Upstream and Downstream Institutional Partnerships in Cidanau Watershed for Domestic and Industrial Water Supply

KELEMBAGAAN KEMITRAAN HULU HILIR DAS CIDANAU
UNTUK PASOKAN AIR DOMESTIK DAN INDUSTRI
DI PROPINSI BANTEN

NUR LAILA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kelembagaan Kemitraan
Hulu Hilir DAS Cidanau untuk Pasokan Air Domestik dan Industri di Propinsi
Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Nur Laila
NRP P052110201

RINGKASAN
NUR LAILA. Kelembaaan Kemitraan Hulu Hilir DAS Cidanau untuk Pasokan
Air Domestik dan Industri di Propinsi Banten. Dibimbing oleh KUKUH
MURTILAKSONO dan BRAMASTO NUGROHO.
Kemitraan hulu hilir pengelolaan DAS Cidanau telah dibangun sejak tahun
2005 dengan pendekatan pembayaran jasa lingkungan (PJL). Stakeholder yang
terlibat adalah PT Krakatau Tirta Industri (KTI) sebagai pemanfaat air baku dari
sungai Cidanau untuk tujuan komersil membayar kepada penyedia jasa
lingkungan (komunitas petani hutan) di hulu DAS terhadap perannya melakukan
konservasi lahan. Komunitas petani hutan harus mempertahankan tegakan pohon
sesuai dengan jumlah dan masa kontrak yang disepakati keduanya. Kemitraan ini
difasilitasi oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) yang anggotanya
terdiri dari para pihak. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kelembagaan
kemitraan untuk pasokan air DAS Cidanau.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan

analisis data secara umum mengacu pada analisis pengembangan institusi (IAD)
yang dikembangkan oleh Ostrom (2008). Informan/responden ditentukan secara
sengaja (purposive sampling ) dan penentuan informan kunci dilakukan dengan
teknik snowball sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa status kedudukan kepemilikan lahan
masyarakat yang masuk dalam mekanisme PJL mayoritas adalah hak milik
pribadi (private property), dengan mata pencaharian pada umumnya merupakan
petani yang menjual hasil tanamannya untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada periode pertama kontrak (2005-2009) ada 2 kelompok yang terputus
kontrak dari 4 kelompok tani yang menjalin kemitraan, yakni Kelompok tani
Karya Bersama dan Agung Lestari, sedangkan pada periode ke dua (2010-2014)
ada 5 kelompok tani yang menjadi anggota PJL termasuk kelompok tani yang
memperpanjang kontrak pada periode pertama yakni Karya Muda II. Untuk
mewujudkan kelembagaan kemitraan DAS Cidanau selain pembenahan aturan
main, hal penting yang harus dilakukan adalah penguatan kelembagaan FKDC.
Dalam rangka agar kinerja pemutusan kontrak pada desa Cibojong dan Kadu
Agung tidak terjadi pada kelompok tani lainnya maka diperlukan: a) pendekatan
individual untuk kelompok tani yang heterogen, b) pembentukan lembaga
keuangan alternatif desa, dan c) Adanya peluang penjarangan dengan jumlah dan
diameter pohon tertentu, d) pengkajian jumlah pembayaran yang diberikan pada
petani penyedia jasa lingkungan.

Kata kunci: pembayaran jasa lingkungan, kelembagaan, kemitraan,
Cidanau, kelompok tani

DAS

SUMMARY
NUR LAILA. Upstream and Downstream Institutional Partnerships in Cidanau
Watershed for Domestic and Industrial Water Supply. Supervised by KUKUH
MURTILAKSONO and BRAMASTO NUGROHO.
Upstream and downstream institutional partnerships in Cidanau watershed
has been built in 2005 using payment for environmental services (PES) approach.
Among stakeholders, partners involved in the mechanism are Krakatau Tirta
Industri (KTI) Company as a water beneficiary for commercial use and up-stream
farmer groups as a service provider, and facilitated by a multi-stakeholder
watershed forum namely Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC). The farmers
were paid for their role in conserving land and maintainance of tree stand in
accordance with number of trees and contract period which is agreed by both
parties.
The study aims to formulate partnership institution which is intended by
both parties for the sustainability of Cidanau water supply. This is a qualitative

research with a case study approach. Data analysis in general was referred to
Institutional Analysis Development (IAD) developed by Ostrom (2008). This
research applied purposive sampling and snowball sampling.
The result of the research shows that majority of land ownership of the
involved farmer are private property which is cultivated to meet their daily need.
In the first period of contract (2005-2009) there were 4 farmer groups involved
but 2 groups cease to be a member of PES, and in the second period (2010-2014)
there were PES groups signed the contract including extended groups.
Improvement is necessary in order to achieve optimum benefit of Cidanau water
supply and involving parties in PES. Apart from the mechanism rule,
institutionalization of FKDC needs to be improved and strengthened in
manifesting partnership institution of Cidanau water supply. The necessary
approach to prevent contract discountinuation in other village as has been
experienced in Cibojong and Kadu Agung Village are a) individual approach for
heterogenous types of farmer communities, b) establishment of village alternative
financial institutions, c) due to thinning on number and certain diameter of trees,
d) assessment of the incentive to farmer groups as environmental service
providers.
Keyword : payment for environmental services, institution, partnership, cidanau
watershed, farmer group


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KELEMBAGAAN KEMITRAAN HULU HILIR DAS CIDANAU
UNTUK PASOKAN AIR DOMESTIK DAN INDUSTRI
DI PROPINSI BANTEN

NUR LAILA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi

: Dr Ir Rinekso Soekmadi, M.Sc. F, Trop

Judul Tesis : Kelembagaan Kemitraan Hulu Hilir DAS Cidanau untuk Pasokan
Air Domestik dan Industri di Propinsi Banten
: Nur Laiia
Nama
: P052110201
NIM

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MSc
Ketua

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MSc

Tanggal Ujian:
27 Juli 2013

,--


-

.

