Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FACHRY ARFAN
NIM. 109054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2013
FACHRY ARFAN
ABSTRAK
Fachry Arfan
Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di
Rumah Autis Bekasi
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidak
terkecuali bagi anak autis. Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan
di Sekolah Luar Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih
mahal dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada
sekalipun. Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh
orangtuanya karena faktor ekonomi. Sedikitnya lembaga sosial yang didirikan
dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi penyandang
autis menyebabkan banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau materi
apa yang harus diajarkan kepada anaknya. Rumah Autis Bekasi merupakan salah
satu lembaga sosial yang dibangun untuk melaksanakan program pendidikan bagi
penyandang autis yang berasal dari kaum dhuafa. Berdasarkan hal tersebut penulis
sangat tertarik mengadakan penelitian mengenai implementasi program pelayanan
bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu “Bagaimana implementasi
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis
Bekasi?” Dan “Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?”.
Untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan Teori
Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang dikemukakan oleh Departemen
Sosial dan Teori Indikator Evaluasi Hasil yang dikemukakan oleh Terry Mizrahi
dan Larry E. Davis
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang
kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5
orang, terdiri dari 1 orang ketua Rumah Autis Bekasi, 2 orang pengajar kelas dan
2 orang dari orang tua siswa Rumah Autis Bekasi.
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi program pelayanan yang dilakukan
oleh Rumah Autis Bekasi menempuh tahap-tahap kegiatan. Tahap persiapan
mencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa; tahap kedua
adalah pengkajian yaitu mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapi
calon siswa; ketiga adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepan
untuk calon siswanya; keempat adalah implementasi program, tahap dimana siswa
mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah
dilakukan; kelima adalah monitoring dan evaluasi dan tahap terakhir adalah
terminasi. Rangkaian tahapan tersebut berfungsi untuk untuk mengembangkan
potensi siswanya secara optimal sesuai kemampuannya. Dan selama implementasi
pelayanan program sekolah khusus berlangsung, program ini menurut penulis
sudah berhasil memberikan sebuah dampak yang positif bagi para orang tua dan
siswa autis dilihat dari adanya perubahan yang sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh klien dan adanya kepuasan orang tua siswa dengan pelayanan
program sekolah khusus karena anaknya menjadi berkembang dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Esa atas cinta dan kasih-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita yakni Rosululloh SAW, para keluarga, para sahabatnya
serta para umatnya yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan
ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, MA,
M.Ed selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, MA selaku Wadek II, Bapak
Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wadek III Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Ardani selaku Ketua Rumah Autis Cabang Bekasi yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Autis
Bekasi.
ii
7. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan kasih
sayangnya serta dukungannya selama ini. Maafkan anakmu yang belum
bisa membahagiakan kalian.
8. Kakak Saya tercinta Fachrur dan Fachmy terima kasih atas supportnya
selama ini. Semoga apa yang kalian harapkan dapat tercapai.
9. Ni’matul Farida, yang selalu setia dan sabar mendampingi diamanapun
dan kapanpun baik senang maupun susah. Terima kasih atas semangat dan
motivasinya.
10. Kawan-kawan tercinta Kessos angkatan 2009 Dadan, Panji, Aldy, Heru,
Maygie, Bimo, Doni, Ugie, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku. Bangga
telah mengenal kalian.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaiian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat,
baik bagi penulis, mahasiswa Kesejahteraan Sosial juga pembaca lainnya. Ridha
dan keikhlasan dari para Dosen selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang
diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian masyarakat.
Ciputat, Januari 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................5s
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 16
G. Sistematika .................................................................................... 18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program ................................................ 20
B. Pelayanan Sosial............................................................................ 21
1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................... 21
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial ................................................... 22
3. Tahapan Pelayanan Sosial....................................................... 24
C. Evaluasi Program .......................................................................... 26
1. Pengertian Evaluasi Program .................................................. 26
2. Jenis-jenis Evaluasi ................................................................. 27
D. Anak Autis .................................................................................... 29
1. Pengertian Anak Autis ............................................................ 29
2. Karakteristik Anak Autis......................................................... 32
3. Jenis Anak Autis ..................................................................... 36
4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis.................................. 37
iv
E. Sekolah Khusus............................................................................. 40
1. Pengertian Sekolah Khusus..................................................... 40
2. Jenis-Jenis Pendidikan ............................................................ 42
3. Fungsi Sekolah Khusus ........................................................... 43
4. Tujuan Sekolah Khusus .......................................................... 44
5. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus ..................................... 44
6. Sasaran Pendidikan Khusus .................................................... 45
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Rumah Autis ....................................................... 49
B. Visi dan Misi ................................................................................. 50
C. Program Kerja (Bidang yang ditangani) ....................................... 51
D. Staf dan Struktur Lembaga............................................................ 57
E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries ) ..... 59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui
Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi...................................... 60
B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan Bagi
Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi ..... 79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran.............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena anak autis dan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) bukanlah
sesuatu hal yang baru, dan ada di sekeliling kita. Anak autis termasuk anak
yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anakanak ini, antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti
pada anak yang normal.1 Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk
komunikasi dan sosialisasi. Sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi
dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan
terhambat.
Di era globalisasi sekarang ini, ketika komunikasi antar manusia di
seluruh belahan bumi sudah demikian mudahnya, masih ada saja sekelompok
manusia yang tersisih. Tersisih karena mereka tidak mampu mengadakan
komunikasi dengan orang yang paling dekat sekalipun. Mereka sulit
mengekspresikan perasaan dan keinginan.
Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang
autisme di dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap
autisme. Meski belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme
di Indonesia, namun pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme
bisa berada di kisaran 112 ribu jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan
prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000
1
Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,
Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 6.
1
2
untuk anak di bawah 15 tahun. Jumlah anak penyandang autis di Indonesia
meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya.
Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika
tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan
yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini
mengalami autisme. Di Indonesia, pada 2010, jumlah penderita autisme
diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen.
Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan
sekitar 500 orang setiap tahun.2
Tentu saja ini sangat meresahkan. Penyandang autisme yang tidak
tertangani dengan tepat, kemungkinan sembuhnya akan semakin jauh dan
dikhawatirkan akan menjadi generasi yang hilang. Akan tetapi, banyak orang
tua anak autis bingung, pendidikan atau materi apa yang harus diajarkan
kepada anaknya karena masih sedikitnya lembaga sosial atau sekolah yang
didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi
penyandang autis.
Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga
negara harus mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan tanpa
kecuali. Anak autis juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak
lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Potensi tersebut masih
2
Cicah Sarianingsih, “Laju Perkembangan Penderita Autisme di Indonesia Terus Meningkat”
artikel diakses pada 1 Februari 2014 dari http://lintasfakta.com/laju-perkembangan-penderitaautisme-di-indonesia-terus-meningkat/
3
terpendam dan menunggu untuk dikeluarkan secara optimal sehingga mereka
dapat melakukan kewajibannya terhadap masyarakat dan terhadap dirinya
sendiri.
