Community Participation Analysis in Forest and Land Rehabilitation in Upstream of Cisadane Watershed

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
DI DAS CISADANE HULU

IDA NURMAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kajian Partisipasi
Masyarakat Dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS Cisadane Hulu”
adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian
akhir tesis ini.


Bogor, Juli 2010

Ida Nurmayanti
NRP. A155080051

ABSTRACT
IDA NURMAYANTI. Community Participation Analysis in Forest and Land
Rehabilitation in Upstream of Cisadane Watershed. Supervised by SURIA DARMA
TARIGAN and KUKUH MURTILAKSONO.
Forest and land degradation is the important factor for critical land, hidrological
cycle disturbance, erotion and sedimentation, during the rainy season and droughts
during the dry season in the upstream Cisadane watershed area. This study was aimed to
identify the level of community participation, to analized factors affecting the level of
community participation, and to develop alternatives of policy priority in order to
improve community participation. The level of community participation was analized
base on Arenstein’s theory, correlation analysis by Spearman Rank, and alternatives of
policy priority by Analytical Hierarchy Process. The results show that the level of
community participation in planning and evaluation phases were catagorized as low
(nonparticipation), while in implementation phase was catagorized as moderate
(tokenism). The Spearman Rank correlation test found that the altermining factors in the

planning stage were the level of education, farming area, income level, perception,
program socialization (e.g.extension), the availability of facilities and the role of local
institutions. In the implementation stage the influencing were age, level of education,
income level, perception, program socialization (e.g.extension). While in the evaluation
stage there was only one factor that could affect the participation level which was
program socialization. In order improve the community participation, alternatives of
policy priority should include at least community education, community income and
availability of facilities. The low level of education and low income were the important
for low participation in the decision making process. In addition, the community trust to
the facilitators determines the level of community participation.

Keywords : Community participation, forest and land rehabilitation, critical watershed

RINGKASAN
IDA NURMAYANTI. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan di DAS Cisadane Hulu. Dibimbing oleh SURIA DARMA TARIGAN
dan KUKUH MURTILAKSONO.
Kerusakan hutan dan lahan yang ada di daerah hulu DAS Cisadane telah
menyebabkan lahan menjadi kritis, keseimbangan siklus hidrologi terganggu, erosi dan
sedimentasi meningkat sehingga berimplikasi pada terjadinya banjir pada musim hujan

dan kekeringan pada musim kemarau. Mengatasi permasalahan tersebut maka
pemerintah telah melaksanakan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) melalui
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL). Hasil program tersebut
belum memberikan hasil yang diharapkan, hal ini disebabkan dalam pelaksanaan masih
dilakukan secara terpusat (top down) dan tidak melibatkan masyarakat, terutama pada
saat tahapan perencanaan. Sekarang pemerintah menggunakan pendekatan partisipatif
dengan melibatkan masyarakat dan lembaga sosial setempat. Tingkat partisipasi
masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat, mengkaji
hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat
dan menyusun alternatif kebijakan dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS Cisadane Hulu. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi para penentu kebijakan (policy
makers) dan dapat mengembangkan kegiatan program RHL secara partisipatif.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bertujuan untuk
dapat mengungkapkan fakta-fakta tentang partisipasi masyarakat termasuk menganalisa
hubungan antara aspek-aspek yang ada di dalamnya serta dapat menyusun suatu
alternatif kebijakan sebagai umpan balik untuk bisa memperbaiki dalam pelaksanaan
program selanjutnya. Untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat digunakan
teori Arenstein (1969) dalam Pudjianto (2009) di mana terbagi ke dalam tiga tingkatan,

yaitu : golongan partisipasi rendah (non participation) di mana masyarakat tidak atau
kurang terlibat dalam kegiatan walaupun terlibat tetapi tidak dapat memberikan
masukan atau usulan-usulan, golongan sedang (tokenism) di mana masyarakat sudah
mulai terlibat tetapi suara masyrakat tidak pernah diperhitungkan karena kemampuan
dan kedudukannya yang relatif rendah, dan golongan tinggi (citizen power) di mana
masyarakat sudah terlibat secara aktif dan memiliki kewenangan penuh di bidang
kebijakan dan aspek pengelolaan pada seluruh tahapan kegitan. Tingkat partisipasi
masyarakat di DAS Cisadane Hulu pada tahapan perencanaan dan tahapan evaluasi
dalam kegiatan RHL tergolong rendah (non participation). Sedangkan untuk tahapan
pelaksanaan tingkat partisipasi masyarakat tergolong sedang (tokenism).
Tahapan perencanaan meliputi kegiatan identifikasi masalah, penentuan lokasi,
penentuan jenis tanaman, penentuan bangunan teknis sipil, pembentukan kelompok tani
dan juga penenetuan biaya. Tahapan pelaksanaan meliputi kegiatan penyiapan lahan,
pemeriksaan bibit tanaman, penanaman pohon, pembuatan bangunan sipil teknis seperti
terasering, sumur serapan, penyiangan/pembersihan rumput, pendangiran, penyulaman,
pemeliharaan, penyiapan sarana, pertemuan kelompok tani, pengamanan tebing dan
penyediaan dana. Sedangkan kegiatan tahapan evaluasi adalah penilaian dan
pemantauan keberhasilan kegiatan serta membantu memberikan informasi kepada tim
evaluasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat adalah