.
-

Tanggal Lulus:

2b AUG ,.;.u I3

Judul Tesis : Kelembagaan Kemitraan Hulu Hilir DAS Cidanau untuk Pasokan
Air Domestik dan Industri di Propinsi Banten
Nama
: Nur Laila
NIM
: P052110201

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MSc
Ketua

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian:
27 Juli 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
subhanallahu wa ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di
Propinsi Banten sejak bulan April 2003 ini adalah “Kelembagaan Kemitraan HuluHilir DAS Cidanau untuk Pasokan Air Domestik dan Industri di Propinsi Banten ”.
Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr Ir Kukuh Murtilaksono, MSc selaku ketua komisi dan Dr Ir
Bramasto Nugroho, MS selaku anggota komisi yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan nasehat kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi, M.Sc F.Trop yang telah bersedia menjadi

penguji luar komisi dan memberi koreksi kepada penulis terhadap muatan
isi tesis.
3. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan beserta
jajarannya yang telah memberikan layanan perkuliahan kepada penulis.
4. Pusdiklat Kehutanan yang telah memberikan beasiswa untuk melanjutkan
pendidikan S2 di IPB Bogor.
5. Dirjen dan Sekditjen BPDASPS Kementerian Kehutanan yang telah
memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB Bogor.
6. Direktur PEPDAS, Dr Ir Eka W Soegiri, MM yang mendorong dan
mengizinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB Bogor.
7. BPDAS Citarum Ciliwung yang telah memnfasilitasi pelaksanaan penelitian
dan membantu perolehan data, khususnya ibu Nilda, pak Utang, Heriadi,
Heru Ruhendi dan teh Neng Wati.
8. Suhanafi, SSos, MHum suami tercinta atas segala kasih sayang, motivasi,
kesabaran dan doa tulus sehingga penulis tetap bersemangat menyelesaikan
studi ini.
9. Sembah sujud kepada kedua pihak orang tua, ayahnda Salim Gani dan
mama tersayang Rosidah, mertuaku Bapak Zainal Arifin (alm) dan ibu
Suparmi (alm) atas segala kasih sayang, perhatian serta doa yang tak pernah
putus dipanjatkan.
10. Saudaraku tersayang Selvi Handayani, Rafiq Ferdian, Joko Supriyadi, Dewi
Kusuma Handayani, ponakan tercinta ku Atin, Tata, Raffa, Aldi, Nisa atas
segala motivasi dan sandaran letih berkeluh kesah.
11. NP Rahadian yang telah bersedia menerima penulis melaksanakan
penelitian dan banyak membantu penulis dalam memperoleh data, serta
segala kerjasama dan diskusinya yang membuka inspirasi penulis dalam
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan
untuk Saudariku Rahmi Mulyasih yang telah berbaik hati memberikan
tempat tinggal gratisnya, seluruh pihak FKDC, Showir dan Nuril atas
kerjasamanya dalam kegiatan di lapangan.

12. Sahabat seperjuangan ku seluruh PSL-er 2011 khususnya kepada Yoscarini,
Silak, Supomo, Hari Purnomo, Budi Ambong atas segala semangat dan
bantuannya selama ini.
13. Seluruh Kasubdit, Kasie, teman-teman Direktorat PEPDAS, khususnya Dr.
Ir Syaiful Anwar, MSc, Ir Djonli, MF, Dr Saparis, Ir Yuli Utami, MSi, pak
Pur, Imam, Leo dan bu Yayuk. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Ibu Tyas yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
memperoleh beasiswa, Dr Ir Silver Hutabarat, Msc, teh Virni , Harteb atas
diskusi, semangat dan informasi yang diberikan dalam penyelesaian tesis
ini.
14. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga Allah subhanallahu
wa ta‟ala memberikan pahala yang berlipat.

Bogor, Juli 2013
Nur Laila
.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran Penelitian
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian di DAS Cidanau Terdahulu

1
1
3
5
6
6
7

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data

8
8
8
9

3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak DAS Cidanau
Kependudukan dan Mata Pencaharian

11
11
13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hak Kepemilikan Lahan, Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan
Atribut Komunitas Petani Hutan
Peraturan Perundangan dan Peraturan Non Formal yang terkait dengan
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Situasi Aksi dan Kelembagaan Kemitraan Hulu Hilir DAS Cidanau
Kelembagaan Kemitraan Hulu Hilir untuk Pasokan Air DAS Cidanau

14
14
17
21
24
37

5 SIMPULAN DAN SARAN

44

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

48

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1 Informan kunci dan jumlah informan kunci yang dipergunakan dalam
penelitian
2 Matriks penelitian kelembagan kemitraan hulu hilir untuk pasokan air
DAS Cidanau
3 Luas kecamatan, jumlah penduduk dan mayoritas mata pencaharian di
area pembayaran jasa lingkungan
4 Kepemilikan lahan kelompok tani penyedia jasa lingkungan DAS
Cidanau
5 Jenis tanaman dominan di lahan komunitas petani hutan penyedia jasa
lingkungan
6 Peraturan perundangan dan peraturan non formal yang terkait
pembayaran jasa lingkungan
7 Periode dan status kontrak kelompok tani penyedia jasa lingkungan
8 Jumlah pembayaran PT KTI untuk kelompok tani penyedia jasa
lingkungan
9 Program Jejaring Kelompok Tani Hutan Tahun 2013
10 Peranan para pihak yang terkait langsung dalam mekanisme PJL

9
12
13
15
18
22
28
28
33
34

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitan
2 Rumusan permasalahan dengan framefork analisis dan pengembangan
kelembagaan
3 Matriks stakeholder dan pengaruh tingkat kepentingan
4 Lokasi penelitian
5 Sebaran presentase mata pencaharian di areal pembayaran jasa
lingkungan
6 Tegakan vegetasi di lahan salah satu anggota kelompok tani karya
muda II desa Citaman
7 Pemanfaatan bawah tegakan dengan penanaman kakao/coklat di Desa
Cikumbuen, kelompok tani Alam Lestari
8 Hubungan prinsipal agen antara PT KTI, FKDC dan komunitas petani
hutan penyedia jasa lingkungan DAS Cidanau
9 Penomoran pohon pada tanaman yang menjadi pembayaran jasa
lingkungan di desa Citaman
10 Pemetaan stakeholder dalam kemitraan DAS Cidanau
11 Kerangka IAD untuk kelembagaan kemitraan hulu hilir pasokan air
DAS Cidanau

4
6
11
13
14
16
17
27
32
36
42

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penilaian pengaruh dan kepentingan analisis stakeholder
kemitraan DAS Cidanau
2 Contoh lembar nota kesepahaman antara PT KTI dan FKDC, dan
Kontrak antara FKDC dan Kelompok tani

