukul 11.30 wib.

http://digg.com, Definisi :Pengertian Janin, Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 3

Juli 2012, Pukul 13.15 WIB.

ARTIKEL :

Ronny Rahman Nitibaskara, Tegakan Hukum Gunakan Hukum, Jakarta, Kompas, 2006, hal 58-64.


(31)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewiruchie Ika Pertiwi

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 21 November

Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum kawin

Tinggi, berat badan : 162 cm, 50 kg

Kesehatan : Sangat Baik

Agama : Islam

Alamat lengkap : Puri cipageran Indah 2 Blok A1 no. 15 Kota Cimahi-Bandung

Telepon, HP : 022-6624876, HP : 089-77606117

E-mail : -

Pendidikan » Formal

1995 - 2001: SD Negeri Kaum - Cimahi

2001 - 2004 : SMP Negeri 2 Ngamprah - Cimahi 2004 - 2007 : SMA Negeri 1 Cimahi

2007 – Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Unikom


(1)

16

5. Metode Analisis Data

Setelah data sekunder dan bahan hukum sekunder serta data bahan pendukung lainya diinventarisir, kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu menganalisa data dan bahan dalam bentuk uraian-uraian yang sistematis tanpa menggunakan rumusan statistik. Analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan secara yuridis kualitatif, yuridis kualitatif meliputi : 1.Memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana peraturan

perundang-undangan yang derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

2.Kepastian hukum, dalam arti perundang-undangan yang diteliti betul-betul dilaksanakan dan didukung oleh penegak hukum.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan skiripsi ini, yaitu :

1.Perpustakaan, diantaranya :

a) Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.112 Bandung.

b) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Jl. Dipati Ukur No.35 Bandung.

c) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Parahiyangan Bandung Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141.

2.Instansi / Lembaga terkait :


(2)

17

3.Website :

1. www.aborsi.org , artikel “Seks Remaja Dan Aborsi”, Diakses PadaHari Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.

2. Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada Hari Jumat Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.00 Wib.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU :

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, Hlm.118.

Barda Nawawi Arief, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Adiya Bakti, Bandung. 2002.

Hetty Hassanah, Up-Grading Refreshing Course-Legal Research Methodology, makalah disampaikan dalam Seminar Fakultas Hukum Unikom pada tanggal 12 Februari 2011, Bandung, hlm.6.

Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2002, Hlm 203.

Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192.

Otje Salman Soemadiningrat, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan,dan Membuka Kembali,Refika Aditama,Bandung,2004,hlm 158.

P. A. F. Lamintang, Drs., S. H., Delik-Delik Khusus, Penerbit Bina cipta Bandung, Hal. 74.

Patmoko, “Jurnal Yudisial,Persfektif Moralitas Dalam Perkara Aborsi”, Jakarta 2011, hlm. 372.

Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas Indonesia (UI), Jakarta 1986, hlm. 51.


(4)

Soekanto, Suatu Tindakan Sosiologis Terhadap Masalah-Masalah Sosial, Citra Aditya Bakti, jakarta 1989, Hlm 23.

Wirjono Prodjodikoro, PROF. DR., Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, hal 124.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

SITUS :

http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal 20 september 2011 , pukul 21.00 WIB

www.aborsi.org , “Seks Remaja Dan Aborsi”, diakses pada Hari Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.18 WIB.

http://studihukum.wordpress.com, “Archive for 17 Hukum Pidana”, Diakses Pada Hari Minggu Tanggal 30 oktober 2011, Pukul 19.00 Wib.

Http://Id.Shvoong.Com, “Pengertian Tindak Pidana”, Diakses Pada Hari Jumat, Tanggal 30 September 2011, Pukul 11.00 Wib.


(5)

http://hukumkes.wordpress.com, Hukum Kesehatan Bisa Sehat Karena Adil”, Diakses Pada Hari Senin 21 Nopember 2011, Pukul 11.30 wib.

billy@hukum-kesehatan.web.id, Aborsi Menurut Hukum di Indonesia, Diakses Pada Hari Jumat, Tanggal 30 Desember 2011, Pukul 09.49 WIB

http://hukum.kompasiana.com, “Penerapan Hukum Tindakan Aborsi yang

Dilakukan Oleh Tenaga Medik Maupun Non Medik”, Diakses Pada Hari Senin

26 Maret 2012, Pukul 11.30 wib.

http://sonny-tobelo.blogspot.com, Peranan Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Aborsi Dari Prespektif Sosiologi Hukum, Diakses Pada Hari Senin 26 Maret 2012, Pukul 11.30 wib.

http://digg.com, Definisi :Pengertian Janin, Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 3 Juli 2012, Pukul 13.15 WIB.

ARTIKEL :

Ronny Rahman Nitibaskara, Tegakan Hukum Gunakan Hukum, Jakarta, Kompas, 2006, hal 58-64.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewiruchie Ika Pertiwi Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 21 November Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum kawin Tinggi, berat badan : 162 cm, 50 kg Kesehatan : Sangat Baik

Agama : Islam

Alamat lengkap : Puri cipageran Indah 2 Blok A1 no. 15 Kota Cimahi-Bandung Telepon, HP : 022-6624876, HP : 089-77606117

E-mail : -

Pendidikan » Formal

1995 - 2001: SD Negeri Kaum - Cimahi

2001 - 2004 : SMP Negeri 2 Ngamprah - Cimahi 2004 - 2007 : SMA Negeri 1 Cimahi

2007 – Saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Unikom Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.