Efikasi Suplementasi dan Fortifikasi Vitamin A Pada Minyak Goreng Terhadap Status Vitamin A dan Faktor Imunitas pada Air Susu Ibu

EFIKASI
SUPLEMENTASI DAN FORTIFIKASI VITAMIN A PADA
MINYAK GORENG TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN
FAKTOR IMUNITAS AIR SUSU IBU

DEWI PERMAESIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Efikasi Suplementasi dan
Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng terhadap Status Vitamin A dan
Faktor Imunitas Air Susu Ibu adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Oktober 2009

Dewi Permaesih
NIM I061060061

ABSTRACT
DEWI PERMAESIH. Efficacy of Supplementation and Fortified Vitamin A
Cooking Oil on Vitamin A Status and Immunity Factors in Breast Milk.
Supervised by HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, and SHERRY ANN
TANUMIHARDJO.
The efficacy of maternal postpartum intervention with Vitamin A Fortified
Cooking Oil and Vitamin A capsules on breast milk retinol concentration and
immunity factors were assessed based on a double-blind community trial. At 1428 days postpartum women, were randomly assigned to receive either (1) Vitamin
A capsule s 2 x 200 000 IU (DVAC) followed by daily Vitamin A Fortified
Cooking Oil (VAFCO), (2) DVAC followed by daily Cooking Oil (CO), (3)
Vitamin A placebo capsules (VAP) followed by daily VAFCO, or (4) VAP
followed by daily CO for 80 days followed by a wash out period of 10 days. The
mean changes in breast milk retinol (R) concentration, didehydroretinol (DR)
concentraton, ratio DR:R, secretory IgA (sIgA) and lactoferrin among the groups

were tested with ANOVA, ANCOVA and adjusted for age, parity, length of
education, BMI, baseline breast milk retinol concentration, vitamin A, protein, fat
and iron intake. Results showed that the demographics and nutritional status of
subjects were not significantly different. At baseline, the mean of breast milk
retino l, sIgA and lactoferrin concentration were not significantly different among
the four groups. After intervention, the mean breast milk retinol concentration
from all samples was decreased to 16,7 µg/dL. DVAC followed by VAFCO
resulted in a higher breast milk retinol concentration (1,9 µg/dL) and that of
DVAC followed by CO decreased (4,45 µg/dL). The VAP followed by VAFCO
also decreased, (3,64 µg/dL) and VAP followed by daily CO decreased (4,58
µg/dL). The ratio DR: R increased, only in VAP followed by CO. Secretory IgA
concentration showed increased from 2,11 ± 3,1 mg/ml to 3,46±4.17 mg/ml and
lactoferrin showed decreased from 3,7±3,9 mg/ml to 1,5±1,6 mg/ml. This implied
that the group with vitamin A capsules 2 x 200 000 IU (DVAC) followed by daily
Vitamin A Fortified Cooking Oil (VAFCO) was more beneficial than the other
groups.

Keywords : breast milk retinol, DR:R ratio, breast milk secretory IgA, breast
milk lactoferrin.


RINGKASAN
DEWI PERMAESIH. Efikasi Fortifikasi Vitamin A pada minyak goreng
terhadap Status Vitamin A dan Faktor Imunitas Air susu Ibu. Dibawah bimbingan
HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, dan SHERRY ANN TANUMIHARDJO.
Kurang Vitamin A merupakan masalah gizi mikro yang dapat ditemukan
pada setiap kelompok masyarakat termasuk ibu nifas. Kurang vitamin A yang
terjadi pada ibu nifas dapat menurunkan kualitas dari Air Susu Ibu (ASI) yang
diproduksi. Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji efikasi fortifikasi vitamin A
pada minyak goreng dibandingkan suplementasi kapsul vitamin A terhadap status
vitamin A dan faktor imunitas pada ASI.
Penelitian ini adalah efikasi studi, dengan desain ”experimental double
blind trial” yang dilakukan di masyarakat pada 142 ibu nifas di wilayah kerja 4
puskesmas yaitu Puskemas Cikole, Puskesmas Pandeglang, Puskesmas Kadu Hejo
dan Puskesmas Cimanuk di Kabupaten Pandeglang. Sampel mendapat perlakuan
secara acak (random assignment) kedalam 4 perlakuan yaitu KAMA (diberi 2
kapsul Vitamin A 200 000 SI dan minyak goreng fortifikasi vitamin minyak A),
KAMO (diberi 2 kapsul vitamin A 200 000 SI dan minyak goreng yang tidak
difortifikasi vitamin A), KOMA (diberi kapsul vitamin A placebo dan minyak
goreng yang difortifikasi vitamin A), KOMO (diberi kapsul vitamin A placebo
dan minyak goreng yang tidak difortifikasi vitamin A). Bahan intervensi minyak

dikemas dalam botol dan dalam vitamin A dalam bentuk kapsul dengan ukuran
dan warna sama. Pemberian kapsul vitamin A diberikan selama 2 hari berturutturut pada awal penelitian, sedangkan pemberian minyak goreng diberikan setiap
minggu selama 80 hari. Indikator status vitamin A yang digunakan adalah retinol
(R), didehydroretinol (Vitamin A2, DR), rasio DR:R, sekretori IgA (sIgA) dan
lactoferrin.
Jumlah sampel yang mengalami drop-out 12 orang (8,4%) dengan alasan
antara lain, pindah rumah, ASI sudah tidak keluar, suami tidak mengijinkan untuk
terus ikut pemeriksaan dan bayi meninggal. Jumlah masing- masing sampel untuk
setiap kelompok perlakuan berturut-turut 29 ibu nifas pada kelompok KAMA, 29
ibu nifas perlakuan KAMO, 28 ibu nifas perlakuan KOMA dan 28 ibu nifas pada
perlakuan KOMO. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan minimun sampel yang
diperlukan untuk uji efikasi intervensi.
Rata-rata umur sampel adalah 28,7 tahun, dengan rata-rata ibu pernah
melahirkan sebanyak 3,1 dan rata-rata lama pendidikan ibu adalah 7,48 tahun.
Sebelum intervensi rata-rata berat badan (BB) seluruh sampel adalah 52,3 kg,
rata-rata lingkar lengan atas sebesar 25,0 cm dan indeks massa tubuh (IMT) 23,6
kg/m2 . Perhitungan konsumsi makanan pada masa intervensi berjalan,
mendapatkan konsumsi vitamin A rata-rata sebesar 503 RE. Asupan dari bahan
makanan hewani pada seluruh kelompok adalah 93 RE. Asupan dari bahan
makanan nabati mendapatkan nilai rata-rata sebesar 410 RE. Pemberian intervensi

minyak goreng yang difortifikasi vitamin A pada 2 kelompok perlakuan dapat
meningkatkan asupan vitamin A pada kedua kelompok tersebut.
Keempat kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05) pada
umur, jumlah anak yang dilahirkan, lama pendidikan, berat badan, lingkar lengan
atas, indeks massa tubuh, asupan vitamin A dari makanan, jumlah asupan minyak