48
50

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh
pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung gunung dan akan
dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. Wilayah daratan tersebut
dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan
kesatuan ekosistem yang utuh dari hulu sampai hilir terdiri dari unsur-unsur
utama atas sumber daya alam yaitu tanah, vegetasi (hutan), air dan sumber daya
manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam (Asdak 2010).
DAS di Indonesia berjumlah 17.088 DAS (Kepmenhut No. SK
511/Menhut-V/2011 tentang Penetepan Daerah Aliran Sungai). Kondisi DAS
yang sudah kritis/sangat kritis sehingga tidak bisa berfungsi sebagaimana
peruntukannya dan perlu penanganan terbagi menjadi prioritas I sebanyak 394
DAS, prioritas II sebanyak 1.436 DAS dan prioritas III sebanyak 1.500 DAS.
Sedangkan yang diutamakan untuk ditangani lebih dulu untuk disusun rencana
pengelolaan DAS terpadunya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: SK. 328/Menhut-II/2009 tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Prioritas dan ditetapkan dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) tahun 2010-2014 hanya 108 DAS, sehingga beban
pengelolaan DAS yang ditanggung oleh pemerintah memang terbilang cukup
tinggi, yang berdampak pada pengelolaan yang tidak optimal dan
mengakibatkan kerusakan ekosistem DAS, seperti tanah longsor, sedimentasi,
banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Oleh karena
itu menurut Asdak (2010) diperlukan pengelolaan DAS yang tepat, untuk
memperoleh manfaat produksi dan jasa dengan meminimalkan terjadinya
kerusakan sumber daya yang ada melalui proses formulasi dan implementasi
kegiatan yang bersifat manipulatif sumberdaya alam dan manusia, dimana untuk
tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan
ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan, dan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).
DAS Cidanau sebagai daerah tangkapan air berperanan penting dalam
penyediaan sumber air baku untuk masyarakat, baik untuk kebutuhan kegiatan
domestik maupun komersial terutama bagi industri di Kota Cilegon dan
sekitarnya, dengan luas kurang lebih 22.620 ha. Di mana bagian hulu didominasi
hutan rakyat dan terdapat rawa Danau1 yang menjadi tempat bermuaranya
delapan belas (18) sub DAS sebagai reservoir (Bappeda Propinsi Banten 2008).
Hasil pengukuran debit sungai Cidanau beberapa kurun waktu
menunjukkan debit air yang fluktuatif, tahun 1922-1936 debit maksimum
berkisar 21 - 44 m³/detik dan debit minimum 1,48-5,60 m³/detik, tahun 19801992 debit maksimum berkisar 4,43–38,12 m³/detik dan debit minimum 2,501

Salah satu potensi DAS Cidanau adalah Cagar Alam Rawa Danau yang ditunjuk berdasarkan surat
Gubernur Jenderal Belanda Goverment Besluit no. 60 STNL pada tanggal 16 November 1921, seluas
2.500 ha, dan merupakan situs Konservasi rawa pegunungan yang masih tersisa di Pulau Jawa.

2

12,98m³/detik, tahun 1995-2008 debit maksimum berkisar 13,11-36,28 m³/detik
dan debit minimum 1,30-3,67 m³/detik (Bappeda Propinsi Banten 2008).
Berdasarkan data PT KTI (2005) dalam Bappeda (2008) menyebutkan bahwa
sedimentasi tahunan yang terjadi di Sungai Cidanau sebesar 500 m³/km2/tahun
sehingga debit minimum yang terjadi bahkan pernah berada pada posisi 1,30
tahun 2007 erat kaitannya dengan sedimentasi yang terjadi di sungai Cidanau.
Hal tersebut dapat juga berkaitan erat dengan perambahan kawasan Rawa Danau
yang berdasarkan hasil penelitian Irsyad (2011) menunjukkan telah terjadi
perubahan kawasan rawa yang pada tahun 2006 masih memiliki luasan 2245 ha
kemudian tahun 2010 menjadi 2.193 ha. Disamping itu hasil interpretasi citra
tahun 2003 – 2011 oleh Badan Planologi Kementerian Kehutanan tahun 2012
menunjukkan bahwa luas hutan tanaman berkurang 218,74 ha, luas untuk
pemukiman meningkat menjadi 25,87 ha, tanah terbuka berkurang 12,96 ha,
luasan peruntukan sawah meningkat sebesar 40,78 ha, demikian juga
peningkatan luasan untuk pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering
campur yang masing masing meningkat seluas 94,31 ha dan 70,74 ha.
Daerah hulu dan hilir dalam suatu DAS mempunyai keterkaitan biofisik
melalui daur hidrologi (Johnson et.al, 2001; Acreman 2004; Asdak 2010),
sehingga apa bila terjadi deforestasi hutan di hulu DAS akan berdampak
langsung terhadap keberlanjutan pasokan air di DAS Cidanau, khususnya daerah
hilir. Pola pemanfaatan lahan didaerah hulu dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi
masyarakat yang pada umumnya berada pada kondisi miskin dan cenderung
akan mengorbankan hutannya untuk keberlangsungan hidup. Oleh karena itu hal
tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab oleh masyarakat kawasan hulu
sebagai penyedia jasa lingkungan yang melakukan konservasi lahan tetapi juga
kawasan hilir sebagai pengguna jasa lingkungan, ini lah yang menjadi dasar
pemikiran dalam pengembangan kemitraan hulu hilir DAS Cidanau (FKDC,
2009).
Sejak tahun 2005 di kawasan DAS Cidanau telah dibangun kemitraan hulu
hilir dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan (PJL). Pendekatan ini menjadi
insipirasi dalam pengembangan instrumen yang kemudian menjadi salah satu
implementasi pendekatan instrumen ekonomi seperti yang diamanatkan dalam
Undang Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2012 tentang
Pengelolaan DAS, yang salah satunya adalah melalui mekanisme pasar atau
pembayaran jasa lingkungan , yang juga merupakan sebagian salah satu dari
kebijakan lingkungan dalam mengendalikan dampak lingkungan melalui
mekanisme pasar atau pembayaran jasa lingkungan
Stakeholder yang terlibat dalam PJL DAS Cidanau adalah PT Krakatau
Tirta Industri (KTI)2 sebagai pemanfaat air baku dari sungai Cidanau untuk
tujuan komersil membayar kepada penyedia jasa lingkungan (komunitas petani)
di hulu DAS terhadap perannya melakukan konservasi lahan dengan
mempertahankan tegakan pohon sesuai dengan jumlah dan masa kontrak yang
disepakati
keduanya.
Melalui
kemitraan
ini
diharapkan
dapat
menumbuhkembangkan sense of belonging petani khususnya komunitas petani
2

PT KTI merupakan perusahaan pemegang izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kota serang untuk
pengambilan air di DAS Cidanau.