faktor internal yang terdiri dari unsur umur, tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat
pendapatan, pekerjaan sampingan dan persepsi masyarakat, serta faktor eksternal yang
terdiri dari intensitas sosialisasi program (penyuluhan), peran pendamping, ketersediaan
sarana dan peran kelembagaan sosial.
Hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi
masyarakat diuji dengan metode korelasi Spearman Rank, di mana data diambil dari 90
responden di lima kecamatan. Sedangkan untuk menyusun alternatif prioritas kebijakan
peningkatan partisipasi masyarakat dengan cara analisis terhadap faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, yaitu menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP), data diambil dari 12 orang responden yang terdiri
atas unsur masyarakat dan pemerintah yang mengerti permasalahan dan punya
kepentingan terhadap program RHL di DAS Cisadane Hulu. Hasil wawancara tersebut,
menghitung bobot nilai alternatif kebijakan dengan aspek-aspek partisipasi masyarakat
diproses komputer dengan software Expert choice 2000. Hasil uji korelasi Spearman
Rank faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat pada tahapan
perencanaan adalah tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, persepsi,
intensitas sosialisasi program (penyuluhan), ketersediaan sarana dan peran kelembagaan
sosial. Tahapan pelaksanaan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi, intensitas sosialisasi program (penyuluhan),
ketersediaan sarana dan peran kelembagaan sosial. Sedangkan pada tahapan evaluasi

hanya ada satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi yaitu intensitas
sosialisasi program (penyuluhan). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat tersebut pada tahapan perencanaan adalah tingkat pendidikan
(0,493**), pada tahapan pelaksanaan adalah tingkat pendidikan (0,397**) dan pada
tahapan evaluasi intensitas sosialisasi program (penyuluhan) (-0,254*). Untuk hasil
penilaian terhadap alternatif kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat
menggunakan model AHP menunjukkan bahwa aktor pemerintah (0,75) lebih penting
dibanding dengan aktor masyarakat (0,25). Faktor pendukung yang menentukan tingkat
partisipasi masyarakat adalah faktor tingkat pendidikan (0,27), tingkat pendapatan
(0,14), peran pendamping (0,12) dan ketersediaan sarana (0,20). Sedangkan untk
alternatif kebijakan yang lebih mendukung partisipasi masyarakat adalah meningkatkan
kemampuan anggota masyarakat (0,84) dan meningkatkan dukungan dari pemerintah
(0,16). Berdasarkan unsur kebijakan tersebut maka yang menjadi alternatif prioritas
kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam program RHL di DAS Cisadane
Hulu adalah meningkatkan kemampuan anggota masyarakat melalui sarana tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, peran pendamping dan ketersediaan sarana.
Tingkat partisipasi masyarakat bisa dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dari
keberhasilan program RHL di DAS Cisadane Hulu secara partisipatif. Rendahnya
tingkat pendidikan menunjukkan bahwa masyarakat kurang terlibat dalam proses
pengambilan keputusan pada saat tahapan perencanaan, ini merupakan salah satu

penyebab masyarakat tidak memiliki keberanian untuk ikut dalam pengambilan
keputusan. Rendahnya tingkat pendapatan dan luas lahan menyebabkan keterbatasan
masyarakat untuk berpartisipasi, karena lahan yang sempit hanya dimanfaatkan untuk
tanaman jangka pendek yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain itu faktor intensitas sosialisasi program (penyuluhan) dalam memberikan
pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat belum optimal.

@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

DI DAS CISADANE HULU

IDA NURMAYANTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungan (DAS)

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Tesis

: Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan di DAS Cisadane Hulu

Nama

NRP
Program Studi

: Ida Nurmayanti
: A155080051
: Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc.

Dr.Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S

Ketua

Anggota

Diketahui


Ketua Program Studi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS)

Prof.Dr.Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.

Tanggal Ujian : 30 Juli 2010

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus : 18 Agustus 2010

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir. Yayat Hidayat, M.Si.

Tesis ini dipersembahkan untuk mereka yang saya sayangi dan cintai,
Bapak H. Hasan Muharam, Mamah Hj.Maryati (Almh),
Suami Burhanuddin,anakku Ficky Burhan, Rully Burhan dan Ocha Burhan
terima kasih atas semua do’a, dorongan dan dukungannya,
semoga Alloh SWT melindungi kita semua.

Amin Yaa Robbal Alamin..

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya tesis ini berhasil Penulis selesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai Juni 2010 ini adalah “Kajian
Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS Cisadane
Hulu”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir. Suria Darma Tarigan,
M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S.
sebagai anggota komisi pembimbing dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan
serta pengarahan ke arah yang lebih baik mulai dari penyusunan usulan penelitian
sampai dengan penulisan tesis ini, Bapak Dr.Ir.Yayat Hidayat, M.Si. sebagai penguji
luar komisi pada ujian tesis dan kepada Bapak Prof.Dr.Ir. Naik Sinukaban, M.Sc.
sebagai ketua Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang selalu
memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana IPB. Disamping
itu, penulis juga memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
banyak kesempatan dan bantuan, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, suami dan putera
puteri tercinta yang selalu memberikan dorongan, kesabaran, keikhlasan, do’a restu dan
kasih sayangnya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khususnya bagi mereka yang
membutuhkan.

