Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
i
ABSTRAK
Anggara Faisal*
Alvi Syahrin*
Marlina**
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur dari
kesejahteraan umum yang semestinya diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental, dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi.Segala sesuatu yang
bertentangan dengan upaya menjaga kesehatan reproduksi adalah dilarang oleh
hukum termasuk didalamnya ialah aborsi. Aborsi atau bahasa ilmiahnya adalah
Abortus Provocatus, merupakan cara yang paling sering digunakan mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan, meskipun merupakan cara yang paling
berbahaya.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalahBagaimana ketentuan
aborsi menurut hukum di Indonesia dan Bagaimana pertanggungjawaban dokter
dan rumah sakit terhadap tindak pidana aborsi.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang
dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan
hukum primer seperti menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan judul skripsi ini. Dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku, serta
berbagai majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.
Hasil penelitian ataupun kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran etik kedokteran bergantung
pada berat ringannya pelanggaran etik tersebut. Yang terbaik tentulah upaya
pencegahan pelanggaran etik, yaitu dengan cara terus menerus memberikan
penyuluhan kepada anggota IDI (Ikatan Dokter indonesia), tentang etika
kedokteran dan hukum kesehatan. Namun jika terjadi pelanggaran, sanksi yang
diberikan hendaknya bersifat mendidik sehingga pelanggaran yang sama tidak
terjadi lagi dimasa depan dan sanksi tersebut mejadi pelajaran bagi dokter
lain.Pertanggungjawaban yang diterima Rumah Sakit juga dapat berasal karena
adanya kelalaian atau kesalahan dari tenaga medis/paramedisnya
Kata Kunci : Rumah Sakit dan Dokter, Tindak Pidana Aborsi 1
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
**Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
***Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Anggara Faisal*
Alvi Syahrin*
Marlina**
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur dari
kesejahteraan umum yang semestinya diwujudkan sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental, dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi.Segala sesuatu yang
bertentangan dengan upaya menjaga kesehatan reproduksi adalah dilarang oleh
hukum termasuk didalamnya ialah aborsi. Aborsi atau bahasa ilmiahnya adalah
Abortus Provocatus, merupakan cara yang paling sering digunakan mengakhiri
kehamilan yang tidak diinginkan, meskipun merupakan cara yang paling
berbahaya.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalahBagaimana ketentuan
aborsi menurut hukum di Indonesia dan Bagaimana pertanggungjawaban dokter
dan rumah sakit terhadap tindak pidana aborsi.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan metode penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang
dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan
hukum primer seperti menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan judul skripsi ini. Dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku, serta
berbagai majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.
Hasil penelitian ataupun kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran etik kedokteran bergantung
pada berat ringannya pelanggaran etik tersebut. Yang terbaik tentulah upaya
pencegahan pelanggaran etik, yaitu dengan cara terus menerus memberikan
penyuluhan kepada anggota IDI (Ikatan Dokter indonesia), tentang etika
kedokteran dan hukum kesehatan. Namun jika terjadi pelanggaran, sanksi yang
diberikan hendaknya bersifat mendidik sehingga pelanggaran yang sama tidak
terjadi lagi dimasa depan dan sanksi tersebut mejadi pelajaran bagi dokter
lain.Pertanggungjawaban yang diterima Rumah Sakit juga dapat berasal karena
adanya kelalaian atau kesalahan dari tenaga medis/paramedisnya
Kata Kunci : Rumah Sakit dan Dokter, Tindak Pidana Aborsi 1
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
**Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
***Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara