Kedudukan dan Ciri Ikhlas

ففمص هصنصوففط ح بح يفص املمد مكحيقص نن رء عصلء مصعءذ يفص كحلء نلإصوء نن ۦ خس ةةة خب خنخلٱ خم ن ء يبصرصش لذ للد اغغئصاس ء اص غ لصاخء اننبءلل دءوء فء ن ص بء مم ثمخر خي ٦٦ Artinya : “66. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya berupa susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. Qs. An-Nahl : 66 Jika suatu perbuatan murni dari ria dan karena Allah semata, maka perbuatan ini Khalis murni.

B. Kedudukan dan Ciri Ikhlas

Ikhlas ialah hakikat agama. Allah berfirman : ........ ن ء يددففل هحففلل اص غ لص مح هءللل دصبح فء ٱ خخ ٱ خعٱ ٢ ن ح يددففل هصففلللص لءأ ء ٱ لصاخء ة صص خلٱ ....... Artinya : ““. …. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari syirik ……”. Qs. Az-Zumar :2-3 Al-Ba’dadi [CITATION Fai08 \p 18 \n \t \l 1033 ] menerangkan bahwa Allah swt menetapkan, keabsahan agama seseorang tergantung pada keIkhlasanya atau kemurnianya, yakni terjauhkanya dari kotoran syirik, baik sedikit maupun banyak, besar maupun kecil. Ayat di atas menegaskan, Ikhlas ialah syarat sah agama Islam yang merupakan agama semua nabi. Tuntutan untuk berbuat Ikhlas dalam semua syariat menunjukkan agungnya kedudukan akhlak yang agung ini. Ikhlas ialah kunci dakwah para rasul dan prinsip teragung yang mereka ajarkan. Sebagaimana firman Allah: 4 ااوففبحنصتء وء هءففللل ااودحففبح نصأء لنوففس ح رل ففملأ ح لدففكح يفففص اففنء عءبء قءلءوء خجٱ ٱ خعٱ ةم خث خد وغحط لذ ل ة ةت ٱ ........ ٣٦ Artinya : “36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu…”. Qs. An-Nahl : 36 Ibnu Katsir menyebutkan, “sejak terjadinya kemusyrikan di kalangan manusia, yakni umat Nabi Nuh, Allah mengutus rasul kepada umat manusia dan masih terus mengutusnya. Nabi Nuh ialah rasul pertama yang di utus Allah kepada penduduk bumi. Allah menutup pengutusan para rasul dengan Nabi Muhammad saw yang seruanya disambut oleh manusia dan jin di belahan bumi Timur dan Barat. Semua rasul itu, sebagaimana firmanya Allah “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, sesungguhnya tidak ada ilah yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku”. Qs. Al-Anbiya’ : 25. Ikhlas ialah pokok amalan hati. Amalan hati merupakan amalan seseorang hamba yang paling mulia dan paling agung nilainya. Menjelaskan hal ini, Ibnu Qayyim menulis, “ Amal hati ialah nyawa dan intisari ubudiyah. Jika amal anggota badan kosong darinya, ia tak ubahnya bagai tubuh yang mati tanpa nyawa. Niat ialah amalan hati”. Ikhlas ialah salah satu dari dua syarat di terimanya amal. Tidak ada suatu amalan pun yang di terima, jika tidak disertai dengan keIkhlasan. Nabi saw besabda, “Sungguh, Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan dengan Ikhlas dan ditujukan untuk mengharap wajah-Nya. Lantaran mulia dan agungnya kedudukan keIkhlasan, Allah memuji orang- orang yang menghiasi dirinya dengan keIkhlasan dan meninggikan penyebutan mereka. Allah berfirman tentang Nabi Musa as. 5 اففييغبصنل لغوففس ح رء ن ء اك ء وء اص غ لء مح ن ء اك ء هحنلإص سءومح بصتءذكص يفص كح وء خخ ۥ ةۦ ىى خلٱ خر خذٱ ٥١ Artinya : “51. Dan ceritakanlah hai Muhammad kepada mereka, kisah Musa di dalam Al Kitab Al Quran ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi”. Qs. Maryam: 51 Allah berfirman mengenai Nabi Yusuf As. ...... اففنءدصابءعص ففمص ففهحنلإص اففش ء فء وء ءءووس ن ل هح ع ء ف ء رص نءلص ك ء لصذءذكء خن ۥ ةةء خح خلٱ ٱ خن خص ة ن ء يص ص لء مح خخ خلٱ ٢٤ Artinya : “……. