PERISTIWA LENGKONG (PELUCUTAN SENJATA LENGKONG, 1946).

(1)

Peristiwa Lengkong

(Pelucutan Senjata Lengkong, 1946)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ALDI RIZALDI ARIF 3111121001

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Aldi Rizaldi Arif. NIM 3111121001. Peristiwa Pelucutan Senjata Jepang (Lengkong, Tangerang, 1946). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, FakultasIlmu Social, Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan; (1) Untuk mengetahui Peristiwa Pelucutan Senjata Jepang Di Lengkong, Tangerang, tahun 1946. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lengkong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Untuk memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode lapangan (Field Research), yaitu dengan melakukan wawancara kepada para informan yang mengetahui peristiwa tersebut dan mendatangi lokasi tempat peristiwa tersebut terjadi. Penulis juga memperoleh data menggunakan metode kepustakaan (Library Research), yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis melalui buku, jurnal dan arsip yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. hasil dari wawancara dan sumber-sumber tertulis disatukan dengan cara mengkritik sumber-sumber tersebut, hingga menghasilkan tulisan ilmiah yang ditulis secara obyektif. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa peristiwa Lengkong merupakan peristiwa yang melibatkan Tentara Indonesia (TRI), Taruna Akademi Militer Tangerang dan masyarkat sekitar dengan pasukan Jepang yang berada di Lengkong pada tanggal 25 Januari 1946. Peristiwa ini diakibatkan oleh kesalah pahaman yang diawali oleh anak-anak kecil yang ikut serta dalam pelucutan senjata tersebut tidak sengaja meledakan senjata di dalam kamp dan menyebabkan kedua pihak saling menyerang. Akibat dari peristiwa ini yaitu banyaknya korban jiwa dari pihak Indonesia, baik dari militer maupun masyarakat sekitar. Peristiwa Lengkong merupakan salah satu upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa awal kemerdekaan dengan cara melucuti senjata dari pihak Jepang.


(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru

sekalian alam, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peristiwa Pelucutan (Pelucutan Senjata Lengkong, 1946)”. Skripsi ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.P.d) Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Melalui tulisan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terimakasih penulis ucapkan Kepada:

 Kepada Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Si, selaku Rektor di Universitas Negeri Medan (UNIMED)

 Kepada Dr. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS)

 Kepada Dra. Flores Tanjung, MA, selaku ketua Jurusan pendidikan sejarah yang selalu membantu dan memotivasi penulis.

 Kepada Drs. Yushar Tanjung, M. Si, selaku sekretaris jurusan pendidikan sejarah yang selalu membantu dan memotivasi penulis.

 Kepada Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) Penulis mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan bimbingannya.  Kepada Tappil Rambe, S.Pd, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan dan saran mulai rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

 Dra. Syarifah, M.Pd selaku dosen Pembimbing Ahli yang menggantikan Ibu Samsidar yang berhalangan hadir yang telah memberikan masukan dan saran mulai rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.


(7)

 Dr. Phil Ichwan Azhari, Ms selaku dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan dan saran mulai rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

 Pristi Suhendro, S. Hum, M.Si selaku dosen pembanding bebas yang telah memberikan masukan dan saran mulai rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

 Kepada Bapak dan ibu staff pengajar jurusan pendidikan sejarah, yang telah memberikan bekal ilmu yang tak ternilai selama belajar di jurusan pendidikan sejarah.

 Kepada sahabat-sahabat penulis yang selama ini ikut serta memberi perhatian, waktu dan tempat berbagi semua yang saya rasakan. Penulis mengakui bahwa Tuhan dengan baiknya menempatkanku diantara sahabat-sahabat yang luar biasa:

 Kepada teman-teman Reguler A 2011 yang selalu memberikan kesan dan pesan luar biasa. Terimakasih untuk semua canda tawa, perdebatan, kehangatan, pengalaman dan pelajaran berharga. Akan selalu ada kerinduan mendalam untuk anak Reguler A 2011. Terkhusus buat : Suryati Hutagaol, Riana Sara Silaban, Melda Sitorus, Beni Hutajulu, Siti Nursanada, Indra Saragih, Debora Saragih, Kiki Amelia Tambunan, Ridwan Hakim, Iki Fadilah, Dwi Oktaviani, Adyati Utari, Deni Hartanto, yang sudah membantu penulis saat sidang berlangsung.

