Manfaat Akademis Komunikasi Communication

10 B. RUMUSAN MASALAH “Bagaimanakah peran komponen – komponen komunikasi membentuk product knowledge mainan Kamen Rider dari Komunitas Tokusatsu Yogyakarta ?” C. TUJUAN PENELITIAN - Untuk dapat memahami komponen – komponen komunikasi yang membentuk product knowledge mainan Kamen Rider dari Komunitas Tokusatsu Yogyakarta. - Untuk menjelaskan bagaimana peran komponen - komponen tersebut dalam konteks komunikasi kelompok hingga dapat membentuk product knowledge . D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Akademis

Hasil studi ini dapat memberikan masukan dalam kajian ilmu komunikasi khususnya konsentrasi studi periklanan dan pemasaran, khususnya tentang perilaku konsumen dalam membentuk produk knowledge .

2. Manfaat Praktis

Memberikan manfaat praktis bagi pemasar sebagai referensi dalam mempelajari pola perilaku konsumen yang loyal terhadap suatu produk. 11 E. KERANGKA TEORI Penelitian ini akan membahas mengenai pola perilaku konsumen dalam membentuk sebuah pengetahuan produk yang berperan penting dalam proses pembuatan keputusan pembelian. Pengetahuan produk yang ingin diteliti, dibentuk konsumen melalui proses komunikasi dalam konteks komunikasi kelompok. Peneliti menggunakan teori – teori yang relevan untuk mendekati pokok permasalahan, dan memfokuskan pada teori komunikasi berikut komponen – komponen pembentuknya; komunikasi kelompok berikut pola interaksi didalamnya; dan juga teori mengenai pengetahuan produk.

1 Komunikasi Communication

Komunikasi adalah salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh manusia, dimana didalamnya terdapat proses pembentukan, penyampaian dan pengolahan pesan untuk tujuan tertentu. Jadi, komunikasi merupakan sebuah tindakan yang berupa pengiriman informasi dari pikiran seseorang kepada pikiran orang lain. Komunikasi yang baik dapat terjadi apabila prosesnya berjalan secara berkelanjutan dengan adanya umpan balik sebagai hasilnya. Communication is an exchange process in which thoughts or ideas are exchange. The communication process includes a sender who encodes a message, which is then transmitted through a message channel, and a receiver who decodes the message and provides feedback to the sender. Lusch and Lusch, 1987 : 400. Dari definisi diatas, sebuah proses komunikasi melibatkan adanya komponen – komponen pembentuknya, antara lain : 12 a. Sender pengirim pesan Pihak yang mengirimkan pesan dengan melakukan proses menyandikan pesan encoding dan berperan sebagai sumber. b. Message pesan Sinyal apapun atau kombinasi dari sinyal yang dikirimkan sumber kepada penerima. Sebuah pesan dapat berupa pesan verbal maupun non-verbal. Terdapat dua kategori utama dari sinyal yang dikirimkan seseorang, yakni tanda sign dan simbol symbol. Sebuah tanda adalah kejadian alami yang berhubungan langsung otomatis dengan apa yang dimaksudkan. Tanda adalah elemen – elemen non verbal seperti nada dari suara, karakteristik wajah dan tubuh, memiliki kelekatan, hubungan alami dengan apa yang direpresentasikan.’ Brilhart; Galanes; Adams, 2000 : 47 Pemaknaan semua tanda bersifat langsung dan menghubungkan apa adanya dengan apa yang terjadi, seperti misalnya mimik wajah; gesture; keadaan alam. Sebuah simbol mungkin dipakai untuk merujuk sesuatu yang bersifat tidak nyata; konsep – konsep abstrak, atau gagasan yang tidak dapat diamati panca indera. Sebuah simbol adalah sinyal yang dibuat seseorang secara sengaja untuk mewakili sesuatu seperti pengalaman, objek, atau konsep. Brilhart; Galanes; Adams, 2000 : 47 Semua ‘kata’ juga merupakan simbol untuk mewakili setiap arti benda atau perilaku yang dimaksud. Pemberian 13 makna sebuah simbol mengalami proses interpretasi yang berbeda – beda dari setiap individu. c. Channel saluran Kendaraan atau medium yang dilalui sinyal yang dikirimkan. d. Receiver penerima pesan Pihak yang menerima pesan dengan melakukan proses penyandian balik. e. Feedback umpan balik Informasi yang disandikan balik dan dikirimkan kembali kepada sumber. Disamping beberapa komponen komunikasi diatas, Wilbur Schramm juga menambahkan sebuah konsep lagi dalam model komunikasinya, yakni melibatkan bidang pengalaman field of experience antara sumber dan penerima pesan, seperti yang digambarkan pada model di bawah ini : Gambar 2 Model Proses Komunikasi Schramm Field of Experience Field of Experience Source Encoder Decoder Destination Sumber : Mulyana, 2003 : 141 Signal 14 Menurut Schramm, sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing – masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman field of experience yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Sedangkan apabila wilayah yang berimpit itu kecil, artinya pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda, akan sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada yang lainnya.

2 Komunikasi Kelompok Small Group Communication

Konteks pada penelitian ini, sejumlah konsumen yang terikat dengan sebuah produk yang sama membentuk sebuah ikatan dalam bentuk kelompok yang berorientasi hobi atau minat untuk mengkoleksi produk yang spesifik eksklusif. Fokus penelitian ini nantinya akan meneliti pola interaksi yang terjadi dalam konteks komunikasi dalam sebuah kelompok. Robert S. Cathcart, Larry A. Samovar, Linda D. Henman dalam bukunya yang berjudul ‘Small Group Communication, Theory and Practice’ , mendefinisikan kelompok : A small group is a gathering of people interacting and communicating interpersonally over time in order to reach a goal . Cathcart, Samovar, Henman, 1996: 1 15 Dapat disimpulkan, sebuah kelompok pasti memiliki anggota yang terdiri dari sekumpulan orang, yang saling berinteraksi diantara anggotanya, untuk pencapaian sebuah tujuan. Pencapaian sebuah tujuan kelompok tidak lepas dari dukungan peran anggotanya. Peran anggota dalam sebuah kelompok dikategorikan mengacu pada apa yang mereka lakukan untuk kelompoknya khususnya dalam hal mencapai tujuan kelompok. Ada tiga kategori utama tentang perilaku dimana dalam sebuah kelompok peran – peran tersebut diklasifikasikan antara lain : 1 peran tugas; 2 peran pemeliharaan; dan 3 peran individual Galanes; Adams; Brilhart, 2000 : 144 - 145. Peran tugas dan peran pemeliharaan adalah peran yang berorientasi positif dalam membantu kinerja kelompok.

a. Task Roles Peran Tugas

Perilaku berorientasi tugas adalah peran yang memberi kontribusi langsung dalam memenuhi dan menyelesaikan tugas – tugas kelompok. Beberapa perilaku yang berorientasi peran tugas dalam sebuah kelompok antara lain : i. Initiating and orienting. Mengenalkan, mengusulkan sebuah tujuan, aktivitas, rencana atau aksi, mendefinisikan posisi kelompok dalam mencapai tujuan. 16 ii. Information giving. Memberi atau menawarkan fakta – fakta, informasi, bukti – bukti maupun pengalaman pribadi yang sudah didapat dan relevan dengan tugas atau tujuan kelompok. iii. Information seeking. Mencari atau meminta fakta – fakta, informasi, bukti – bukti maupun pengalaman pribadi dari anggota yang lain. iv. Opinion giving. Mengemukakan kepercayaan, nilai – nilai, interpretasi, penghakiman atau penilaian, menggambarkan kesimpulan berdasarkan barang bukti. v. Clarifying. Memperjelas penafsiran maupun pernyataan yang masih ambigu, menginterpretasikan isu supaya dipahami dengan benar. vi. Elaborating. Mengembangkan sebuah ide atau gagasan berupa memberi contoh, ilustrasi dan penjelasan lebih mendalam. vii. Evaluating. Mengekspresikan penilaian terhadap kelayakan informasi atau ide yang relatif; mengusulkan atau menggunakan kriteria penilaian. 17 viii. Summarizing. Meninjau kembali apa yang sudah dibahas sebelumnya, mengingatkan kelompok mengenai hal – hal yang sudah disebutkan atau didiskusikan sebelumnya. ix. Coordinating. Mengorganisir kinerja anggota kelompok, mengatur jalannya masing – masing peran. x. Consensus testing. Meninjau apakah kelompok sudah mencapai keputusan yang diterima seluruh anggotanya; menganjurkan bahwa persetujuan telah tercapai. xi. Recording. Merekam dan mendokumentasikan pencapaian kelompok; menyiapkan laporan dan menyajikan sebagai memori kelompok. xii. Suggesting procedure. Memberi saran sebuah metode atau prosedur untuk diikuti atau digunakan.