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. Qs. Yusuf : 24 Allah berfirman berkenaan Nabi Muhammad saw. ففك ح لءوء اففنءلحمءذ أء اففنءلءوء ففكحبنرءوء اففنءبنرء وءففهحوء هصفللل يفص انءنءوجناحءتحأء قح خم خع خم ٱ خل ن ء وص ح لص مح هحلء ن ح نءوء كحلحمءذ أء خخ ۥ خح خم خع ١٣٩ Artinya : “139. Katakanlah: Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”. Qs. Al-Baqarah : 139 Ini semua menjelaskan, keIkhlasan ialah sifat dan karakter para nabi yang paling Nyata. Sebab itulah Ikhlas dituntut dalam semua amal, lahir ataupun batin. Ikhlas kepada Allah dalam sebagian amal, tidak cukup pula mengkhususkannya dalam ibadah dengan mengesampingkan muamalah. Menerangkan urgensi dan kedudukan Ikhlas, Ibnul Qayyim menulis, “Amal tanpa keIkhlasan dan iqtida’berdasar sunnah, 6 seperti musafir yang memenuhi geriba minumanya dengan pasir. Perbuatanya tersebut malah akan membebaninya dan tidak bermanfaat baginya.” [CITATION Fai08 \p 22 \l 1033 ] Setelah mengetahui kedudukan Ikhlas merupakan Amal yang sangat mulia dan menjadikanya sebagai ujung tombak di terimanya suatu amal. Kini kita cari tahu bagaimana ciri-ciri seseorang yang Ikhlas. Menurut Al-Ghazali.dkk [CITATION Ima12 \p 79 \n \t \l 1033 ] perumpamaan orang yang beramal karena ria dan sum’ah adalah seperti orang yang pergi ke pasar, namun memenuhi saku bajunya dengan kerikil. Orang-orang mengatakan krikil itu tak dapat memenuhi kebutuhan orang itu. Ia tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain ocehan dari orang lain. Demikian pula halnya dengan amalan yang dilakukan karena ria dan sum’ah. Tidak ada manfaat amalanya, kecuali sanjungan dari manusia, dan tidak ada pahala sedikit pun baginya di akhirat nanti. Ini ditegaskan dalam firman Allah, “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan”. Allah akan menggugurkan pahala amalan- amalan mereka yang bukan karena mengharapkan ridha Allah. Lalu Allah jadikan amalan-amalan itu seperti debu yang beterbangan. Seorang Ahli Hikmah pernah ditanya, “ siapakah orang yang Ikhlas itu?” jawabanya, orang Ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal kebaikanya sebagaimana ia menutupi amal keburukannya”. Ali ibn Thalib berkata, “Ada empat tanda orang yang ria dalam beramal, yaitu malas beramal jika sendirian, rajin beramal jika banyak orang, semakin rajin beramal jika mendapatkan pujian, dan semakin malas beramal jika mendapat celaan.” Dalam syair disebutkan, “Ria dapat mengikis pahala amal yang seseorang lakukan, Jika kamu beramal dengan ria, tak aka ada pahala yang kamu dapatkan.” 7 Seorang ahli hikmah menuturkan, “siapa menganggap dirinya telah menguasai tiga hal, tanpa menghilangkan tiga hal lainya, ketahuilah bahwa setan telah memperdayainya. Pertama, orang yang mengaku dirinya telah merasakan manisnya ketaatan, tetapi ia tidak dapat menghilangkan rasa cinta dunia. Kedua, orang yang mengaku dirinya telah rida dengan Penciptaanya, tetapi ia tidak dapat mengelak dari kekesalan terhadap dirinya. Ketiga, orang yang mengaku telah mampu beramal dengan Ikhlas, tetapi ia masih senang dengan pujian orang lain”.

C. Macam-Macam Ikhlas