Analisis ekonomi lada dunia dan dampaknya terhadap pengembangan lada nasional

Dengan semakin menurunnya perolehan devisa dari minyak dan gas bumi
(migas) sementara kebutuhan dana untuk pembiayaan pembangunan semakin besar,
maka peranan komoditas non migas dalam perekonomian nasional menjadi sernatdn
penting. Pentingnya upaya penggalakan komoditas non migas ini paling tidak dapat
dilihat dari tiga hal yaitu: (1) semakin berkernbangnya kebutuhan akan devisa untuk
membeli barang-barang modal bagi keperluan investasi guna memperbsar kapasitas
jmekonomian dan kesinambungan pembangunan pada tahap berikutnya, (2) semaldn
pentingnya upaya mencapai dan mempertahankan "debt service rdo" (DSR) pada

batas yang wajar -- antara 20 dan 25 gersen --,mengingat prospek harga migas yang
tidak menentu dan cenderung menurun, dan (3) dalam mengurangi kkanan terhadap
masalah defisit neraca pembayaran, yang kalau berlarut-larut dapat berakibat buruk
terhadap perekonomian nasional.
Hingga dewasa ini peranan komoditas pertanian

-- dalam arti luas -- arnat

dominan sebagai penghasil devisa sektor non migas. Sementara itu di lain pihak,
ekspor produk prtanian seringkali menghadapi berbagai kendala yang datang dari '

luar (eksternal) maupun dari dalam (internal) negeri.

Secara umum kendala pokok peningkatan ekspor komoditas pertanian adalah: &munu, dari sisi permin-

(eksternal) paling tidak ada lima faktor yang

menghambat perluasan ekspor tmtama bagi negara berkembang, yaitu (1) permin-

taan hasil-hasil pertanian yang bersifat inelastis, (2) tingkat pertumbuhan penduduk
negara-negara maju hampir mendekati no1 persen, (3) elastisitas pendapatan atas
permintaan yang relatif rendah, (4) berkembangnya produk-produk substitusi (sinktis), clan (5) adanya proteksi dari negara-negara maju.

Ki.dua, dari sisi penawaran

(internal), yang paling penting adalah kekakuan struktural sistem produksi di negaral
produsen hasil pertanian, seperti terbatasnya sumberdaya, iklim yang tidak menguntungkan, sistem kelembagaan yang relatif terbelakang, dan adanya struktur sosial
ekonomi yang tidak prduktif (Tbdaro, 1983).
Qleh karena itu, berbeda halnya dengan produk-produk manufaktur, laju
pertumbuhan volume perdagangan produk-produk pertanian lebih kecil daripada laju
pertumbuhan praduksinya (Affif, 1990 : 'Rxlaro, 1983). Mengenai komoditas lada
misalnya, tercatat bahwa selama dua dekade terakhir, laju pertumbuhan produksinya


sebesar 4.96 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan ekspornya rata-rata 3.72
p e r m (IPC, 1969-1991).

Dalam studi ini akan dikaji ekonomi lada dunia dan dampaknya terhadap
pengembangan lada nasional. Dalam hal ini yang menjadi fokus analisis tidak saja
menyangkut arus perdagangannya, tetapi juga produksi dan struktur pasar serta kebijakan-kebijakan yang ada selarna ini

.

lknaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama
dibudidayakan terutama di Indonesia, Brazil, India, dan Malaysia, yang merupakan

ncgara prdusen dan ptngekspor utama lada dunia. 'lhnaman ini dapat berkembang
dengan baik karcna didukung oleh adanya faktor bawaan (factor endowment) yang
dimiliki masing-masing negara, seperti sumberdaya dam, tenaga kerja, dan faktor
iklim yang mendukung (daerah tropis).

Peranan dan karakteristik pengusahaan

komoditas la& di keempat negara produsen tersebut dapat dilihat dari beberapa hal,


seperti sumbangannya terhadap produksi dan ekspor dunia, sumber devisa dan pendapatan petani, serta segmentasi pasar m b e l 1).

nbel 1. Peranan Komoditas Lada Bagi Negara Produsen
Uraian

Indonesia

Sentral produksi

Brazil

brnpung-Bangka

Malaysia

India

Pan


Pmgsa produksi dunia (%)

25.74

19.50

Pangsa Pasar Internasional(96)

26.58

22.07

Sumbsr devisa di sentra produksi (I)
Sumber peadapatnn petani diseam prodhi (96)

Pangsa &por hasil pertrnian
T-ga

kerja tet8crap (orang)


K e d u d h sebegai penghnsil
devisa*)

kelima

kelima

ketiga

Pol. budidaya

Semi intensif

Intensif

Intcnsif

Segmcntasi Pasmr Ekspor

Keter.ngM:


Sukr

*)

Amerika Utan dan Eropa
Barat

Arnerika Uta- Asia Pasin don Eropa m, & AfBarat
rilu

Ranking sebagai penghasil &visa dari kanoditas pertmian
Indonesia, kelilsr setelah karet, sawi t, kopi , dan teh.
Brazi 1, k e l i l w setelah kopi, kedelai, gula, den kakao.
Malaysia, ketiga setelah karet dan sawit.
India, k-t
setelah pimng, kelapa, dan kopi.

: 1. BadeandSmit, l W 1
3. George and Lakshmanachar, 1981.

5. H w md Kheng, 1981
7. Pande, 1979

Ekstemif
Eropa Timur dm
Soviet

di:

2. George
&, 1981
4. Hasyfm den Gorwrrsycrh, 1991
6. Nasution a d Syamsu em@
1981
,
8. Uaard and Houtmn, 1978.

Sebagaimana terjadi pada semua komoditas pertmian, masalah pokok
adalah adanya persoalan fluktuasi harga dalam jangka pendek (short run) dan'


meningkatnya kompetisi &lam jangka panjang (long run) yang dialami obh
industri negara -ncgam produsen. Masalah jangka panjang sering menimbulkan
kornplikasi dengan rnasalah ketidakstabilan penerimaan ekspor (devisa) yang
disebabh

--

meskipun tidak secara eksplisit

-- oleh adanya ketidakstabilan

harga-harga. Hal ini dapat terjadi karena pembahan yang bersifat siklikal atau
struktural (Affendi Anwar (1993).

Perckono~niamlada dunia, secara siklis dapat ditunjukkan oleh Gambar 1
bahwa, perkembangan harga lada di pusat pasar dunia -- Singapura, London, dan

--

New York


dalam dua dekade terakhir sangat fluktuatif.

Fluktuasi tersebut

ta~npak erat kaitannya dcngan perkcmbangan produksi lada dunia.

Sarnpai

dengan tahun 1978 produksi dunia mengalami kenaikan rang relatif stabil dan
secara berangsur-angsur diikuti pula oleh kenaikan harga lada dunia. Dari tahun

1979 hingga 1982, produksi naik lebih cepat, sehingga harga menurun tajarn dan
mencapai ti tik minimum pada tahun 1983. Selanjutnya karena produksi kembali
~ncnurunhingga 1986, maka harga naik mulai tahun 1983 dan mencapai puncaknya tahun 1987. Setelah itu kembali lagi produksi mulai membaik, akibatnya
harga mcrosot tajam (Lampiran 1).