3

yang menjadi pilot project dalam memanfaatkan lahannya untuk pengelolaan
sumber daya hutan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara
konseptual Pagiola et al. (2004) menyatakan secara sederhana yaitu “beneficiary
pays” atau pemanfaat jasa membayar.
Keberlanjutan hubungan kemitraan ini akan dipengaruhi oleh sejauhmana
para pihak baik PT KTI maupun kelompok tani dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya masing-masing sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Dari aspek kelembagaan menimbulkan pertanyaan apakah kemitraan yang telah
ada (1) mampu menyelesaikan permasalahan deforestasi di lahan – lahan milik
masyarakat (hutan rakyat), dan (2) terjamin keberlanjutannya? Pertanyaan
tersebut menjadi relevan untuk didiskusikan menggunakan teori kemitraan
(agency theory), khususnya tentang hubungan prinsipal-agen (principal-agent
relationship), dengan memfokuskan perhatian pada agency problem yang terjadi
ketika terdapat hubungan keagenan antara prinsipal dengan agen. Salah satu
masalah fundamental dalam hubungan kemitraan (principal-agent relationship)
menurut Nugroho (2003) yakni masalah yang berkaitan dengan
ketidaksepadanan informasi (asymmetric information) antara yang bermitra,
yang mengakibatkan rentan terhadap resiko salah pilih mitra (adverse selection
risk) pada ex ante (sebelum kejadian) dan bahaya ingkar janji (moral hazard)
pada ex post (setelah kejadian) yaitu munculnya perilaku merugikan salah satu
pihak yang bertransaksi.
Pemutusan kontrak pada dua kelompok tani yang masuk dalam mekanisme
pembayaran jasa lingkungan DAS Cidanau mengindikasikan terdapat
permasalahan hubungan kemitraan kedua belah pihak sehingga terjadi moral
hazard di anggota kelompok tani. Satu diantara penyebab pemutusan kontrak
tersebut diduga adalah aspek kelembagaan/institusi. Untuk mendapatkan kinerja
yang lebih baik maka diperlukan perubahan institusi. Pembuktian atas dugaan
tersebut dapat dilakukan melalui sebuah penelitian yang berjudul Kelembagaan
Kemitraan Hulu Hilir DAS Cidanau untuk Pasokan Air Domestik dan Industri di
Propinsi Banten.
Kerangka Pemikiran Penelitian
DAS Cidanau merupakan salah satu DAS penting di wilayah propinsi
Banten yang berperan dalam penyediaan sumber air baku untuk kebutuhan
domestik ataupun industri kota Cilegon dan sekitarnya. Keberlanjutan
sumberdaya air DAS Cidanau dipengaruhi oleh pola pemanfaatan lahan di hulu
DAS yang menjadi daerah tangkapan air DAS Cidanau, sehingga apa bila terjadi
kerusakan ekosistem di hulu DAS akan mempengaruhi keberlanjutan pasokan
air di DAS Cidanau.
Permasalahan yang berkembang selama ini di DAS Cidanau adalah
perambahan cagar alam rawa danau dan deforestasi di lahan-lahan milik
masyarakat yang merupakan tutupan lahan dominan DAS Cidanau. Untuk
menahan agar permasalahan tidak semakin meningkat maka dibangunlah
kemitraan hulu hilir di DAS Cidanau dengan pendekatan berbasis insentif dalam
bentuk pembayaran jasa lingkungan. Salah satu mitra dari stakeholder yang
terlibat adalah PT KTI sebagai buyer dan kelompok tani jasa lingkungan sebagai
seller.

4

Kemitraan hulu hilir DAS Cidanau telah dibangun sejak tahun 2005.
Keberlanjutan kemitraan akan ditentukan dari kinerja kelembagaan yang ada,
yakni sejauhmana kedua belah pihak patuh terhadap pelaksanaan hak dan
kewajibannya masing-masing karena Kasper dan Streit (1998) kemitraan
didasari atas kepentingan kedua belah pihak. Oleh karena itu suatu kelembagaan
kemitraan tidak dapat dipisahkan dari aspek fungsional dan struktural yang
mendasari eksistensi kemitraan tersebut, karena mencakup seperangkat
peraturan, kesepakatan dan perjanjian yang mendefinisikan hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Kinerja kelembagaan kemitraan saat ini masih perlu diperbaiki karena
kemitraan masih dianggap belum efisien yang ditandai dengan pemutusan
kontrak pada kelompok tani Agung Lestari di Desa Kadu Agung dan Karya
Bersama di Desa Cibojong. Untuk mewujudkan kelembagaan kemitraan DAS
Cidanau untuk pasokan air domestik dan industri yang baik maka diperlukan
upaya strategis untuk mengatasi permasalahan yang ada. Menurut Bowers
(2005) untuk mengubah perilaku agen (petani) maka prinsipal harus berbagi
rewards. Disamping itu Rodgers (1994) dalam Nugroho (2003) menyebutkan
indikator-indikator yang menunjang hubungan principal – agent menjadi efisien
adalah apabila tingkat harapan (reward) kedua belah pihak seimbang dengan
korbanan masing-masing dan biaya transaksi yang ditimbulkan minimal, dalam
hal ini biaya transaksi yang ditimbulkan dalam pelaksanaan kegiatan. Apa bila
terjadi perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak maka akan rentan
terjadi perilaku oportunis oleh agen, karena yang memegang peranan penting
dalam pengolahan dan akses informasi adalah agen, dan hal tersebut dapat
menimbulkan ketidaksepadanan informasi.
Secara umum konseptual kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada
Gambar 1 :
DAS Cidanau :
Sumber air baku domestik, komersial dan
industri kota Cilegon dan sekitarnya

Pola pemanfaatan lahan di hulu DAS:
1. Deforestasi di lahan-lahan masyarakat
2. Perambahan cagar alam Rawa Danau

Kemitraan Hulu - Hilir

Efisiensi principal-Agen:
1. Biaya transaksi minimal
2. Reward setara korbanan

Kinerja saat ini :
Pemutusan kontrak di desa Cibojong dan
Kadu Agung

Kelembagaan kemitraan hulu hilir DAS
Cidanau untuk pasokan air domestik dan
industri yang baik

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Insentif :
Pembayaran
jasa lingkungan