b. Maintenance Roles Peran Pemeliharaan

Perilaku pemeliharaan adalah peran – peran yang membantu kelompok dalam mengatur hubungan yang harmonis dan iklim hubungan antar pribadi yang bersatupadu. Beberapa perilaku yang berorientasi peran pemeliharaan antara lain : 18 i. Establishing Norms. Mengusulkan cara – cara dalam berperilaku; menentang perilaku yang tidak produktif, memperhatikan pelanggaran terhadap norma atau aturan. ii. Gatekeeping. Membantu anggota lain supaya sederajat atau sama haknya; mengusulkan atau mengontrol kebutuhan mengemukakan pendapat; menanyakan apabila terdapat anggota yang berbeda pendapat. iii. Supporting. Menyetujui; mengemukakan dukungan terhadap kepercayaan maupun ide anggota yang lain; mengikuti anjuran yang lain. iv. Harmonizing. Mengurangi ketegangan dengan mendamaikan lagi perbedaan pendapat; menganjurkan untuk mengkompromikan kembali sebuah alternatif atau jalan tengah yang diterima seluruh anggota; menyelaraskan situasi. v. Tension Relieving. Bercanda dan melakukan hal – hal yang mengembalikan atau mengurangi tekanan; membuat yang merasa asing 19 menjadi diterima; mengurangi perbedaan status yang ada; memperbesar hubungan informal. vi. Dramatizing. Menceritakan maupun memfantasikan sesuatu dengan cara yang lebih menarik; membangkitkan kenangan maupun fantasi tentang orang maupun tempat, dan sebagainya. vii. Showing Solidarity. Mengindikasikan perasaan positif terhadap sesama anggotanya; mengupayakan rasa persatuan maupun kesatuan kelompok. Pencapaian tujuan sebuah kelompok, sangat bergantung pada peran – peran dari setiap anggotanya untuk saling berinteraksi satu sama lain sebagai sebuah sistem. 3 Interaksi Interaction Interaksi yang terjadi di dalam sebuah kelompok membentuk sebuah pola jaringan network komunikasi dari individu – individu anggotanya. A group’s communication network is the pattern of message flow, or who speaks to whom during discussions. Brilhart; Galanes; Adams, 2000 : 165. Sebuah jaringan yang melibatkan siapa berbicara kepada siapa muncul sebagai fungsi dari perilaku individu. Jaringan akan berubah seiring masalah baru yang muncul dan membawa perubahan juga pada pengetahuan dan keahlian anggotanya. 20 Masing – masing jaringan memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Tidak ada jaringan yang paling baik untuk semua kelompok. Setiap kelompok pada umumnya memiliki sebuah jenis jaringan yang utama digunakan tergantung dari konteks untuk tujuan apakah kelompok itu terbentuk. Beberapa model jaringan yang umum digunakan antara lain : Gambar 3 Model Communication Networks B C D E A 6 6 6 6 6 A B C D E 7 7 7 7 4 A B C D E 6 10 7 7 10 10 ‘Circle’ ‘Wheel ‘ ‘Chain‘ A B C D E 8 9 6 8 5 A B C D E “ Y “ ‘All Channel’ Sumber : Fisher and Ellis, 1990 : 68–71 Sebuah jaringan dapat dipahami melalui beberapa pengukuran, yakni size, reachability, density, dan centrality. Ukuran size jaringan mengacu kepada jumlah dari orang – orang dimana seseorang dihubungkan. Seperti misalnya pada model 21 ‘Wheel’ , anggota C berhubungan dengan empat orang, berarti dia memiliki ukuran jaringan yaitu 4. Jangkauan reachability jaringan mengacu kepada jumlah hubungan yang dibutuhkan untuk menghubungkan seseorang dengan yang lain. Seperti misalnya dalam model ‘Wheel’, anggota C lebih mudah dijangkau oleh seluruh anggota lainnya, daripada hubungan antara anggota B dengan A. Anggota B membutuhkan poin 7 untuk dapat menjangkau anggota A, C. D dan E. Didapat dari 1poin untuk menjangkau C; 2 poin untuk menjangkau A melalui C; 2 poin untuk menjangkau D melalui C; 2 poin untuk menjangkau E melalui C, jadi 1+2+2+2 = 7poin. Kepadatan density juga berhubungan dengan jangkauan. Apabila seorang anggota memiliki jangkauan yang langsung kepada semua orang, maka