 Kepada semua yang pernah memberi perhatian dan motivasi kepada penulis, semoga Allah memberikan Rahmat yang melimpah dalam hidup kita.

Medan, Maret 2015 Penulis

Aldi Rizaldi Arif NIM. 3111121001


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……….. I

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ...………. 1

1.2. Identifikasi Masalah ….………..……... 5

1.3. Pembatasan Masalah ….………... 5

1.4. Rumusan Masalah….……….………... 5

1.5. Tujuan Penelitian……… 6

1.6. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA………. 7

2.1. Kerangka Konseptual…..……….. 7

2.1.1 Peristiwa Sejarah……….………. 7

2.1.2. Perang Dunia II………..…………..……. 7

2.1.3.Status Quo………. 9

2.1.4.Peristiwa Pelucutan Senjata Jepang (Lengkong, Tangerang, 1946)….. 10

2.2.Kerangka Berpikir………. 12

BAB III. METODE PENELITIAN……….. 14

3.1. Metodologi Penelitian……… 14

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 14

3.3. Subjek Penelitian……… 15

3.4 Teknik Pengumpulan Data……… 15

3.5 Teknik Analisis Data……… 18

BAB IV. PEMBAHASAN……… 20


(9)

4.1.1. Kelurahan Lengkong Wetan……… 20

4.1.2.Taman Makam Pahlawan Taruna………. 25

4.2. Jepang Menguasai Indonesia……….. 28

4.3. Keadaan Indonesia Setelah Proklamasi……….. 32

4.4. Keadaan Tentara Jepang Setelah Indonesia Merdeka……… 38

4.5. Terbentuknya Akademi Militer Tangerang……….. 46

4.6. Resimen IV TKR di Tangerang………..……….. 54

4.7. Terjadinya Peristiwa Lengkong………..……… 56

4.7.1. Menjelang Operasi Pelucutan………..………. 56

4.7.2.Pelaksanaan Pelucutan Senjata Pasukan Jepang………. 64

4.7.3.Situasi Setelah Pelucutan…………..………..……. 75

4.7.4.Pengambilan Mayat dan Pembebasan Tawanan…..……… 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 88

5.1. Kesimpulan………..………..……… 88

5.2. Saran………..………..……….. 89


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya proklamasi oleh Ir. Soekarno. Bangsa Indonesia yang telah berjuang dengan cukup lama melawan para penjajah, akhirnya dapat merdeka pada 17 Agustus 1945. Namun, keadaaan keamanan di beberapa daerah di Indonesia belum stabil. Seperti halnya di beberapa wilayah di pulau Jawa, situasi keamanan disana belum stabil karena masih terdapat tentara Jepang dan adanya ancaman yang datang dari pihak Sekutu. Setelah memproklamirkan kemerdekaannya, Bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaannya karena pihak Sekutu yang datang ke Indonesia dengan membonceng pihak Belanda.

Anhar Gongong dalam Ruslan (2008 : xii-xiii) :

“para pemimpin bangsa-negara Indonesia yang didukung sebagian rakyatnya melakukan perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan yang hendak “digoyahkan” oleh Belanda kolonialis itu. Dengan demikian, terjadilah perang mempertahankan kemerdekaan oleh bangsa-negara Indonesia. Namun, tetap terjadi karena “dipaksa” oleh ambisi bodoh bangsa Belanda kolonialis. Perang pun berlangsung selama ± 4 tahun, 1945-1949. Perang dengan tindakan kekerasan dan brutal!”.

Keadaan yang belum stabil mengakibatkan terjadinya beberapa peristiwa-peristiwa di pulau Jawa. Salah satunya, peristiwa yang terjadi di Lengkong, Tangerang tahun 1946. Peristiwa ini di latar belakangi oleh kurangnya pasokan senjata yang dimiliki pasukan Resimen IV Tangerang. Perlunya senjata dimiliki oleh Resimen IV sebagai alat untuk


(11)

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, pihak resimen IV berencana melucuti persediaan senjata Jepang yang ada Lengkong, Tangerang. Sebelum terjadinya peristiwa Lengkong, telah di lakukan perundingan-perundingan tertutup antara pihak Resimen IV Tangerang dengan pihak Jepang yang bertujuan untuk pengambil alihan senjata secara damai. Namun, perundingan tersebut tidak pernah menemukan jalan keluar. Pihak Jepang di bawah komando Kapten Abe tetap patuh pada perintah atasannya yang hanya akan menyerahkan senjata mereka kepada pihak Sekutu.

