β
1..n
= sensitivitas return saham ke 1 sampai ke n terhadap faktor-faktor yang memengaruhinya.
6. Fama dan French Model Tiga Faktor
Model ini diperkenalkan oleh Eugene F. Fama dan Kenneth R. French pada tahun 1992. Fama dan French memperluas model Capital Asset Pricing Model
CAPM dengan faktor firm size dan book to market ratio BM selain faktor risiko pasar dalam Capital Asset Pricing Model CAPM. Faktor yang
mempengaruhi return pada model Capital Asset Pricing Model CAPM hanya mempertimbangkan satu faktor yaitu risiko pasar beta pasar. Keterbatasan dari
model Capital Asset Pricing Model CAPM adalah terlalu banyak menggunakan asumsi dan hanya memperhitungkan satu faktor dalam mempengaruhi return.
Setelah melakukan beberapa kali penelitian, Fama dan French memperkenalkan sebuah model multi indek yaitu Three Factor Model Fama dan French dengan
menambahkan dua faktor lain selain risiko pasar yang terdapat dalam CAPM ke dalam modelnya yaitu faktor firm size dan book to market ratio.
Book to market ratio merupakan sebuah rasio yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan dengan membandingkan nilai buku dari suatu
perusahaan terhadap nilai pasarnya. Fama dan French 1992 membagi
perusahaan berdasarkan ukurannya firm size yaitu besar big dan kecil small serta berdasarkan perbandingan nilai buku terhadap nilai pasar perusahaan book
to market rasio yaitu tinggi high dan rendah low. Firm size atau ukuran suatu perusahaan dapat dinilai dari beberapa aspek seperti total aset dan kapitalisasi
pasar market capitalization. Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap
firm size yang didasarkan atas jumlah sekuritas yang beredar dan harga per unit penyertaan sekuritas tersebut. Menurut Fama dan French, nilai book to market
ratio mempengaruhi return karena dalam menilai return suatu investasi, perusahaan harus memperhitunghan nilai perolehan dan nilai pasar suatu asset,
karena jika nilai book to market-nya tinggi maka perusahaan tersebut dalam keadaan undervalue yang artinya perusahaan tersebut sedang dalam kondisi yang
kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. Fama dan French memasukkan ukuran
perusahaan karena besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut dalam menanggung risiko yang mungkin timbul
akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasionalnya, sehingga ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat return suatu
investasi. Penilaian suatu investasi yang baik itu adalah penilaian terhadap ukuran perusahaan yang sejenis atau apple to apple bukan apple to orange.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi reksa dana pada suatu perusahaan investasi, sering kali para investor juga memperhatikan nilai book to market ratio.
Book to market ratio adalah perbandingan antara nilai buku reksa dana dengan nilai pasar reksa dana. Nilai buku per unit penyertaan reksa dana sangat
mencerminkan nilai reksa dana tersebut. Nilai buku pada reksa dana adalah Rp 1000UP karena investasi awal pada reksa dana adalah Rp 1000UP, sedangkan
harga pasar reksa dana adalah harga yang terbentuk di pasar reksa dana. Analisis
book to market ratio diperlukan bagi investor karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue.
Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan
keuntungan bagi para investor yang telah menanamkan modalnya. Book to market ratio merupakan rasio yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai
perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis book to market ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan
kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan
dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi.
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut Elton, Gruber, dan Blake: 2011:
R
it
− R
ft
= α
i
+ β
iM
I
Mt
+ β
iSMB
I
SMBt
+ β
iHML
I
HMLt
+ ε
it
2.3 Keterangan:
R
it
: Return reksa dana i pada periode t R
ft
: Risk-free rate pada periode t I
Mt
: Excess return on market dikurangi risk-free rate pada periode t
I
SMBt
: Return pada faktor “small minus big” SMB pada periode t
I
HMLt
: Return pada faktor “high minus low” HML book-to-market pada periode t
α
i
: Excess return pada portofolio i yang diperoleh dari portofolio 3 faktor yang memiliki risiko yang sama.
B. Penelitian Terdahulu