ii

goreng. Sebelum intervensi sebanyak 87% ibu berada pada kelompok kadar
retinol ASI 0,05). Kadar
lactoferrin setelah intervensi mengalami penurunan sebesar rata-rata -2.17 mg/ml.
Kadar lactoferrin yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada kelompok
KOMO (-3.4 mg/ml), namun hasil analisis menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna (p>0,05)
Kesimpulannya, pemberian 2 kapsul vitamin A dan minyak goreng
fortifikasi yang diberikan secara bersama-sama dapat meningkatkan kadar retinol
ASI dan cadangan vitamin A dalam hati. Pemberian kapsul vitamin A saja atau
konsumsi minyak goreng yang difortifikasi saja dapat meningkatkan kadar retinol
ASI dibandingkan dengan plasebo.
Kata kunci : retinol ASI, DR:R, sekretori IgA, lactoferrin, intervensi kapsul

vitamin A, minyak goreng fortifikasi, ibu nifas

iii

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan
b) Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

iv

EFIKASI
SUPLEMENTASI DAN FORTIFIKASI VITAMIN A PADA
MINYAK GORENG TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN

FAKTOR IMUNITAS AIR SUSU IBU

DEWI PERMAESIH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji pada Ujian Tertutup : DR. Ir. Sri Anna Maliyati, MS
Drh M Rizal Martua Damanik, MS. Rep Sc., PhD.

Penguji pada Ujian Terbuka : DR. Arum Atmawikarta, MSc
Prof. DR. Ir. Ahmad Sulaeman, MS


vii

Judul Disertasi

Nama
NIM

: Efikasi Suplementasi dan Fortifikasi Vitamin A Pada Minyak
Goreng Terhadap Status Vitamin A dan Faktor Imunitas pada
Air Susu Ibu
: Dewi Permaesih
: I061060061

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Ketua

Dr. Ir. Bud i Setiawan, MS

Anggota

Sherry Ann Tanumihardjo, MSc, PhD
Anggota

Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga

Dekan Sekolah Pascasarjana

Drh M. Rizal M Damanik, M.Rep.Sc., PhD

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian:
29 Oktober 2009

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga disertasi dengan judul
“Efikasi Suplementasi Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng terhadap Status
Vitamin A dan Faktor Imunitas pada Air Susu Ibu” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Semua ini dapat terjadi karena ijin dan ridho Allah SWT semata. Sebagai
hamba Allah SWT yang mempunyai banyak keterbatasan, terlebih dahulu mohon
dimaafkan apabila dalam penyampaian ucapan terimakasih ini ada nama yang
terlewatkan. Tidak ada maksud mengecilkan arti seseorang, namun kealfaan
jugalah penyebabnya. InsyaAllah pahala akan dilimpahkan Allah SWT.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS,
selaku Ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan dan bimbingannya, Dr. Ir Budi
Setiawan, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan sabar dan tekun
memberi dorongan dan pengarahan. Kepada Sherry A. Tanumihardjo, MSc, PhD
selaku Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahan serta
masukannya sehingga penulisan disertasi ini dapat menjadi lebih baik. Thanks for
the time we shared. It is a great honor for me that she was willing to adopt me as
his student despite numerous students she has had.

Ucapan terimakasih disampaikan pada Dr. Susilowati Herman, MSc yang
telah memberi kesempatan belajar dan kesempatan kami untuk terlibat dalam
penelitian dan penggunaan data penelitian. Kepada Ir. Yuniar Rosmalina, MSc
sebagai ketua pelaksana dalam penelitian beserta tim pelaksana penelitian, M.
Saidin, SKM, MSi, Emma Suhaedah, Henny, Rosita, Yetti, Suzi, Enok Srigati,
Komar, Eddy, Asep, Tri, Tyas dan almarhum Yanti terimakasih atas segala
bantuan, kerja keras dan kerjasama teman-teman amatlah berguna. Kepada Dr.
Sunarno Ranu Widjojo, MPH selaku Ka Puslitbang Gizi dan Makanan yang tela h
memberi kesempatan belajar dan membantu menyediakan dana penelitian.
Kepada Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Dep. Kes. Yang
telah memberi dana pendidikan terimakasih atas segala bantuannya.
Terimakasih disampaikan kepada Prof Dr. dr Kusharisupeni, MSc, Dr
Djoko Kartono, MSc dan Dr. Hadi Riyadi yang telah memberikan rekomendasi

untuk dapat melanjutkan pendidikan di IPB ini. Teman-teman semasa mengikuti
kuliah, Dr Fitrah Ernawati, Ir Diah Mulyawati,MKes Ibu Ellis Endang. N. MSi,
Suparman, MSc, Dr. Nurdin dan Andi Nurlinda, MKes. Terimakasih atas segala
dukungan dan bantuan serta kesabarannya selama masa kita bersama.
Kemampuan unt uk dapat melaksanakan penelitian, menulis disertasi ini
tidak lepas dari pengalaman pengalaman yang didapat saat membantu
melaksanakan berbagai penelitian

Terimakasih kepada Prof. Dr. Muhilal, Prof

Dr. Darwin Karyadi serta para peneliti senior di Puslitbang Gizi dan Makanan
Bogor yang telah memberi banyak pengalaman, juga kepada bapak Dr. Arum
Atmawikarta MPH.
Kepada PT Bina Karya Prima yang membantu menyediakan minyak yang
difortifikasi, Kepala Perkebunan Sawit yang memberi kesempatan untuk melihat
proses pengolahan minyak sawit, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
beserta jajarannya, Kepala Puskesmas Cikole, Pandeglang, Kadu Hejo dan
Cimanuk beserta bidan-bidan yang terlibat juga kepada ibu- ibu sampel yang telah
rela memberikan Air Susunya untuk diperiksa, terimakasih atas segala bantuan
dan kerjasamanya.
Kepada Prof Dr.Ir Faisal Anwar atas kesediaannya menjadi penguji luar
komisi pada saat kolokium dan Dr. Sri Anna Marliyati,MS. yang telah berkenan
menjadi penguji saat prakualifikasi lisan dan pada ujian tertutup dilaksanakan,
juga kepada Dr Rizal M. Damanik, MS Rep Sc., PhD. yang telah berkenan
menjadi penguji luar komisi saat ujian tertutup dan Dr. Ir. Titik Sunarti yang telah
berkenan memimpin sidang pada saat ujian tertutup, kepada Prof. Dr. Ir. Ahmad
Sulaeman, MS dan Dr Arum Atmawikarta, MPH yang berkenan menjadi penguji
luar komisi saat ujian terbuka terimakasih atas kesediaannya.
Kepada Dekan dan wakil dekan Fakultas Ekologi Manusia beserta seluruh
dosen pengajar yang telah memberikan ilmu selama kami mengikuti masa
perkuliahan, juga kepada seluruh karyawan yang memberikan layanan akademik,
terimakasih atas segala bimbingan dan bantuannya.
Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
terimakasih telah banyak membantu sejak dari awal memulai program Pasca

