Asep Nugraha, 2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA
MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengajarkan tari di sekolah-sekolah. Mereka hanya menghitung tanpa memastikan tempo ataupun ketukan yang tepat yang diinginkan dalam bergerak.
Pengamatan ini peneliti lakukan cukup lama, hanya beberapa guru mengerti ketukan dan hitungan untuk mengajarkan gerak, itu pun dengan latar
belakang pendidik yang pernah mengalami proses pelatihan tari secara komersil. b.
Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Wawancara yang pernah peneliti lakukan hanya beberapa saja mahasiswa yang peneliti lakukan yaitu pada mahasiswa angkatan 2012-2014 mahasiswa
Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI Bandung dan guru seni budaya se- Jawa Barat yang peneliti jadikan sampel penelitian. Pada tahap pre-penelitian ini
peneliti hanya menanyakan beberapa poin tentang pengetahuan dalam komposisi tari dan tehnik pola hitungan serta tempo gerak yang dialami dan pernah di
pelajari saja. c.
Studi Dokumentasi, Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan serta dokumen
lain yang membantu mempermudah proses penelitian. Peneliti selama ini belum mengumpulkan secara video dalam proses penelitian sebelumnya. Namun, untuk
kelanjutan penelitian ini peneliti akan mempersentasikan proses latihan mahasiswa dengan proses pelatihan lainnya sebagai perbandingan pembelajaran
melalui media video. d.
Studi Pustaka, dilakukan untuk mendapat sumber-sumber teori yang dapat membantu dalam kajian penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Tahap 2
a. Observasipengamatan yang dilakukan terhadap subyek yang akan diteliti.
Observasi dilakukan oleh peneliti secara lagsung ke lapangan, yaitu melihat kondisi para mahasiswa saat melakukan latihan eksplorasi gerak, baik
dalam bentuk gerak tari tradisi maupun gerak tari modern. Terlihat jelas bahwa para mahasiswa melakukan hitungan satu sampai dengan delapan, namun tidak
Asep Nugraha, 2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA
MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menentukan ritme atau ketukanhitungan yang tepat. Mereka hanya menghitung dengan gerak saja tanpa memperhatikan berapa ketukan dan ketukanhitungan
keberapa yang tepat pada saat bergerak maupun melakukan gerak. Ketepatan hitungan dan statisnya ketukan yang digunakan tidak pernah terlihat dalam
melakukan gerak. Selain itu, setiap mereka mengawali ketukan gerak tidak pernah
menentukan tempo atau ketukan awal untuk memulai gerak. biasanya mereka hanya menghitungan saja tanpa memastikan hitunganketukan yang diinginkan
pada saat gerak. Hal itu pun, terjadi di lapangan, yaitu guru-guru atau pendidik yang mengajarkan tari di sekolah-sekolah. Mereka hanya menghitung tanpa
memastikan tempo ataupun ketukan yang tepat yang diinginkan dalam bergerak. Pengamatan ini peneliti lakukan cukup lama, hanya beberapa guru
mengerti ketukan dan hitungan untuk mengajarkan gerak, itu pun dengan latar belakang pendidik yang pernah mengalami proses pelatihan tari secara komersil.
b. Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan secara
langsung yang terjadi di lapangan secara emprik. Wawancara tidak terstruktur digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk mengkaji hal yang lebih
mendalam tentang responden. Alasan menggunakan wawancara tidak terstruktur adalah peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis
terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. Dalam
melakukan wawancara, maka pewawancara harus memperhatikan tentang situasi
Asep Nugraha, 2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA
MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan kondisi, sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.
Wawancara yang pernah peneliti lakukan hanya beberapa saja mahasiswa yang peneliti lakukan yaitu pada mahasiswa angkatan 2012 dan 2014 mahasiswa
Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI Bandung dan guru seni budaya se- Jawa Barat yang peneliti jadikan sampel penelitian. Pada tahap pre-penelitian ini
peneliti hanya menanyakan beberapa poin tentang pengetahuan dalam komposisi tari dan tehnik pola hitungan serta tempo gerak yang dialami dan pernah di
pelajari. c.
Studi Dokumentasi, Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan serta dokumen
lain yang membantu mempermudah proses penelitian. Peneliti selama ini belum mengumpulkan secara video dalam proses penelitian sebelumnya. Kelanjutan
penelitian ini peneliti akan mempersentasikan proses latihan mahasiswa dengan proses pelatihan lainnya sebagai perbandingan pembelajaran melalui media
video. d.
Studi Pustaka, dilakukan untuk mendapat sumber-sumber teori yang dapat membantu dalam kajian penelitian.
E. INSTRUMEN PENELITIAN