5

Perumusan Masalah
Konsep kemitraan yang terjalin dalam mekanisme PJL di DAS Cidanau
adalah PT Krakatau Tirta Industri (KTI) yang merupakan salah salah satu mitra
dari stakeholder yang terlibat sebagai pemanfaat jasa, membayar kepada petani
sebagai produsen jasa lingkungan terhadap peran mereka dalam konservasi
lahan. Dalam hal ini kelompok tani di desa model kegiatan yang terikat kontrak
memperoleh pembayaran dari pemeliharaan tegakan pohon yang dilakukan
sesuai perjanjian dengan masa kontrak selama 5 (lima) tahun. Dengan kemitraan
ini diharapkan masyarakat termotivasi melakukan perbaikan pemanfaatan lahan
dan pengelolaan sumber daya hutan yang optimal dalam rangka terwujudnya
kelestarian DAS dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Kemitraan hulu-hilir di DAS Cidanau ini juga telah menjadi sumber
inspirasi pengelolaan DAS bagi Propinsi-propinsi lain dalam mengembangkan
mekanisme PJL ataupun sebagai lesson learned dalam kebijakan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan. Namun dalam pelaksanaannya bukan sematamata tanpa masalah. Di awal pelaksanaan, ada dua desa yang terikat kontrak
yakni Desa Citaman, Kecamatan Ciomas dan Desa Cibojong, Kecamatan
Padarincang yang berada di Kabupaten Serang. Namun tahun 2007 kemitraan
dengan Desa Cibojong dihentikan dikarenakan pelanggaran dengan menebang
pohon diatas beberapa lahan milik anggota kelompok yang masuk dalam
perjanjian PJL. Kemudian ditahun yang sama kawasan PJL diperluas 50 ha
dengan lokasi Desa Kadu Agung Kabupaten Serang dan Desa Cikumbueuen
Kabupaten Pandenglang, namun terjadi pemutusan kontrak dengan Desa Kadu
Agung. Hingga saat ini (kontrak 5 tahun kedua, periode tahun 2010 – 2014) ada
5 (lima) desa dan 6 (enam) kelompok tani yang masuk dalam kawasan PJL,
yakni Desa Ramea, Desa Panjangjaya, Desa Ujung Tebu yang mulai tahun 2011,
Desa Citaman dengan kelompok tani Karya Muda III tahun 2010 dan Desa
Citaman dengan kelompok tani Karya Muda II yang memperpanjang tahun 2010
untuk 5 tahun ke dua.
Sehubungan dengan hal itu, maka menarik untuk dikaji bagaimana pola
kemitraan (Principal-Agent) antara PT KTI dengan kelompok tani di desa model
kegiatan, dalam hal tindakan agent (kelompok tani) memenuhi tujuan prinsipal
untuk pembayaran jasa lingkungan. Kelembagaan kemitraan yang seperti apa
yang diinginkan oleh masyarakat sehingga dapat mewujudkan keberlanjutan dari
pola kemitraan yang ada dalam rangka kelestarian DAS dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat? Pertanyaan ini akan dijawab dengan Analisis
Pengembangan Institusi (Institutional Analysis Development/IAD) melalui
penelusuran faktor eksogen (kondisi biofisik/material, atribut komunitas dan
aturan main) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh situasi aksi dan aktor
pada kelembagaan kemitraan hulu – hilir di DAS Cidanau sehingga tercipta
performa pengelolaan SDA yang baik (Ostrom 2008), khususnya faktor eksogen
yang mempengaruhi perilaku petani (agent) memenuhi tujuan prinsipal terhadap
hak dan kewajibannya seperti yang tertuang dalam perjanjian yang telah
disepakati (kontrak), seperti yang tertera pada Gambar 2.

6

Gambar 2

Rumusan permasalahan dengan framework analisis dan
pengembangan kelembagaan (modifikasi Ostrom (2008) dari
Ostrom, Gardner, and Walker(1994:37 ))

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian
(research questions) sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi faktor fisik, atribut komunitas dan peraturan yang
digunakan dalam kelembagaan kemitraan saat ini?
2. Bagaimanakah situasi aksi dan kelembagaan kemitraan DAS Cidanau saat
ini?
3. Bagaimanakah kelembagaan kemitraan hulu hilir DAS untuk pasokan air
domestik dan industri di propinsi Banten?
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kelembagaan
kemitraan hulu hilir yang mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat serta
terwujudnya kelestarian DAS untuk kerberlanjutan pasokan air di DAS Cidanau.
Secara khusus, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Menelaah kondisi faktor fisik, atribut komunitas dan peraturan yang
digunakan dalam kelembagaan kemitraan saat ini;
2. Mengkaji situasi aksi dan kelembagaan kemitraan DAS Cidanau saat ini;
3. Merumuskan kelembagaan kemitraan hulu hilir DAS Cidanau.untuk
pasokan air domestik dan industri di propinsi Banten.
Manfaat Penelitian
1. Pada aspek ilmu pengetahuan, akan berkontribusi pada pengayaan khasanah
keilmuan tentang kelembagaan kemitraan pembayaran jasa lingkungan
dengan kompleksitas prespektif agency theory khususnya principal - agent
yang mempengaruhi terhadap keberlanjutan suatu hubungan kemitraan;
2. Pada aspek praktis, sebagai tambahan informasi dan evaluasi sistem
kemitraan yang diterapkan selama ini, untuk peningkatan kinerja
kelembagaan kemitraan yang lebih baik.

7

Penelitian di DAS Cidanau Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian yang pernah dilakukan di DAS Cidanau
dan menjadi studi literatur serta bahan pengkayaan informasi:
1. Hasil penelitian Fadli Irsyad dengan judul Analisis Debit Sungai Cidanau
dengan Aplikasi SWAT yang dilaksanakan pada tahun 2011 menyebutkan
bahwa kecenderungan air sungai Cidanau hasil proyeksi untuk debit ratarata masih dapat memenuhi kebutuhan air di kota Cilegon pada saat ini.
2. Hasil penelitian Hidayat dengan judul Politik Agraria Transformatif :
Studi Peluruhan Kelembagaan Lokal dan Kegagalan Politik Tata Kelola
Agraria pada Komunitas Petani di DAS Cidanau Kabupaten Serang
Propinsi Banten yang dilaksanakan pada tahun 2011 menyebutkan
peluruhan kelembagaan komunitas yang terjadi pada kelembagaan buyut,
modal sosial liliuran, etika konsevasi dan kearifan lokal disebabkan
karena politik agrarian kurang mempertimbangkan manusia sebagai
komponen utama ekosistem hutan dan kepentingan peran serta
masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Kegagalan
mewujudkan politik agrarian disebabkan bangunan ideologis dan
signifikansi politik agrarian bersifat kapitalistik, ekstraktif dan
mengabaikan dimensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya hutan.
3. Hasil penelitian Ani Triani dengan judul Analisis Willingnes to Accept
Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau (studi
Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) yang dilaksanakan pada tahun
2009 menyebutkan bahwa nilai dugaan rataan WTA untuk setiap pohon
yang terikat kontrak pembayaran jasa lingkungan pertahun adalah sebesar
Rp. 5.056,98. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran terkait nilai ratarata WTA masyarakat, dengan jumlah pohon sebanyak 500 pohon per ha,
maka nilai pembayaran yang harus diserahkankepada penyedia jasa
lingkungan adalah Rp 2.528.490,00 per ha per tahun. Nilai ini merupakan
nilai pembayaran yang ingin diterima oleh masyarakat. Total WTAresponden
diperoleh nilai sebesar Rp 217.450,00 per pohon per tahun. Mengacu pada
jumlah pohon yang terdapat di lokasi penyedia jasa lingkungan, maka
diperoleh nilai sebesar Rp 2.718.125.000,00. Nilai tersebut merupakan nilai
perbaikan kualitaslingkungan hutan terhadap jasa hidrologi di lokasi model
pembayaran jasa lingkungan Desa Citaman.
4. Hasil penelitian Agus Suryawan dengan judul Penentuan Dasar Biaya
Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan
Teknologi Inderaja (Studi kasus : DAS Cidanau, Banten) yang dilaksanakan
pada tahun 2005 menyebutkan telah terjadi perubahan penggunaan lahan
berdasarkan hasil interpretasi citra pada tahun 1997 sampai 2004 dengan
kecenderungan berkurangnya luas lahan rumput yang berubah mejadi areal
persawahan sebesar 1.404,54 ha terutama pada kawasan disekitar Rawa
Danau, sedangkan untuk hutan untuk vegetasi campuran cenderung tidak
berubah, tahun 1997 sebesar 51,77% dan 2004 sebesar 51,37%.