iv

Sarjana ini dengan memberi dukungan dan penyediaan bahan-bahan yang
diperlukan untuk penulisan disertasi ini.
Kepada Mamah dan Apa, yang tidak pernah putus mendoakan dan
memberi dukungan, kedua almarhum bapak ibu mertua, kepada kakak-kakak dan
adik-adik beserta keluarganya yang selalu memberikan dukungan baik materil
maupun moril hatur nuhun pidua sareng sagala bantosana.
Kepada suami tersayang H. Usman Nurhaman yang

dengan segala

keridhoannya membimbing dan mendoakan, ananda H. A. Luthfi Pratama dan
istri Triane Karunia Dewi, ananda A. Malik Issyaiedfitra, ananda A. Muttaqien
Trisyarahman dan ananda A. Arrofi Chatramanderaj yang selalu ibu cintai
terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas semua amal kebaikan dengan
pahala yang setimpal. Mohon dimaafkan lahir dan batin atas segala kekurangan.

Bogor, Oktober 2009
Dewi Permaesih

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 September 1957 sebagai anak
ketiga dari pasangan H. Permedi dan H. Soekaesih Idris. Pendidikan sarjana muda
gizi ditempuh di Akademi Gizi Departemen Kesehatan RI, Jakarta, lulus pada
tahun 1980. Pada tahun 1986 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat
Sumberdaya Keluarga pada program sarjana dan menamatkan pada tahun 1988.
Pada tahun 1995, penulis diterima di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
diselesaikan pada tahun 1997. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor
pada program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2006. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Penulis bekerja sebagai Peneliti Madya di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan Bogor sejak tahun 1980. Bidang penelitian
yang menjadi tanggung jawab peneliti ialah gizi manusia.
Sebagai peneliti telah menulis berbagai artikel sebagai penulis utama
maupun penulis selanjutnya pada journal yang terbit didalam negeri dan sebagai
penulis selanjutnya pada journal yang terbit diluar negeri.
Selama mengikuti program S3, penulis: menulis artikel dengan judul
Kadar sekretori IgA dan lactoferrin Air Susu Ibu pada Journal Gizi Indonesia
volume 32 (2) 2009. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program
S3 penulis. Karya tulis lain yang dihasilkan selama mengikuti kuliah dan sebagai
penulis pertama adalah :
- Dewi Permaesih dan Yuniar Rosmalina, 2000. Kandungan Vitamin A ASI ibu
nifas di Kabupaten Serang. Penelitian Gizi dan Makanan volume 31 no 1 Juni.
- Dewi Permaesih, 2008. Penilaian status vitamin A secara biokimia. Gizi
Indonesia volume 31 no 2, September.

vi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
xvii
xviii
xix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
4
5
5
6

TINJAUAN PUSTAKA
Masalah, Penyebab dan Konsekuensi Kurang Vitamin A pada Ibu
Nifas dan Bayi
Ibu Nifas dan Kebutuhan Vitamin A
Penyebab Rendahnya Status Vitamin A Pada Ibu Nifas dan Bayi
Sumber, Peran dan Metabolisme Vitamin A
Sumber dan Asupan Vitamin A
Peran Vitamin A
Metabolisme Vitamin A
Penilaian status vitamin A
Program Perbaikan Status Vitamin A
Peningkatan Konsumsi Makanan sumber Vitamin A
Suplementasi Vitamin A
Fortifikasi Vitamin A
Pengaruh Pemberian Vitamin A pada Retinol ASI
Pengaruh Pemberian Vitamin A pada Faktor Imunitas ASI
Air Susu Ibu (ASI)
Volume dan Komposisi Zat Gizi ASI
Faktor Imunitas ASI
Kandungan Antimikrobial Dalam ASI
Status Vitamin A ASI
Analisa MRDR ASI

8
9
10
10
11
12
15
21
21
22
23
26
27
29
29
31
32
33
34

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran
Definisi Operasional

37
38

METODE PENELITIAN
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian
Cara Penentuan Sampel
Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Bahan Intervensi dan Pendistribusian
Pelaksanaan Intervensi
Jenis dan Cara Pengumpulan Data

40
41
42
46
47
47

7

Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Pengendalian Kualitas Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Karakteristik sampel
Status Gizi Antropometri
Hasil Pemeriksaan Klinis
Gambaran Konsumsi Minyak Selama Masa Pelakuan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Asupan Vitamin A
Status Vitamin A
Kadar Retinol (R) ASI
Kadar Didehydroretinol (DR) ASI
Rasio Didehydroretinol (DR) dibandingkan Retinol (R) DR:R
Faktor Imunitas dalam ASI
Kadar Sekretori IgA (sIgA) ASI
Kadar Lactoferrin ASI
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

48
49
50
51

54
55
57
59
60
62
64
67
68
76
78
80
80
84
90
92
99

ix

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Klasifikasi Xerophthalmia
Suplementasi vitamin A dosis tinggi pada populasi yang
mengalami defisiensi
Dampak pemberian vitamin A pada ibu nifas terhadap status
vitamin A dan fungsi kesehatan pada ibu dan bayi
Komponen antimokrobial dan perkembangan imun pada Air
Susu Ibu
Rancangan kelompok perlakuan
Jenis dan cara pengumpulan data
Karakteristik sampel menurut perlakuan
Karakteristik sosial ekonomi sampel menurut perlakuan
Sebaran sampel dan rata-rata berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan indeks massa tubuh sampel menurut kelompok
sebelum dan sesudah perlakuan
Sebaran sampel menurut status kesehatan sebelum dan sesudah
perlakuan
Rata-rata konsumsi minyak goreng selama masa perlakuan
menurut kelompok
Rata-rata asupan energi dan zat gizi lainnya menurut kelompok
perlakuan
Rata-rata asupan vitamin A dan tingkat kecukupannya menurut
kelompok perlakuan
Rata-rata kadar retinol ASI menurut kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah suplementasi
Model regresi logistik pada status vitamin A
Rata-rata kadar retinol ASI menurut kategori kadar retinol
ASI-WHO pada kelompok awal dan akhir perlakuan
Distribusi responden menurut batasan kadar retinol ASI-WHO
dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
Rata-rata kadar 3,4-didehydroretinol pada awal dan akhir
penelitian menurut kelompok
Rata-rata rasio DR:R pada awal dan akhir penelitian menurut
kelompok
Kadar sekretori IgA pada awal dan akhir penelitian menurut
kelompok
Pengaruh perlakuan dan tingkat paritas terhadap sekretori IgA
Kadar lactoferrin pada awal dan akhir penelitian menurut
kelompok