Bogor, Juli 2010

I da Nurmayant i

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 Maret 1968 dari ayah Drs. H. Hasan
Muharam dan ibu Hj. Maryati (Almh). Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis menikah dengan Ir. Burhanuddin dan dikarunia tiga orang anak,
Ficky Burhan, Rully Burhan dan Ocha Burhan.
Pada tahun 1986 penulis lulus dari SMA Negeri I Bogor, dan melanjutkan ke
Perguruan Tinggi di Universitas Nasional Jakarta, Fakultas Biologi dan lulus tahun
1991. Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari
Pusat Diklat Kehutanan, Kementerian Kehutanan.
Sejak Februari 2001 sampai saat ini penulis bekerja di Balai Diklat Kehutanan
Bogor, Pusat Diklat Kehutanan, Kementerian Kehutanan sebagai Widyaiswara Madya.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….............

xii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………………......
Perumusan masalah…………………………………………………….......................
Kerangka Pemikiran......................................................................................................
Tujuan Penelitian……………………………………………………………...............
Manfaat Penelitian……………………………………………………..……...............

1
3
5
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai ( DAS)…………………………………………………….......
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).....………………………………………….......
Partisipasi Masyarakat..…………………………………………………….................
Pegertian Partisipasi………………………………………………………...............
Derajat Partisipasi......................................................................................................
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat............................

8
10
14
14
17
20

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….................
Metode Penelitian......………………………………………………………................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data………………………………………................
Pengamatan Variabel……………………………………………………….................
Pengumpulan Data........................................................................................................
Tahapan Penelitian…………………………………………………………................
Analisis Data.................................................................................................................

22
22
22
23
26
26
27

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Biofisik............................................................................................................
Letak dan Luas Wilayah.............................................................................................
Iklim dan Hidrologi....................................................................................................
Penutupan Lahan........................................................................................................

30
30
31
32

Aspek sosial ekonomi masyarakat................................................................................
Jumlah Penduduk, Golongan Usia dan Tingkat Pendidikan.....................................
Kelembagaan sosial....................................................................................................

32
32
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegitaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)............................................................
Karakteristik internal dan eksternal masyarakat...........................................................
Karakteristik internal..................................................................................................
Umur......................................................................................................................

34
35
35
35

Tingkat pendidikan................................................................................................
Luas lahan.............................................................................................................
Tingkat pendapatan...............................................................................................
Pekerjaan sampingan.............................................................................................
Persepsi..................................................................................................................

36
36
37
37
37

Karakteristik eksternal.................................................................................................
Intensitas sosialisasi program (Penyuluhan).........................................................
Peran pendamping.................................................................................................
Ketersediaan sarana...............................................................................................
Peran kelembagaan sosial......................................................................................

38
38
38
38
39

Tingkat Partisipasi Masyarakat......................................................................................
Tahapan Perencanaan..................................................................................................
Tahapan Pelaksanaan..................................................................................................
Tahapan Evaluasi........................................................................................................

39
40
41
42

Hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat
Hubungan antara umur dengan tingkat partisipasi masyarakat...................................
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat.............
Hubungan antara luas lahan dengan tingkat partisipasi masyarakat..........................
Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat............
Hubungan antara pekerjaan sampingan dengan tingkat partisipasi masyarakat.........
Hubungan antara persepsi dengan tingkat partisipasi masyarakat..............................
Hubungan antara intensitas sosialisasi program (penyuluhan) dengan tingkat
partisipasi masyarakat.................................................................................................
Hubungan antara peran pendamping dengan tingkat partisipasi masyarakat.............
Hubungan antara ketersediaan sarana dengan tingkat partisipasi masyarakat............
Hubungan antara peran kelembagaan sosial dengan tingkat partisipasi
masyarakat...................................................................................................................

42
43
44
44
44
45
45

Alternatif prioritas kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat................................

47

Kondisi aktual tingkat partisipasi masyarakat di DAS Cisadane Hulu..........................

50

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan....................................................................................................................
Saran..............................................................................................................................

57
57

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

58

LAMPIRAN........................................................................................................................

62

46
46
46
46

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian..........................................................................

7

2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut Arenstein (1969) dalam
Pudjianto (2009)…………………………………….........................................

18

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Indonesia periode 1970-2007………....

13

2. Lokasi penelitian di DAS Cisadane Hulu……………………………………….....

22

3. Skala Pembanding berpasangan untuk menilai kriteria dan alternatif…………......

28

4. Matriks pembanding berpasangan (pairwise comparison) untuk menentukan
prioritas......................................................................................................................

29

5. Luas Wilayah,dan Jumlah Penduduk per Kecamatan tahun 2008 ...........................

31

6. Data Hidrologi DAS Cisadane Hulu tahun 2007......................................................

31

7. Jumlah dan Nama Desa per kecamatan di lokasi penelitian.....................................

32

8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per Kecamatan di lokasi penelitian........

33

9. Hubungan antara Faktor Internal dan Eksternal terhadap Tingkat Partisipasi
Masyarakat di lokasi penelitian.................................................................................

35

10. Kategori Hasil Penilaian Masyarakat dalam kegiatan RHL pada Tahapan
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi di lokasi penelitian....................................

