Efektivitas Penambahan Glutathione (Gsh) Pada Medium Fertilisasi Dan Kultur Terhadap Kompetensi Perkembangan Awal Embrio Sapi Secara In Vitro

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN GLUTATHIONE (GSH) PADA
MEDIUM FERTILISASI DAN KULTUR TERHADAP
KOMPETENSI PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO SAPI
SECARA IN VITRO

ARAS PRASETIYO NUGROHO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Penambahan
Glutathione (GSH) pada Medium Fertilisasi dan Kultur terhadap Kompetensi
Perkembangan Awal Embrio Sapi secara In Vitro adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Aras Prasetiyo Nugroho
NIM B352130061

RINGKASAN
ARAS PRASETIYO NUGROHO. Efektivitas Penambahan Glutathione (GSH)
pada Medium Fertilisasi dan Kultur terhadap Kompetensi Perkembangan Awal
Embrio Sapi secara In Vitro. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan
IMAN SUPRIATNA.
Produksi embrio in vitro sapi masih mengalami kendala yang ditandai
dengan rendahnya capaian tingkat blastosis. Hal tersebut dapat terjadi karena
lingkungan kultur yang mempunyai konsentrasi oksigen (O2) yang tinggi. Kondisi
ini menyebabkan metabolisme menghasilkan banyak reactive oxygen species
(ROS) seperti hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat bereaksi dengan unsur logam
menjadi radikal bebas berupa ion hidroksil (OH•−). Radikal bebas OH•− sangat
berbahaya karena dapat merusak membran dengan membentuk lipid peroksida (LOOH). Secara alami oosit menghasilkan glutathione (GSH) yang dapat mereduksi
H2O2 sebelum sempat bereaksi dengan unsur logam. Sintesis GSH diregulasikan
oleh sel kumulus dengan mentransfer cysteine melalui gap junction sebagai

prekusor GSH. Pada saat oosit mencapai kematangan inti, gap junction terputus
oleh adanya enzim hyaluronidase sehingga suplai cysteine ke dalam oosit terhenti
akibatnya sintesis GSH juga terhenti. Konsentrasi GSH yang dicapai selama
pematangan inilah yang digunakan dalam pembentukan pronukleus dan blastosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilisasi dan kompetensi
perkembangan awal embrio sapi dengan penambahan GSH pada medium
fertilisasi dan kultur. Penelitian I, oosit sapi dimatangkan, kemudian difertilisasi
dengan spermatozoa yang telah diseleksi menggunakan teknik swim up. Oosit dan
spermatozoa diinkubasi pada medium fertilisasi dengan penambahan 0.25 mM,
0.50 mM, dan 1.00 mM GSH. Penelitian II, oosit sapi dimatangkan pada medium
pematangan dan difertilisasi menggunakan prosedur seperti penelitian sebelumnya,
kemudian dikultur pada medium kultur dengan perlakuan penambahan GSH:
hanya pada medium fertilisasi (T1), hanya pada medium kultur (T2), dan
kombinasi pada medium fertilisasi dan kultur (T3). Sementara itu pada kontrol
tidak diberikan perlakuan penambahan GSH.
Hasil penelitian I menunjukkan bahwa penambahan 1.00 mM GSH pada
medium fertilisasi dapat meningkatkan pembentukan pronukleus normal yang
lebih tinggi (86.9%) dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 0.50 mM
(80.3%), 0.25 mM (73.8%), dan kontrol (58.9%) (P