Halaman
8
23
26
31
43
48
55
56
58

59
61
63
65
71
72
73
75
77
78
81
83
84

x

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Struktur Vitamin A
Metabolisme Vitamin A
Faktor-faktor yang mempengaruhi status vitamin A Ibu
Alur pemberian secara oral DRA pada ASI dan serum pada
model menyusui
Kerangka pemikiran
Alur pelaksanaan penelitian
Perbedaan konsumsi minyak goreng sebelum dan saat intervensi
Asupan vitamin A antar kelompok dibandingkan dengan AKG
Kadar retinol ASI pada awal dan akhir menurut kelompok
dibandingkan dengan kadar normal menurut WHO
Kadar didehydroretinol ASI pada awal dan akhir menurut
kelompok perlakuan
Rasio DR:R pada awal dan akhir menurut kelompok perlakuan
Kadar sekretori IgA pada awal dan akhir menurut kelompok
perlakuan
Kadar lactoferrin pada awal dan akhir menurut kelompok
perlakuan

13
15
27
36
38
45
61
65
68
76
79
82
85

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1

halaman
100

3

Ethical Clearance dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Naskah penjelasan penelitian “Efikasi minyak goreng yang
difortifikasi vitamin A dibandingkan suplementasi kapsul
vitamin A terhadap retinol dan faktor imunitas pada ASI”
Surat Persetujuan untuk Pemeriksaan

4

Cara perhitungan penambahan vitamin A pada minyak

103

5

Formulir pengumpulan data

104

6

Uji normalitas dan uji homogenitas transformasi konsumsi
vitamin A
Uji normalitas, uji homogenitas dan ANOVA kadar Retinol ASI
awal
Uji ANOVA kadar retinol ASI akhir
Uji ANCOVA dan estimasi kadar retinol ASI akhir
Uji Kruskall Wallis Kadar didehydroretinol awal
Uji ANCOVA dan estimasi kadar didehydroretinol ASI akhir
Uji ANOVA rasio DR:R akhir
Uji ANCOVA rasio DR:R

114

2

7
8
9
10
11
12
13

101

102

115
116
117
118
119
121
122

PENDAHULUAN
Latar belakang
Defisiensi vitamin A berhubungan erat dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas pada bayi (Sommer et al. 1987). Status vitamin A pada kebanyakan
bayi yang baru dilahirkan adalah marginal dan ibu nifas tidak mendapatkan
asupan vitamin A yang cukup karena itu berisiko untuk mengalami kurang
vitamin A. Wanita yang menyusui memiliki resiko kekurangan vitamin A
dikarenakan sejumlah vitamin A dikeluarkan kedalam Air Susu Ibu (ASI).
Asupan vitamin A yang tidak memadai untuk menggantikan vitamin A yang
disekresi dan ditransfer kepada bayi melalui ASI akan menurunkan cadangan
vitamin A pada ibu, sehingga ibu

akan mengalami deplesi dan ASI yang

dihasilkan berkurang kualitas vitamin A-nya (Haskell dan Brown, 1999)
ASI merupakan sumber asupan gizi utama bagi bayi. Hasil penelitian
Dijkhuizen et al. (2001) di pedesaan Kabupaten Bogor menemukan kandungan
vitamin A dalam ASI sebesar 11,1 µg/dL, sedangkan Permaesih (2005) di Serang
menemukan sebesar 16,5 µg/dL. Nilai ini di bawah nilai normal ASI menurut
WHO yaitu sebesar 30 µg/dL. Disisi lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Schmidt et al. (2000) mendapatkan kadar serum retinol bayi dari ibu yang saat
hamil hanya mendapat suplementasi zat besi sebesar 15,4 µg/dL, lebih rendah dari
batas yang ditentukan oleh WHO yaitu sebesar 20 µg/dL untuk serum retinol.
Menurut Abdulla et al. (2005), ASI seperti halnya susu pada mamalia
lainnya, disediakan khusus untuk kebutuhan bayi yang baru lahir. Sebelum
dilahirkan, ibu mentransfer zat- zat gizi dan komponen bioakatif lain melalui
placenta. Setelah lahir, substansi ini tersedia pada kolostrum dan ASI.

ASI

mengandung sekitar 7 g/dL karbohidrat dalam bentuk laktosa (5,5-6,0 g/dL) dan
sekitar 0,9-1,1 g/dL protein dan juga merupakan sumber untuk enzym, mineral
(antara lain zat besi sekitar 40 µg/dL) dan vitamin, antara lain vitamin A sekitar
47-75 µg/dL (Robert 1993; Prentice 1996). ASI mengandung semua zat gizi yang
diperlukan bayi yang baru lahir, mengandung komponen non-gizi yang
mendukung keseha tan bayi, pertumbuhan dan perkembangan seperti faktor
imunitas dengan mengandung faktor antimikrobial yang diperlukan, enzym

pencernaan, hormon-hormon dan modulator pertumbuhan. Pada situasi tertentu
ASI mungkin juga mengandung komponen-komponen yang berbahaya seperti
polutan, obat-obatan, alergen dan berbagai virus. ASI mempunyai komposisi yang
unik, yang berbeda pada setiap orang, dalam kandungan dan konsentrasinya
(Prentice 1996).
Hal yang menarik dari ASI selain sebagai sumber zat gizi adalah
kemampuan ASI untuk membunuh bakteria. Setiap sendok teh (sekitar 5 gram)
ASI mengandung campuran kompleks lebih dari 3 jutaan germ sel-sel pembunuh
yang secara bersama-sama dengan cytokines, lactoferrin, lisozyme dan mucins
membantu menurunkan infeksi pada bayi baru lahir dan infeksi bayi.
Immunoglobulin utama pada ASI adalah sekretori IgA (sIgA) (Abdulla et al.
2005; Araujo et al. 2005; Newman 2000).
Menurut beberapa peneliti, pada saat menyusui tubuh ibu mampu
menghasilkan ASI yang cukup mengandung zat- zat gizi esensial walaupun pada
saat itu tubuh ibu sedang mengalami kekurangan (Abdulla et al. 2005), namun
beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara asupan
makanan ibu menyusui dengan kandungan vitamin A ASI (Roy et al. 1997;
Bhaskaram dan Balakrishna 1998; Rice et al. 1999; Stoltzfus et al. 1999).
Peningkatan status vitamin A pada ibu menyusui maupun balita diketahui
memberi pengaruh menguntungkan terhadap morbiditas dan mortalitas (Roy et al.
1997; Bhaskaram dan Balakrishna 1998; Rice et al. 1999; Stoltzfus et al. 1999).
Vitamin A berperan penting dalam menjaga integritas dari epithelia.
Defisiensi vitamin A berhubungan dengan hambatan patologi antara lain dalam
jaringan epithelia (Villamor dan Wafaei 2005). Menurut Semba (2002), defisiens i
vitamin A menga nggu pengeluaran sIgA spesifik antigen karena menurunnya
jumlahnya. Hanson (1998) melaporkan sIgA berperan sebagai “intestinal paint”
sedangkan faktor lain seperti lactoferrin berpartisipasi sebagai faktor pertahanan.
Komponen

ini

merupakan

proteksi

pasif

pada

bayi

dan

mestimulasi

perkembangan sistim imunitas bayi.
Pemberian vitamin A pada ibu nifas selain dapat meningkatkan kesehatan
bayi melalui peningkatan kandungan vitamin A dalam ASI juga diharapkan
mempunyai potensi lain yaitu peningkatan faktor imunitas pada ASI. Hasil