Dalarn pada itu konsumsi lada dunia cende-

Harga (000 U~$/ton)


51

1

I

1

I

I

I

1

1

1


l

1

1

1

1

1

1

1

1

1

71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91

Tahun
Gambar 1 & & p b a n - a e

In~nlcmasio@

rung meningkat di berbagai kawasan dunia, kecuali di kawasan Asia-Pasifik

(Tabel 2). Peningkatan konsumsi berkisar antara 1.30 - 18.75 persen per kapita
per tahun, terendah di kawasan Amerika dan yang tertinggi di kawasan Tirnur
Tengah. Tingginya peningkatan konsumsi di kawasan Timur Tengah disebabkan
pengaruh pola konsumsi Eropa.
Tabel 2. Konsumsi Lada Per Kapita Negara Konsumen
(Gram/kapita/tahun)

Kawasan

T a h u n

Amerika
Eropa Barat

Eropa Timur
Timur Tengah
Asia-Pasifik
Sumber : ITC - UNCTADIGA'IT, 1977-1982.
Adanya kienyataan bahwa, di satu p i M pangsa p a r keempat negara produ-

sen u t a m mat dorninan (94.08 persen), sementara di pihak lain Zntemcrtional
&ppr Community (IPC) -- sebagai badan penata lada dunia -- tempt keempat negara tersebut bergabung, tidak berhasil melaksanakan upaya stabilitas harga melalui
program Minimum Fxpon Price (MEP)-nya selama ini. Dengan demikian menarik
untuk dikaji bagaimana sebenarnya struktur pasar lada dunia selarna ini ?. Apakah
perkembangan harga yang terjadi lebih bersifat siklikal daripada struktural ?. Bagaiamana kedudukan masing-masing negara pengekspor satu sama lain, dan keduduk-

an negara pengekspor dengan negara pengimpor ?. Sebagaimana tarnpak pada Tabel
1 pola budidaya tanaman lada keemgat negara prdusen utama menunjukkan karakteristik yang berbeda. Begitu juga sebagai sumber pendapaban petani dan sumber
&visa.

Menjadi pertanyam apakah keunggulan komparatif masing-masing negara

produsen dicerminkan oleh perbedaan tersebut ?. Sejauhmana kebijakan-kebijakan
masing-masing negara berpengaruh terhadap keunggulan kompetitifnya ?.
Perdagangan la& dunia terpusat pada tiga pasar utama yaitu Singapura,
London, dan New York.

Ketiga pasar ini menguasai 41.82 persen dari pangsa

p a w dunia. $ementara itu sebagaimana dikemukakan pada Tabel 1 ditemui adanya
segmentasi paw. Dalam h d ini misalnya, lada Indonesia yang memasok empat
segmen pasar tersebut bersaing/berkomplemen dengan tiga negara produsen utarna
lainnya. Secara rinci &pat dikemukakan sebagai berikut (Hasyim, 1986): (1) Indonesia dan Brazil bersifat substitusi (saling menggantikan) di wilayah pasar Eropa
Barat clan Asia-Pasifik-Afrika, sedangkan di pasar Amerika dan Eropa Timur bersifat komplemen (saling mengisi), (2) Indonesia dan India bersubstitusi dalam memenuhi impor pada empat wilayah pasar dunia, (3) Indonesia dengan Malaysia bersifat
komplemen di P a w Amerika dan Eropa Timur, sedanglcan wilayah pasar Eropa
Barat dan Asia-Pasifik-Afrik,a bersifat substitusi, dan (4) Indonesia dan negara
pengekspor lainnya bersifat substitusi dalam memasok pasar Eropa Barat dan AsiaPasifik-Afrika.
Wilayah.pasar Eropa Barat umumnya lebih banyak mengimpor la& putih daripada lada hitam clan sebaliknya untuk wilayah pasar yang lainnya lebih banyak
mengimpor la& hitam. Hal ini berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat Eropa
yang sejak dulu menggunakan la& bubuk dari bahan baku lada putih untuk konsumsi
langsung sebagai bumbulpenyedap makanan. Sementara la& hitam sebelum diguna-

kan industri makanan dan farmasi hams diproses menjadi oleoresin dan minyak la&.

Meskipun pada dasarnya komoditas lada ini dikonsumsi oleh seluruh penduduk dunia, akan tetapi dalam ha1 pemasarannya hanya ditentukan oleh kekuatan dan
peranan beberapa lembaga pamasaran, Lembaga tersebut tampaknya lebih dominan
berada pada tiga pusat pasar lada dunia seperti di Singapura, London, dan New
York. Dengan demikian menjadi pertanyaan sebarapa jauh peranan ketiga pasar
tersebut dalam penemuan harga lada di pasar internasional ?. Bagaimana pngaruh
harga lada di pasar internasional terhadap harga di tingkat petani?. A a u dengan kata
lain, faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap perrnintaan dan peraawaran lada di
pasar internasional ?. Bagaimana dampak perubahan faktor-faktor ini terhadap
perkembangan lada nasional ?.

4

'Ibjuan penelitian ini meliputi:
(1)

Menelaah perkembangan struktur pasar lada dunia selama ini.

(2)

Mengkaji keunggulan komparatif tiap negara produsen utama dan sejauh mana
distorsi pasar yang q a d i dalam pengembangan lada di masingmasing n e w .

(3)

Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
lada dunia dan dampaknya terhadap pengembangan lada nasional.

Pmelitian ini diharaplcan: (1) dapat mengungbpkan berbagai tantangan clan
kendala yang dihadapi &lam pengembangan la& dunia &I sekaligus &pat mencari

berbagai alternatif pemecahan yang dapat memberikan keuntungan yang layak bagi
negara produsen dan konsumen dan (2) &pat dijadikan model pendekatan terhadap

masalah yang dihadapi &lam perdagangan komditas pertanian lainnya.

11. TDNJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan ditinjau hasil-hail penelitian terdahulu mengenai penawaran dan permintaan lada dunia, termasuk permintaan domestik dan tinjauan lain
yang relevan. Tinjauan difokuskan pada spesifikasi peubah

madel, cara estima-

si, penafsiran dan kesimpulan yang relevan dengan studi ini.
Untuk memudahkan tinjauan, maka bab ini dibagi menjadi empat bagian
utama.

Pertama, mendiskusikan permintaan dan penawaran lada secara umum.

Bagian kedua, menelaah penawaran la& oleh negara-negara produsen, di samping
mendiskusikan model pendugaan areal, produksi, dan konsumsi.

Bagian ketiga,

mendiskusikan permintam lada oleh negara-negara konsumen, termasuk penanganan
stok (untuk beberapa negara). Bagian terakhir mencoba menyimpulkan hasil-hasil
tinjauan pada tiga bagian yang diuraikan di atas.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada tahun 1971 telah mencoba menganalisis ekspor dan impor lada dunia dengan menggunakan model regresi

OLS dari data ranglraian waktu (time series) periode 1950-1970. Analisis ini bertitik
tolak dari bebetapa asumsi yaitu: (1) penawaran yang digunakan Ine~pakanpenawatlln aktual negara-negara produsen dalam pengertian bahwa, produksi

kini ditam-

bah dengan stok, (2) permintaan negara-negara konsumen mencerminkan permintaan
impor termasuk untuk keperluan stolc, (3) harga lada dunia dapat diwakili oleh harga
lada hitam Lampung di pasar New York yang dideflasi dengan indeks harga perdagangan umum (wholesale price index) Amerika Serikat (1947= 100). (4) tanaman
lada berproduksi dengan baik pa& umur 4-10 tahun, dan (5) permintaan negaranegara konsumen diwakili oleh kelompok negara-negara yang tergabung dalam

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic
Cooperation and Development - OECD).
Dengan menggunakan model persamaan "distributed lag " untuk tujuan
menjelaskan produksi aktual berbeda dengan potensial, karena faktor iklim dan
keputusan jangka pendek dalam tataniaga, maka pengganti peubah jangka pendek
dalam penawaran aktual digunakan peubah penawaran X,_, dan X,_,. Persamaan
penawaran ekspor itu menjadi:

dimana: X adalah ekspor, P adalah harga, t merupakan waktu kini, i yaitu tahun
ke-i, a dan S sebagai koefisien regresi, dan U adalah kesalahan pengganggu.
Hasil analisis penawaran ekspor pada l l b e l 3 secara umum cukup baik (R2

= 0.77), artinya seluruh peubah penjelas dapat menerangkan variasi ekspor
dengan cukup baik. Tetapi secara parsial tiap peubah .penjelas tidak berpengaruh
nyata, sedangkan elastisitas harga kurang dari satu (inelastis).
Dari sisi permintaan impor, spesifikasi model menggunakan peubah pendapatan (Y), jumlah penduduk (N) yang dipakai sebagai indeks, dan peubah dummy (D)
untuk menangkap pengaruh peubah yang bervariasi luar biasa dari tahun ke tahun
tertentu (tidak dijelaskan tahun-tahun mana saja yang dianggap luar biasa). Pendekatan disini dilakukan dari dua sisi, fungsi harga dan fungsi permintaan. Analisis
pendugaan harga dan permintaan (Tabel 4) menunjukkan, bahwa koefisien dari
peubah-peubah penjelas untuk pendugaan harga sangat nyata dan nyata dengan tanda
(slope) sesuai harapan. Nilai koefisien determinasi cukup kuat (R2 = 0.80) yang
berarti seluruh peubah yang digunakan memberi pengaruh cukup besar terhadap
penentuan harga lada di pasar internasional. Sebaliknya persamaan pendugaan

permintaan impor, menghasillcan elastisitas harga dan pendapatan berturut-turut
-0.464 dan 0.565.