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang,
tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang hakiki, pengaturan
mengenai hak atas pendidikan diatur dalam Alinea Keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Pembukaan Alinea Keempat
UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Berdasarkan hal tersebut, ditegaskan bahwa salah satu tujuan dari
pembentukkan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara baru akan tercapai
melalui pemberian suatu pendidikan yang terintegrasi dan disesuaikan dengan
kebutuhan setiap warga negara.
Hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD 1945. Dalam ayat
(1) berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan3.
Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas
pendidikan bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali tanpa membedakan
suku, ras, agama, atau bahkan keadaan sosial dan ekonominya. Dengan
demikian berarti anak-anak yang dengan berkebutuhan khusus seperti
3
Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV,”
artikel diakses pada 12 Oktober 2012 dari http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
4
tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar
juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berhak untuk
mengembangkan diri sebebas-bebasnya.
Hak akan pendidikan berkebutuhan khusus juga tertuang dalam
Deklarasi Salamanca di Spanyol pada tanggal 10 Juni 1994 tentang prinsip,
kebijakan dan praktek dalam pendidikan kebutuhan khusus. Dalam deklarasi
ini diyakini setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh
pendidikan,
dan
harus
diberi
kesempatan
untuk
mencapai
serta
mempertahankan tingkat pengetahuan yang wajar.
Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat dalam rangka memenuhi
hak-hak anak autis harus senantiasa meningkatkan dan memajukan programprogram pendidikan yang layak bagi anak autis. Hal ini mengingat anak
sebagai aset dan generasi penerus bangsa.
Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan di Sekolah Luar
Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih mahal
dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun.
Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh orangtuanya
karena faktor ekonomi.
Telah banyak upaya yang ditempuh oleh masyarakat guna memenuhi
hak-hak warga negara akan suatu pendidikan khususnya anak autis yaitu
dengan mendirikan lembaga sosial yang bertujuan untuk menjembatani
5
kebutuhan akan sekolah khusus bagi penyandang autis dari keluarga tidak
mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis.
Rumah Autis Bekasi merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun
untuk melaksanakan program pendidikan atau sekolah khusus bagi
penyandang autis dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau
bahkan gratis. Maka dengan adanya Rumah Autis Bekasi diharapkan
pendidikan terhadap anak autis dapat ditangani dengan tepat dan benar
sehingga anak autis mampu hidup dan berbaur secara normal dalam
masyarakat luas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan
pembahasan dengan judul “Implementasi
Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah
Autis Bekasi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah bagaimana Rumah
Autis Bekasi mengimplementasikan program sekolah khusus bagi anak autis.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui
sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program pelayanan sekolah
khusus di Rumah Autis Bekasi
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi pekerja sosial dan
lembaga sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak
autis dalam melaksanakan program sekolah khusus agar lebih efektif
dan aspiratif.
b. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial yang diberikan
oleh Rumah Autis Bekasi terhadap anak penderita autis.
c. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus menjadi bahan
untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang terkait.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga
sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesejahteraan sosial,
terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.
7
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan
secara
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.4 Pendekatan kualitatif dapat digunakan bila masalah
penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap.5
Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan langsung masuk ke obyek,
melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah
akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti
akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.
Penelitian kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis
pelaksanaan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggambarkan secara komprehensif
melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara
tentang pelaksaan program sekolah khusus.
4
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta,
2009), h. 9.
5
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 24.
8
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.6
Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif,
tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi.
Temuan-temuan dari penelitian deskriptif akan lebih luas dan lebih
teperinci karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah itu.
Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara
secara lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya.7
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam
penelitian ini digambarkan tentang bagaimana implementasi pelayanan
program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi bagi
anak autis.
6
W. Gulo, Metodologi Kualitatif ( Jakarta: Grafindo, 2000), h.19.
Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet. Ke-2, h. 39
7
9
3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Autis Bekasi yang
beralamat di Jalan Al Husna No 39 RT 02/01, Jati Kramat, Jati Asih, Kota
Bekasi 17421. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2013 sampai
dengan bulan Desember 2013.
4. Teknik Pengumupulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah prosesproses pengamatan dan ingatan.8
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non participant observation.
8
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.145.
10
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Namun dalam observasi nonpartisipan,
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam observasi ini, yang penulis lakukan adalah observasi
berperan serta atau terlibat langsung. Penulis terjun langsung ke
lapangan dengan mendatangi Rumah Autis Bekasi guna memperoleh
data dan informasi yang konkret mengenai hal-hal yang menjadi objek
penelitian. Selanjutnya data tersebut penulis tuangkan dalam penulisan
ini dan penulis juga melakukan pengamatan tentang kegiatan program
sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dan diikuti
oleh anak-anak autis. Sambil melakukan pengamatan, penulis juga ikut
melakukan kegiatan-kegiatan sekolah khusus yang dilakukan oleh
Rumah Autis Bekasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi
dan
ide
melalui
Tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu9. Menurut Dr. Lexy
J. Moleong, M.A. dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif,
wawancara adalah percakapan dengan maksud tententu.10 Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
9
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 231.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Dosdakarya, 1999),
h. 135.
10
11
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan
narasumber Ketua Rumah Autis Bekasi serta Pengajar Rumah Autis
Bekasi. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang berkenaan dengan
peran dan pelaksanaan program sekolah khusus dengan pihak-pihak
yang mengetahui dan mengusai tentang pendidikan anak autis.
c. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto,
gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lainlain.11
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan oleh Rumah Autis Bekasi. Seperti rancangan
program (jangka panjang dan jangka pendek) Rumah Autis Bekasi,
foto, dan lain-lain.
5. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik yang digunakan oleh penulis untuk pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) dimana
subyek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
11
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 240.
12
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian.12 Jadi penulis memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya
itu, penulis dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap.
Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan
bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti.13
Dalam penelitian ini penulis menggali data seluas-luasnya dari
berbagai pihak yang terlibat dalam program sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi, pihak-pihak tersebut diantaranya: ketua Rumah Autis
Bekasi, pengajar program sekolah khusus, dan orang tua dari anak-anak
autis yang mengikuti program sekolah khusus.
12
Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.
13
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54
13
Tabel 1
Rancangan Subyek Penelitian
Metode
No
Subyek Penelitian
Informasi Yang Dicari
Jumlah Pengumpulan
Data
Gambaran umum Rumah
Autis Bekasi, latar
belakang sejarah
1
Ketua Rumah Autis
Bekasi
berdirinya, implementasi
1
Wawancara
bebas
pelayanan program sekolah
terstruktur
khusus, alur pelayanan
Rumah Autis Bekasi, hasil
pelayanan
Metode pengajaran yang
2
Pengajar Rumah
Autis Bekasi
diterapkan oleh pengajar
di dalam program
Wawancara
2
terstruktur
sekolah khusus
Pelaksanaan sekolah
3
Orang Tua Anak
Autis
khusus dan hasil yang
dicapai
bebas
Wawancara
2
bebas
terstruktur,
observasi
14
6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua
bagian, yaitu
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.14 Data primer ini diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah
Kepala serta Pengajar Rumah Autis Bekasi.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen.15 Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang
pendidikan anak autis serta dokumen Rumah Autis Bekasi berupa buku
panduan.
7. Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.16
Aktivitas analisis data yang penulis lakukan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
14
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.
16
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 244.
15
15
Reduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam
hal ini penulis memilih data yang relevan dengan peran Rumah Autis
Bekasi dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis.
Setelah dilakukan reduksi data mengenai peran Rumah Autis Bekasi
dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis disusun
dan disajikan dalam bentuk narasi, gambar, tabel, dan sebagainya.
Terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan
rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
8. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.17 Teknik triangulasi digunakan untuk
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data lainnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan orang tua klien sebagai
pengecekan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Rumah
Autis Bekasi.
17
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h. 241.
16
9. Teknik Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Karya Imiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Ada sebuah hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan
penulis jadikan bahan perbandingan, yaitu:
1. Judul
:
Sikap
Orang
Tua
Dalam
Menghadapi
Anak
Penyandang Autisma Studi Kasus Orang Tua Siswa
Di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Nama
: Winda Wulansari
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi
2. Judul
: Kesejahteraan Sosial
: Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis di SD
Purba Adhika Lebak Bulus Jakarta Selatan
Nama
: Lu’lu Nailunnajah
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi
: Pendidikan Matematika
17
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Implementasi Program Pelayanan
Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi. Adapun
perbedaan antara tinjauan pustaka dan skripsi penulis yakni:
Tabel 2.
Perbedaan Penelitian Tinjauan Pustaka dan Penelitian Penulis
Judul Skripsi
Penulis
Sikap Orang Tua Dalam
Menghadapi Anak Penyandang
Autisma Studi Kasus Orang Tua
Siswa Di Sekolah Luar Biasa
Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Winda
Wulansari
Pembelajaran Matematika
Pada Anak Autis di SD Purba
Adhika Lebak Bulus Jakarta
Selatan
Pembahasan
- Skripsi ini membahas mengenai
bagaimana sikap orang tua setelah
mengetahui anaknya didiagnosa
autis. Apakah orang tua menerima
keadaan anak dan selanjutya
melakukan tindakan apa saja untuk
kemandirian anaknya, atau apakah
orang tua menolak keadaan anaknya
dan bersikap seperti tidak
menghiraukan anaknya.
- Menurut penulis kekurangan pada
skripsi ini adalah skripsi ini hanya
fokus terhadap sikap orang tua
dalam menghadapi anak autis tidak
menjelaskan program pendidikan
bagi anak autis.
Lu’lu
- Skripsi ini membahas mengenai
Nailunnajah
bagaimana proses pembelajaran
matematika dan permasalahanpermasalahan yang timbul ketika
anak autis di Sekolah Dasar Purba
Adhika belajar matematika.
- Menurut penulis kekurangan pada
skripsi ini adalah tidak membahas
secara mendalam mengenai
keberhasilan program pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar Purba
Adhika.
18
Judul Skripsi
Implementasi Program
Pelayanan Bagi Anak Autis
Melalui Sekolah Khusus di
Rumah Autis Bekasi
Penulis
Pembahasan
Fachry
Arfan
- Skripsi ini menjelaskan tentang
bagaimana implementasi program
pelayanan sekolah khusus yang
dilakukan Rumah Autis Bekasi dan
Bagaimana hasil yang dicapai dari
implementasi program pelayanan
sekolah khusus tersebut.
- Implementasi program pelayanan
yang dilakukan oleh Rumah Autis
Bekasi menempuh tahap-tahap
kegiatan. Dimulai dari tahap
persipan, tahap pengkajian, tahap
rencana intervensi, tahap
implementasi program, tahap
evaluasi, dan terakhir tahap
terminasi
- Untuk melihat keberhasilan
program, skripsi ini menggunakan
tiga indikator evaluasi hasil yaitu
integritas program, dampak
program, dan kepuasan.
G. Sistematika
BAB I
Pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis
yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan
implementasi program, pelayanan sosial, anak autis dan pendidikan
khusus.
19
BAB III
Gambaran Umum Rumah Autis Bekasi. Dalam bab ini
menggambarkan tentang profil, sejarah, visi dan misi, struktur
organisasi, program dan pelayanan dan penerima manfaat layanan
lembaga.
BAB 1V Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan hasil dari pengumpulan
data mengenai konsep pelaksanaan program sekolah khusus
Rumah Autis Bekasi, perananan Rumah Autis Bekasi dalam
penanganan anak autis, faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program sekolah khusus, dan segala hal yang terkait
atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan.
BAB V
Penutup. Berisi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi
adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah
rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.1
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi
Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2
Berdasarkan definisi di atas, maka implementasi program adalah
pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai asas serta usaha yang
telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi pogram adalah
pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun
dan disepakati bersama.
Maka implementasi program dalam penelitian ini adalah kita dapat
melihat bentuk kongkret atau usaha nyata yang dilakukan lembaga terkait
dalam mewujudkan tujuannya terhadap hasil rancangan atau program yang
telah dibuat sebelumnya.
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h. 427.
2
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.
20
21
B. Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial
sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian social atau
untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.
Siporin menyebutkan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial
dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan
masyarakat. Friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga
sosial. Menurutnya: “kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi
dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan,
kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan”.3
Spicker, seorang penulis Inggris menyatakan bahwa pelayanan
sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial,
dan pendidikan. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh
Kahn dan Kamerman yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar
adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai
jaminan sosial), kesehatan, perumahan dan pelatihan kerja.
Sainbury, professor dalam Social Administration di Inggris
menyatakan bahwa dalam arti yang sangat luas, pelayanan-pelayanan
sosial adalah pelayanan yang digunakan untuk semua (communal services)
yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan
mengurangi jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah yang memerlukan penerimaan publik
3
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 201.
22
secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang tergantung pada
pengorganisasian
hubungan-hubungan
sosial
untuk
pemecahannya.
Pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini, menurut Sainsbury, meliputi
kesehatan, pendidikan, pemeliharaan penghasilan, perumahan dan
pelayanan sosial personal.
Romanyshyn memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha
untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian
sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber
sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan
individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stress dan
tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal.4
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial
Secara empiris lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia (human service organization), mempunyai
berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenisjenis pelayanan tersebut antara lain adalah:
a. Pelayanan Pengasramaan
Yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien.
Dengan pelayanan ini klien dapat menginap, tidur dan menyimpan
miliknya.
b. Pelayanan permakanan
Yaitu pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang
telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
4
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Rafika Aditama, 2012, h. 51.