2

penelitian Permaesih et al. (2005) menunjukkan kadar retinol ASI pada awal
penelitian sebesar 16,5 µg/dL setelah 30 hari pemberian 2 kapsul vitamin A
kembali mendekati nilai tersebut. Belum diketahui pengaruh pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi 2 x 200 000 SI dibandingkan dengan asupan vitamin A
setiap hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat perbedaan
yang ditimbulkan pada upaya- upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kandungan vitamin A dalam ASI.
WHO merekomendasikan untuk meningkatkan status vitamin A melalui
perbaikan asupan makanan sehari- hari baik dari fortifikasi maupun suplementasi
pada semua anak sejak umur 6 bulan. Untuk anak dibawah umur 6 bulan
direkomendasikan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas sesaat
setelah

ibu

melahirkan

(post

partum)

(WHO/UNICEF/IVACG

1997).

International Vitamin A Consultative Group (IVACG) meeting di Vietnam (2002)
merekomendasikan pemberian vitamin A dengan dosis 400 000 SI dalam bentuk
2 kapsul 200 000 SI. Menurut Rice et al. (2007) rekomendasi ini didasarkan pada
penelitian-penelitian yang menunjukkan keuntungan-keuntungan yang terbatas
dari pemberian vitamin A sebesar 200 000 SI atau 300 000 SI setelah melahirkan.
Pemerintah Indonesia telah merintis program pemberian 2 x 200 000 SI sejak
tahun 2005. Program suplementasi merupakan program jangka pendek yang tinggi
biaya dan ketersediaannya tergantung pada industri farmasi.
Strategi mengatasi masalah kurang vitamin A yang dilakukan melalui
program Fortifikasi Vitamin A merupakan strategi jangka panjang sehingga
diharapkan mampu mempertahankan kebutuhan vitamin A tubuh secara
berkesinambungan. Menurut Hardinsyah (2002), minyak goreng merupakan salah
satu pangan pembawa yang dapat dipilih untuk program fortifikasi karena
dikonsumsi secara luas oleh masyarakat dan diproduksi oleh sedikitnya industri
(terutama minyak sawit) dengan skala besar. Selain itu, menurut Hardinsyah
(2002) berdasarkan data SUSENAS 1999, sekitar 90% keluarga Indonesia
mengkonsumsi minyak goreng setiap minggu rata-rata 21 g/kap/hari. Selain itu
telah dikembangkan teknologi fortifikasi vitamin A pada minyak goreng.
Studi ini dilakukan untuk mengkaji efikasi suplementasi kapsul vitamin A
secara bersamaan dengan minyak goreng yang difortifikasi vitamin A maupun

3

suplementasi kapsul vitamin A saja dan minyak goreng yang difortifikasi saja
terhadap status vitamin A dan faktor imunitas (lactoferrin dan sIgA) dalam ASI
dibandingkan dengan plasebo. Pemberian minyak goreng pada ibu nifas dan
keluarganya dilakukan selama 80 hari.
Perumusan Masalah
Masalah Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Vitamin
A esensial untuk fungsi normal kekebalan, pertumbuhan, pemeliharaan
permukaan mukosa dan hematopoesis (Semba 1998). Di beberapa negara sedang
berkembang, kekurangan vitamin A banyak terjadi dan merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada bayi, anak-anak dan ibu hamil (West et al.
2001). Ada hubungan yang kuat antara KVA dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas, status vitamin A mungkin berpengaruh pada tingginya angka kejadian
penyakit seperti diare, disentri, campak dan infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) akut (Sommer et al. 1987).
Anak atau bayi menjadi KVA disebabkan oleh 2 penyebab utama yaitu: 1)
ibu menderita defisiensi vitamin A dan menghasilkan ASI yang rendah kadar
vitamin A, dan 2) mengkonsumsi makanan yang rendah kandungan vitamin A
(Miller et al. 2002). Kajian Dijkhuizen et al. (2001) di Kabupaten Bogor,
menemukan kandungan vitamin A dalam ASI sebesar 11,1 µg/dL, nilai ini di
bawah nilai normal menurut WHO yaitu sebesar 30 µg/dL.
Saat ini pemerintah telah merintis program pemberian 2 kapsul vitamin A
dosis 200.000 SI pada ibu nifas segera setelah melahirkan dan hari berikutnya.
Selain itu juga sedang dirintis program fortifikasi vitamin A pada minyak goreng.
Beberapa masalah penting yang berkaitan dengan suplementasi vitamin A pada
ibu nifas sebagai berikut :
1. Apakah vitamin A yang difortifikasikan dalam minyak goreng dapat diserap
oleh makanan yang digoreng, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat
meningkatkan kadar vitamin A ?

4

2. Apakah pemberian vitamin A berupa kapsul vitamin A dosis tinggi maupun
di fortifikasikan pada minyak goreng bagi ibu nifas akan meningkatkan status
vitamin A ASI lebih baik dibandingkan dengan kelompok plasebo?
3. Apakah pemberian vitamin A berupa kapsul vitamin A dosis tinggi maupun di
fortifikasikan pada minyak goreng bagi ibu nifas akan meningkatkan kadar
sIgA dan kadar lactoferrin dalam ASI lebih baik dibandingkan dengan
kelompok plasebo?
4. Bagaimana pengaruh fortifikasi vitamin A pada minyak goreng terhadap status
vitamin A ASI, kadar sIgA dan kadar lactoferrin.
Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menilai efikasi suplementasi dan
fortifikasi vitamin A pada minyak goreng terhadap status vitamin A ASI dan
faktor imunitas dalam ASI.
Tujuan khusus
1. Menganalisis asupan vitamin A dari makanan dan tingkat penyerapan vitamin
A dalam makanan berminyak.
2. Menganalisis status vitamin A ASI ibu sebelum dan sesudah intervensi.
3. Menganalisis faktor imunitas ASI sebelum dan sesudah intervensi.
4. Menganalisis efikasi fortifikasi vitamin A dibanding kapsul vitamin A
terhadap status vitamin A ASI.
5. Menganalisis efikasi fortifikasi vitamin A dibanding kapsul vitamin A
terhadap faktor imunitas (sIgA dan lactoferrin).
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi saran secara ilmiah tentang
efikasi dari pemberian kapsul vitamin A dan alternatif fortifikasi vitamin A
melalui makana n seperti minyak goreng terhadap status vitamin A dan faktor
imunitas ASI pada ibu nifas. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan
untuk menentukan arah kebijakan program perbaikan status vitamin A bayi
melalui ibu nifas dengan fortifikasi minyak goreng yang dilakukan di masyarakat.