Meskipun bersifat inelastis, tetapi cukup menandakan, naiknyar

harga dan pendapatan masing-masing 10 persen akan berdampak terhadap turunnya
impor 4.64 persen dan naiknya impor sebesar 5.65 persen, ceteris paribus.

%be1 3. Pendugaan Penawaran Ekspor Lada Dunia (XJ
Periode 1950 - 1970
-

Peubah
Bebas
Konstanta

Ekspor tahun lalu (7-,)
Ekspor 2 tahun lalu 6 - 3
Harga 4 tahun lalu (P,k)
Harga 5 tahun lalu (Ptt5)
Harga 6 tahun lalu P
(),
Harga 7 tahun lalu (Pt-,)
Harga 8 tahun lalu (P,-,)
Harga 9 tahun lalu &)
Harga 10 tahun lalu (P,,J

Sumber: FAO, 1971.

Koefisien

Nilai-t

-

--

Elastisitas

'hbel4. Persamaan Penduga Harga dan Permintaan
Lada Dunia

Peubah
'I?
Bebas
&

Persamaan Penduga
Hart3 (Log~oPt)
Koefisien

Persarnaan Penduga PerN),
mintaan (M/

Nilai-t

Koefisien

-

Ketenngan : M =lmpor, N =Jumlah Penduduk, P= Harp, Y = GDP, t = W u n ke-t, &n
Sumbcr

:F

--

Elastisitas

.- - -- -

D=Peubah Dummy.

M , 197 1.

Indonesia
Bade dan Smit (1991) dalam menganalisis perkembangan areal tanaman lada
di Indonesia menggunakan peubah areal tahun lalu

(4-,)dan harga tiga tahun lalu

(Pt-,), yang dianggap sebagai peubah konvensional. Peubah yang baru disini adalah

"trend 71 (t,,)".

Peubah ini mewakili dampak pembukaan lahan baru (tanaman

baru) yang giat dilakukan di Kalimantan dm Sulawesi. Hasil analisisnya cukup
baik, karena ketiga peubah yang digunakan berpengaruh nyata dengan koefisien
determinasi 96 persen mbel5).

Pada dasarnya hasil analisis pendugaan produksi oleh Bade dan Smit (1991)
tidak jauh berbeda dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Hasyim (1989).

Bahkan pengaruh peubah areal dari kedua analisis ini sangat nyata terhadap produksi
dengan elastisitas hmpir mendekati satu (0.82 dan 0.95). Koefisien determinasinyapun tidak jauh berbeda, masing-masing 9.74 dan 0.68. Dalam analisis pendugaan prctduksi, Hasyim mencoba memasukkan dya peybah, masing-masing peubah
produksi t-1 dan peubah curah hujan. Ternyata peubah curah hujan berpenganrh
nyata pada taraf 10 persen, artinya bila curah hujan meningkat 10 persen, ceteris
paribus, akan mengurangi produksi 4.2 persen (%be1 5).
Pendugaan konsumsi domestik menurut hasil yang dilakukan oleh Hasyim
(1989) menunjukkan bahwa, pengaruh harga dan pendapatan sangat nyata pa& taraf
sjitu persen, tetapi kemiringan (slope) elastisitas harga bertanda positip, tidak wuai
dengan teori. Hal ini diduga akan berubah jika digunakan harga deflasi, atau rasio
harga, atau harga yang ditransforrnasikan kedalam logaritma.
Selanjutnya dalam pendugaan penawaran ekspor terdapat tiga hasil analisis,
yang ketiga-tiganya mempunyai persamaan dan perbedaan, selain kelebihan dan
kekurangannya.

Hasyim dan Gonarsyah (1991) mendapatkan hasil regresi yang

cukup baik (R2-adjusted = 0.66) dengan seluruh tan& ccrcok dengan teori, meskipun

hanya dua peubah

-- harga clan stok -- yang berpengaruh nyata.

Pajak ekspor cen-

derung mengurangi ekspor jika dinailckm, sedangkan ekspor t-1 berdampak positip

pada ekspor tahun kini.
Penelitian mengenai pendugaan penawaran ekspor yang dilakukan oleh Hasyim (1986) yang menggunakan model kuadrat terkecil dua tahap (Two Stage Least

-

Square 2SLS) memberi hasil cukup baik. Pengaruh peubah harga, areal produktif,

dan laju ekspor efektif cukup nyata dengan elastisitas lebih besar dari satu (E > 1).
Kecuali peubah harga dan areal produktif, peubah laju ekspor efektif berdampak

llibe15. Pendugaan Areal, Produksi, Konsumsi, dan
Penawaran Ekspor Lada Indonesia
-

Peubah Tak Bebas
E l a s t i s i t a s Terhadap
P&h
B h s

b re all

produksil

produksi2

3.26

0.65

10.11

Konstanta
Areat th. tl)
Areal th. t - 1

0.82***

0.95***

0.09

0.55

~onsunsi'

~kspo?

~ k s p o r ~Ekspor La& H i t 4

0.832

9.63
1.591***

0.64***

Harga th. t2)

0.065***

0.305**

1.355.

Harga th. t - 1

1.99***

Harga th. t - 3

0.055+++

Produksi th. t - 1

0.07

t713'
Curah huj an

0.478-

0.18.
-0.42.

Pdpatm

-0.535
0.1 73***

St& th. t - 1

-0.79T)
0.650***

Laju 8kspor e f e k t i f

0.213
-1.152**

Ekspor th. t - 1

0.091

-0.25

Ekspor th. t - 2

-0.01

Ekspor th. t - 5

0.27***

Pajak ekspor

-0.005

Trmd

0.07*

D e v a l w s i 1978

0 .88***

D w a l w s i 1983

0.24

D e v a l w s i 1986

-0.83***
0.35*

Ilurim kamarau 1982

~~-djust.d
Model
Period.