40

11. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank dalam kegiatan RHL di DAS Cisadane
Hulu...........................................................................................................................

43

12. Alternatif prioritas kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat..........................

48

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta administrasi DAS Cisadane Hulu…………………….………………....

63

2. Daftar variabel, indikator, parameter pengukuran dan kategori......................

64

3. Daftar responden, nilai variabel bebas (X1.1 s.d. X2.4) dan variabel
terikat (Y1).......................................................................................................

66

4. Daftar responden, nilai variabel bebas (X1.1 s.d. X2.4) dan variabel
terikat (Y2).......................................................................................................

69

5. Daftar responden, nilai variabel bebas (X1.1 s.d. X2.4) dan variabel
terikat (Y3).......................................................................................................

72

6. Koefisien korelasi partisipasi masyarakat tahapan Perencanaan.....................

75

7. Koefisien korelasi partisipasi masyarakat tahapan Pelaksanaan......................

77

8. Koefisien korelasi partisipasi masyarakat tahapan Evaluasi............................

80

9. Hirarki peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan..............................................................................................

81

10. Nilai banding berpasangan (pairwise compasrison)........................................

82

11. Foto kegiatan di lokasi penelitian....................................................................

85

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai
manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi.
Tetapi dari berbagai manfaat tersebut, manfaat ekonomilah yang lebih menjadi
perhatian dari sebagian besar masyarakat. Hutan sebagai sumber keanekaragaman
hayati dan sebagai penyedia kebutuhan hidup dari masyarakat di sekitar hutan. Pendapat
yang menganggap fungsi hutan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi
mengakibatkan semakin meningkatnya degradasi hutan dari tahun ke tahun.
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa
penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan mempertahankan
kecukupan hutan minimal 30% dari luas DAS dengan sebaran proporsional. UndangUndang No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air mendefinisikan DAS sebagai suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Sinukaban (2008) pengertian DAS adalah daerah yang dibatasi oleh
topografi secara alami sehingga semua air hujan yang jatuh diatas DAS tersebut akan
mengalir melalui titik pembuangan (outlet) yang sama. Berdasarkan pengertian tersebut
maka DAS merupakan suatu wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen
topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya
yang berada pada, di bawah, dan di atas tanah. Pengelolaan DAS adalah upaya dalam
mengelola hubungan timbal balik antara sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan
air dengan sumberdaya manusia di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan
manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian
ekosistem DAS.
Kompleksitas permasalahan pengelolaan DAS menimbulkan adanya paradigma
baru berupa pemberdayaan masyarakat ditingkat operasional dan pelaksanaan dengan
menggunakan pendekatan bottom up. Ada beberapa hal penting dalam paradigma baru

2
tersebut, diantaranya : 1). pengelolaan dilaksanakan secara terpadu lintas sektoral; 2).
peningkatan peran serta masyarakat (partisipatif); 3). peningkatan penyuluhan baik
kualitas dan kuantitas; 4). penguatan institusi dan 5). pemberian insentif kepada petani
di kawasan DAS (khususnya di bagian hulu) (Priyono dan Cahyono, 2003 dalam
Ahsoni, 2008).
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di wilayah DAS bukan hal baru
di Indonesia. Pada tahun 2003 pemerintah telah melaksanakan program RHL melalui
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL). Secara konseptual program
tersebut merupakan upaya strategis yang langsung menyentuh masyarakat. Pelaksanaan
program tersebut di beberapa daerah banyak mengalami kegagalan, misalnya tahun
2003 di Kalimantan Selatan sudah 29.000 hektar lahan kritis ditanami pohon proyek
GN-RHL, namun kurang lebih 11.600 hektar diantaranya (40%) mati (Partono, 2006).
Hal yang sama juga terjadi di Jawa Barat, sedikitnya 19 juta pohon atau 59% dari 32
juta pohon yang ditanam melalui GN-RHL sepanjang tahun 2003 mati. Kendala yang
menyebabkan kegagalan proyek GN-RHL di beberapa daerah di Indonesia antara lain
disebabkan oleh perencanaan yang tidak matang, pelaksanaan program tidak
memperhatikan waktu penanaman dan tingkat penerimaan masyarakat yang kurang
(Departemen Kehutanan, 2007).
Kajian terdahulu banyak menjelaskan hubungan antara tingkat partisipai
masyarakat dengan keberhasilan pembangunan kehutanan (Pujo, 1998; Sunartana,
2003; Safei, 2003; Trison, 2005; dan Muis, 2007), tetapi belum ada kajian yang secara
khusus menjelaskan faktor-faktor dominan apa saja, baik internal maupun eksternal
yang dapat menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat rendah dalam pelaksanaan
kegiatan GN-RHL. Partisipasi masyarakat merupakan modal dasar untuk membangun
sebuah kekuatan di masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama
(colection action). Tingkat partisipasi masyarakat pada setiap tahapan kegiatan RHL
sangatlah diperlukan, selain itu peran pemerintah dalam menunjang keberhasilan
pengelolaan lahan yang berkelanjutan sangatlah diharapkan.
Program RHL di DAS Cisadane Hulu melakukan kegiatan konservasi vegetatif
dan sipil teknis. Konservasi vegetatif yang dilakukan dengan cara penanaman tanaman
keras bernilai ekonomi tinggi seperti rambutan, pete, sengon, mahoni, nangka di lahan
masyarakat (783,4 Ha), sedangkan untuk konservasi teknik sipil berupa pembuatan teras