5

Hipotesis
Berdasarkan pengelompokan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A dilanjutkan minyak goreng
yang difortifikasi vitamin A terhadap kadar retinol ASI

lebih baik

dibandingkan dengan pemberian 2 kapsul vitamin A saja.
2. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A dilanjutkan minyak goreng
yang difortifikasi vitamin A terhadap kadar retinol ASI

lebih baik

dibandingkan dengan pemberian minyak goreng yang difortifikasi vitamin
A saja.
3. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A dilanjutkan minyak goreng
yang difortifikasi vitamin A terhadap kadar retinol ASI

lebih baik

dibandingkan dengan plasebo.
4. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A terhadap kadar retinol ASI
lebih baik dibandingkan dengan plasebo.
5. H1 : Pengaruh pemberian minyak goreng yang difortifikasi vitamin A
terhadap kadar retinol ASI lebih baik dibandingkan dengan plasebo.
6. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A dilanjutkan minyak goreng
yang difortifikasi vitamin A terhadap lactoferrin dan sekretori IgA pada
ASI lebih baik dibandingkan dengan pemberian kapsul vitamin A saja.
7. H1 : Pengaruh pemberian 2 kapsul vitamin A dilanjutkan minyak goreng
yang difortifikasi vitamin A terhadap lactoferrin dan sekretori IgA pada
ASI

lebih baik dibandingkan dengan pemberian minyak goreng yang

difortifikasi vitamin A saja.
8. H1 : Pengaruh pemberian kapsul vitamin A dan minyak goreng yang
difortifikasi vitamin A terhadap lactoferrin dan sekretori IgA pada ASI
lebih baik dibandingkan dengan plasebo.
9. H1

: Pengaruh pemberian kapsul vitamin A terhadap lactoferrin dan

sekretori IgA pada ASI lebih baik dibandingkan dengan plasebo.
10. H1 : Pengaruh pemberian minyak goreng yang difortifikasi vitamin A
terhadap lactoferrin dan sekretori IgA pada ASI lebih baik dibandingkan
dengan plasebo.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Masalah, Konsekuensi dan Penyebab Kurang Vitamin A pada
Ibu Nifas dan Bayi
Masalah kurang vitamin A (KVA) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang. Kurang vitamin A menyebabkan risiko
kebutaan pada anak-anak dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
penderita infeksi berat. Ibu- ibu pada masa hamil dan menyusui meningkat risiko
untuk menderita KVA (Underwood 1996).
Kekurangan vitamin A ditandai dalam berbagai kondisi sebagai tanda awal
dari defisiensi vitamin A pada manusia termasuk diantaranya gagal tumbuh,
kehilangan nafsu makan dan menurunnya respon imun sehingga rentan terhadap
infeksi. Buta senja yang ditunjukkan menurunnya kemampuan untuk penyesuaian
dengan gelap, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan waktu yang
diperlukan untuk beradaptasi penglihatan dalam cahaya yang suram. Kondisi ini
berkembang saat cadangan vitamin A dalam hati kurang. Selanjutnya terjadi
gangguan ocular seperti conjunctival xerosis, Bitot’s spot, keratomalacia dan
xerophthalmia (Gibson 2005).
Berbagai terminologi telah digunakan untuk membedakan status vitamin A
dan pengaruhnya pada kesehatan. Tiga terminologi tersebut adalah KVA, KVA
dengan kelainan dan Xerophthalmia. Penjelasan dari masing- masing adalah : 1)
Kurang Vitamin A (Vitamin A Deficiency), sudah diterima secara luas bahwa
kurang vitamin A mulai ketika cadangan vitamin A dalam hati menurun kurang
dari 20 µg (0,07 µmol)/g. Kadar serum retinol secara homeostasis mungkin masih
dalam batas normal; 2) Kelainan Kurang Vitamin A (VAD disorders = VADD),
yang disebabkan karena asupan vitamin A yang kurang yang menimbulkan
gangguan fisiologis. Hal ini mungkin subklinik (seperti mobilisasi zat besi yang
kurang, gangguan differensiasi selular, tekanan respon imun) atau klinik (seperti
peningkatkan infeksi morbiditas dan mortalitas, hambatan pertumbuhan, anemia,
xerophthalmia). VADD mulai terjadi jauh sebelum kejadian xerophthalmia.
Prevalensi dan keparahan dari penyakit ini meningkat bersamaan dengan
meningkatnya mortalitas dan keparahan akibat defisiensi; dan 3) Xerophthalmia:
manifestasi ocular bukti klinik dari kurang vitamin A. Yang termasuk dalam

7

kondisi ini adalah buta senja (XN) hingga ulkus kornea dan keratomalacia (X3)
(Sommer dan Davidson 2002) secara singkat disajikan dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1 Klasifikasi Xerophthalmia
Klasifikasi
XN
X1A
X1b
X2
X3A
X3B
XS
XF

Penjabaran
Buta senja
Conjuctival xerosis
Bitot’s spots
Corneal xerosis
Corneal ulceration/keratomalacia (terjadi pada sepertiga
bagian area kornea)
Corneal ulceration/keratomalacia (terjadi pada sepertiga atau
lebih bagian area kornea)
Corneal Scar (dari X3)
Xerophthalmic fundus

Kurang vitamin A pada ibu nifas berpengaruh pada bayi yang disusuinya.
Pada bayi yang disusui dengan kandungan vitamin A dalam ASI rendah berisiko
untuk mengalami Kurang Vitamin A dan rentan terhadap penyakit infeksi dan
diare. Terdapat hubungan antara kurang vitamin A dan peningkatan kejadian
morbiditas diare dan mortalitas pada anak (Sommer et al. 1995). Keadaan ini
tentunya akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak.
Ibu Nifas dan Kebutuhan Vitamin A
Kebutuhan vitamin A selama menyus ui melebihi saat kehamilan.
Peningkatan kebutuhan saat kehamilan karena vitamin A juga diperlukan untuk
membantu perkembangan janin. Sedangkan pada saat menyusui disebabkan
meningkatnya kebutuhan untuk mengganti vitamin A yang hilang karena keluar
melalui ASI.