0.96
'

0.74

0.63

0.W

0.66

0.95

OLS

OLS

OLS

OLS

OLS

2SLS

70-88

fJ-88

69-87

69-87

69-89

69-85

Keterangan:
Nyata pada taraf 1.0 persen
+++ Nyata pada taraf 15 persen

***

**

Nyata pada t a r a f 5.0 persen
++ Nyata parla t a r a f 20 persen

Armington
69-87

Nyata p d a t a r a f 10.0 persen
+ Nyata pada t a r a f 25 persen

1) Areal menurut Bade don Smit dihitung secara tote[, tapi menurut Hasyim adalah areal produktif.
2) Harga F 0 8 dipakai m t u k a n a l i s i s Bade dan Smit ( l W l ) , Hasyim (1989), Hasyim den Gonarsyah (1991),
&n ~ &(1991),
i
sedangkan a n a l i s i s ekspor oleh Hasyim (1986) d i g v u k a n harga M i a .
3) tT1ada1.h saat d i u l a i - m a n
teknologi brrru d a l m w r t a n m a n serta perluasan tanaman ke
krbmgai &orah lain.
Subr

: 1.BdedanSmit,lQOl
4. Hasyia. 1986

2. Hasyim, 1989

5. Junedi, lo01

3. Hasyim &n Gonarsyah, 1991

negatip terhadap ekspor, artinya kebijakan devaluasi tahun 1971, 1978, dan 1983
belum mendorong laju peningkatan ekspor lada.
Hasil penelitian Jumadi (1991) menunjukkan eksportir la& hitam Indonesia
banyak dipengaruhi oleh harga yang terjadi di tahun sebelumnya maupun harga
harapan yang mungkin terjadi di tahun mendatang. Elastisitas jangka pendek dan
panjang cukup bear yaitu masing-masing 1.99 dan 1.042. Kebijakan devaluasi
tahun 1978 yang berpengaruh cukup besar, sedangkan kebijakan devaluasi tahun
1986 justeru berpengaruh negatip. Musim kemarau 1982 di Indonesia tidak banyak
mempengaruhi ekspor maupun produksi di Indonesia.
Untuk mengetahui posisi penawaran ekspor la& Indonesia di pasar internasional yang dikaitkan dengan segmentasi pasar, dapat digunakan analisis elastisitas
substitusi hasil penelitian Hasyim (1986) sebagaimana tercantum dalam nbel 6.

Secara umum hasil analisis pada 'hbel6 itu adalah:
(1)

Ekspor lada Indonesia dengan Malaysia bersifat komplemen ( d i n g mengisi)
di Pasar Amerika dan Eropa Timur, sedangkan wilayah pasar Eropa Batat dan
Asia-Pasifik-Afrika bersifat d i n g menggantikan (substitusi).

(2)

Indonesia dan India bersubstitusi &lam memenuhi impor Amerika, Eropa Barat/Timur, dan Asia-Pasifif-Afrika.

(3)

Indonesia dan Brazil bersifat substitusi di wilayah pasar Eropa Barat dan AsiaPasifik-Afrika, mkngkan dipasar Amerika dan Eropa Timur bersifat komplemen.

(4)

Untuk memenuhi impor Eropa Barat dan Asia-Pasifik-Afrika oleh Indonesia

+Ribel 6. Elastisitas Substitusi Ekspor Lada Indonesia dengan
Negara Pengekspor Lain di Pasar Dunia

Negara Pesaing
Indonesia

Pasar Impor
Amerika

Eropa
Barat

Eropa
Timur

Asia-PasifikAfrika

1.50"'

-1.42

1.23"'

-0.60

India

-2.90"'

-1.75"

-4.83"'

-4.36"

Brazilia

0.42

-2.27+ +

1.46

-1.92

Negara Lain

0.18

-1.85

-

-0.76

Malaysia

Ketcrangan:

Sum&

*** Nyata pada taraf 1.0 persen

+ + Nyata pada taraf 20.0 persen

** Nyata pada taraf 5.0

persen

: Hasyim, 1986

Brazil
Bade dan Smit (1991) mencoba melakukan analisis pendugaan perkembangan
areal, produksi, dan penawaran ekspor Brazil. Model pendugaan yang digunakan
adalah persamaan tunggal QLS yang ditransformasi ke dalam logaritma asli, sehingga koefisien-koefisien yang diperoleh merupakan elastisitas peubah bebas terhadap
peubah tak bebasnya (We1 7).
Dengan asumsi data areal yang disajikan oleh IPC merupakan areal produktif, maka harga lada tiga tahun sebelumnya (P,,) merangsang penanaman baru dan

peremajaan (new planting and replanting). %aman lada di Brazil mulai berproduksi tiga tahun setelah tanam. Jadi harga merupakm peubah penjelas yang baik terhaclap areal produktif tanaman lada (nyata pada taraf 5 persen). Luas areal tahun
sebelumnya (A,-,) menghasilkan nilai elastisitas 0.84, artinya areal itu tidak meningkat pa& seluruh waktu secara otonom, meski sangat nyata pada taraf satu persen.

Dari analisis ini hasilnya cukup baik kjirena didapatkan koefisien determinasi 88 per-

sen dan sernua peubah penentu berpengaruh nyata.

'hbel7. Pendugaan Areal, Produksi, dan Ekspor
Lada Brazil

Elastisitas Terhadap Peubah Bebas

Peubah Talc Bebas
Areal'

Produksil

Eksporl

Ekspor Lada
Hitam2

0.81
72-89

0.82
69-87

Konstanta
Areal th. t
Areal th. t- 1
Rasio harga t- l/t-2
--$ta
Produks1 t-1 t
Harga th. t- 1 (FOB)
Harga th. t-3
Ekspor th. t- 1
Ekspor th. t-2
Ekspor th. t-5
Rend (T)
Devaluasi 1978
Devaluasi 1983
Devaluasi 1985
Kemarau 1982
R2

Periode
Model

OLS

0.88
73-88
OLS

OL$

Keteruisan : *+* N p t r prdr trraf 1.0 persen ;
S W r

: 1.

B r d . dul Slllit, 1991 ; 2.

0.84
72-88
Armington
** Nyrtr

pads

taraf 5.0 persen

J m r d i , 1991

Pendugaan produksi temyata sangat dipenganrhi oleh luas areal dan rasio
harga antara tahun t-1 dan t-2. Antara 1978-1989 produksi turun dengan tajam, disaat areal meninglcat dengan cepat. Ini berarti bahwa areal baru
berproduksi -- ikut masuk dalam analisis.

-- tanaman belum

Penawaran ekspor sangat tergantung dengan hasil produksi. Peubah produksi
dihitung dari angka rata-rata, karena masa panen terjadi pada akhir tahun, sehingga
produksi yang diekspor sebagian pada tahun berjalan dan sisanya diekspor tahun
berikutnya.
Peubah harga tidak disertakm dalam model penawaran ekspor karena berpengaruh negatip dan jika dimasukkan sulit untuk dijelaskan secara konkret.

Di

samping itu peobah konsumsi (permintaan) domestik karena relatif kecil terhadap

penawaran ekspor, juga tidak dimunculkan dalam persamaan ini.
Jumadi (1991), melakukan analisis penawaran ekspor khusus lada hitam
Brazil dengan menggunakan model Armington, menghasillcan koefisien deterrninasi

82 persen, tetapi peubah-peubah yang digunakan tidak satupun berpengaruh nyata.
Elastisitas harga jangka pendek dan jangka panjang terh'adap penawaran ekspor
sangat kecil, masing-masing 0.05 dan 0.052. Dengan demikian perilah eksportir
lada hitam Brazil tidak banyak dipengaruhi oleh harga yang terjadi sebelumnya
maupun harga-harga harapan yang mungkin terjadi di tahun-tahun yang akan datang.