3
gulud (3.883,9 Ha), sumur resapan, dan dam penahan (BPDAS Citarum Ciliwung,
2007). Program tersebut merupakan program terpadu antar departemen dengan
menggunakan pendekatan partisipatif yang melibatkan mayarakat dan lembaga sosial
pada setiap tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
Adanya pendekatan partisipatif diharapkan masyarakat dapat ikut berperan aktif,
sehingga implementasi program RHL di DAS Cisadane Hulu ini dapat berhasil dengan
baik.
Hasil penelitian Ahsoni (2008) menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya
memiliki kondisi sosial ekonomi yang terbatas, hal ini tercermin dari : 1). buruknya
infrastruktur rumah; 2). rendahnya tingkat pendidikan (80% tidak tamat Sekolah Dasar);
3). sempitnya kepemilikan lahan rata-rata hanya 0,2 Ha; 4). rata-rata pendapatan
keluarga sebesar Rp 11.849.550/tahun dan 5). mata pencaharian sebagai buruh tani
(51%) dan penggarap (31%). Adanya keterbatasan kondisi sosial ekonomi tersebut
maka kemampuan masyarakat dalam keterlibatan program RHL terbatas, sehingga
dapat mempengaruhi tingkat partisipasi.
Keberhasilan tingkat partisipatif sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi
masyarakatnya, biasanya partisipasi masyarakat yang tinggal di wilayah terkena
kebijakan, program atau proyek dimungkinkan untuk: 1). merumuskan persoalan
dengan lebih efektif; 2). mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan
dunia ilmiah; 3). merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan
dapat diterima dan 4). membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan
penyelesaian, sehingga memudahkan dalam penerapan. Oleh karena itu dalam konteks
partisipasi masyarakat, maka program RHL di DAS Cisadane Hulu perlu dikaji dan
dikembangkan implementasinya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi pada tahun 2003 luas lahan kritis
di wilayah kerja BPDAS Citarum Ciliwung adalah 498.146,4 ha yaitu di dalam kawasan
hutan 166.338,8 ha dan di luar kawasan hutan 331.807,6 ha. Penanganan lahan kritis
tersebut telah dilakukan memalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GN-RHL) yang dimulai sejak tahun 2003. Pada tahun 2007, luas lahan kritis
yang sudah ditangani di luar kawasan hutan (terutama di lahan-lahan milik masyarakat
adalah 91.165 ha yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Wilayah BPDAS

4
Citarum-Ciliwung dengan berbagai pola penanganan baik vegetatif maupun sipil teknis
dan masih terdapat sisa lahan kritis di luar kawasan hutan yang belum tertangani seluas
240.642,6 ha (BPDAS Citarum Ciliwung, 2007).
DAS Cisadane sebagai salah satu wilayah hidrologis saat ini kondisi biofisik,
sosial ekonomi dan budayanya sangat bervariasi, sehingga upaya pengembangan dan
pemasyarakatan kegiatan RHL dan konservasi tanah merupakan suatu hal yang sangat
penting serta mendesak untuk segera dilaksanakan. Luas dan kompleksnya
permasalahan dalam suatu DAS, baik yang bersifat ekonomis maupun ekologis, maka
perlu adanya upaya RHL dan konsevasi tanah yang terencana, terpadu dan lintas
sektoral dengan penanganan yang bersifat multi disipliner. Pelaksanaan RHL selalu
terdapat beberapa faktor pembatas dan permasalahan yang harus dicari penanganannya
melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan
kelembagaan seta aspek ekologis wilayah setempat.
Menurut Kartodiharjo (2006), selama ini program pembangunan kehutanan yang
dianggap sebagai jawaban atas kerusakan hutan masih bertumpu pada tindakan-tindakan
fisik dan bukan masyarakat. Dalam rancangan anggaran GN RHL tahun 2005 misalnya,
biaya pembibitan, penanaman dan pemeliharaan mencapai 82,7%. Keyakinan itu sejak
awal tahun 80an tidak terbukti kebenarannya, yaitu dengan tingginya kegagalan
pelaksanaan reboisasi dan penghijauan, asumsi yang dipakai seolah-olah sudah terdapat
kelembagaan yang mapan dan mendukung pelaksanaan gerakan tersebut. Kelembagaan
bukan hanya keberadaan lembaga atau organisasi pengelola hutan yang mampu,
melainkan juga termasuk kepastian kawasan hutan, sistem insentif, maupun regulasi
yang tidak menyebabkan biaya transaksi tinggi.
Pengetahuan akan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan RHL sangat
penting. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan RHL akan berbeda dari suatu
lokasi ke lokasi lain, sehingga sulit untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana
tingkat partisipasi masyarakat pada suatu lokasi terkait dengan dilaksanakan kegiatan
RHL. Selain itu, penelitian tentang hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi dari
tingkat partispasi masyarakat pada kegiatan RHL ini belum banyak dilakukan. Dalam
penelitian ini perlu kajian untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi suatu masyarakat baik internal maupun eksternal,
sehingga tingkat partisipasi suatu masyarakat dapat diketahui dari faktor-faktor tersebut.