dapat dikatakan dia memiliki kepadatan yang baik. Penengah centrality adalah peran seorang anggota sebagai penghubung antar anggota yang lain. Seorang adalah anggota yang menjadi penengah memiliki rentang jarak paling sedikit dalam berhubungan dengan anggota yang lain. Pola interaksi yang terjadi dalam sebuah kelompok melibatkan jaringan dari masing – masing anggota kelompok dalam sebuah konteks topik untuk sebuah tujuan kelompok yang sama. Konsumen yang menjadi objek penelitian ini adalah konsumen yang berorientasi 22 membentuk sebuah kelompok berdasarkan hobi dan minat mengkoleksi mainan yang sama, dan secara umum tujuan mereka sebagai kelompok adalah saling bertukar informasi yang berhubungan dengan pengetahuan produk diantara anggotanya guna mendukung perilaku mengkonsumsi produknya. 4 Pengetahuan Produk Product knowledge Seorang konsumen dihadapkan pada berbagai alternatif informasi yang berhubungan dengan produk, sebelum akhirnya melakukan kegiatan konsumsi. Informasi yang dicari dan dibutuhkan konsumen bisa jadi sangat terbatas dan sulit untuk dicari; atau sebaliknya, informasi yang dipaparkan terlalu luas dan banyak alternatifnya sehingga membingungkan konsumen. Padahal informasi ini sangat penting guna mendapatkan barang konsumsi yang dibutuhkan needs dan diinginkan wants secara efektif dan efisien. Pengetahuan produk product knowledge mengacu pada berbagai jenis pengetahuan knowledge, arti meaning dan kepercayaan beliefs yang direkam dalam ingatan konsumen. Pengetahuan adalah salah satu tipe pengartian personal atau subjektif yang dihasilkan oleh proses interpretasi. Pengetahuan produk dalam ingatan konsumen dapat diaktifkan salah satu caranya dengan eksposur pada objek atau kejadian di sekitar lingkungan. Peter Olson, 2000 : 48 - 49 Konsumen perlu untuk mencari, mengumpulkan dan memahami sejumlah informasi yang nantinya akan berguna dalam membantu membuat sebuah keputusan pembelian. Sebuah keputusan pembelian tidak akan diambil seorang konsumen apabila dia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai produk yang diinginkan. 23 Pengetahuan knowledge yang berhubungan dengan sebuah produk adalah representasi kognitif dari produk, merek dan aspek – aspek lingkungan lainnya yang disimpan dalam ingatan. Sebuah pengetahuan didapat konsumen melalui proses interpretasi atas informasi dari lingkungannya. Konsumen memiliki tingkatan pengetahuan produk yang berbeda, yang dapat dipergunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Tingkatan pengetahuan dibentuk ketika seseorang mengkombinasikan beberapa konsep arti ke dalam kategori pengetahuan yang lebih besar dan lebih abstrak. Peter Olson, 2000: 67 Secara umum seseorang memiliki dua jenis pengetahuan yakni : a. Pengetahuan umum general knowledge tentang lingkungan dan perilaku mereka. Pengetahuan umum mengacu pada interpretasi seseorang terhadap informasi yang relevan dilingkungannya. Pengetahuan umum konsumen bersifat episodik yakni berhubungan dengan kejadian khusus yang terjadi dalam hidup seseorang; maupun bersifat semantik yakni berhubungan dengan objek dan kejadian dilingkungan. Peter Olson, 2008 : 53 b. Pengetahuan prosedural procedural knowledge tentang bagaimana melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural disimpan dalam ingatan sebagai suatu produksi, atau proposisi khusus dengan konsep “jika..maka..” yang menghubungkan suatu konsep atau kejadian dengan perilaku yang tepat. Peter Olson, 2008: 54 Konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan tentang produk yakni pengetahuan tentang ciri atau karakter produk; 24 konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk; dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai oleh produk Peter Olson, 2008 : 71.