Pada tanggal 24 Januari 1946, Resimen IV Tangerang menerima sebuah laporan yang menyatakan bahwa pihak Sekutu telah berada di Parung, Bogor. Setelah mendengar laporan tersebut, segera diadakan sebuah perundingan antara pihak Resimen IV dan pihak Kantor Penghubung Tentara Jakarta. Dalam perundingan tersebut, terdapat sebuah usul dari Mayor Wibowo untuk melakukan sebuah tipu daya dengan mengikut sertakan Serdadu Inggris keturunan India Muslim yang memilih keluar dari kesatuannya dan berpihak ke Indonesia.

Usul tersebut akhirnya di terima dan keesokan harinya, tanggal 25 Januari 1946 dengan di pimpin oleh Mayor Daan Mogot, di laksanakan lah tipu daya tersebut dengan mengikut sertakan 4 serdadu inggris keturunan India, 3 orang Perwira dan 2 pleton Taruna dari Akademi Militer Tangerang. Agar lebih meyakinkan, 4 serdadu Inggris tersebut sengaja berpakaian seragam lengkap.

Awalnya, tipu daya tersebut berjalan lancar, sebagian besar tentara Jepang percaya bahwa pihak Tentara Indonesia yang di wakilkan oleh


(12)

Resimen IV Tangerang, melakukan pelucutan senjata dengan izin dari pihak Sekutu. Setibanya di kamp Jepang, pihak Mayor Daan Mogot segera menemui Kapten Abe dan masuk ke dalam sebuah kamp untuk membicarakan maksud kedatangannya. Sebagian Taruna segera mengambil senjata milik Jepang dan mengangkutnya ke atas truk.

Kapten Abe tetap masih belum sepenuhnya percaya kepada Mayor Daan Mogot dan meminta waktu untuk menghubungi atasannya yang masih berada di Bandung. Saat Kapten Abe dan Mayor Daan Mogot sedang berunding, tiba-tiba terdengar sebuah tembakan yang tidak diketahui dari mana asalnya dan ada seorang tentara Jepang keluar dari sebuah kamp sambil berteriak. Suara tembakan tersebut memicu terjadinya peristiwa Lengkong tersebut, para tentara Jepang yang sebelumnya percaya kepada pihak Indonesia segera bersiap dalam posisi menyerang dan menyerbu para tentara Indonesia yang berada di lapangan terbuka menjadi sasaran mudah bagi Tentara Jepang.

Mayor Daan Mogot langsung berlari keluar dan berteriak agar peristiwa tersebut segera dihentikan. Namun, peringatan dari Mayor Daan Mogot tersebut tidak dihiraukan oleh kedua belah pihak. Tentara Jepang terus menerus menembaki Tentara Indonesia yang sebagian besarnya merupakan para Taruna. Begitu pun dengan Mayor Daan Mogot yang di tembaki dan terbunuh dalam peristiwa tersebut. Sebagian Tentara Indonesia yang selamat berhasil melarikan diri dan sebagian lagi ditawan oleh pihak Tentara Jepang.

Para Taruna yang berhasil lolos segera melaporkan peristiwa berdarah tersebut pada atasannya di Resimen IV Tangerang. Pada tanggal 26 Januari,


(13)

pihak Resimen IV segera menghubungi Kantor Penghubung di Jakarta. keesokan harinya Mayor Oetarjo langsung menemui Letkol Miyamoto dan Kapten Abe untuk menyepakati pembebasan para korban yang ditawan dari pihak Indonesia dan jenazah yang sudah sempat dikubur untuk kembali dikuburkan secara terhormat.

Akhirnya pada tanggal 28 Januari 1946, perundingan tersebut terealisasikan. Mayat yang telah dikuburkan seadanya, di bongkar kembali dan mayat-mayat para pahlawan tersebut di angkat dan di bawa ke salah satu rumah yang berada di kawasan komplek Resimen IV. Keesokan harinya pemakaman para jenazah itu pun dikuburkan dengan upacara pemakaman yang sederhana dan di saksikan oleh para keluarga syuhada dan adanya juga beberapa pejabat yang ikut serta. (Saleh 2009:126).