5
Kemampuan memprediksi tingkat partisipasi tersebut juga akan membantu dalam
penyusunan kebijakan yang tepat dan bisa digunakan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan tersebut.
Kerangka Pemikiran
Proses perencanaan yang begitu panjang dan banyak melibatkan instistusi terkait
serta luasnya sasaran lahan kritis yang perlu direhabilitasi baik di dalam maupun di luar
kawasan hutan dalam kurun waktu selama 5 tahun, pola penyelenggaraan GN-RHL
beragam, hampir dapat dipastikan dalam pelaksanaan penyelenggaraan GN-RHL akan
banyak mengalami permasalahan baik teknis maupun administratif, ditambah lagi
sistem pelaksanaan kegiatannya melalui proses tahapan-tahapan yang terputus
(discontinue). Akibat dari proses yang bertahap dan terputus tersebut mengakibatkan
pertanggungjawaban publik (public accountabillity) juga terputus dan tidak jelas
arahnya karena banyaknya pihak-pihak yang terkait, sehingga akhirnya disadari atau
tidak disadari akan berdampak kepada keluaran (out-put) atau hasil akhir dari pekerjaan
GN-RHL yang cenderung mengarah kepada ketidakberhasilan (kegagalan) di lapangan
dengan biaya ekonomi yang tinggi (inefisiensi).
Sasaran RHL adalah lahan maka keluaran (out put) dari GN-RHL tidak lain adalah
terwujudya penutupan lahan kritis baik di dalam maupun di luar kawasan hutan oleh
jenis kayu-kayuan tanaman hutan dan atau jenis MPTS, sehingga lahan kritis tersebut
dapat berfungsi kembali sebagai penyangga kehidupan dalam hal pencegahan banjir,
erosi, longsor dan sebagainya sesuai dengan tujuan dari GN-RHL. Lahan yang
digunakan dalam program RHL di DAS Cisadane Hulu adalah lahan masyarakat.
Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan RHL ini
dilakukan penelitian dengan melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, baik
faktor internal maupun faktor ekternal. Faktor internal merupakan ciri-ciri atau karakter
individu dari anggota masyarakat itu sendiri, yaitu dapat berupa sumbangan tenaga,
pemikiran, penyediaan lahan, perilaku dan kesepakatan anggota masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan. Sedangkan faktor eksternal adalah kondisi yang ada di luar
karakteristik individu anggota masyarakat, dapat berupa dukungan pemerintah yang
berupa sosialisasi program dan penyuluhan, penyediaan sarana dan prasaran rehabilitasi
(dana, bibit dan pupuk), fasilitas pembentukan lembaga serta pendampingan. Hal ini
dapat menjadi bentuk kegiatan yang bersifat partisipatif. Melalui hubungan empiris

6
diantara faktor-faktor internal dan faktor eksternal terhadap tingkat partisipasi
masyarakat, maka dapat ditetapkan alternatif kebijakan yang tepat untuk peningkatan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan RHL.
Kajian faktor internal dan eksternal mengambil sampel dari suatu populasi
melalui teknik wawancara terbuka, kuesioner, dan diskusi ahli. Wawancara ataupun
kuesioner dilakukan ke berbagai tingkatan responden, yaitu dari tingkatan petani atau
masyarakat setempat sampai kepada responden ahli yang mengetahui dan terjun
langsung dalam kegiatan RHL di lokasi tersebut.
Analisis data dari hasil wawancara menggunakan analisis statistik non
parametrik uji korelasi Spearman Rank, untuk mendapatkan ketepatan dalam mengolah
data dibantu dengan komputer program Statistical Program for Social Sience (SPSS)
versi 15. Sedangkan untuk menentukan alternatif kebijakan peningkatan partisipasi
masyarakat menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP),

di mana

menggunakan bentuk hirarki sesuai tujuan, aktor, faktor pendukung dan alternatif
kebijakan, dalam mengolah data dibantu komputer dengan progran Expert Choice 2000.
Uraian
mengidentifikasi

tersebut
tingkat

menjadi

landasan

partisipasi

kerangka

masyarakat,

pemikiran

mengkaji

untuk

dapat

faktor-faktor

yang

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dan menyusun alternatif kebijakan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan RHL di DAS Cisadane Hulu. Secara
skematis pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi
masyarakat, mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat dan menyusun alternatif kebijakan dalam peningkatan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS Cisadane Hulu.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di setiap tahapan
kegiatan dan faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi
masyarakat, sehingga dapat mengupayakan dalam mengembangkan tingkat partisipasi
masyarakat. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi

acuan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam mengimplementasikan program-program pembangunan yang
bersifat partisipatif.