a. Produk Sebagai Perangkat Ciri

Konsumen memiliki berbagai tingkatan pengetahuan tentang ciri produk : i. Pengetahuan tentang ciri abstrak abstract attributes mewakili karakteristik subjektif tak nyata dari suatu produk seperti misalnya kualitas kehangatan sebuah selimut atau gaya. ii. Pengetahuan tentang ciri nyata concrete attributes mewakili karakteristik fisik nyata suatu produk seperti material pembuat, warna, bentuk, dan lain sebagainya. Disamping itu, pengetahuan ciri konsumen juga berisikan evaluasi afeksi dari setiap ciri yang ditemui. Sebuah produk merupakan kesatuan antara konsep – konsep atribut nyata tangible dan tak nyata intangible yang tak terpisahkan. Atribut – atribut tersebut secara keseluruhan dapat kita kenal sebagai konsep ‘Produk Menyeluruh’ Total Product Concept , yang akan dijelaskan melalui gambar berikut: 25 Gambar 4 Konsep Produk Menyeluruh Total Product Concept Tangible Attributes Examples Intangible Attributes Examples Sumber : Robert Lusch and Virginia Lusch, 1987: 237 Sebuah produk secara keseluruhan mengandung atribut nyata dan tak nyata. Pada gambar 2, dijelaskan bahwa sebuah produk memiliki 12 contoh atribut, antara lain: Secara nyata tangible, contoh atribut yang terkandung antara lain :  Raw materials : adalah bahan dasar pembuat sebuah produk. Bahan dasar ini yang nantinya akan diolah dan mengalami proses produksi menjadi produk jadi yang akan dijual.  Color : kombinasi warna yang dipilih dan melekat pada produk. Pemilihan sebuah atau kombinasi warna 26 ditentukan banyak faktor seperti misalnya citra; gaya maupun minat calon pembeli.  Accessories : barang atau alat tambahan yang melengkapi produk. Dalam sebuah produk, asesoris dapat menambah fungsi asli.  Features : ciri - ciri keistimewaan yang terkandung dalam produk. Fitur juga dapat berarti fungsi asli dari sebuah produk.  Size : ukuran fisik produk, menyangkut dimensi panjang, tinggi, volumenya.  Weight : nilai berat atau bobot produk. Selain itu Engel; Blackwell dan Miniard juga menambahkan atribut harga price sebagai salah satu ciri atribut fisik selain warna, bahan dan desain Engel; Blackwell and Miniard, 1994 : 373:  Price : adalah suatu nilai yang dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang lain. Secara tidak nyata intangible, contoh atribut yang terkandung antara lain :  Brand Image : susunan kesan–kesan yang dibuat pembeli berdasarkan informasi yang diterima dari media massa, kemasan, nilai–nilai dan atribut–atribut dari suatu merek Brink Kelley,1983 : 159 27  Warranty : garansi atau jaminan yang diberikan produsen atas kelayakan produk sesuai janji yang ditawarkan.  Styling : corak mode atau gaya yang disesuaikan dengan tren.  Delivery : pengantaran atau pengiriman sebuah produk hingga ke tangan pengecer maupun konsumen untuk dikonsumsi.  Customer service : pelayanan konsumen yang diberikan produsen baik pra maupun pasca pembelian.  Credit : pemberian pelayanan mengangsur atau sistem berhutang kepada pembeli dalam proses pembayaran pembelian produk.