Kebijakan devaluasi mata uang Crusados Brazil tampaknya tidak banyak berpengamh terhadap penawaran ekspor lada hitam.

lodia
Hasil-hasil studi ekonomi lada India pernah dilakukan oleh Bade d m Smit
(1991), sedangkan penawm ekspor khusus untuk lada hitam telah dilakukan oleh
Jumadi (1991). Hasil-hasil studi krsebut &pat dilihat pada 'hbel8.
Menurut Bade dan Smit (1991) pendugaan persamaan areal hampir sama
dengan yang ditemukan di Brazil. Perbedaannya yaitu peubah harga yang digunakan
mengambil lag dua tahun (P,& artinya tanaman lada mulai berbuah dua tahun sete-

lah tanam. W u n 1979 dipaka sebagai peubah dummy (d,,) untuk menandakan

areal turun dengan tajam clan pulih kembali pada tahun berikutnya. Ini baik sekali
dipakai pada analisis estimasi areal.
Elastisitas harga terhadap perubahan areal sebesar 0.18, lebih kecil bila
dibandingkan dengan elastisitas harga di Brazil (0.32). Ini menunjukkan, tanaman
%be1 8. Pendugaan Areal, Praduksi, dan Ekspor Lada India
Elastisitas Terhadap Peubah Bebas

Peubah ' h l c Bebas
Areal1

Produksi'

Eksp~rl

Ekspor Lada
Hitam2

0.84

0.66

0.62

0.70

Periode

72-89

71-89

7 1-89

69-87

Model

OLS

OLS

OLS

Konstanta

Areal th. t
Areal th. t-1
Harga th. t-1
Harga Th. t-2
Produksi th. t-1
Rasio hargal)

Ekspor th. t- 1 .
Ekspor th. t-2
Ekspor th. t-5
Dummy 792)

-0
K2

Armington

Krtrr8ng.n : *** Nyrtr prdr t r r r f 1.0 persm ** Yyrtr pad8 t r r r f 5.0 persm
* Yyatr pad8 t r r r f 10 persen
1) Rrsio h a r p -1.h
rrsio hrrgr spot lade hit- Lvlpung tahun t / t - 1 di Ncw York
2) D ~ l n y79 r r t i n y r areal twun &ng.n t r j m nurn pulih k u b l i 1980.
SlAkr

: 1. Bade dn Snit, 1991. ;

2. J w d i , 1991.

lada India sebagian besar umurnya sudah lebih dari 20 tahun. Oleh karena itu perubahan relatif areal makin berkurang dan konstanta dalam persamaan menjadi lebih

besar.
Produksi lada di India sangat bervariasi dan bila produksi ini dipakai untuk
estimasi, akan bersifat subyektif. Oleh sebab itu hubungan antara produksi dan areal
agak lemah. Elastisitas areal terhadap produksi hampir mendekati nilai 1.O, artinya
bila areal naik dua persen akan mengakibatkan produksi naik mendekati dua persen.
Penggunaan trend 1970 dimaksudkan sebagai perubahan teknologi khususnya pemakaian varietas unggul sejak 1970, meski hasilnya belum memuaskan. Koefisien
peubah trend sangat kecil, hanya menaikkan areal sebesar 0.001 persen per tahun.

Pada tahun-tahun terakhir ini peubah harga berpengaruh nyata terhadap
produksi. Dua kemungkinan ha1 ini terjadi: (1) Penggunaan pupuk dan pemeliharaan
yang baik

--

termasuk penggemburan (pembumbunan) disekitar tanaman

-- lebih

efektif. Tingginya harga pada tahun-tahun terakhir juga memberi insentif lebih be-

sar, dan (2) Petani-petani tidak menjual langsung setelah panen tetapi mereka s i m p
sementara (stok). Jika stok pada tingkat petani bukan bagian angka produksi, maka
jelas bila harga naik, petani segera menjual dan ini seolah-olah sebagai kenaikan
produksi. Berlawanan dengan itu, jika harga turun, petani enggan menjual. Apabila

alasan t e a r yang masuk akal, maka akan lebih baik menggunakan harga tahun

kini w
a
i peubah penjelas.
Penawaran ekspor sebagian besar tergantung dengan produksi tahun-tahun
terakhir, karena data ini dapat diatur dan dikuasai. Peubah lainnya yaitu peubah
rasio harga (harga spot lada hitam Lampung t/t-1 di New York) yang mencerminkan'
pengaruh prubahan harga stok yang ada pada pedagang-pedagang. Dapat dicatat,
jika w a d i kenaikan harga secara cepat, maka jumlah total ekspor melebihi produk-

Pendugaan ekspor lada hitam menurut hasil penelitian Jumadi (1991) didapat-

kan elastisitas harga terhadap ekspor dalam jangka pendek 0.53, sedangkan elastisitas jatlgka panjangnya 0.166.

Artinya prilaku eksportir la& hitam lebih banyak

ditentukan aleh terjadinya perubahan harga pada tahun sebelumnya daripada harga

harapan yang mungkin terjadi di tahun yang akan datang.

Bade dan Smit (1991) menyatakan, untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan areal sulit dilakukan, karena data areal yang
berkaitan dengan produksi tidak sejalan. Justru hal ini menjadi pertanyaan, apakah
data areal yang keliru atau produksi yang berubah dengan cepat Wbel9).
Analisis produksi menggunakan peubah produksi tahun sebelumnya (t-1) dan
harga yang berlaku dua tahun sebelumnya (t-2). Argumentasinya bahwa, untuk peubah produksi tahun lalu merupakan indikator dari pengaruh petani yang relatif kaya

clan prilaku spekulatif para eksportir. Peubah harga dua tahun sebelumnya mznandakan tanaman mulai berproduksi dua tahun W l a h penanaman. Dua peubah bebas
ini berpengaruh sangat nyata -- pada taraf 1.0 persen

-- dengan koefisien determinasi

sebesar 73 persen.

Periiaku penawaran ekspor sangat dipengaruhi oleh peubah produksi kini (tahun t) dan tahun sebelumnya (t-1). Meskipun pengaruh dua peubah tersebut menghasilkan koefisien determinasinya 95 persen, tetapi elastisitasnya rendah (bersifat
inelastis). Di sarnping itu peubah harga terbukti berkolinearitas ganda, sehingga
hasil analisis kurang akurat jika peubah ini disertakan dalam model.
Di lain pihak hasil penelitian Jumadi (1991), menyatakan perilaku eksportir

dalam penawaran ek$por lada hitam hampir sama dengan yang terjadi di Brazil.

Persamaan ekspor la& hitam sedikit dipengaruhi oleh harga t-1 dan harga harapan
di tahun yang akan datang seperti ditunjukkan oleh elastisitas yang relatif kecil.
lhbel9. Pendugaan Produksi dan Ekspor Lada Malaysia

Elastisitas Terhadap
Peubah Bebas
Konstanta
Produksi th. t
Produksi th. t- 1
Ekspor th. t
Ekspor th. t-2
Ekspor th. t-5
Harga th. t
Harga th. t-2
Rend
R2

Periode
Model

Peubah 'Thk Bebas
Produksil

Eksporl

Ekspor Lada
Hitam2

1.48

0.24
0.79"'
0.18"'

5.09

0.73
72-89

0.95
71-89

OLS

OLS

0.81
69-87
Armington

0.90"'

Y e t e r g a n : *** Nyata prd. taraf 1.0 persen ;
S W r

: 1. 6.d.

**

Yyata pIclr taraf 5.0 parsen

dm hit, 1 9 1 ; 2. Juardi, 1 9 1

Negara pradusen lainnya adalah Madagaskar, Sri Lanka, Thailand, Vietnam,
Costa Rica, dan RRC. Data yang tersedia, baik areal, produksi maupun ekspor kurang lengkap, sehingga analisisnya belum

mencerminkan kondisi sebenarnya.

Namun demikian Bade d a ~Smit (1991) mencoba melakukan pendugaan ekspor,
khusus untuk negara Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam yang dipandang cukup layak
m b e l 10).

'kbel 10- Pendugaan Ekspor Lada Tiga Negara Produsen

Elastisitas Terhadap
Peubah Bebas
Kon stanta

Peubah 'IU Bebas (Ekspor)
Sri Lanka

Thailand

Vietnam

0.38

2.25

4.29

1.87"'

T75

0.91"'

T8r

Rasio harga
Harga Spot Lada
Lampung di New York
R2

Model
Periade
:

-- *+*
-

2.87"'
2.15"'
0.39

0.65

0.99

OLS
71-88

OLS
75-89

OLS
84-88

rdrlah nyata pada taraf 1.0 prrsan.
Rasio harga adalah harw spot Lada hitam L l n p n ~d i New York thn. t/thn. t - 1
Trend ( 1 ) 70, 75, atau 84 merwkan trend linear digunakan sebagai estiamsi penggunam teknik pertanian yang baMr atau p e r b h m teknik bercocoktclruua.