8

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa yang terlibat dalam jejaring
kelembagaan kemitraan pembayaran jasa lingkungan baik yang masih berjalan
ataupun yang telah berhenti. Lokasi desa tersebut meliputi: desa Citaman, Ujung
Tebu, Cibojong, desa Kadu Agung yang terletak di Kabupaten Serang, dan desa
Cikumbuen, Ramea, Panjang jaya yang terletak di Kabupaten Pandenglang.
Penelitian di lapangan dilakukan bulan Maret sampai dengan Mei 2013.

Metode Pengumpulan Data
Pendekatan Studi
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
yang bertujuan menjelaskan atau memahami makna (meaning) di balik realitas
dalam mempelajari gejala-gejala sosial yang dapat memberikan gambaran secara
detail tentang latar belakang, karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun
status dari individu sehinggga mampu menggambarkan keadaan yang
sebenarnya (naturalistik) dilapangan (Nasir 2003; Irawan 2006; Slamet 2006;
Idrus 2009).
Teknik Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi/studi topik literatur. Untuk
validasi data digunakan teknik triangulasi (Sugiyono 2010; Bungin 2011).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden atau informan kunci
melalui pendekatan wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan
terkait topic data penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka,
laporan instansi terkait, gambar-gambar, peta dan dokumen lainnya. Secara rinci
dijelaskan sebagai berikut :
a) Wawancara mendalam (in-depth interview), dimaksudkan untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono 2010). Interviewer
membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam
pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, tidak
perlu secara berurutan dan pemilihan katanya juga tidak baku tetapi
dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya (Satori dan
Komariah 2009).
b) Observasi langsung ke lapangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi
langsung dari hasil pengamatan berbagai gejala dan perilaku stakeholder,
serta keberadaan infrastruktur pendukung. Menurut Satori dan Komariah
(2009) yang dikutip dari Patton bahwa dengan teknik observasi ini peneliti
tidak hanya dapat mengadakan pengamatan, akan tetapi memperoleh kesan-

9

c)

kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial, dan mempunyai
kesempatan mengumpulkan data yang lebih banyak, lebih terinci dan lebih
cermat. Dengan teknik ini peneliti juga dapat menemukan hal-hal yang tidak
terungkapkan oleh responden dalam teknik lainnya, sehingga dapat sebagai
dasar klarifikasi berbagai informasi yang telah diperoleh.
Studi dokumentasi, dilakukan untuk melengkapi hasil kajian dari
penggunaan pendekatan observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono
(2010) kedua pendekatan tersebut akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau
didukung oleh studi dokumentasi, bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang. Mengacu pada Bungin (2011)
dokumen dibagi menjadi dua, diantaranya : 1) dokumen pribadi yang
merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman dan kepercayaannya; 2) dokumen resmi yang terbagi atas
dokumen interen berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga,
risalah atau laporan rapat, kovensi dan dokumen eksteren berupa bahanbahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga seperti majalah, bulletin,
pengumuman, berita-berita yang disebarkan ke media massa.

Penentuan Informan
Informan/responden dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja
(purposive sampling) dengan tetap memperhatikan aspek posisi dan peran
mereka dalam organisasinya masing-masing, yaitu FKDC selaku fasilitator dan
sumber informasi, kelompok tani selaku agen, PT KTI selaku prinsipal dan dari
pihak pemerintah/dinas-dinas yang terkait dengan kebijakan pengelolaan DAS
Cidanau. Informan kunci (key informan) ditentukan dengan menggunakan teknik
snowball sampling, dimulai dari satu orang yang memiliki pemahaman memadai
tentang permasalahan yang diteliti, kemudian orang tersebut memilih informan
lain dan begitu seterusnya hingga tidak ditemukan lagi variasi informasi (Slamet
2006). Jumlah informan ditentukan berdasarkan kecukupan dan kejenuhan data
dan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sumber dan jumlah informan
kunci dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang terdiri sebagaimana
tercantum dalam Tabel 1.
Analisis Data
Analisis data dalam rangka pengembangan kelembagaan kemitraan untuk
mewujudkan pola kemitraan yang diinginkan secara umum mengacu kepada
analisis Pengembangan Institusi (IAD) yang dikembangkan oleh Ostrom (2008)
dengan mendeskripsikan kondisi biofisik, karakterstik komunitas, aturan yang
digunakan, pemahaman arena aksi dan pola interaksi, dengan menggunakan
konsep agency theory khususnya principal – agent dan menjadi dasar pada
kriteria evaluasi.
Analisis isi peraturan
Analisis peraturan dilakukan menggunakan teknik analisis isi kualitatif
(qualitative analysis of content yakni mereduksi data kualitatif dan mengambil
isi material secara kualitatif yang kemudian mengidentifikasi inti sari dari