Akibat dari peristiwa Lengkong ini, sebanyak 36 Taruna dan 3 Perwira meninggal di tempat. Selain itu, karena banyaknya Taruna yang menjadi korban dalam peristiwa Lengkong tersebut membuat Akademi Militer Tangerang tidak lagi melanjutkan pelatihan kemiliterannya dan menutup akademi tersebut setelah meluluskan para Taruna pertama sekaligus terakhirnya.

Peristiwa Lengkong merupakan kejadian yang tidak diharapkan sebelumnya oleh kedua belah pihak. Dengan banyaknya Taruna dan Tentara yang gugur dalam peristiwa tersebut, mengindikasikan bahwa peristiwa Lengkong ini merupakan peristiwa besar yang bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


(14)

Sehubungan dengan peristiwa yang dijelaskan pada latar belakang tersebut, menurut penulis peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sangat menarik untuk dapat diungkap melalui sebuah penelitian ilmiah. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk meneliti penelitian mengenai “Peristiwa Lengkong (Pelucutan Senjata Lengkong 1946)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam suatu penelitian perlu diidentifikasi masalah yang akan diteliti. Tujuannya supaya masalah dapat terarah dan jelas sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dan kekaburan dalam mambahas dan meneliti masalah yang ada. Jika identifikasi sudah jelas, tentu penelitian dapat dilakukan lebih mendalam.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Situasi keamanan Negara Indonesia pada masa awal kemerdekaan. 2. Peristiwa Pelucutan Senjata di Lengkong, Tangerang, tahun 1946

3. Instansi yang terlibat dalam Peristiwa Pelucutan Senjata 26 Januari 1946 Di Lengkong Tangerang.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah mutlak dilakukan, agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu melebar. Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peristiwa Lengkong (Pelucutan Senjata Lengkong 1946)”


(15)

Rumusan masalah merupakan kelanjutan uraian terdahulu. Dalam perumusan masalah penulis membuat spesifikasi terhadap hakikat masalah yang diteliti. Untuk lebih mengarahkan penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Peristiwa Pelucutan Senjata Di Lengkong, Tangerang, tahun 1946?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:.

1. Untuk mengetahui Peristiwa Pelucutan Senjata Jepang Di Lengkong, Tangerang, tahun 1946.

1.6 Manfaat Penelitian

Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik, harus dapat dimanfaatkan inilah sifat pragmatis dari penelitian. Maka, seorang penulis harus memikirkan lebih awal manfaat dari penelitian yang akan dilakukannya. Maka dari itu, Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan peneliti tentang Peristiwa Lengkong.

2. Sebagai informasi dan pengetahuan bagi para pembaca baik kalangan mahasiswa maupun masyarakat tentang Peristiwa Lengkong.

3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa lain yang melakukan penelitian seputar Peristiwa Lengkong.

4. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan khususnya Universitas Negeri Medan.


(16)

5. Penelitian ini diharapkan menambah referensi hasil penelitian yang dapat di jadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberadaan Tentara Jepang di Indonesia, Khusunya di Tangerang pasca proklamasi, masih seperti biasa. Karena mereka mendapatkan status quo dari pihak Sekutu sampai Sekutu datang ke Indonesia.

2. Tentara Jepang yang sudah kalah orang Sekutu hanya akan menyerahkan senjata mereka kepada pihak Sekutu. Padahal saat itu tentara Indonesia sangat membutuhkan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.

3. Peristiwa Pelucutan Senjata di Lengkong, dilakukan secara mendadak karena situasi yang sudah mendesak setelah adanya informasi bahwa tentara Sekutu telah menguasai daerah Parung, Bogor yang tidak jauh dari Lengkong, Serpong, Tangerang. Operasi pelucutan ini dipimpin langsung oleh Mayor Daan Mogot dan diikuti oleh Mayor Wibowo, Lettu Soebianto, Lettu Soetoppo, para Taruna Akademi Militer Tangerang dan masyarakat sekita Lengkong.