Pada tabel tersebut, khususnya peubah harga mempunyai elastisitas yang be-

sar (E > I), artinya harga sangat kuat berpengaruh terhadap ekspor di negara Thailand dan Vietnam. Yang menarik disini, harga lada hitarn Lampung di New York
berpengaruh dalarn menentukan perkembangan ekspor kedua negara. Dengan kata
lain, naiwturunnya harga spot lada hitam Lampung akan berpengaruh terhadap
naiwkuvnnya volume ekspor lada Thailand dan Vietnam.

Negara Singapura dan Hongkong merupah negara yang berperanan sebagai pasar transit (entreport) dalam perdagangan la& dunia. Hasil-hasil analisis ekonometrika lada yang &pat diperoleh sampai saat ini hanya menyangkut aktivitas per-

dagangan di Singapura, sedangkan informasi pasar lada Hongkong belum tersedia.
Analisis ekspor dan impor yang dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) maupun,
oleh Jumadi (199 1) untuk Singapura menunjukkan bahwa ekspor Singapura lebih

besar dari impornya, rata-rata 10 000 ton tiap tahun. Hal ini terjadi karena sebagian
perdagangan atau transaksi berlangsung di atas kapal.
lhbel 11 menunjukkan impor Singapura dipengaruhi oleh ekspor Malaysia,
tetapi untuk masa mendatang Badan Pemasam Lada Malaysia (Malaysian Pepper
l'hbel 11. Pendugaan Ekspor dan Impor Lada Singapura
Peubah Bebas

Impor')

Eksporl)

Konstanta

4268.46

-

Eksporz)
Lada Hitam

0.69"'

Ekspor la& Malaysia

Harga lada hitarn Lampung di New York

2553.39"
0.15

Harga FOB th. t- 1

- 0.14++

0.17+ +

Selisih %,-CPw3)

0.99"'

Impor Singapura
Ekspor th. t- 1

0.23

Ekspor th. t-2

0.34

lkend

0.09"'

Model

OLS'

0
s
'

Armingtonb

Periode

75-89

75-89

69-87

--

Keter.ngan :

***

Nyrtr pKk t r r r f 1.0 p r s e n
++ Nyatr prdr t r r r f 15.0 p r s m

**

Nyatr perla t r r r f 5.0

-

1) Kocfi8i.n ragre8i ti&k ram dangan e l r s t i r i t 8 s .
2) Uocfi8i.n rogresi = r l r s t i s i t r s .
3) Xprw-Cpr
8 e l i a i h ekspor negrra produren don k w - i

S h r

:

a. Bade don Snit, 1W1 :

b. Junmdi, 1991

pr8m

negarr non produsen.

'

Marketing Board) berusaha mengekspor langsung ke negara konsumen. Fungsi Singapura sebagai "entrepon" dijelaskan dengan baik oleh peubah selisih total ekspor
negara produsen dan jumlah konsumsi negara non produsen (Xprw - Cpw) yang diestimasi dari perubahan stok negara non prudusen. Singapura diharapkan mengim-

por sebagian dan sisanya sebagai "carryover" stok negara konsumen. Hal ini dioerminkan oleh tanda negatip pada persamaan ekspor. IMam persamaan impor, koefisien karga lada Larnpung di New York nyata dan positip pada taraf 5.9 persen.
Artinya bahwa, pedagang-pedagang la& lebih tertarik beroperasi bila harga tinggi.
Di lain pihak menurut hasil penelitian Jumadi (1991), reekspor la& hitam
Singapura cenderung menurun tiap tahun, rata-rata 9.52 persen. Perilaku eksportir
Singapura juga tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan harga, seperti yang ditun-

julrkan oleh elastisitasjangka pendek sekitar 0.15.

Paling tidak ada empat hasil penelitian ekonomi lada di Amerika Utara

--

Amerika Serikat dan Kanada --,khususnya analisis ekonomtrika mengenai konsumsi,
impor dan perubahan stok. Bade clan Smit (1991) mencoba membuktikan model
konsumsi dan stok, yang menurut mereka sungguh amat sulit. Masalahnya, kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya volume lada kualitas ASTA. Jika keadaan
iklim kurang mendukung, maka suplai kualitas ASTA juga lebih terbatas.
Pa& nbel 12 menunjukkan, pendapatan per kapita di Amerika Utara berpengaruh sangat nyata terhadap permintaan bersih komoditas lada, dan bahkan elastisitasnya hampir mendekati nil& satu (0.92). Permintaan untuk konsumsi Amerika

Utara diperkirakan sama dengan konsumsi pada negara-negara MEE.

Dalam permaan perubahan stok, peubah dari perubahan total ekspor Brazil
dimasukkan ke dalam model selain peubah harga lada hitam Lampung di New York

dan selisih total ekspor negara produsen dengan konsumsi negara non produsen

-C ) .

6,

Masuknya perubahan total ekspor Brazil mengingat besarnya jumlah penga-

,palan lada ke Amerika Serikat yang tidak terjual. Hasil analisis ketiga peubah ini
berpengaruh nyata dan positip terhadap perubahan stok. Dasar pemikirannya adalah,
perubahan stok dipengawhi oleh kelimpahan relatif dari kualitas lada yang baik atau
karena dipengaruhi oleh harga harapan. Artinya bila harga naik mereka diharapkan
meningkatkan stok dan jika harga turun, volume stok selanjutnya menurun.
Analisis permintaan impor, khusus untuk Amerika Serikat yang dilakukan
oleh Hasyim (1986) dengan menggunakan model 2SLS menunjukkan peubah harga
lada dunia tidak berpengaruh nyata. Artinya, bila harga berubah, tidak mengakibat-

kan importir Amerika Serikat drastis mengubah volume impor, walaupun slopenya
positip (0.34). Fakta menunjukkan rata-rata impor Amerika Serikat 27 508 ton per
tahun atau berkisar antara 19 354 hingga 38 145 ton. Kecuali tahun 1970 dan 1980,
volume impor tahun-tahun lainnya menunjukkan peningkatan. Dua peubah lainnya

yaitu, stok dan pendapatan, mempunyai tanda yang sesuai, meskipun elastisitasnya
sangat rendah.
Menurut Jumadi (1991), impor la& hitam Amerika Serikat mempunyai elas-

tistas haqp atas perrnintaan yang elastis, baik elastisitas harga langsung maupun
elastisitas substitusi, berturut-turut -1.17 dan 1.O8, sedangkan peubah pendapatan
bersifat inelastis. Impor lada hitam Amerika Serikat cenderung meningkat sebesar
3.15 persen per tahun.
Analisis pendugaan konsumsi model OLS oleh FA0 (1972) untuk Amerika
Serikat dan Kanada mcnyatakan, elastisitas pendapatan menunjukkan prospek yang
cukup masuk

M . Elastisitas harga atas permintaan yang sangat rendah berarti

bahwa, perubahan harga berdampal< sangat kecil terhadap impor bersih (untuk konsumsi). Dengan kata lain sulit sekali meningkatkan penjualan dengan pernotongan
harga. Selain dari itu elastisitas harga yang rendah berindikasi, bahwa harga yang
w a d i dari waktu ke waktu tidak stabil.

Fleksibilitas harga menunjukkan, satu

persen peningkatan penawaran, ceteris paribus, akan menurunkan harga yang berki-

sar antara 11 hingga 12.50 persen.
'Ribel 129 Pendugaan Konsumsi, Perubahan Stok, dan
Impor Lada Amerika Utara
Impor/Kapi t a
Amerika Utara

Peubah
6Sb.s

Konrt8ntr

2.93

P m l r p r t a n / k r p i tr

0.92***

Konsunsi/
Konsunsi
Perubnhan
Inpor
Impor
Stok h r i - Amerika
Lada H i - Kapita h-/Kapita
ka Utara
Serikat
tam USA
ka Serikat
Kanada

Perthahen Total Ekspor B r a z i l i r
Perubrhm hrrga Lada
h i t # L v l p u n ~d i N.Y.
(konrten 1980)
(Xprw

-

Cpw)

Hargr Dunia (W)
Stok A w l
Pendapatm Anwrika
Serikrt
Wrrgr L d a H i t r
Mars8 L.d. P u t i h

3
Per iode
Model
Keterangan : ***
++
1)
2)
SuRkr

:

8.

