TATA CARA PENYETORAN PPN ATAU PPN DAN PPn BM, BENTUK,

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 14PJ.2008 Tanggal : 08 April 2008

3. TATA CARA PENYETORAN PPN ATAU PPN DAN PPn BM, BENTUK,

PELAPORAN DAN PENYAMPAIAN SPT MASA PPN a. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lambat 15 lima belas hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. b. Bentuk SPT Masa PPN adalah Formulir kertas hard copy c. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN SPT Masa PPN harus disampaikan setiap bulan paling lambat 20 dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal hari ke-20 adalah hari libur, maka SPT Masa PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelum hari libur. d. Tempat Pelaporan SPT Masa PPN: KPP Pratama sebagaimana tersebut dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. e. Cara Pelaporan dan Penyampaian SPT Masa PPN e.1. Disampaikan langsung ke KPP, dan atas penyampaian SPT Masa PPN tersebut PKP akan menerima tanda bukti penerimaan; atau e.2. Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau melalui perusahaan jasa kurir dan tanda bukti serta tanggal pengiriman SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT, sepanjang SPT tersebut lengkap. Catatan: Untuk memudahkan pengisian SPT Masa PPN, diminta agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Lampiran SPT Masa PPN yaitu: Lampiran 1 – Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM Formulir 1108 A dan Lampiran 2 – Daftar Pajak Masukan dan PPn BM Formulir 1108 B, agar diisi terlebih dulu kemudian dipindahkan ke Induk SPT Masa PPN Formulir 1108; SPT Masa PPN dibuat rangkap 2 dua: - Lembar ke-1 : Untuk KPP; dan - Lembar ke-2 : Untuk PKP. b. Jumlah rupiah PPN atau PPN dan PPn BM dihitung dalam satuan rupiah penuh dibulatkan ke bawah; c. Dalam hal jumlah Rupiah adalah NIHIL karena: 1. Tidak ada nilainya; atau 2. Penjumlahan danatau pengurangan Rupiah menghasilkan NIHIL; maka dalam lajur kolom jumlah Rupiah yang bersangkutan ditulis angka 0 Nol. d. Sebelum disampaikan ke KPP, SPT Masa PPN harus ditandatangani, diberi nama jelas, jabatan dan cap perusahaan. SPT Masa PPN yang disampaikan namun tidak ditandatangani, dikategorikan sebagai SPT yang tidak lengkap, dan dianggap tidak disampaikan; 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 14PJ.2008 Tanggal : 08 April 2008 e. PKP harus menyampaikan seluruh SPT Masa PPN termasuk lampirannya Formulir 1108 A dan Formulir 1108 B sesuai dengan jumlah halaman yang telah ditetapkan dalam PER Dirjen Pajak ini, kecuali Formulir 1108 B atas pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dan PPn BM yang atas impor atau perolehannya mendapat fasilitas, jumlah halamannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, maka setiap halaman di kanan atas diberi catatan seperti contoh berikut: - Formulir 1108 A halaman 1 dari 5 sd halaman 5 dari 5 jumlah halaman tidak dapat ditambah; - Formulir 1108 B halaman 1 dari 5 jumlah halaman dapat disesuaikan dengan kebutuhan Formulir 1108 B - pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dan PPn BM yang atas impor atau perolehannya mendapat fasilitas. f. Dalam hal SPT dilaporkan NIHIL karena PKP tidak melakukan kegiatan penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak, maka PKP hanya menyampaikan induk SPT dan SPT dianggap sudah disampaikan; g. Dalam hal terdapat kesulitan dalam pengisian SPT Masa PPN, agar menghubungi KPP. 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 14PJ.2008 Tanggal : 08 April 2008 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1108 A LAMPIRAN 1 - DAFTAR PAJAK KELUARAN DAN PPn BM D.1.2.32.05 A. U M U M 1. Formulir 1108 A harus diisi dan dilampirkan dalam bentuk formulir kertas hard copy oleh PKP yang menerbitkan tidak lebih dari 30 tiga puluh Faktur Pajak Standar, termasuk Nota Retur dalam 1 satu Masa Pajak pada Induk SPT Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan. 2. Apabila dalam Masa Pajak yang dilaporkan tidak ada Faktur Pajak sebagai Pajak Keluaran, lampiran ini tetap dibuat dan diisi dengan angka 0 Nol, kecuali untuk SPT Masa PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. B. PETUNJUK PENGISIAN 1. BAGIAN PERTAMA - Masa Pajak s.d. - Diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan. Untuk SPT Masa PPN Pembetulan, diisi dengan Masa Pajak yang dibetulkan. Contoh : Masa Pajak Januari 2008, sebagai berikut: 0 1 s.d. 0 1 - 2 0 0 8 Masa Pajak Januari s.d Maret 2008, sebagai berikut : 0 1 s.d. 0 3 - 2 0 0 8 Diisi hanya oleh PKP yang menggunakan jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan ketentuan paling lama 3 tiga bulan kalender Pasal 2A UU KUP. - Pembetulan Ke: __________________ Untuk SPT Masa PPN Pembetulan maka baris: “Pembetulan Ke: ___________ ” diisi dengan angka kesekian kali melakukan pembetulan. Contoh : Pembetulan kesatu Masa Pajak Januari 2008 sebagai berikut : Pembetulan Ke: 1 satu - halaman___ dari _____ diisi sesuai dengan halaman dalam lampiran satu. Contoh : halaman kesatu lampiran 1. halaman : 1 dari 5 ; 5 adalah jumlah halaman dari seluruh lampiran satu tidak bisa di tambah

2. BAGIAN KEDUA