7

Kerusakan Hutan dan lahan yang
menyebabkan DAS kritis

Program Rehabilitasi
Hutan dan Lahan

Tahapan
Perencanaan (Y1)

Tahapan
Pelaksanaan (Y2)

Tahapan
Evaluasi (Y3)

Faktor Internal
- Umur (X1.1)
- Tingkat Pendidikan
(X1.2)
- Luas lahan (X1.3)
- Tingkat pendapatan

(X1.4)
- Pekerjaan sampingan
(X1.5)
- Persepsi (X1.6)

Metode
AHP

Faktor Eksternal

Tingkat
Partisipasi
Masyarakat

- Intensitas sosialisassi
program (Penyuluhan)
(X2.1)
- Peran Pendamping
(X2.2)
- Ketersediaan sarana
(X2.3)
- Peran kelembagaan
sosia (X2.4)

Alternatif prioritas
kebijakan

Peningkatan
Partisipasi
masyarakat

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Metode
AHP

8

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan
untuk kemudian disalukan ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut
dinamakan daerah tangkapan air (catchment area) merupakan suatu ekosistem dengan
unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (air, tanah dan vegetasi) dan sumberdaya
manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam.
DAS terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: bagian hulu, tengah dan bagian hilir.
Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur air,
ekosistem bagian tengah merupakan pembagi dan pengatur air, sedangkan ekosistem
bagian hilir merupakan daerah pemakai air. Hubungan antara ekosistem tersebut
menjadikan DAS sebagai satu kesatuan fungsi hidrologis. Wilayah DAS bisa meliputi
berbagai wilayah administratif, misalnya antar desa, kecamatan, kabupaten, propinsi
bahkan dapat meliputi antar negara yang mempunyai keterkaitan biogeofisik melalui
daur hidrologi (Asdak, 2004).
Manan (1979) mengatakan bahwa DAS merupakan suatu ekosistem yang di
dalamnya terdiri dari kondisi fisik, biologi dan manusia yang satu sama lain saling
berhubungan erat membentuk keseimbangan. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem
dan dapat menopang kehidupan manusia secara terus menerus, maka diperlukan
pengelolaan DAS yang baik, pengelolaan sumberdaya alam yang baik juga (renewable)
seperti tanah, air dan vegetasi dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan
melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan hasil air (water yield) untuk
kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan masyrakat
berupa air minum, industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya
(Puspaningsih, 1997).
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal
balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya,
tujuannya membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan
kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan (Departemen
Kehutanan, 2006). Tujuan utama pengelolaan DAS adalah meresapkan air hujan
sebanyak-banyaknya, memperkecil aliran permukaan dan mengendalikan erosi tanah

9
sehingga tercapai suatu kondisi biofisik DAS yang memungkinkan diperolehnya
keseimbangan dan tata air yang baik. Hasil air yang optimum dipandang dari aspek
kuantitas, kualitas dan regimen. Dasar pengetahuan hidrologi sangat penting untuk
menjelaskan sistem pengelolaan DAS di samping hasil-hasil dari penelitian terapan
yang dapat dipakai sebagai dasar pengelolaan DAS, diantaranya dengan mempelajari
proses-proses hidrologi seperti evapotranspirasi, intersepsi, penggunaan air untuk
vegetasi, infiltrasi, perkolasi, air bumi, erosi, sedimentasi dan aliran sungai (Manan,
1997). Prinsip dasar pengelolaan DAS adalah sebagai berikut : 1). pada dasarnya berupa
pemanfaatan,

pemberdayaan,

pengembangan,

perlindungan

dan

pengendalian

sumberdaya dalam DAS; 2). berdasarkan pada asas kelestarian, kemanfaatan, keadilan
dan kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas dan berkeadilan; dan 3).
direncanakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pada dasarnya masalah erosi berkaitan dengan tingginya erosivitas hujan, sifat
tanah yang mudah tererosi, bentukan lahan dengan lereng yang curam dan panjang,
serta penggunaan lahan yang terlalu intensif dan tidak sesuai dengan kemampuan
lahannya. Terjadinya erosi dapat disebabkan oleh kondisi alamiah dan karena aktivitas
manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah secara alami
untuk mempertahankan keseimbangan tanah, sedangkan erosi karena kegiatan manusia
kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya tanah bagian atas akibat cara bercocok
tanam yang tidak memperdulikan kaidah-kaidah konservasi tanah (Asdak, 2004).
Meningkatnya bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan serta pencemaran
kualitas air beberapa tahun terakhir mengindikasikan telah terjadinya gangguan pada
keseimbangan siklus hidrologi pada DAS yang berdampak pada kondisi kritis
sumberdaya air. Hal ini disebabkan antara lain karena penciutan area dan kerusakan
hutan serta kerusakan lahan DAS yang telah menimbulkan erosi dan sedimentasi, baik
di saluran-saluran air, sungai, waduk, danau maupun di sepanjang pantai. Banjir yang
menggenangi lahan-lahan kota dan pedesaan atau pertanian pada musim hujan sering
terjadi akibat tidak tertampungnya aliran permukaan. Sebagai akibat tidak adanya atau
berkurangnya air yang meresap dan masuk ke dalam tanah, maka tidak ada air yang
tersimpan di dalam tanah sebagai air bawah tanah (ground water) yang akan masuk ke
dalam sungai, ke dalam sumur dan ke dalam badan air lainnya pada musim kemarau,