Nyata
Nyatr
Nilri
Inpor

pula t a r a f 1.0
pula t r r a f 20.0
K o e f i s i m tidak
I k a p i t a Anwrikr

Bad8 d8n Snf t, 1991

persm
** Nyatr pad8 t a r a f 5.0 p e r s m
persm
ram dmgan E l a s t i s i t a s paubeh ybs.
Utara = perkiraan kens-i + perkiraan parubahan stok

b. Hrsyin, 1986

c. Junndi, 1W1

d. FAO, 1972

Hasil-hasil penelitian ekonomi lada di negara-negara MEE yang pernah dilakukan dapat dilihat misalnya oleh Bade clan Smit (1991), Jumadi (1991), dan FA0
(1972).

Penelitian ini meliputi permintaan impor total, impor bersih per kapita

(konsumsilkapita), dan perubahan stok. FA0 menganalisis konsumsi beberapa nega-

ra MEE, misalnya Jerman Barat, Perancis, Inggris, Italia dan Belanda (Thbel 13).
Menurut Bade dan Smit (1991), untuk memperoleh dugaan konsumsi yaitu
dengan meregresikan impor per kapita terhadap pendapatan per kapita. Kemudian
diasumsikan sisa konsumsi (residual) sama dengan perubahan stok.

3adi total

konsumsi merupakan penggwdaan impor per kapita dengan jumlah penduduk.
Di Eropa, harga tetap terkendali sejauh formasi stok diperhatikan. Buktinya
bahwa, perubahan stok tergantung dengan perubahan harga. Jadi jika harga naik
dengan cepat, stok segera diadakan. n p i jika kenaikan harga konstan, stok tidak

akan terpengaruh. Hal ini perlu ditekankan, karena bagaimanapun stok umumnya di
negara-negara konsumen tidak terlalu besar clan ada kecenderungan lebih mengecil
sejalan dengan perbaikan fasilitas transpor dan komunikasi.
Hasil analisis impor lada hitarn MEE oleh Jurnadi (1991) yang menggunakan
model Armington, meaunjukltan dalam keadaan ce&s paribus, setiap penurunan satu persen harga riil lada hitam hanya menyebabkan peningkatan permintaan impor

lada hitam sebesar 0.36 persen. Tiap satu persen peningkatan harga riil lada putih

hanya meningkatkan permintaan impor lada hitam 0.35 persen. Elastisitas pendapatan wilayah MEE terhadap permintaan la& hitam juga bernilai rendah (0.46),
artinya pendapatan naik satu persen hanya menaikkan impor lada hitam sebesar 0.46
persen. Selain itu ada kecenderungan impor lada hitam oleh MEE meningkat, tetapi
relatif kecil yaitu 0.65 persen per tahun.

Tmbel 13 Pendugaan Elastisitas Permintaan Domestik
dan Impor Lada Negara-Negara MEE
lnpor
Bersih/
Kepi t a
ME

Plub.h
Bebas

PerubrhM Stok

lnpor
L.6
Hftm
ME

IKE~)

1-r
Bersih/
Kapita
Jer-Bar

1-r
Bersih/
Kapita
Perancis

-0.29***

-0.18

lnpor
Bersih/
Kapita
lnggrfr

lnpor
Bersi h/
Kapfta
Italia

lnpor
B a n i h/
Kapita
Belanda

(Xprw'Cpu)
Harga Lada

-0.19*+ -0.08

-0.29.

Harga Lada

nit-

Harga Lada
Putih

--

iiz

0.85

0.77

Period.

71 -89

75-89 ,

Model

OLsa

OLS'

Keterangan :

Sunkr

- *****

-

69-87

55-70

~ r r a i n g t o n ~ OLsC

55-70

55-70

55-70

0Lsc

0LSc

asC

55-70
0Lsc

Nyata pada t a r a f 1.0 persm
Nyata pada t a r a f 10.0 persen
Hyrta pa& t a r a f 5.0 persen
++ Hyata pedr t a r a f 20.0 persen
1) Koefisicn-koefisien persunean Perubahan Stok bukan n i l a i e l a s t i s i t a s
2) A r p s d r = Perubahan harga lada h i t m L
m d i N.Y. &lam Special Drawing Right
(harga konstan 1980).

: a. Bade d m Smit, 1991

b. Junadi, 1991

c. FAO, 1972

Hasil analisis FA0 (1972), menunjukkan elastisitas penclapatan secara umum

--

kecuali Inggris

-- lebih besar dari 0.50, bahkan elastisitas pendapatan

Negeri

Belanda lebih besar dari satu (1.23). Rata-rata untuk MEE, elastisitas penclapatan

sebesar 0.62, artinya pendapatan naik satu persen, impor meningkat 0.62 persen.
Elastisitas harga umumnya sangat rendah, berkisar antara -0.08 hingga 0.29.
Dengan demikian rata-rata elastisitas sebesar -0.2 1, artinya satu persen meningkatnya harga, impor la& MEE berkurang hanya 0.21 persen. Sebaliknya fleksibilitas

harga rata-rata sebesar -4.76, artinya S@J persen meningkatnya penawaran, ceteris
paribus, akan menurunkan harga 4.76 persen.

'

Permintaan lada di Jepang lebih tergantung dengan GDP daripada peubah
yang lain. Perubahan pola makan masyarakat Jepang di luar ~ m a hterhadap ma-

kanan yang siap dimakan (fast food) sangat menonjol. Hal ini dipengaruhi oleh pola
konsumsi dari Barat. Perubahan budaya secara umum, terrnasuk pembahan selera
dimasa depan lebih terbuka sepanjang meningkatnya GDP. Pengaruh GDP terhadap
konsumsi lada di Jepang sangat nyata sekali (Tabel 14).
Menurut hasil penelitian FA0 (1972), elastisitas pendapatan relatif cukup

besar (1.36), hampir sarna dengan hasil analisis yang ditemukan oleh Bade dan Smit.
Elastisitas harga sangat kecil (inelastis), artinya pengaruh harga terhadap impor lada

Jepang sangat kecil sekali, meskipun tanda slopenya sesuai dengan yang diharapkan.
'Ihbel 14. Pendugaan Konsumsi dan Impor Lada Jepang
Elastisitas Terhadap Peubah Bebas

Impor Bersih
Jepangz

Konsumsi
JepangI

Konstanta

Impor Lada
Hitam Jepang3

2-09

2.4701

- 0.08

Harga
Pen&patan/Kap.

0.98"'

1.36"'

Harga Lada Hitam

0.17

- 0.41

Harga La& Putih
W u n (T)

0.07"'

R2

0.97

Periode

1955-70
OLS

Model
Keterurgur :

m

r

- 0.45

*** Nyrtr

: 1. B&

pda t r r r f 1.0 pcrsen ;

d.n smit, iwt ; 2.

FAO,

**

+tr

ion

prdr t r r r f 5.0 persen

; 3. ~mudi,1 9 1

0.81
1969-87
Armington

Di sisi lain hasil penelitian Jumadi (1991), menunjukkan permintaan impor
lada hitam Jepang masih relatif kecil, rata-rata 2 842 ton per tahun (2.57 persen dari

total impor dunia). Permintaan ini tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan harga

dan pendapatan. Namun demikian impornya cenderung meningkat tiap tahun, ratarata 7.57 persen.

Timur dan Uni Sovid
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi bahan makanan di Eropa Timur
dan bekas Uni Soviet sangat erat.