10

material tersebut secara konsisten (Patton 2002 dalam Zhang dan Wildemuth,
2009). Analisis ini digunakan untuk memperoleh deskripsi hubungan antara isi
peraturan perundangan dengan fokus kajian penelitian.
Tabel 1. Informan kunci dan jumlah informan kunci yang dipergunakan
dalam penelitian
No
Informan kunci
Jumlah
(orang)
1
FKDC
3
2
Petani penyedia jasa lingkungan
17
3
Pejabat PT KTI
1
4
Pejabat Bappeda Prop. Banten
1
5
Pejabat Dinas Kehutanan Prop. Banten
2
6
Pejabat BLHD Prop. Banten
1
7
Pejabat Dinas Pertanian dan Peternakan Prop.
1
Banten
8
Pejabat BLH Kabupaten Serang
2
79
Pejabat BLH Kabupaten Pandenglang
10
Pejabat Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan
1
dan Peternakan kabupaten Serang
11
Pejabat Dinas Kehutanan dan Pertanian
1
Kabupaten Pandenglang
12
Pejabat BPDAS Citarum Ciliwung
1
13
Pejabat KSDA Seksi Wilayah I Serang
1
14
NGO (Rekonvasi Bhumi)
1
.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan,
merangkum serta menginterpretasikan data-data berbagai kondisi lapangan, yang
selanjutnya diolah kembali sehingga dapat menghasilkan gambaran yang jelas,
terarah dan menyeluruh mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang
menjadi fokus penelitian (Sugiyono 2010; Slamet 2006)
Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder dilakukan dengan studi dokumentasi, observasi dan
wawancara terhadap stakeholder yang berkepentingan dan berpengaruh untuk
kelestarian DAS Cidanau, khususnya dengan adanya mekanisme PJL. Menurut
Reed et al. (2009), analisis stakeholders dilaksanakan dengan cara: 1)
melakukan identifikasi stakeholders, 2) mengelompokkan dan membedakan
antar stakeholders, dan 3) menyelidiki hubungan antar stakeholders. Selanjutnya
stakeholder diklasifikasikan berdasarkan posisinya sesuai dengan kriteria yang
dibangun yaitu : 1) stakeholder subyek yaitu stakeholder yang memiliki tingkat
kepentingan tinggi dan pengaruh rendah; 2) stakeholder key player yaitu
stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan tinggi dan pengaruh tinggi; 3)
stakeholder context setter yaitu stakeholder yang memiliki kepentingan rendah

11

dan pengaruh tinggi, 4) stakeholder crowd yaitu stakeholder yang memiliki
tingkat kepentingan yang rendah dan pengaruh rendah, seperti pada Gambar 3.
Analisis dimulai dengan identifikasi stakeholder yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan metode snowball sampling.
Secara rinci data/informasi, sumber data, teknik pengumpulan data, teori
yang digunakan, metode analisis, sumber acuan dan output sesuai dengan
masing-masing tujuan penelitian tersaji pada Tabel 2.

Gambar 3

3

Matriks stakeholder dan pengaruh tingkat kepentingannya
(Reed et al. 2009)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak DAS Cidanau

Secara geografis Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau terletak diantara
105°49’00’’ - 106°04’00’’ Bujur Timur 06°07’30’’-06°18’00’’ Lintang Selatan,
dengan luas 22.620 ha. Dimana batas topografi DAS Cidanau adalah sebelah
utara berbatasan dengan Gunung Tukung Gede dan Saragean, di bagian timur
berbatasan dengan Gunung Pule dan Karang, Sebelah Selatan berbatasan dengan
Gunung Aseupan, Sangkur dan Condong, dan di sebelah Barat berbatasan
dengan selat Sunda. Secara administratif, DAS Cidanau terletak pada Kabupaten
Serang dan Kabupaten Pandenglang.
Kabupaten Serang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Cinangka,
Mancak, Padarincang, Ciomas, dan Gunungsari. Sedangkan Kabupaten
Pandeglang meliputi satu Kecamatan yaitu Mandalawangi.
DAS Cidanau secara garis besar terbagi atas kawasan kaldera dimana di
dalamnya terdapat Cagar Alam Rawa Danau seluas 2.500 ha yang dicanangkan
oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 16 November 1921. DAS
Cidanau terdiri dari 18 Sub DAS yang mengalir dari Gunung Karang ke arah
barat dan bermuara di Selat Sunda. Sungai utama yang mengalir adalah Sungai
Cidanau, sementara itu jumlah anak sungai yang terdapat dalam DAS Cidanau
sebanyak 18 (delapan belas) anak sungai baik yang bermuara terlebih dahulu ke
Rawa Cidanau atau pun langsung mengalir ke Sungai Cidanau. Lokasi penelitian
dan letak desa sebagaimana pada Gambar 4.

12

Tabel 2. Matriks penelitian kelembagaan kemitraan hulu hilir untuk pasokan air DAS Cidanau
No

Tujuan

Data/informasi

Sumber data

1

Menelaah kondisi faktor
fisik, atribut komunitas dan
peraturan yang digunakan
dalam kelembagaan
kemitraan saat ini

- Kepemilikan lahan dan Luas
lahan rata-rata petani
- Pola pemanfataan dan
pengelolaan lahan
- Tingkat pemahaman
- Pendapatan petani
- Peraturan/kebijakan
pemerintah pusat/daerah
Kontrak dan aturan non
formal lainnya

- Laporan teknis/tahunan
instansi pemerintah,
peraturan/kebijakan
pemerintah dan pengelola
PJL
- Objek pengamatan di lokasi
penelitian
- Kelompok masyarakat
pengelola lahan

2

Mengkaji situasi aksi dan
kelembagaan kemitraan
DAS Cidanau saat ini

- Tindakan/aksi terkait
pengelolaan DAS Cidanau
- Struktur informasi dan
masalah-masalah ketidak
pastian
- Peran dan keterlibatan para
pihak

- Program
kerja/RENSTRA/LAKIP
- Responden/ informan
kunci

3

Merumuskan kelembagan
kemitraan hulu hilir DAS
CIdanau untuk pasokan air
di DAS Domestik dan
Industri di Propinsi Banten

Hasil analisis poin 1 dan 2

Hasil analisis poin 1 dan 2

Teknik
Pengumpulan
Data
- Studi
dokumentasi
- wawacara
mendalam
(in-depth
interview)
- observasi

Teori yang
digunakan

- wawacara
mendalam
(in-depth
interview)
- wawancara
terstruktur
- studi
dokumen

- Kebijakan - Deskrpitif,
publik
Nugroho 2003;
- Agency
Ostrom 2008;
theory
Kesser dan
(principalWillingner 2007
agent)
- Analisis
stakeholder
Reed et al. 2009

- Situasi aksi
kelembagaan
kemitraan hulu-hilir
DAS Cidanau
- Peran dan
keterlibatan para
pihak

Pengemba
-ngan
institusi

Rumusan kelembagaan
kemitraan hulu-hilir
hulu hilir DAS CIdanau
untuk pasokan air
Domestik dan Industri
di Propinsi Banten

- Rejim
pengelolaan
sumberdaya
- Hak
kepemili
kan

Metode Analisis
Data dan sumber
acuan
- Deskriptif
- Analisis isi
kualitatif
(qualitative
analysis of
content) (Zhang
dan Wildemuth
2009)

Analisis
pengembangan
institusi (Ostrom
2008)

Output

Informasi faktror fisik,
atribut komunitas dan
peraturan yang
digunakan baik formal
atau non formal

13

13

Gambar 4 Lokasi penelitian (Sumber : Peta DAS/Sub DAS Cidanau
Direktorat PEPDAS 2012)

