b. mendapatkan perlindungan
dalam melaksanakan
kegiatan penanggulangan bencana;
c. melaksanakan kegiatan pengumpulan barang dan uang untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana.
Pasal 12
Lembaga kemasyarakatan berkewajiban: a. berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah danatau BPBD;
b. memberikan dan melaporkan kepada instansi yang berwenang dalam pengumpulan
barang dan
uang untuk
membantu kegiatan
penanggulangan bencana.
Pasal 13
Lembaga kemasyarakatan dapat berperan menyediakan sarana dan pelayanan untuk melengkapi kegiatan penanggulangan bencana yang
dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah Daerah.
BAB V BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Pasal 14
Pemerintah Daerah membentuk BPBD dengan berkoordinasi BNPB.
Pasal 15
1 Kepala BPBD dijabat secara rangkap ex officio oleh Sekretaris
Daerah. 2
Kepala BPBD
membawahi Unsur
Pengarah dan
Unsur PelaksanaPenanggulangan Bencana.
3 Kepala BPBD bertanggung jawab langsung kepada Bupati.
Pasal 16
1 Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 mempunyai fungsi:
a. menyusun konsep pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana
di daerah; dan b.
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
2 Keanggotaan Unsur Pengarah Penanggulangan Bencanasebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas:
a. pejabat Pemerintah Daerah yang terkait dengan penanggulangan
bencana; b.
anggota masyarakat, profesional dan ahli. 3 Keanggotaan Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf b dipilih melalui uji kepatutan dan kelayakan fit and propper test yang dilakukan oleh DPRD.
Pasal 17
1 Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 mempunyai fungsi:
a. koordinasi;
b. komando; dan
c. pengendalian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
didaerah.
2 Keanggotaan Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas tenaga profesional dan ahli.
Pasal 18
Fungsi Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf a meliputi:
a. Koordinasi BPBD dengan instansi atau lembaga dinasbadan secara horisontal pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan
pascabencana, dilakukan dalam bentuk: 1. penyusunan kebijakan dan strategi penanggulangan bencana;
2. penyusunan perencanaan penanggulangan bencana; 3. penentuan standar kebutuhan minimun;
4. pembuatan prosedur tanggap darurat bencana; 5. pengurangan resiko bencana;
6. pembuatan peta rawan bencana; 7. penyusunan anggaran penanggulangan bencana;
8. penyediaan sumber dayalogistik penanggulangan bencana ;dan 9. pendidikan
dan pelatihan,
penyelenggaraan gladisimulasi
penanggulangan bencana. b. Koordinasi
penyelenggaraan penanggulangan
bencana dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan lembagaorganisasi dan pihak- pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Kerjasama yang melibatkan peran serta negara lain, lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dilakukan melalui
koordinasi BNPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 19
1 Fungsi Komando sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1
huruf b dilakukan dalam status keadaan darurat bencana. 2
Dalam status keadaan darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Bupati menunjuk seorang komandan penanganan darurat
bencana atas usul Kepala BPBD.
3 Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 mengendalikan kegiatan operasional penanggulangan bencana, dan berwenang mengaktifkan dan meningkatkan Pusat
Pengendalian Operasi menjadi Pos Komando.
4 Komandan Penanganan Darurat Bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 memiliki kewenangan komando memerintahkan instansilembaga terkait meliputi :
a. penyelamatan; b. pengerahan sumber daya manusia;
c. pengerahan peralatan; dan d. pengerahan logistik.
5 Komandan Penanganan Darurat Bencana dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati.
Pasal 20
Fungsi Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf c dilakukan dalam hal:
a. penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba danatau berangsur
menjadi sumber ancaman bahaya bencana; b. penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang berpotensi yang
secara tiba-tiba danatau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
c. pengurasan sumber daya alam yang melebihi daya dukungnya yang menyebabkan ancaman timbulnya bencana; d. perencanaan dan
penegakan rencana tata ruang wilayah dalam kaitan penanggulangan bencana;
e. kegiatan penanggulangan
bencana yang
dilakukan oleh
lembagaorganisasi pemerintah dan nonpemerintah; f. penetapan kebijakan pembangunan yang berpotensi menimbulkan bencana; dan
g. pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang danatau barang serta jasa lain yang diperuntukkan untuk penanggulangan
bencana di daerah, termasuk pemberian izin pengumpulan sumbangan di daerah.
Pasal 21
Ketentuan mengenai susunan organisasi, tata kerja, eselonisasi dan kepegawaian pada BPBD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB VI PERAN LEMBAGA USAHA DAN LEMBAGA INTERNASIONAL