23
c. Pelayanan Konsultasi
Yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan
sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.
d. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh
tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
e. Pelayanan Pendidikan
Yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti
pendidikan formal.
f. Pelayanan Keterampilan
Yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan,
perbengkelan,
perkebunan,
salon,
menjahit,
kerajinan
tangan,
perbaikan jam tv, komputer dan sebagainya.
g. Pelayanan Keagamaan
Yaitu pelayanan bimbingan mental-spiritual dengan menjalankan
aktifitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah
keagamaan.
h. Pelayanan Hiburan Dan Rekreasi
Yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira dan
senang melalui permainan, musik, media entertainment dan kunjungan
ke suatu tempat.
24
i. Pelayanan Transportasi
Yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik ke
keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.5
3. Tahapan Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial memilik beberapa tahapan, diantaranya:6
a. Tahapan Pendekatan Awal
Yaitu suatu proses penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak
terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima
pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan,
penempatan calon penerima layanan, serta identifikasi sarana dan
prasarana pelayanan.
b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (assessment)
Adalah suatu proses kegiatan dan pengumpulan dan analisis data untuk
mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem
sumber penerima klien.
c. Perencanaan Pemecahan Masalah (planning)
Adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan
masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervention)
Yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah
dirumuskan.
5
Kegiatan
pelaksanaan
pemecahan
masalah
yang
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan
Sosial, 1997, h. 106-107.
6
Buku Saku Pekerja Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2004), h.3.
25
dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi,
dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik,
bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial,
pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi.
e. Tahapan Bimbingan
Yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhan mental, jiwa dan raga klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik,
ketrampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, dan advokasi.
f. Tahapan Bimbingan Dan Pembinaan Lanjutan
Adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima
pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan
sosialnya.
g. Tahapan Evaluasi
Yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indikator
keberhasilan pemecahan masalah.
h. Tahapan Terminasi
Adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan atau
bantuan atau pertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan
(klien).
i. Tahapan Rujukan
Yaitu
kegiatan
merancang,
melaksanakan,
mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan
program pelayanan kesejahteraan sosial.
26
C. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah alat penting bagi pekerja sosial.
Mempelajari teknik dan keterampilan evaluasi program dapat membantu
dalam menentukan apakah ada kebutuhan akan program (studi asesmen
kebutuhan), bagaimana proses dan prosedur program dilaksanakan
(pemantauan program), dan apakah tujuan program tercapai (evaluasi
program berorientasi sasaran).7
Evaluasi program adalah kumpulan sistematis informasi tentang
kegiatan, karakteristik, dan hasil program untuk membuat keputusan
tentang program, meningkatkan efektivitas program, dan/atau
menginformasikan keputusan tentang pemrograman masa depan.
(Program evaluation is the systematic collection of information
about the activities, characteristics, and outcomes of programs to
make judgement about the program, improve program effectiveness,
and/or inform decisions about future programming).8
Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Pada penelitian kali ini, peneliti akan
memfokuskan penelitian pada hasil yang dicapai dari implementasi
7
Albert R. Robert dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 (Jakarta: Gunung
Mulia, 2009), h.472.
8
Michael Quinn Patton, Untilization Focused Evaluation (London: Sage Publication, 1997), h. 23.
27
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi.
2. Jenis-jenis Evaluasi
Dalam teori evaluasi program, dikenal beberapa jenis evaluasi
program yang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur program baik mengenai
rasional tujuan latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan.
b. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumberdaya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Evaluasi proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan baik
mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor
pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan dan sejenisnya.
d. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, di
modifikasi, ditingkatkan, atau dihentikan.
Dari ke empat jenis evaluasi tersebut peneliti memilih evaluasi hasil
untuk melihat keberhasilan dari suatu program.
28
Pertanyaan yang dapat dijawab dengan evaluasi hasil dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori:
(The question that can be answered by outcome evaluations can be
classified under three general categories):9
a. Integritas Program (Program integrity)
Apakah program mencapai perubahan yang diinginkan klien? Sampai pada
tingkat apa pelaksanaan program mencapai tujuan programnya? Apakah
program mencapai standar minimum pencapaian yang telah ditetapkan (tolak
ukur)?
(Is the program achieving the desired client change? To what degree is the
program accomplishing its program objectives? Is the program achieving
predetermined minimum standards of achievement (benchmarks)?)
b. Dampak Program (Program effect)
Apakah orang-orang yang telah mengikuti program ini mereka menjadi
lebih baik? Apakah mereka lebih baik dibandingkan yang lain yang
mengikuti
program
serupa?
berapa
lama
peningkatan
klien
berlangsung?
(Are people who have been through the program better for it ? are they
better off than others who went through similar program ? how long
do client improvements last?)
c. Kepuasan (Satisfaction)
Apakah stakeholder puas dengan layanan program?
(Are stakeholders satisfied with program services?)
9
Terry Mizrahi dan Larry E. Davis, Encyclopedia of Social Work (New York: NASW Press,
2008), h. 430.
29
Evaluasi hasil dalam penelitian ini difokuskan pada hasil yang terjadi
selama siswa mengikuti program pelayanan sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan
komunikasi, dan peningkatan keterampilan (skills).
D. Anak Autis
1. Pengertian Anak Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.10
Untuk memudahkan pemahaman tentang anak autis berikut ini akan
dijelaskan beberapa pendapat yang mendeskripsikan tentang pengertian
anak autis sebagai berikut:11
Leo Kanner menyatakan autism berasal dari kata auto yang berarti
sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.
Berdasarkan pendapat Kanner ini banyak guru dan orang tua menganggap
anak yang tidak dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar
diidentikan sebagai anak autis, padahal tidak sedikit anak tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan disebabkan oleh masalah-masalah yang
bersifat psikologis.
10
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMA
METRO MEDIA, 2012), h. 29.
11
Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus (Jakarta: PT LUXIMA METRO
MEDIA, 2013),h. 10.
30
Bonny Danuatmaja menjelaskan bahwa autis merupakan suatu
kumpulan sindrom (gejala-gejala) akibat kerusakan syaraf dan menggangu
perkembangan anak.
Mif Baihaqi dan Sugiarmin menjelaskan autis merupakan suatu
gangguan yang kompleks dan berbeda-beda dari ringan sampai berat dan
mengalami tiga bidang kesulitan, yaitu komunikasi, imajinasi, sosialisasi.
Sumarna mendeskripsikan pengertian autis sebagai berikut, autis
merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku
yang khas, memiliki peran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri
serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal.
Melly Budiman menjelaskan autis adalah gangguan perkembangan
pada anak, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang
Nampak dan menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan
yang normal sesuai umurnya.
Rudi Sutadi menyatakan autis adalah gangguan perkembangan berat
yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan
bereaksi (berhubungan) dengan orang lain, karena penyandang autis tidak
mampu berkomunikasi verbal maupun non verbal.
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan
sosial atau komunikasi yang normal, anak tersebut terisolasi dari manusia
lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif.