Lebih besar pendapatan berarti lebih banyak

konsumsi daging dan sosis. Hal ini berkaitan langsung dengan makin banyaknya
jumlah konsumsi lada (Bade clan Smit, 1991). Analisis pendugaan perubahan stok
dipengaruhi oleh harga secara negatip -- meskipun tidak nyata

-- ,

artinya ketika

penawaran lada berlebih, harga akan jatuh (Xibe1 15). Peubah selisih total ekspor
negara produsen dengan total konsumsi negara konsumen
positip dengan taraf nyata 20 persen.

O$,

- C,,,)

berpengaruh

Artinya jika selisih konsumsi dunia naik

sebesar 1 000 ton, stok hanya meningkat 80 ton.
Hasil analisis permintaan impor lada hitam negara bekas Uni Soviet menunj ukkan , parameter-parameternya kurang tepat, sehingga interpretasi ekonomi, predik-

si clan simulasi tidak &pat dilakukan. Untuk mengatasi kondisi ini, digunakan hail
analisis yang dilakukan Krause (1978) dalarn Jumadi (1991), yaitu elastisitas harga
dan pendapatan dari terhadap permintaan impor lada hitam masing-masing sebesar

-0.38 dan 0.45. Artinya dengan meningkatnya harga, impor lada turun 0.38 persen
atau sebaliknya, ceteris paribus. Jika pendapatan naik satu persen, ceteris paribus,
impor lada hitarn naik 0.45 persen atau sebaliknya.

%be1 15. Pendugaan Permintaan Domestik dan Impor Lada
Eropa Timur dan Uni Soviet
-

Elastisitas Terhadap
Peubah Bebas

Konsumsil
Kap. Eropa Timur
& Soviet

Konstanta

4.89

GDP

0.74

Perubahan
Stok Eropa Timur
& Sovietl)

Impor Lada
Hrtam
Uni Soviet

a rpsdr
wpm

- CPW)

Harga Lada Hitam
Harga Lada Putih

' M u n (T)
K2

Periode
Model
K e t e r a n g ~ : ++ Yyata pada taraf 20 persen
1) Koefisien pada persemian Perubahan Stok bukan n i l a i elastisitas
2) Uasi l Penelitian Krause &lam Junadi, 1991.
Surkr

: a. Bade den

wit,

1991

b. J m i , 1991

Untuk mendapat gambaran perilaku impor negara-negara pengimpor lainnya

(sisa dunia) hampir tidak mungkin dapat dilakukan satu demi satu. Untuk itu negaranegara kawasan sisa dunia ini dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing Afrika
Utara clan Timur Tengah, Asia-Pasifik, Sisa Eropa, Amerika Latin, dan Sisa Afri-

ka. Waupun semua kelompok &pat diwakili oleh hasil penelitian yang ada, tetapi
dapat dilihat ada beberapa negara yang ditarnpilkan dalam analisis regesi sesuai
dengan inforrnasi yang diperoleh (Tabel 16).

'Gibe1 16 Pendugaan Pemintaan Domestik, Konsumsi, dan
Impor Bersih Negara-Negara Sisa Dunia
Negara-Negara Sisa Dunia
TinrrrfengahA f r i k a Utara

Elastisitas
Terhadap P-h
B.brr

AsiadanPasifik

SisaErope

Irpor Inpor
lnporl) Konsunsi Konsun- Inpor
Bersih Bersihl Bersih Australia s i
Bersih
L SelanKapi t a
Marokko
d i a Baru

Korwtanta

1.66

Amerika Latin2)

Sisa Afrika

Korwun- Inpor
Impor
si
Bersih Bersih
Argentina

Korwm- Irnpor
si
Bersih

1.13

0.94

1.18

1.89

4.86

4.97

-0.251

2.74

3.17

0.50

0.81

0.87

0

0.91

0.04

0.30

0.35

0.26

0.40

5s-a

n-ss

70-ss

71-89

m-as

71-88

55-69

70-88

70-88

OLsa

OLS.

OLS'

asa

OLS'

OLS"

OLS'

OLS"

Pudqmtanl
kapi t a

k-a
Inpor t - 1
~

~

3

'

rP.dr

Ekspor Brazilia

RZ

0.92

TO-ss

Per iod.
Clodcl

asa

Keterangan :

OLsb

asa

Nyata pada t a r a f 1,o p e r m " Nyata pada taraf 5,O persen ++ Nyata pada t a r a f 20 persm
-1)- K***
o n s w i Timur T q a h s a m den~mp e r k i r a m inpor
Inpor k r s i h Asia-Pasifik d i lurr negara-negara Cina, Singapura, Australia, den Selandia Baru.

2) IPpor A m r i k a L a t i n d i Luar M g r r a
3) 088 adalah s c b s l u 1906=O, setelah
tentang Ida, yang s r t w l u y . data
( p t b r + p & 1 - ~ ~ ~d) /a2l a h harga r o t a
rpsny adatah hrrga spot lada h j t w

--

Sunkr

71-89

: a. B&

dm Smit, l W 1

Brazi 1
1986.1, karma Swiss n u l a i 1988 menyajikan data impor mrrni
illpor digadengan Cabe dan Pimento.
Ida B r a z i l i a d a r i tahun k i n i dan s e k l u m y a .
rats-rata t a h v u n d i New York, konstan 1980, cents US/kg.

b. FAO, 1972

Model persamaan impor di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara telah
dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) secara agregat. Justifikasi pernodelan, selain
menggunakan peubah pendapatan (GDP), juga mengintrodusir peubah boneka
(dummy) untuk @ode
lonjakan harga minyak.

1980-1983 yang menandaltan pada waldu tersebut terjadi'
Meskipun elastisitas peubah dummy kurang dari satu

(E < l), tapi uji-t sangat nyata dan peubah ini tidak mempengaruhi konsumsi secara
proporsional. Selain itu peubah pendapatan bersifat elastis, artinya jika pendapatan
naik satu persen berdarnpak meningkatkan impor bersih 1.37 persen.
Sebagai perbandingan, FA0 (1972) juga telah mencoba menganalisis dengan
model OL$ mengenai pengaruh pendapatan per kapita dan harga terhadap impor
bersih negara Marokko (salah satu negara di kawasan ini). Hasilnya menunjukkan
nilai-nilai elastisitasnya sangat rendah, bahkan pengaruh pendapatan per kapita tidak

sesuai dengan teori.
Selanjutnya analisis impor bersih dan konsumsi di empat kawasan yang lain
juga telah dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) di samping analisis impor bersih
Argentina yang dilakukan oleh FA0 (1972). Hasil-hasil analisis tersebut ada yang
cukup baik dan ada pula yang belum memberikan interpretasi ekonomik yang layak.
Misalnya hasil-hasil analisis untuk kawasan Amerika Latin dan negara sisa Afrika.

Dari tinjauan hasil-hasil penelitian di atas &pat disimpulkan, bahwa umumnya analisis yang dilakukan peneliti-peneliti banyak menggunakan model OLS.
Banyak peubah secara teoritis memiliki slope yang sesuai, tetapi ada beberapa diantaranya tidak sesuai.

Spesifikasi model maupun elastisitasnya belum cukup

menggarnbarkan keadaan yang layak. Selanjutnya diperoleh indikasi negara produ-

sen dalam perdagangan lada dunia bersifat sebagai penerima harga (price taker).

Beberap kesimpulan hasil-hasil analisis pendugaan areal, pruduksi, konsumsi, penawaran ekspor clan permintaan impor dari uraian di atas dapat dinyatakan
sebagai berikut:

m,
dalam analisis ekspor dan impor lada dunia secara umum menunjukkan peubah harga dan pendapatan bersifat inelastis. Artinya, kornditas lada
seperti yang terjadi pada komoditas pertanian lainnya bersifat musiman dan harga
sangat labil.

&&, perubahan dan perkembangan areal tanaman lada s a t kini sangat
ditentukan oleh kondisi da