Kependudukan dan Mata Pencaharian
Berdasarkan Kecamatan dalam angka tahun 2011, luas dan jumlah
penduduk di Kecamatan yang masuk area PJL seperti tertera pada Tabel 4. Dari
tabel tersebut dapat diketahui luas wilayah terkecil kecamatan yang masuk
dalam areal PJL adalah Kecamatan mandalawangi yakni 15,41 km² 45851 jiwa
sedangkan yang terluas adalah Kecamatan Padrincang dengan luas 99,12 km²
dengan jumlah penduduk 61275 jiwa.
Tabel 3. Luas kecamatan, jumlah penduduk dan mayoritas mata
pencaharian di area PJL
No
Nama
Luas
Jumlah Penduduk
Mata
Laki-laki
Kecamatan
Wilayah PeremPencaharian
puan
(km²)
(mayoritas)
1 Padarincang
99,12
30761
30514
Petani
2 Mandalawangi
15,41
22513
23338
Petani
3 Ciomas
48,53
17930
19171
Petani
Sumber mata pencaharian penduduk di beberapa lokasi penelitian
dibedakan atas sektor pertanian dan bukan pertanian. Dan sektor inilah yang
menjadi sumber nafkah untuk kebutuhan hidup sehari hari dan kebutuhan
lainnya di desa tersebut. Prosentase pekerjaan di desa Cikumbuen adalah 64%
sebagai petani pemilik lahan, 12% sebagai buruh tani, pedagang 18%, PNS 4%,
dan lain-lain 2%, lain-lain seperti supir, buruh bangunan, wirausaha dari jumlah
penduduk 1793 jiwa. Di desa Cibojong jumlah penduduk sebanyak 3931 jiwa
dengan prosentase petani pemilik lahan 63%, buruh tani 12%, pedaganng 15%,
PNS 5%, dan lain-lain 5%. Dari Jumlah penduduk desa Citaman 2356 jiwa
petani pemilik lahan 68,48%, buruh tani 23,35%, pedagang 3,70%, pns 0,58%
sisanya pengrajin, buruh bangunan, wiraswasta, supir. Di desa Ujung Tebu

14

petani pemilik lahan 60%, buruh tani 21%, pedagang 8%, PNS 3% dan lain lain
8% dari jumlah penduduk sebanyak 4237 jiwa. Gambaran prosentase mata
pencaharian di 4 desa tersebut disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Sebaran persentase mata pencaharian di desa areal pembayaran
jasa lingkungan DAS Cidanau (sumber : data diolah dari
monografi desa masing- masing tahun 2012)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Faktor Fisik, Atribut Komunitas Petani dan Peraturan yang
Digunakan dalam Kelembagaan Kemitraan Hulu-Hilir untuk Pasokan
Air DAS Cidanau Saat Ini
Hak Kepemilikan Lahan, Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Lahan
Atribut kondisi fisik/material dan sistem sumberdaya mempengaruhi
bagaimana aturan ditetapkan, karena menentukan batasan dan kemungkinan dari
sumberdaya tertentu yang akan berdampak pada perolehan insentif (Ostrom,
2008). Salah satu syarat yang paling penting untuk pengembangan mekanisme
PJL ini adalah status kedudukan kepemilikan lahan, karena kepastian hak milik
akan memberikan jaminan pada investor akan keamanan dan keberlangsungan
investasi dalam pengelolaan sumberdaya, dalam hal ini vegetasi dilahan
masyarakat. Yustika (2008) menyatakan bahwa hal penting untuk dipertegas
sehingga setiap pengelola/pemiliknya mempunyai insentif untuk memakai dan
melindungi hak kepemilikannya adalah kepastian atas hak kepemilikan. Menurut
Bromley (1991) dalam Dick dan Gregorio (2004) hak kepemilikan dapat
didefinisikan sebagai kapasitas untuk menyatakan atas kolektif penunjukan atas
klaim seseorang pada suatu aliran manfaat. Hak kepemilikan memainkan
peranan penting dalam mendefiniskan hak dan kewajiban atas eksternalitas dari
praktek-praktek pengelolaan vegetasi (Ostrom 2004).

15

Status kedudukan kepemilikan lahan masyarakat yang masuk dalam
mekanisme PJL di DAS Cidanau mayoritas adalah private property (hak milik
pribadi) sehingga masyarakat mempunyai hak mutlak atas lahannya, otonom
dalam mengambil keputusan, seperti yang dikemukakan oleh Schlager dan
Ostrom (1992) bahwa untuk segala tipe hak yakni hak akses dan pemanfaatan,
hak pengelolaan, hak esklusi dan hak pengalihan terikat/melekat pada hak milik
pribadi atas lahan. Sehingga pemilik memiliki oppurtunity cost memilih yang
besar untuk menentukan bekerjasama dengan siapa ataupun tidak, dan lain
sebagainya. Nama kelompok tani masing-masing desa yang masuk dalam
mekanisme dan hak kepemilikannya diringkas sebagaimana terangkum pada
Tabel 4.
Tabel 4. Kepemilikan lahan kelompok tani penyedia jasa lingkungan
DAS Cidanau
No

A.

Kabupaten/
Desa

Nama
Kelompok
Tani Hutan

Jml.
Anggota
(orang)

Total
Luas
Lahan
(ha)

Hak Kepemilikan Lahan

Kabupaten Serang

1

Citaman

Karya Muda
II

43

25

100% hak milik dengan
kisaran luasan 0,24 s.d 1,71
ha

2

Citaman

Karya Muda
III

61

25

100% hak milik dengan
kisaran luasan 0,10 s.d 2 ha

3

Cibojong

Karya
Bersama

29

25

28 orang dengan hak milik, 1
orang penggarap

4

Ujung Tebu

Karya Bakti

40

25,85

B

100% hak milik dengan
kisaran luasan 0,10 s.d 1,25
ha

Kabupaten Pandenglang

5

Cikumbuen

Alam
Lestari

60

25

1 orang penggarap dan
lainnya hak milik

6

Kadu Agung

Agung
Lestari

30

25

29 orang dengan hak milik
dan 1 orang penggarap,
paling besar kepemilikan 4
ha

7

Panjang jaya

Harapan
Maju

77

26,65

100% hak milik dengan
kisaran luasan 0,10 s.d 1 ha

8

Ramea

Alam
Sejahtera

58

25

100% hak milik dengan
kisaran luasan 0,10 s.d 2 ha

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dan data kelompok tani DAS Cidanau
FKDC, 2004 – 2011

Tabel 4 menunjukkan bahwa lahan yang mendapatkan pembayaran jasa
lingkungan sebagian besar merupakan