10
yang mengakibatkan keringnya sungai, sumur dan lahan-lahan pertanian (Arsyad,
2006).
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Luas kawasan hutan pada tahun 2007 adalah sekitar 133,95 juta ha dan jumlah
penduduk Indonesia lebih dari 220 juta. Degradasi hutan dan lahan semakin meluas
sebagai akibat penambahan jumlah penduduk yang memerlukan lahan untuk sandang,
pangan, papan dan energi (Departemen Kehutanan, 2007). Berkurangnya areal hutan
untuk pertanian dan konversi lahan pertanian untuk bangunan akan menurunkan resapan
air hujan dan meningkatkan aliran air permukaan sehingga frekuensi bencana banjir dan
tanah longsor semakin tinggi. Degradasi hutan dan lahan terutama di hulu DAS harus
bisa direhabilitasi dengan adanya pengelolaan DAS yang dilakukan secara terpadu oleh
semua pihak yang ada pada DAS dengan memperhitungkan biofosik dan semua aspek
sosial ekonomi. Degradasi hutan dan lahan selama kurun waktu 2000-2005 sangat
memprihatinkan yaitu rata-rata 1,089 juta hektar per tahun. Degradasi di lahan pertanian
terus terjadi akibat erosi tanah yang tinggi sehingga memicu semakin luasnya lahan
kritis dan meningkatnya sedimentasi pada waduk-waduk yang akan berdampak pada
berkurangnya daya tampung dan pasokan air untuk irigasi serta Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA). Apabila tidak dilakukan upaya-upaya untuk mencegah degradasi
hutan dan lahan serta upaya untuk memulihkannya, maka DAS akan semakin menurun
kualitasnya. Karena itu pengelolaan DAS di masa yang akan datang harus mampu
mengkonservasi, merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas hutan dan lahan yang
dapat memenuhi kebutuhan penduduk terhadap barang dan jasa lingkungan yang
semakin meningkat.
Tingkat kekritisan suatu DAS adalah menurunnya penutupan vegetasi permanen
dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam menyimpan
air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah
longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Sampai dengan
tahun 2007 penutupan hutan di Indonesia sekitar 50% luas daratan dan ada
kecenderungan luasan areal yang tertutup hutan terus menurun dengan rata-rata laju
deforestasi tahun 2000-2005 sekitar 1,089 juta ha per tahun (Departemen Kehutanan,
2008).

11
Luasan lahan kritis dan sangat kritis masih tetap meluas yaitu sekitar 30.2 juta
ha (terdiri dari 23,3 juta ha sangat kritis dan 6,9 juta ha kritis), erosi dari daerah
pertanian lahan kering yang padat penduduk tetap tinggi melebihi yang dapat ditoleransi
(15 ton/ha/th) sehingga fungsi DAS dalam mengatur siklus hidrologi menjadi menurun
(Departemen Kehutanan, 2007). Tingkat kekritisan lahan sangat berkaitan dengan
tingkat sosial ekonomi masyarakat petani di daerah tengah hingga hulu DAS terutama
jika kawasan hutan dalam DAS tidak luas seperti DAS-DAS di pulau Jawa dan Bali.
Tingkat kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat petani yang rendah
akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan papan)
bukan kepedulian terhadap lingkungan sehingga sering terjadi perambahan hutan di
daerah hulu DAS, penebangan liar dan praktik-praktik pertanian lahan kering di
perbukitan yang akan meningkatkan kekritisan lahan. Faktor lain yang menyebabkan
pengelolaan DAS belum berhasil dengan baik adalah kurangnya keterpaduan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pengelolaan DAS termasuk dalam hal
pembiayaannya. Hal ini karena banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan
DAS seperti Departemen Kehutanan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Pertanian, Departemen Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, perusahaan
swasta dan masyarakat (Departemen Kehutanan, 2008).
Berdasarkan UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, RHL dimaksudkan
untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga. RHL merupakan bagian dari sistem pengelolaan
hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka DAS, dengan cara penerapan teknik
konservasi secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan-lahan kritis dan lahan tidak
produktif yag berada di wilayah hulu DAS. Namun demikian cara penerapan program
rehabilitasi harus disesuaikan dengan lingkungan dimana program rehabilitasi tersebut
dilaksanakan, selain itu RHL juga sangat berperan dalam : 1). memulihkan fungsi
hidrologi hutan dan lahan dalam DAS; 2). memulihkan fungsi perlindungan tanah dan
stabilitas iklim mikro; 3). meningkatkan produksi oksigen dan penyerap gas-gas
pencemar udara; 4). memulihkan dan melestarikan sumberdaya plasma nutfah; 5).
membuka peluang kesempatan berusaha dan kesejahteraan masyarakat; 6). membuka

12
peluang untuk pengembangan ekowisata dan 7). memulihkan citra negara, bangsa,
pemerintah dan masyarakat di mata dunia (WALHI, 2004).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.20/Kpts-II/2001, RHL memiliki
beberapa prinsip, di antaranya adalah : 1). meminimumkan kegagalan kebijakan (policy
failure), sebagai akibat kegagalan birokrasi (goverment failure) dan kegagalan pasar
(market failure); 2). RHL harus menjadi kebutuhan masyarakat; 3). RHL menggunakan
DAS sebagai unit analisis dalam perencanaan dan pengendalian; 4). adanya kejelasan
wewenang dan tata hubungan kerja dalam RHL; 5). memanfaatkan potensi masyarakat
lokal; 6). tujuan RHL disesuaikan dengan fungsi utama kawasan yang menjadi sasaran
rehabilitasi; 8). perlunya pem