Pada umumnya anak autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
31
sesuai dengan situasi atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka
menghindari atau tidak merespon terhadap kontak sosial (pandangan mata,
sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Anak autis memiliki hambatan d
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FACHRY ARFAN
NIM. 109054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2013
FACHRY ARFAN
ABSTRAK
Fachry Arfan
Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di
Rumah Autis Bekasi
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidak
terkecuali bagi anak autis. Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan
di Sekolah Luar Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih
mahal dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada
sekalipun. Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh
orangtuanya karena faktor ekonomi. Sedikitnya lembaga sosial yang didirikan
dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi penyandang
autis menyebabkan banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau materi
apa yang harus diajarkan kepada anaknya. Rumah Autis Bekasi merupakan salah
satu lembaga sosial yang dibangun untuk melaksanakan program pendidikan bagi
penyandang autis yang berasal dari kaum dhuafa. Berdasarkan hal tersebut penulis
sangat tertarik mengadakan penelitian mengenai implementasi program pelayanan
bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu “Bagaimana implementasi
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis
Bekasi?” Dan “Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?”.
Untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan Teori
Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang dikemukakan oleh Departemen
Sosial dan Teori Indikator Evaluasi Hasil yang dikemukakan oleh Terry Mizrahi
dan Larry E. Davis
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang
kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5
orang, terdiri dari 1 orang ketua Rumah Autis Bekasi, 2 orang pengajar kelas dan
2 orang dari orang tua siswa Rumah Autis Bekasi.
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi program pelayanan yang dilakukan
oleh Rumah Autis Bekasi menempuh tahap-tahap kegiatan. Tahap persiapan
mencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa; tahap kedua
adalah pengkajian yaitu mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapi
calon siswa; ketiga adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepan
untuk calon siswanya; keempat adalah implementasi program, tahap dimana siswa
mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah
dilakukan; kelima adalah monitoring dan evaluasi dan tahap terakhir adalah
terminasi. Rangkaian tahapan tersebut berfungsi untuk untuk mengembangkan
potensi siswanya secara optimal sesuai kemampuannya. Dan selama implementasi
pelayanan program sekolah khusus berlangsung, program ini menurut penulis
sudah berhasil memberikan sebuah dampak yang positif bagi para orang tua dan
siswa autis dilihat dari adanya perubahan yang sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh klien dan adanya kepuasan orang tua siswa dengan pelayanan
program sekolah khusus karena anaknya menjadi berkembang dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Esa atas cinta dan kasih-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita yakni Rosululloh SAW, para keluarga, para sahabatnya
serta para umatnya yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan
ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, MA,
M.Ed selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, MA selaku Wadek II, Bapak
Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wadek III Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah
berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Ardani selaku Ketua Rumah Autis Cabang Bekasi yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Autis
Bekasi.
ii
7. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan kasih
sayangnya serta dukungannya selama ini. Maafkan anakmu yang belum
bisa membahagiakan kalian.
8. Kakak Saya tercinta Fachrur dan Fachmy terima kasih atas supportnya
selama ini. Semoga apa yang kalian harapkan dapat tercapai.
9. Ni’matul Farida, yang selalu setia dan sabar mendampingi diamanapun
dan kapanpun baik senang maupun susah. Terima kasih atas semangat dan
motivasinya.
10. Kawan-kawan tercinta Kessos angkatan 2009 Dadan, Panji, Aldy, Heru,
Maygie, Bimo, Doni, Ugie, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku. Bangga
telah mengenal kalian.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaiian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat,
baik bagi penulis, mahasiswa Kesejahteraan Sosial juga pembaca lainnya. Ridha
dan keikhlasan dari para Dosen selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang
diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian masyarakat.
Ciputat, Januari 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................5s
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 16
G. Sistematika .................................................................................... 18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program ................................................ 20
B. Pelayanan Sosial............................................................................ 21
1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................... 21
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial ................................................... 22
3. Tahapan Pelayanan Sosial....................................................... 24
C. Evaluasi Program .......................................................................... 26
1. Pengertian Evaluasi Program .................................................. 26
2. Jenis-jenis Evaluasi ................................................................. 27
D. Anak Autis .................................................................................... 29
1. Pengertian Anak Autis ............................................................ 29
2. Karakteristik Anak Autis......................................................... 32
3. Jenis Anak Autis ..................................................................... 36
4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis.................................. 37
iv
E. Sekolah Khusus............................................................................. 40
1. Pengertian Sekolah Khusus..................................................... 40
2. Jenis-Jenis Pendidikan ............................................................ 42
3. Fungsi Sekolah Khusus ........................................................... 43
4. Tujuan Sekolah Khusus .......................................................... 44
5. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus ..................................... 44
6. Sasaran Pendidikan Khusus .................................................... 45
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Rumah Autis ....................................................... 49
B. Visi dan Misi ................................................................................. 50
C. Program Kerja (Bidang yang ditangani) ....................................... 51
D. Staf dan Struktur Lembaga............................................................ 57
E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries ) ..... 59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui
Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi...................................... 60
B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan Bagi
Anak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi ..... 79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran.............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena anak autis dan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) bukanlah
sesuatu hal yang baru, dan ada di sekeliling kita. Anak autis termasuk anak
yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anakanak ini, antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti
pada anak yang normal.1 Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk
komunikasi dan sosialisasi. Sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi
dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan
terhambat.
Di era globalisasi sekarang ini, ketika komunikasi antar manusia di
seluruh belahan bumi sudah demikian mudahnya, masih ada saja sekelompok
manusia yang tersisih. Tersisih karena mereka tidak mampu mengadakan
komunikasi dengan orang yang paling dekat sekalipun. Mereka sulit
mengekspresikan perasaan dan keinginan.
Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang
autisme di dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap
autisme. Meski belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme
di Indonesia, namun pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme
bisa berada di kisaran 112 ribu jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan
prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000
1
Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,
Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 6.
1
2
untuk anak di bawah 15 tahun. Jumlah anak penyandang autis di Indonesia
meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya.
Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika
tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan
yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini
mengalami autisme. Di Indonesia, pada 2010, jumlah penderita autisme
diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen.
Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan
sekitar 500 orang setiap tahun.2
Tentu saja ini sangat meresahkan. Penyandang autisme yang tidak
tertangani dengan tepat, kemungkinan sembuhnya akan semakin jauh dan
dikhawatirkan akan menjadi generasi yang hilang. Akan tetapi, banyak orang
tua anak autis bingung, pendidikan atau materi apa yang harus diajarkan
kepada anaknya karena masih sedikitnya lembaga sosial atau sekolah yang
didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi
penyandang autis.
Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga
negara harus mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan tanpa
kecuali. Anak autis juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak
lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Potensi tersebut masih
2
Cicah Sarianingsih, “Laju Perkembangan Penderita Autisme di Indonesia Terus Meningkat”
artikel diakses pada 1 Februari 2014 dari http://lintasfakta.com/laju-perkembangan-penderitaautisme-di-indonesia-terus-meningkat/
3
terpendam dan menunggu untuk dikeluarkan secara optimal sehingga mereka
dapat melakukan kewajibannya terhadap masyarakat dan terhadap dirinya
sendiri.