b. Produk Sebagai Perangkat Manfaat

Konsumen seringkali berpikir tentang produk dan merek dalam konteks konsekuensinya, bukan sekedar ciri - cirinya. Konsekuensi adalah hasil apa yang terjadi pada konsumen ketika suatu produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi. Konsumen dapat memiliki pengetahuan tentang dua jenis konsekuensi produk, yakni Peter Olson, 2008: 73 - 74 : i. Konsekuensi Fungsional functional consequence adalah hasil nyata dari penggunaan suatu produk yang dialami langsung oleh konsumen, seperti misalnya dampak 28 fisiologis langsung yang dirasakan pengguna seketika sesudah menggunakan produk. ii. Konsekuensi Psikososial psychosocial consequence mengacu pada dampak psikologis dan sosial dari penggunaan suatu produk. Konsekuensi psikologis penggunaan produk adalah dampak internal pribadi seperti bagaimana suatu produk membuat seorang konsumen merasakan. Sedangkan konsekuensi sosial adalah dampak yang ditimbulkan dan dirasakan seseorang dari lingkungan sosial setelah penggunaan produk. Sistem afektif dan kognitif seseorang menerjemahkan konsekuensi fungsional dan psikososial penggunaan produk dan selanjutnya membentuk pengetahuan dalam ingatan. Pengetahuan produk konsumen berisikan kepercayaan tentang konsekuensi fungsional dan psikososial, disamping reaksi– reaksi tanggapan yang terkait. Konsumen dapat menganggap konsekuensi positif dan negatif dari penggunaan suatu produk sebagai manfaat yang mungkin didapat atau sebagai resiko potensial. Manfaat benefit adalah konsekuensi yang diharapkan konsumen ketika membeli dan menggunakan suatu produk dan merek. Disamping manfaat, seorang konsumen juga membutuhkan informasi sebelumnya mengenai konsekuensi 29 negatif yang mungkin didapat ketika mengkonsumsi produk, yakni resiko yang diperkirakan. Resiko yang diperkirakan perceived risk adalah konsekuensi yang tak diharapkan dari suatu produk yang ingin dihindari oleh konsumen ketika mereka membeli dan menggunakan produk tersebut. Beberapa resiko diantaranya adalah 1 resiko fisik konsekuensi negatif yang akan dirasakan oleh fisik si penggunanya; 2 resiko keuangan konsekuensi negatif yang berhubungan dengan kondisi keuangan si penggunanya; 3 resiko fungsional konsekuensi negatif yang ditimbulkan akibat fungsi produk yang tidak berjalan sebagaimana mestinya; dan 4 resiko psikososial konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh lingkungan sosial akibat dari penggunaan produk Peter Olson, 2008 : 74-75. Seorang konsumen dalam mengambil keputusan pembelian tentu akan memperhitungkan konsekuensi positif manfaat maupun konsekuensi negatif resiko dari produk.

c. Produk Sebagai Pemuas Nilai

Konsumen juga memiliki pengetahuan tentang nilai pribadi dan simbolis yang dapat dipenuhi atau dipuaskan oleh suatu produk atau merek. Nilai values adalah representasi kognitif dari kepentingan, yang merupakan tujuan hidup abstrak yang 30 berusaha didapatkan oleh konsumen Peter Olson, 2008 : 539. Konsumen memiliki pengetahuan tentang dua jenis nilai yang dicari dari sebuah produk, yakni : i. Nilai Instrumental instrumental values adalah pola perilaku atau cara bertindak yang diinginkan bersenang- senang, bertindak independen, menunjukkan kepercayaan diri ii. Nilai Terminal terminal values adala status keberadaan yang diinginkan atau status psikososial yang luas kepuasan pribadi, aktualisasi diri, bahagia, damai, berhasil. Nilai instrumental dan terminal tujuan dan kebutuhan mewakili konsekuensi terluas dan paling personal yang ingin dicapai seseorang dalam hidupnya Peter Olson, 2008 : 75. Konsumen sebagai individu, memiliki keterbatasan waktu, tenaga dan perhatian untuk memilih dan memilah sekian banyak informasi yang dibutuhkan maupun mencari lebih dalam mengenai informasi sebuah produk. Pengetahuan produk yang dimiliki masing – masing individu mengenai sebuah produk yang sama bisa saja berbeda dalam proses interpretasinya. Seorang konsumen sebagai individu dalam memperoleh sebuah pengetahuan produk yang lebih baik, membutuhkan dukungan 31 dari lingkungan yang membentuk pengalamannya. Dengan adanya masukan dari lingkungan, sebuah pengetahuan produk dapat dikembangkan dengan saling melengkapi antar sesama konsumen. F. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Komunikasi Communication

