Citra Digital Perbaikan Citra

memegang peranan penting dalam informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya akan informasi. Maksudnya, sebuah citra dapat memberikan informasi lebih banyak daripada informasi tersebut disajikan dalam bentuk tekstual. Meskipun citra kaya akan informasi, namun seringkali citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu degradasi, misalnya mengandung cacat atau derau noise , warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur blurring , dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut kurang jelas. Untuk itu perlu dilakukan proses perbaikan citra guna meningkatkan mutu citra. Bidang ilmu pengetahuan yang membahas tentang proses peningkatan mutu citra tersebut yaitu pengolahan citra digital image processing . Salah satu cabang dalam ilmu pengolahan citra yaitu perbaikan citra image enhancement . Image enhancement adalah pemrosesan citra, khususnya menggunakan komputer dengan tujuan meningkatkan kualitas citra. Fungsi utama dari pengolahan citra adalah untuk memperbaiki kualitas dari suatu citra sehingga citra dapat dilihat lebih jelas dan informasi yang ada di dalam citra dapat diekstrak dengan tepat. Proses awal pengolahan citra digital adalah dengan mentransformasikan citra ke dalam bentuk besaran-besaran diskrit dari tingkat nilai keabuan pada titik-titik elemen citra. Elemen- elemen citra digital apabila ditampilkan dalam layar monitor akan menempati sebuah ruangan yang disebut dengan pixel picture elemen . Image enhancement terbagi dalam dua kategori, yaitu metode spatial domain dan metode frequency domain . Spatial domain berkenaan dengan ruang gambar itu sendiri dan berdasarkan manipulasi langsung pixel- pixel dari gambar. Frequency domain didasarkan pada modifikasi transformasi fourier pada gambar. Power la w transformation merupakan salah satu fungsi dalam spatial domain . Transformasi ini dapat diterapkan pada gambar yang memiliki kontras rendah maupun tinggi. Penelitian sebelumya yang berhubungan dengan topic pembahasan dan dijadikan bahan untuk melakukan pengembangan penelitian ini adalah sebagai berikut: a Asmaniatul Jannah, dalam penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Metode Filter Gaussian , Mean , dan Median Terhadap Reduksi Noise Salt And Peppers ”. Dari penelitian tersebut penulis meneliti perbandingan antara beberapa metode filter terhadap reduksi noise salt and peppers . b Muhammad Kusban 2012 dalam penelitian yang berjudul “PERBAIKAN CITRA MELALUI PROSES PENGOLAHAN PIKSEL”. Teknologi perbaikan citra pada umumnya menggunakan operasi spasial dan operasi domain untuk memanipulasi citra. Kelemahan menggunakan operasi domain adalah adanya kenaikan derau saat proses berlangsung. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan operasi spasial. c Danny Ibrahim dalam penelitian yang berjudul “Pengaturan Kecerahan dan Kontras Citra Secara Automatis dengan Teknik Pemodelan Histogram ”. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa kriteria citra yang memiliki kecerahan dan kontras yang baik adalah citra yang memiliki kisaran dinamis tingkat keabuan yang cukup lebar dan memiliki distribusi piksel yang cukup merata pada kisaran dinamis tersebut.

A. Citra Digital

Citra digital dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, fx1,y1, dimana x1 dan y1 disebut koordinat spasial dan amplitudo f pada pasangan koordinat x1,y1 disebut sebagai intensitas atau gray level citra. Pada saat x1,y1 dan nilai amplitudo f terdefinisi secara diskrit, maka gambar tersebut dapat dikatakan sebagai citra digital. Nilai fx,y terdiri dari ix,y,rx,y dengan maksud : 1. Nilai ix,y adalah jumlah cahaya yang berasal dari sumbernya illumination, ≤ ix,y ∞ 2. Nilai rx,y adalah derajat kemampuan objek memantulkan cahaya reflection , 0 ≤ fx,y ∞ Sehingga, 0 ≤ fx,y ∞. Nilai fx,y disebut juga derajat keabuan gray level mempunyai nilai, I min f I max , sementara I min , I max disebut skala keabuan. Sebagai contohnya adalah citra hitam putih dengan 256 level mempunyai skala keabuan 0,255. Hal ini berarti nilai 0 menyatakan hitam dan nilai 255 menyatakan putih gradasi hitam menuju putih. B. Pengolahan Citra Pengolahan citra atau image processing merupakan bidang yang berhubungan dengan proses transformasi citra yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.

C. Perbaikan Citra

Teknik atau metode peningkatan mutu citra terdiri dari proses-proses yang bertujuan memperbaiki mutu citra untuk memperoleh keindahan gambar, untuk kepentingan analisis citra, dan untuk mengoreksi citra. Langkah- langkah secara umum yaitu peningkatan tingkat keabuaan citra, filtering sebagai upaya untuk koreksi gangguan radiometris, dan transformasi dua dimensi untuk mengoreksi gangguan yang bersifat geometris. Dua metode yang digunakan dalam teknik peningkatan kualitas citra yaitu domain spasial dan domain frekuensi. Domain spasial adalah memanipulasi data dalam ruang lingkup citra itu sendiri dengan menggunakan perubahan piksel-pikselnya. Sedangkan domain frekuensi yaitu teknik memanipulasi citra dengan transformasi fourier . D. Power Law Transformation Transformasi power la w mempunyai dasar sebagai berikut : 2 - 1 dimana s dan r merupakan tingkat keabuan piksel dari citra output dan input, sedangkan c dan γ adalah konstanta positif. Transformasi ini dapat diaplikasikan pada citra yang mempunyai kontras rendah. Kurva power la w dengan nilai pecahan γ memetakan nilai-nilai daerah gelap masukan menjadi nilai-nilai output yang lebih luas. Berbagai perangkat yang digunakan untuk menangkap gambar, mencetak, dan menampilkan suatu gambar merespon sesuai power la w . Eksponen dalam persamaan power la w disebut sebagai gamma . Proses untuk mencari nilai yang cocok dalam ga mma disebut koreksi gamma gamma correction . Misalnya, tabung sinar katoda pada monitor CRT, perangkat ini memiliki respon intensitas ketegangan dengan nilai eksponen bervariasi mulai sekitar 1,8 sampai 2,5. Koreksi gamma merupakan faktor keteduhan yang mempengaruhi pemetaan antara nilai intensitas tingkat keabuan citra masukan dan keluaran sehingga pemetaan bisa tak-linear. Gamma memiliki nilai lebih besar dari nol. Jika gamma sama dengan satu, maka pemetaanya linear. Jika gamma kurang dari satu, pemetaannya cenderung menuju nilai keluaran yang lebih tinggi terang. Jika gamma lebih besar dari pada satu, pemetaannya cenderung menuju nilai keluaran yang lebih rendah lebih gelap.

E. Histogram