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang,
tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang hakiki, pengaturan
mengenai hak atas pendidikan diatur dalam Alinea Keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Pembukaan Alinea Keempat
UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Berdasarkan hal tersebut, ditegaskan bahwa salah satu tujuan dari
pembentukkan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara baru akan tercapai
melalui pemberian suatu pendidikan yang terintegrasi dan disesuaikan dengan
kebutuhan setiap warga negara.
Hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD 1945. Dalam ayat
(1) berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan3.
Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas
pendidikan bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali tanpa membedakan
suku, ras, agama, atau bahkan keadaan sosial dan ekonominya. Dengan
demikian berarti anak-anak yang dengan berkebutuhan khusus seperti
3
Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV,”
artikel diakses pada 12 Oktober 2012 dari http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
4
tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar
juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berhak untuk
mengembangkan diri sebebas-bebasnya.
Hak akan pendidikan berkebutuhan khusus juga tertuang dalam
Deklarasi Salamanca di Spanyol pada tanggal 10 Juni 1994 tentang prinsip,
kebijakan dan praktek dalam pendidikan kebutuhan khusus. Dalam deklarasi
ini diyakini setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh
pendidikan,
dan
harus
diberi
kesempatan
untuk
mencapai
serta
mempertahankan tingkat pengetahuan yang wajar.
Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat dalam rangka memenuhi
hak-hak anak autis harus senantiasa meningkatkan dan memajukan programprogram pendidikan yang layak bagi anak autis. Hal ini mengingat anak
sebagai aset dan generasi penerus bangsa.
Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan di Sekolah Luar
Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih mahal
dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun.
Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh orangtuanya
karena faktor ekonomi.
Telah banyak upaya yang ditempuh oleh masyarakat guna memenuhi
hak-hak warga negara akan suatu pendidikan khususnya anak autis yaitu
dengan mendirikan lembaga sosial yang bertujuan untuk menjembatani
5
kebutuhan akan sekolah khusus bagi penyandang autis dari keluarga tidak
mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis.
Rumah Autis Bekasi merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun
untuk melaksanakan program pendidikan atau sekolah khusus bagi
penyandang autis dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau
bahkan gratis. Maka dengan adanya Rumah Autis Bekasi diharapkan
pendidikan terhadap anak autis dapat ditangani dengan tepat dan benar
sehingga anak autis mampu hidup dan berbaur secara normal dalam
masyarakat luas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan
pembahasan dengan judul “Implementasi
Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah
Autis Bekasi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah bagaimana Rumah
Autis Bekasi mengimplementasikan program sekolah khusus bagi anak autis.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui
sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program pelayanan sekolah
khusus di Rumah Autis Bekasi
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi pekerja sosial dan
lembaga sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak
autis dalam melaksanakan program sekolah khusus agar lebih efektif
dan aspiratif.
b. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial yang diberikan
oleh Rumah Autis Bekasi terhadap anak penderita autis.
c. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus menjadi bahan
untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang terkait.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga
sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesejahteraan sosial,
terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.
7
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan
secara
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.4 Pendekatan kualitatif dapat digunakan bila masalah
penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap.5
Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan langsung masuk ke obyek,
melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah
akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti
akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.
Penelitian kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis
pelaksanaan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggambarkan secara komprehensif
melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara
tentang pelaksaan program sekolah khusus.
4
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta,
2009), h. 9.
5
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 24.
8
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.6
Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif,
tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi.
Temuan-temuan dari penelitian deskriptif akan lebih luas dan lebih
teperinci karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah itu.
Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara
secara lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya.7
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam
penelitian ini digambarkan tentang bagaimana implementasi pelayanan
program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi bagi
anak autis.
6
W. Gulo, Metodologi Kualitatif ( Jakarta: Grafindo, 2000), h.19.
Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet. Ke-2, h. 39
7
9
3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Autis Bekasi yang
beralamat di Jalan Al Husna No 39 RT 02/01, Jati Kramat, Jati Asih, Kota
Bekasi 17421. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2013 sampai
dengan bulan Desember 2013.
4. Teknik Pengumupulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah prosesproses pengamatan dan ingatan.8
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non participant observation.
8
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.145.
10
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Namun dalam observasi nonpartisipan,
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam observasi ini, yang penulis lakukan adalah observasi
berperan serta atau terlibat langsung. Penulis terjun langsung ke
lapangan dengan mendatangi Rumah Autis Bekasi guna memperoleh
data dan informasi yang konkret mengenai hal-hal yang menjadi objek
penelitian. Selanjutnya data tersebut penulis tuangkan dalam penulisan
ini dan penulis juga melakukan pengamatan tentang kegiatan program
sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dan diikuti
oleh anak-anak autis. Sambil melakukan pengamatan, penulis juga ikut
melakukan kegiatan-kegiatan sekolah khusus yang dilakukan oleh
Rumah Autis Bekasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi
dan
ide
melalui
Tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu9. Menurut Dr. Lexy
J. Moleong, M.A. dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif,
wawancara adalah percakapan dengan maksud tententu.10 Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
9
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 231.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Dosdakarya, 1999),
h. 135.
10
11
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan
narasumber Ketua Rumah Autis Bekasi serta Pengajar Rumah Autis
Bekasi. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang berkenaan dengan
peran dan pelaksanaan program sekolah khusus dengan pihak-pihak
yang mengetahui dan mengusai tentang pendidikan anak autis.
c. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto,
gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lainlain.11
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan oleh Rumah Autis Bekasi. Seperti rancangan
program (jangka panjang dan jangka pendek) Rumah Autis Bekasi,
foto, dan lain-lain.
5. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik yang digunakan oleh penulis untuk pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) dimana
subyek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
11
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 240.
12
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian.12 Jadi penulis memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya
itu, penulis dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap.
Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan
bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti.13
Dalam penelitian ini penulis menggali data seluas-luasnya dari
berbagai pihak yang terlibat dalam program sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi, pihak-pihak tersebut diantaranya: ketua Rumah Autis
Bekasi, pengajar program sekolah khusus, dan orang tua dari anak-anak
autis yang mengikuti program sekolah khusus.
12
Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.
13
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54
13
Tabel 1
Rancangan Subyek Penelitian
Metode
No
Subyek Penelitian
Informasi Yang Dicari
Jumlah Pengumpulan
Data
Gambaran umum Rumah
Autis Bekasi, latar
belakang sejarah
1
Ketua Rumah Autis
Bekasi
berdirinya, implementasi
1
Wawancara
bebas
pelayanan program sekolah
terstruktur
khusus, alur pelayanan
Rumah Autis Bekasi, hasil
pelayanan
Metode pengajaran yang
2
Pengajar Rumah
Autis Bekasi
diterapkan oleh pengajar
di dalam program
Wawancara
2
terstruktur
sekolah khusus
Pelaksanaan sekolah
3
Orang Tua Anak
Autis
khusus dan hasil yang
dicapai
bebas
Wawancara
2
bebas
terstruktur,
observasi
14
6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua
bagian, yaitu
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.14 Data primer ini diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah
Kepala serta Pengajar Rumah Autis Bekasi.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen.15 Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang
pendidikan anak autis serta dokumen Rumah Autis Bekasi berupa buku
panduan.
7. Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.16
Aktivitas analisis data yang penulis lakukan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
14
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.
16
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 244.
15
15
Reduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam
hal ini penulis memilih data yang relevan dengan peran Rumah Autis
Bekasi dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis.
Setelah dilakukan reduksi data mengenai peran Rumah Autis Bekasi
dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis disusun
dan disajikan dalam bentuk narasi, gambar, tabel, dan sebagainya.
Terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan
rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
8. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.17 Teknik triangulasi digunakan untuk
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data lainnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan orang tua klien sebagai
pengecekan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Rumah
Autis Bekasi.
17
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h. 241.
16
9. Teknik Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Karya Imiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Ada sebuah hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan
penulis jadikan bahan perbandingan, yaitu:
1. Judul
:
Sikap
Orang
Tua
Dalam
Menghadapi
Anak
Penyandang Autisma Studi Kasus Orang Tua Siswa
Di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Nama
: Winda Wulansari
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi
2. Judul
: Kesejahteraan Sosial
: Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis di SD
Purba Adhika Lebak Bulus Jakarta Selatan
Nama
: Lu’lu Nailunnajah
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi
: Pendidikan Matematika
17
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Implementasi Program Pelayanan
Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi. Adapun
perbedaan antara tinjauan pustaka dan skripsi penulis yakni:
Tabel 2.
Perbedaan Penelitian Tinjauan Pustaka dan Penelitian Penulis
Judul Skripsi
Penulis
Sikap Orang Tua Dalam
Menghadapi Anak Penyandang
Autisma Studi Kasus Orang Tua
Siswa Di Sekolah Luar Biasa
Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Winda
Wulansari
Pembelajaran Matematika
Pada Anak Autis di SD Purba
Adhika Lebak Bulus Jakarta
Selatan
Pembahasan
- Skripsi ini membahas mengenai
bagaimana sikap orang tua setelah
mengetahui anaknya didiagnosa
autis. Apakah orang tua menerima
keadaan anak dan selanjutya
melakukan tindakan apa saja untuk
kemandirian anaknya, atau apakah
orang tua menolak keadaan anaknya
dan bersikap seperti tidak
menghiraukan anaknya.
- Menurut penulis kekurangan pada
skripsi ini adalah skripsi ini hanya
fokus terhadap sikap orang tua
dalam menghadapi anak autis tidak
menjelaskan program pendidikan
bagi anak autis.
Lu’lu
- Skripsi ini membahas mengenai
Nailunnajah
bagaimana proses pembelajaran
matematika dan permasalahanpermasalahan yang timbul ketika
anak autis di Sekolah Dasar Purba
Adhika belajar matematika.
- Menurut penulis kekurangan pada
skripsi ini adalah tidak membahas
secara mendalam mengenai
keberhasilan program pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar Purba
Adhika.
18
Judul Skripsi
Implementasi Program
Pelayanan Bagi Anak Autis
Melalui Sekolah Khusus di
Rumah Autis Bekasi
Penulis
Pembahasan
Fachry
Arfan
- Skripsi ini menjelaskan tentang
bagaimana implementasi program
pelayanan sekolah khusus yang
dilakukan Rumah Autis Bekasi dan
Bagaimana hasil yang dicapai dari
implementasi program pelayanan
sekolah khusus tersebut.
- Implementasi program pelayanan
yang dilakukan oleh Rumah Autis
Bekasi menempuh tahap-tahap
kegiatan. Dimulai dari tahap
persipan, tahap pengkajian, tahap
rencana intervensi, tahap
implementasi program, tahap
evaluasi, dan terakhir tahap
terminasi
- Untuk melihat keberhasilan
program, skripsi ini menggunakan
tiga indikator evaluasi hasil yaitu
integritas program, dampak
program, dan kepuasan.
G. Sistematika
BAB I
Pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis
yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan
implementasi program, pelayanan sosial, anak autis dan pendidikan
khusus.
19
BAB III
Gambaran Umum Rumah Autis Bekasi. Dalam bab ini
menggambarkan tentang profil, sejarah, visi dan misi, struktur
organisasi, program dan pelayanan dan penerima manfaat layanan
lembaga.
BAB 1V Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan hasil dari pengumpulan
data mengenai konsep pelaksanaan program sekolah khusus
Rumah Autis Bekasi, perananan Rumah Autis Bekasi dalam
penanganan anak autis, faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program sekolah khusus, dan segala hal yang terkait
atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan.
BAB V
Penutup. Berisi kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi
adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah
rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.1
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi
Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2
Berdasarkan definisi di atas, maka implementasi program adalah
pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai asas serta usaha yang
telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi pogram adalah
pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun
dan disepakati bersama.
Maka implementasi program dalam penelitian ini adalah kita dapat
melihat bentuk kongkret atau usaha nyata yang dilakukan lembaga terkait
dalam mewujudkan tujuannya terhadap hasil rancangan atau program yang
telah dibuat sebelumnya.
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h. 427.
2
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.
20
21
B. Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial
sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian social atau
untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.
Siporin menyebutkan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial
dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan
masyarakat. Friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga
sosial. Menurutnya: “kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi
dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan,
kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan”.3
Spicker, seorang penulis Inggris menyatakan bahwa pelayanan
sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial,
dan pendidikan. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh
Kahn dan Kamerman yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar
adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai
jaminan sosial), kesehatan, perumahan dan pelatihan kerja.
Sainbury, professor dalam Social Administration di Inggris
menyatakan bahwa dalam arti yang sangat luas, pelayanan-pelayanan
sosial adalah pelayanan yang digunakan untuk semua (communal services)
yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan
mengurangi jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah yang memerlukan penerimaan publik
3
Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 201.
22
secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang tergantung pada
pengorganisasian
hubungan-hubungan
sosial
untuk
pemecahannya.
Pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini, menurut Sainsbury, meliputi
kesehatan, pendidikan, pemeliharaan penghasilan, perumahan dan
pelayanan sosial personal.
Romanyshyn memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha
untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian
sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber
sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan
individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stress dan
tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal.4
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial
Secara empiris lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia (human service organization), mempunyai
berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenisjenis pelayanan tersebut antara lain adalah:
a. Pelayanan Pengasramaan
Yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien.
Dengan pelayanan ini klien dapat menginap, tidur dan menyimpan
miliknya.
b. Pelayanan permakanan
Yaitu pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang
telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
4
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Rafika Aditama, 2012, h. 51.