4. Saat pelucutan berlangsung, rakyat sekitar Lengkong dan lascar-laskar serta ada anak-anak ikut serta dalam pelucutan senjata tersebut. tanpa disengaja anak-anak tersebut meledakan senjata pada saat pelucutan berlangsung dan mengakibatkan kondisi pelucutan yang awallnya berjalan lancar dan damai menjadi tidak kondusif,


(18)

5. Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya korban jiwa dari pihak Indonesia yaitu, Para Taruna dan rakyat umumnya belum berpengalaman bertempur sebagai pasukan, para Taruna belum pernah mendapatkan pelajaran menembak karena keadaan saat itu tidak memungkinkan, para Taruna yang berpencar ketika ditembaki menyebabkan sulitnya Mayor Daan Mogot untuk memberikan intruksinya.

6. Penulis lebih mengutamakan hasil dari wawancara untuk dijadikan landasan dalam penulisan skripsi ini dan mengesampingkan beberapa buku-buku yang membahas peristiwa ini, dengan alasan bahwa penulisan buku-buku tersebut ditulis oleh pihak militer dan dituls atas kepentingan tertentu.

6.2. Saran

Dari berbagai permasalahan sampai dengan kesimpulan yang dibuat oleh penulis di atas. Penulis memberikan beberapa saran setelah mempelajari permasalahan yang diteliti seperti di bawah ini:

1. Hendaknya generasi muda sebagai penerus bangsa menghargai peranan pejuang Indonesia dengan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kegiatan-kegiatan positif.

2. Sebaiknya nilai heroik dan patriotik dalam mempertahankan tegaknya kemerdekaan Indonesia dapat diwarisi dan dilestarikan oleh generasi penerus bangsa.

3. Seharusnya dalam peulisan sejarah atau suatu peristiwa, ditulis dengan cara ilmiah tanpa dorongan dari pihak manapun dan kepentingan


(19)

apapun yang dapat mengurangi beberapa fakta dalam peristiwa tersebut.

4. Pemerintah Kota Tangerang Selatan hendaknya lebih memperhatikan dan melestarikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

5. Pemerintah Kota Tangerang Selatan hendaknya lebih sering melakukan penelitian sejarah lokal yang ada di daerah Kota Tangerang Selatan.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 1996. Kemal Idris: bertarung dalam revolusi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Eriyanto. 2012. Analisi Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Fakultas Ilmu Sosial. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa. Medan : Universitas Negeri Medan.

Indra, Muhammad Ridhwan. 1989. Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi. Jakarta : Sinar Grafika.

Kartasasmita, Ginandjar. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1975. Jakarta: Tema Baru.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Kochhar, S. K. Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo.

Lim, P. 2000. Sejarah Lisan Asia Tenggara : Teori dan Metode. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Bogor: Gahalia Indonesia.

Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ruslan, dkk. 2008. Mengapa Mereka Memberontak? Dedengkot Negara Islam

Indonesia. Yogyakarta : Bio Pustaka.

Saleh, R. H. A. 2009. Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa. Lengkong. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, Tatang. 1993. Didi Kartasasmita: Pengabdian Bagi Kemerdekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.


(1)

Rumusan masalah merupakan kelanjutan uraian terdahulu. Dalam perumusan masalah penulis membuat spesifikasi terhadap hakikat masalah yang diteliti. Untuk lebih mengarahkan penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Peristiwa Pelucutan Senjata Di Lengkong, Tangerang, tahun 1946?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:.

1. Untuk mengetahui Peristiwa Pelucutan Senjata Jepang Di Lengkong, Tangerang, tahun 1946.

1.6 Manfaat Penelitian

Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik, harus dapat dimanfaatkan inilah sifat pragmatis dari penelitian. Maka, seorang penulis harus memikirkan lebih awal manfaat dari penelitian yang akan dilakukannya. Maka dari itu, Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan peneliti tentang Peristiwa Lengkong.

2. Sebagai informasi dan pengetahuan bagi para pembaca baik kalangan mahasiswa maupun masyarakat tentang Peristiwa Lengkong.

3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa lain yang melakukan penelitian seputar Peristiwa Lengkong.

4. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan khususnya Universitas Negeri Medan.