Perhitungan kebutuhan selama masa menyusui didasarkan pada

perhitungan berapa besar vitamin A yang dikeluarkan dalam ASI setiap hari.
Peningkatan kebutuhan menurut FAO/WHO (1988) adalah sebesar 300 µg RE
lebih tinggi dari yang direkomendasikan, asupan aman setiap hari menjadi 900 µg
RE. Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), ibu nifas perlu
peningkatan asupan sebesar 350 µg RE pada 6 bulan pertama masa menyusui
maupun pada 6 bulan kedua dari kebutuhan yang dianjurkan pada kelompok
wanita usia subur agar dapat memenuhi kebutuhan masa menyusui. Asupan

8

vitamin A yang rendah menyebabkan rendahnya vitamin A dalam ASI.
Kebutuhan dapat dipenuhi melalui asupan makanan yang tinggi vitamin A atau
melalui fortifikasi makanan. Asupan vitamin A yang cukup diperlukan sejak masa
kehamilan, diharapkan ibu mempunyai cadangan vitamin A yang cukup pada saat
melahirkan, sehingga menghasilkan ASI yang cukup vitamin A. Pemberian
vitamin A dosis tinggi segera setelah melahirkan juga dapat meningkatkan
konsentrasi vitamin A dalam ASI.
Asupan vitamin A yang berlebihan dapat menimbulkan pengaruh
toksisitas yang berpengaruh pada kesehatan. Keracunan berhubungan dengan
penyalahgunaan suplementasi vitamin A dan asupan makanan yang mengandung
vitamin A yang amat tinggi. Asupan vitamin A sebesar 25 000-50 000 SI/hari
dalam waktu beberapa bulan atau lebih dapat mengakibatkan toksisitas yang
menimbulkan berbagai akibat, demikian pula dengan penggunaan obat-obatan
(Hatchcock 1990).
Penyebab Rendahnya Status Vitamin A Pada Ibu Nifas dan Bayi
Ibu- ibu di Indonesia seperti halnya dinegara berkembang umumnya
menderita kurang vitamin A disebabkan oleh dua alasan utama yaitu: asupan
makanan yang rendah vitamin A dan tingginya angka kelahiran yang disertai
dengan lamanya menyusui bayi (Miller et al. 2002). Rendahnya asupan vitamin A
sudah dialami sejak dari masa sebelum kehamilan, yang berlanjut pada masa
kehamilan dimana kebutuhan juga semakin meningkat dan tidak disertai dengan
peningkatan asupan makanan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permaesih (2005) menunjukkan
asupan vitamin A yang berasal dari bahan makanan hewani maupun sayuran dan
buah-buahan pada ibu nifas masih belum mencukupi yaitu baru sekitar 60% dari
kebutuhan yang dianjurkan. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi status vitamin
A pada darah maupun ASI.
Faktor gizi yang berpengaruh antara lain, tidak cukupnya cadangan
vitamin A dalam hati dan tidak cukupnya asupan protein atau energi yang
menyebabkan menurunnya sekresi holo-retinol binding protein (RBP), sedangkan
ketidakcukupan zat gizi mikronutrien seperti zinc dan zat besi akan menurunkan
sintesa RBP (Zempleni et al. 2006).
9

Bayi menderita kurang vitamin A disebabkan oleh 2 hal, yaitu: 1) ibu
menyusui menderita kekurangan, sehingga kandungan vitamin A dala m ASI nya
rendah dan 2) mereka mendapat makanan tambahan yang kandungan vitamin A
nya rendah. Hal lain yang juga berpengaruh adalah bayi sering menderita sakit,
kehilangan nafsu makan, ketidakmampuan mengabsorpsi dan peningkatan
kebutuhan akan menyebabkan penurunan status vitamin A (Miller et al. 2002).
Sumber, Peran, Metabolisme dan Perhitungan Asupan Vitamin A
Sumber Vitamin A
Vitamin A tersedia secara alami maupun dalam bentuk sintetis. Secara
alami dalam bahan makanan berupa preformed vitamin A yang berasal dari bahan
makanan hewani atau provitamin A karotenoids yang berasal dari sayuran dan
buah-buahan. Bahan makanan hewani yang kaya akan vitamin A yaitu merah
telur, hati, keju, susu dan lemak hati ikan cod. Di banyak negara berkembang
asupan provitamin A karotenoids seringkali merupakan sumber utama.
Kandungan terbesar dari provitamin A karotenoid adalah a-karoten dan β-karoten
yang ditemukan pada bahan makanan seperti sayuran hijau tua, wortel, ubi merah,
mangga, pepaya dan β-cryptoxanthin pada jeruk dan asam (Semba 2002). Buahbuahan yang berwarna kuning juga kaya akan vitamin A. Kandungan vitamin A
dan karoten dalam makanan akan sangat bervariasi. Variasi yang terjadi
disebabkan antara lain oleh bibit dari tanaman, lingkungan dimana tanaman itu
tumbuh

dan

juga

bagaimana

proses

penanganan

pasca

panen

dan

penyimpanannya. Minyak sawit yang berwarna merah mengandung banyak
karoten, namun dalam proses produksi minyak goreng karoten umumnya dibuang
mengalami banyak penurunan. Untuk bayi sumber utama vitamin A berasal dari
ASI.
Retinyl palmitate adalah bentuk sintetis selain retinyl acetate yang
digunakan untuk suplementasi dan tersedia dalam bentuk kering maupun minyak.
Selain itu palmitat juga merupakan komponen utama dari minyak sawit. Retinol
dalam jaringan tubuh umumnya dalam bentuk ester, dimana asam lemak yang
biasa ditemukan adalah palmitate dan sejumlah kecil stearat dan oleat ester
(Zempleni et al. 2006.

10

Peran Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh, berperan
dalam berbagai

aktifitas dalam tubuh. Fungsi vitamin A antara lain untuk

penglihatan terutama pada malam hari, meningkatkan respon imun, membantu
pertumbuhan tulang, meningkatkan kesuburan dan juga berperan pada proses
embriogenesus. Menurut Bender (2003), ada 4 fungsi metabolisme dari vitamin A
yaitu 1) sebagai kelompok prosthetic dari pigment penglihatan, 2) sebagai
modulator inti pada ekspresi gen, 3) sebagai pembawa mannosyil dalam sintesa
dari hydrophobic glyco-protein; dan 4) dalam retinoylation dari protein. Penelitian
menunjukkan bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan lebih sensitif pada
rotavirus dan ada gangguan pada pertumbuhan. Untuk bayi vitamin A berperan
terutama untuk pertumbuhan dengan sumber utamanya adalah ASI.
Vitamin A juga berperan dalam fungsi kekebalan tubuh. Menurut Semba
(2002), vitamin A merupakan faktor yang penting untuk perkembangan sistim
limpoid dan untuk pemeliharaan permukaan mukosa dari gastrointestinal,
pernafasan dan saluran genitaurinary dan juga pada morbiditas dan mortalitas
anak-anak. Setidaknya telah dilakukan 30 cara pengobatan pada berbagai infeksi.
Diketahui bahwa vitamin A memodulasi berbagai aspek dari fungsi imunitas,
termasuk komponen non spesifik imunitas (seperti phagocytosis, pemeliharaan
permukaan mukosa) dan spesifik imunitas (seperti pembentukan berbagai respon
antibodi). Kebanyakan pengetahuan tentang vitamin A dan fungsi imunitas
berasal dari percobaan hewan seperti pada mencit, tikus dan ayam. Pengaruh dari
kekurangan vitamin A pada aspek fungsi imunitas (pertahanan tubuh) diantaranya
adalah: 1) Ekspresi abnormal pada keratin dalam saluran pernafasan, saluran
genitaurinary dan permukaan okular; 2) Kehilangan silia dari epitelium
pernafasan; 3) Kehilangan mikrovilli dari usus kecil; 4) Penurunan pada goble t sel
dan produksi mucin pada mukosal epitel; 5) Kegagalan fungsi neutrophil; 6)
Kegagalan fungsi sel NK (natural killer) dan penurunan jumlah dari sel NK; 7)
Kegagalan aspek haema topoiesis; 8) Penurunan dalam jumlah dan fungsi dari B
lymphocytes; dan 9) Kegagalan respon antibodi pada T sel antigen dependen dan
independen.