23
c. Pelayanan Konsultasi
Yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan
sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.
d. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh
tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
e. Pelayanan Pendidikan
Yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti
pendidikan formal.
f. Pelayanan Keterampilan
Yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan,
perbengkelan,
perkebunan,
salon,
menjahit,
kerajinan
tangan,
perbaikan jam tv, komputer dan sebagainya.
g. Pelayanan Keagamaan
Yaitu pelayanan bimbingan mental-spiritual dengan menjalankan
aktifitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah
keagamaan.
h. Pelayanan Hiburan Dan Rekreasi
Yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira dan
senang melalui permainan, musik, media entertainment dan kunjungan
ke suatu tempat.
24
i. Pelayanan Transportasi
Yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik ke
keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.5
3. Tahapan Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial memilik beberapa tahapan, diantaranya:6
a. Tahapan Pendekatan Awal
Yaitu suatu proses penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak
terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima
pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan,
penempatan calon penerima layanan, serta identifikasi sarana dan
prasarana pelayanan.
b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (assessment)
Adalah suatu proses kegiatan dan pengumpulan dan analisis data untuk
mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem
sumber penerima klien.
c. Perencanaan Pemecahan Masalah (planning)
Adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan
masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervention)
Yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah
dirumuskan.
5
Kegiatan
pelaksanaan
pemecahan
masalah
yang
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan
Sosial, 1997, h. 106-107.
6
Buku Saku Pekerja Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2004), h.3.
25
dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi,
dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik,
bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial,
pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi.
e. Tahapan Bimbingan
Yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhan mental, jiwa dan raga klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik,
ketrampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, dan advokasi.
f. Tahapan Bimbingan Dan Pembinaan Lanjutan
Adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima
pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan
sosialnya.
g. Tahapan Evaluasi
Yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indikator
keberhasilan pemecahan masalah.
h. Tahapan Terminasi
Adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan atau
bantuan atau pertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan
(klien).
i. Tahapan Rujukan
Yaitu
kegiatan
merancang,
melaksanakan,
mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan
program pelayanan kesejahteraan sosial.
26
C. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah alat penting bagi pekerja sosial.
Mempelajari teknik dan keterampilan evaluasi program dapat membantu
dalam menentukan apakah ada kebutuhan akan program (studi asesmen
kebutuhan), bagaimana proses dan prosedur program dilaksanakan
(pemantauan program), dan apakah tujuan program tercapai (evaluasi
program berorientasi sasaran).7
Evaluasi program adalah kumpulan sistematis informasi tentang
kegiatan, karakteristik, dan hasil program untuk membuat keputusan
tentang program, meningkatkan efektivitas program, dan/atau
menginformasikan keputusan tentang pemrograman masa depan.
(Program evaluation is the systematic collection of information
about the activities, characteristics, and outcomes of programs to
make judgement about the program, improve program effectiveness,
and/or inform decisions about future programming).8
Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Pada penelitian kali ini, peneliti akan
memfokuskan penelitian pada hasil yang dicapai dari implementasi
7
Albert R. Robert dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 (Jakarta: Gunung
Mulia, 2009), h.472.
8
Michael Quinn Patton, Untilization Focused Evaluation (London: Sage Publication, 1997), h. 23.
27
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi.
2. Jenis-jenis Evaluasi
Dalam teori evaluasi program, dikenal beberapa jenis evaluasi
program yang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur program baik mengenai
rasional tujuan latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan.
b. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumberdaya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Evaluasi proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan baik
mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor
pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan dan sejenisnya.
d. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, di
modifikasi, ditingkatkan, atau dihentikan.
Dari ke empat jenis evaluasi tersebut peneliti memilih evaluasi hasil
untuk melihat keberhasilan dari suatu program.
28
Pertanyaan yang dapat dijawab dengan evaluasi hasil dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori:
(The question that can be answered by outcome evaluations can be
classified under three general categories):9
a. Integritas Program (Program integrity)
Apakah program mencapai perubahan yang diinginkan klien? Sampai pada
tingkat apa pelaksanaan program mencapai tujuan programnya? Apakah
program mencapai standar minimum pencapaian yang telah ditetapkan (tolak
ukur)?
(Is the program achieving the desired client change? To what degree is the
program accomplishing its program objectives? Is the program achieving
predetermined minimum standards of achievement (benchmarks)?)
b. Dampak Program (Program effect)
Apakah orang-orang yang telah mengikuti program ini mereka menjadi
lebih baik? Apakah mereka lebih baik dibandingkan yang lain yang
mengikuti
program
serupa?
berapa
lama
peningkatan
klien
berlangsung?
(Are people who have been through the program better for it ? are they
better off than others who went through similar program ? how long
do client improvements last?)
c. Kepuasan (Satisfaction)
Apakah stakeholder puas dengan layanan program?
(Are stakeholders satisfied with program services?)
9
Terry Mizrahi dan Larry E. Davis, Encyclopedia of Social Work (New York: NASW Press,
2008), h. 430.
29
Evaluasi hasil dalam penelitian ini difokuskan pada hasil yang terjadi
selama siswa mengikuti program pelayanan sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan
komunikasi, dan peningkatan keterampilan (skills).
D. Anak Autis
1. Pengertian Anak Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.10
Untuk memudahkan pemahaman tentang anak autis berikut ini akan
dijelaskan beberapa pendapat yang mendeskripsikan tentang pengertian
anak autis sebagai berikut:11
Leo Kanner menyatakan autism berasal dari kata auto yang berarti
sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.
Berdasarkan pendapat Kanner ini banyak guru dan orang tua menganggap
anak yang tidak dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar
diidentikan sebagai anak autis, padahal tidak sedikit anak tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan disebabkan oleh masalah-masalah yang
bersifat psikologis.
10
Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMA
METRO MEDIA, 2012), h. 29.
11
Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus (Jakarta: PT LUXIMA METRO
MEDIA, 2013),h. 10.
30
Bonny Danuatmaja menjelaskan bahwa autis merupakan suatu
kumpulan sindrom (gejala-gejala) akibat kerusakan syaraf dan menggangu
perkembangan anak.
Mif Baihaqi dan Sugiarmin menjelaskan autis merupakan suatu
gangguan yang kompleks dan berbeda-beda dari ringan sampai berat dan
mengalami tiga bidang kesulitan, yaitu komunikasi, imajinasi, sosialisasi.
Sumarna mendeskripsikan pengertian autis sebagai berikut, autis
merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku
yang khas, memiliki peran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri
serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal.
Melly Budiman menjelaskan autis adalah gangguan perkembangan
pada anak, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang
Nampak dan menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan
yang normal sesuai umurnya.
Rudi Sutadi menyatakan autis adalah gangguan perkembangan berat
yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan
bereaksi (berhubungan) dengan orang lain, karena penyandang autis tidak
mampu berkomunikasi verbal maupun non verbal.
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan
sosial atau komunikasi yang normal, anak tersebut terisolasi dari manusia
lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif.
Pada umumnya anak autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
31
sesuai dengan situasi atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka
menghindari atau tidak merespon terhadap kontak sosial (pandangan mata,
sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Anak autis memiliki hambatan d