3 Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan oleh Pejabat yang
ditunjuk.
Bagian Kesebelas Tata Cara Pengurangan, Keringanan Dan
Pembebasan Retribusi Pasal 25
1 Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
2 Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1
hanya dapat diberikan bilamana subyek retribusi mengalami : a.
Bencana alam; b.
Pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 3
Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keduabelas Kadaluarsa Penagihan
Pasal 26
1 Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu
3 tiga tahun terhitung sejak terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
2 Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tertangguh
apabila: a. Diterbitkan Surat Teguran, atau;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi secara tertulis.
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27
1 Pembinaan dan Pengawasan serta pengendalian terhadap pelaksanaan perizinan usaha
perkebunan ini merupakan tanggungjawab Bupati yang secara teknis operasional dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya.
2 Dinas Pertanian atau instansi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib melaporkan
pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
BAB VI KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 28
1 Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten
Bulungan diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah.
2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan dan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah agar keterangan dan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah;
c. Meminta keterangan dan atau barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah; d.
Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah; g.
Menyuruh berhenti, melarang sesorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi; j.
Menghentikan penyidikan; k.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perizinan dan retribusi daerah menurut ketentuan peraturan yang berlaku.
3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
BAB VII KETENTUAN PIDANA