(2)

5. Penelitian ini diharapkan menambah referensi hasil penelitian yang dapat di jadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberadaan Tentara Jepang di Indonesia, Khusunya di Tangerang pasca proklamasi, masih seperti biasa. Karena mereka mendapatkan status quo dari pihak Sekutu sampai Sekutu datang ke Indonesia.

2. Tentara Jepang yang sudah kalah orang Sekutu hanya akan menyerahkan senjata mereka kepada pihak Sekutu. Padahal saat itu tentara Indonesia sangat membutuhkan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.

3. Peristiwa Pelucutan Senjata di Lengkong, dilakukan secara mendadak karena situasi yang sudah mendesak setelah adanya informasi bahwa tentara Sekutu telah menguasai daerah Parung, Bogor yang tidak jauh dari Lengkong, Serpong, Tangerang. Operasi pelucutan ini dipimpin langsung oleh Mayor Daan Mogot dan diikuti oleh Mayor Wibowo, Lettu Soebianto, Lettu Soetoppo, para Taruna Akademi Militer Tangerang dan masyarakat sekita Lengkong.

4. Saat pelucutan berlangsung, rakyat sekitar Lengkong dan lascar-laskar serta ada anak-anak ikut serta dalam pelucutan senjata tersebut. tanpa disengaja anak-anak tersebut meledakan senjata pada saat pelucutan berlangsung dan mengakibatkan kondisi pelucutan yang awallnya berjalan lancar dan damai menjadi tidak kondusif,


(4)

5. Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya korban jiwa dari pihak Indonesia yaitu, Para Taruna dan rakyat umumnya belum berpengalaman bertempur sebagai pasukan, para Taruna belum pernah mendapatkan pelajaran menembak karena keadaan saat itu tidak memungkinkan, para Taruna yang berpencar ketika ditembaki menyebabkan sulitnya Mayor Daan Mogot untuk memberikan intruksinya.

6. Penulis lebih mengutamakan hasil dari wawancara untuk dijadikan landasan dalam penulisan skripsi ini dan mengesampingkan beberapa buku-buku yang membahas peristiwa ini, dengan alasan bahwa penulisan buku-buku tersebut ditulis oleh pihak militer dan dituls atas kepentingan tertentu.

6.2. Saran

Dari berbagai permasalahan sampai dengan kesimpulan yang dibuat oleh penulis di atas. Penulis memberikan beberapa saran setelah mempelajari permasalahan yang diteliti seperti di bawah ini:

1. Hendaknya generasi muda sebagai penerus bangsa menghargai peranan pejuang Indonesia dengan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kegiatan-kegiatan positif.

2. Sebaiknya nilai heroik dan patriotik dalam mempertahankan tegaknya kemerdekaan Indonesia dapat diwarisi dan dilestarikan oleh generasi penerus bangsa.

3. Seharusnya dalam peulisan sejarah atau suatu peristiwa, ditulis dengan cara ilmiah tanpa dorongan dari pihak manapun dan kepentingan


(5)

apapun yang dapat mengurangi beberapa fakta dalam peristiwa tersebut.

4. Pemerintah Kota Tangerang Selatan hendaknya lebih memperhatikan dan melestarikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kota Tangerang Selatan.

5. Pemerintah Kota Tangerang Selatan hendaknya lebih sering melakukan penelitian sejarah lokal yang ada di daerah Kota Tangerang Selatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 1996. Kemal Idris: bertarung dalam revolusi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Eriyanto. 2012. Analisi Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.

Fakultas Ilmu Sosial. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa. Medan : Universitas Negeri Medan.

Indra, Muhammad Ridhwan. 1989. Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi. Jakarta : Sinar Grafika.

Kartasasmita, Ginandjar. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1975. Jakarta: Tema Baru.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Kochhar, S. K. Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo.

Lim, P. 2000. Sejarah Lisan Asia Tenggara : Teori dan Metode. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Bogor: Gahalia Indonesia.

Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ruslan, dkk. 2008. Mengapa Mereka Memberontak? Dedengkot Negara Islam

Indonesia. Yogyakarta : Bio Pustaka.

Saleh, R. H. A. 2009. Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa. Lengkong. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, Tatang. 1993. Didi Kartasasmita: Pengabdian Bagi Kemerdekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Yulianti, Dewi. 2009. System Propagandan Jepang Di Jawa 1942-1945.