Komunikasi adalah proses pertukaran dimana ide dan gagasan dipertukarkan. Sebagai sebuah proses, komunikasi tidak dapat terjadi tanpa adanya komponen – komponen pembentuknya. Komponen adalah bagian dari keseluruhan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 720. Komponen – komponen pembentuk sebuah proses komunikasi antara lain : a. Sender pengirim pesan Pihak yang mengirimkan pesan dengan melakukan proses menyandikan pesan encoding dan berperan sebagai sumber. Pada penelitian ini sumber adalah pihak pengirim pesan yang menyampaikan ide atau gagasan yang berhubungan dengan konteks pengetahuan produk Kamen Rider. b. Message pesan Sinyal apapun atau kombinasi dari sinyal yang dikirimkan sumber kepada penerima. Sebuah pesan dapat berupa pesan 32 verbal maupun non-verbal. Pada penelitian ini, pesan dapat berupa sinyal maupun kombinasinya yang berhubungan dengan pembentukan pengetahuan produk Kamen Rider konsumen. Sebagai sinyal, pesan dapat berupa tanda maupun simbol. Tanda adalah elemen – elemen non verbal seperti nada dari suara, karakteristik wajah dan tubuh, memiliki kelekatan, hubungan alami dengan apa yang direpresentasikan. Sebuah simbol adalah sinyal yang dibuat seseorang secara sengaja untuk mewakili sesuatu seperti pengalaman, objek, atau konsep. Brilhart; Galanes; Adams, 2000 : 47 Sebuah tanda adalah kejadian alami yang berhubungan langsung otomatis dengan apa yang dimaksudkan. Sebuah simbol mungkin dipakai untuk merujuk sesuatu yang bersifat tidak nyata; konsep abstrak, atau gagasan yang tidak dapat diamati panca indera. Semua ‘kata’ juga merupakan simbol untuk mewakili setiap arti benda atau perilaku yang dimaksud. c. Channel saluran Kendaraan atau medium yang dilalui sinyal yang dikirimkan. Pada penelitian ini, channel yang digunakan dapat berupa penyampaian sinyal baik secara verbal dengan suara; maupun secara non-verbal seperti tulisan dan gambar, sehubungan dengan konteks pengetahuan produk Kamen Rider. d. Receiver penerima pesan Pihak yang menerima pesan dari sumber pesan kemudian melakukan proses penyandian balik decoding. Pada penelitian ini penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan dari 33 sumber untuk kemudian diinterpretasikan dan diolah sebagai konsep pengetahuan produk. e. Feedback umpan balik Informasi yang disandikan balik dan dikirimkan kembali kepada sumber. Umpan balik dapat berupa pertanyaan, sanggahan, pendapat, keputusan dan lain sebagainya, yang dikirimkan penerima pesan sebagai sebuah pesan baru kembali kepada sumber berkenaan dengan pembentukan pengetahuan produk Kamen Rider. f. Field of Experience bidang pengalaman Referensi pengalaman yang dimiliki masing – masing pelaku komunikasi. Pada penelitian ini bidang pengalaman adalah pengalaman yang dimiliki sumber maupun penerima pesan tentang konteks produk Kamen Rider.

2. Komunikasi Kelompok Small Group Communication