11

Semba

(2002)

juga

menjelaskan

bahwa

kekurangan

vitamin

A

menyebabkan kegagalan fungsi mukosa mela lui beberapa mekanisme yaitu: 1)
kehilangan silia pada saluran pernafasan; 2) kehilangan mikrovilli dalam saluran
pencernaan; 3) kehilangan mucin dan sel goblet dalam saluran penafasan,
pencernaan dan genitaurinary; 4) metaplasia squamous dengan abnormal
keratinisasi dalam saluran penafasan dan

genitaurinary; 5) perubahan pada

antigen spesifik konsentrasi sekresi immunoglobulin A; 6) kegagalan pada
mukosa berhubungan dengan fungsi sel imunitas; dan 7) penurunan integritas
pada usus (gut).
Metabolisme Vitamin A
Vitamin A adalah terminologi generik yang merujuk pada komponen dengan
aktifitas biologi dari retinol. Termasuk didalamnya provitamin A karoten, yang
terdiri dari β-karoten, α-karoten dan β-cryptoxanthin, yang tersedia dalam bahan
makanan yang berasal dari sayuran hijau, orange atau kuning dan beberapa buahbuahan. Selain itu juga terdapat bentuk preformed vitamin A, retinyl esters dan
retinol yang terdapat dalam bahan makanan hewani seperti hati, daging, telur,
susu beserta produk olahannya (Zempleni et al. 2006).
Vitamin A adalah senyawa organik komplek yang dibutuhkan oleh tubuh
dalam jumlah relatif kecil tetapi sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga
kesehatan. Tubuh tidak dapat mensintesanya karena itu harus diperoleh dari
asupan makanan. Bentuk generik dari semua retinoid secara qualitatif
menggambarkan aktifitas biologi dari semua trans retinol. Beberapa karotenoid
mempunyai aktifitas provitamin A. Untuk itu, β-karoten mempunyai aktifitas
biologi paling tinggi dan tersebar luas pada produksi tanaman. Beberapa struktur
kimia vitamin A disajikan pada Gambar 1.
Vitamin A seperti yang disajikan pada Gambar 1 memiliki beberapa
bentuk, diantaranya adalah: 1) Retinol, yaitu bentuk alkohol ditemukan pada
jaringan hewan sebagai retinyl ester dengan asam lemak rantai panjang; 2) Retinal
yaitu aldehyde turunan oksidasi dari retinol. Retinol dan retinal dapat saling
berkonversi; 3) Retinoic acid yaitu asam turunan oksidasi dari retinal. Retinoic
acid dihilangkan atau diubah, karena itu tidak dapat menaikan retinal maupun

12

retinol; dan 4) ß-karoten yang ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan, dalam pencernaan dapat diubah menjadi 2 molekul retinal, konversi ini
tidak efisien. Aktifitas vitamin A dari ß-karoten hanya seperenam dari retinol
(Lippincot 1995). Menurut Zempleni et al. 2006, sejumlah kecil bentuk vitamin A
mungkin ada dalam makanan yang kita konsumsi, seperti misalnya vitamin A2
(3,4-didehydroretinol) yang ditemukan pada minyak ikan air segar dan tersedia
sebagai cadangan pigmen penglihatan pada spesies ini.
CH 3

CH3

CH 3

C H3
C H 2O H
re tin o l

CH 3
CH 3

CH3

C H3

C H3
CH O
re tin a ld e h y d e

CH 3
C H3

CH 3

CH3

CH 3
CO O H

C H3

a ll-tr a n s -r e tin o ic a c id

Gambar 1 Struktur vitamin A (Bender 2002)
Penyerapan makanan yang mengandung vitamin A adalah dengan cara
diemulsi dengan cairan empedu dan lemak dalam usus halus. Retinol diesterifikasi
dalam mukosa intestinal, diikat kedalam chylomicra dan dibawa kesaluran darah
melalui sirkulasi limpa. Sekitar 90% dari vitamin A dalam tubuh disimpan dalam
hati dalam bentuk retinyl esters. Hati mempunyai kemampuan untuk menyimpan
vitamin A yang cukup untuk beberapa bulan. Kapasitas penyimpanan pada orang
dewasa lebih besar dibanding dengan anak-anak. Retinol keluar dari hati bersamasama dengan plasma RBP dan transthyretin (TTR) (Semba 2002).
Preformed vitamin A ditemukan pada hewan dan sejumlah kecil bakteri.
Sejumlah pigment karoten dalam tumbuhan dapat dipecah secara oksidasi dan
13

menghasilkan retinol. Karoten merupakan sumber paling penting dari provitamin
A karotenoids. Kedua bentuk retinol secara akut dan kronik dapat menjadi toksik
bila berlebihan, sedangkan karoten tidak, karena kapasitas untuk diubah menjadi
retinol terbatas (Bender 2003).
Penelitian yang dilakukan Ribaya-Mercado et al. (2007) menunjukkan
bahwa karoten yang berasal dari sayuran hijau dan buah-buahan berwarna yang
dikonsumsi dengan sedikit lemak akan menaikkan kadar serum karoten dan total
cadangan vitamin A. Hal ini dapat meningkatkan cadangan vitamin A dalam hati
dari konsentrasi rendah menjadi normal.
Karotenoid yang ada akan diabsorbsi oleh sel-sel mukosa duodenal dengan
mekanisme infusi pasif. Banyak faktor yang membatasi absorpsi karoten. Salah
satu faktor pembatas ketersediaan karoten pada sumber bahan makanan yang
paling penting adalah pelepasan dari bentuk matriks phisik yang akan diserap dan
dipecah dalam bagian terbesar lemak. Efisiensi pelepasan karoten akan
dipengaruhi antara lain oleh faktor karakter dari karoten dalam makanan, ukuran
partikel yang akan dipengaruhi proses pengunyahan, aktifitas dari lambung dan
efisiensi dari enzym-enzym pencernaan. Kandungan karoten pada chromoplast
dan chloroplast dari bahan makanan yang berasal dari makanan juga dipengaruhi
oleh protein. Proses pemasakan sebelum makanan dikonsumsi juga membantu
meningkatkan bioavailabilitas dari pigmen karoten dari beberapa bahan makanan
(Parker 1996).
Absorpsi dan Transport Vitamin A. Absorpsi dan transport vitamin A
terjadi melalui siklus transport m