Tinjauan Yuridis Pernikahan Siri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

ANALISIS YURIDIS PERNIKAHAN SIRRI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TESIS Oleh NETTI 097011068/M.Kn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS YURIDIS PERNIKAHAN SIRRI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
TESIS
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Magister Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh NETTI 097011068/M.Kn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama Nim Program Studi

: Tinjauan Yuridis Pernikahan Siri Ditinjau dari UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
: Netti : 097011068 : Magister Kenotariatan (MKn)

Menyetujui Komisi Pembimbing


(Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS) Ketua

(Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, Phd) Anggota
Ketua Program Magister Kenotariatan

(Chairani Bustami,SH, Spn, Mkn) Anggota
Dekan

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN)

Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum

Tanggal Lulus Ujian Tesis: 21 Desember 2011

Universitas Sumatera Utara

Telah diuji pada Tanggal : 21 Desember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua

: Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS.

Anggota : 1. Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA.Ph.D.

2. Chairani Bustami, SH, SpN., M.Kn

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN

4. Dr. T. Keizeirina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Dalam masyarakat Indonesia Salah satu bentuk Perkawinan yang dikenal adalah Nikah Sirri yaitu nikah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ada yang dicatat tapi disembunyikan dari masyarakat dan ada juga yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah (PPN) dan tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA). Nikah seperti ini tidak sesuai dengan hadis rasul dimana rasul menyuruh masyarakat yang menikah untuk mengumumkan pernikahannya dengan walimah (kenduri/syukuran). Permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah: Bagaimana Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bagaimana Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bagaimana Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan Terhadap Nikah Sirri.
Hasil Penelitian yang dipaparkan pada kesimpulan dan Saran Akibat Hukum Pernikahan Sirri yang tidak dicatatkan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ditentukan bahwa sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya dan perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, maka terhadap perkawinan Sirri yang tidak dicatatkan maka perkawinan tersebut tidak sah. Nikah Sirri pada prinsipnya pernikahan tidak resmi tidak sesuai dengan prinsip yang berlaku, termasuk kepada Nikah di bawah Tangan, tetapi apabila di catat oleh pejabat yang berwenang, maka sifat sirrinya hilang. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 memberi kelonggaran pada Pasal 2 apabila suatu pernikahan memenuhi syarat, rukun dan ketentuan agama maka suatu pernikahan adalah sah. Disamping itu Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Kompilasi Hukum Islam, Pasal 4 KHI menyebutkan Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Nikah sirri yang tidak tercatat pada Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) dan apabila tidak memenuhi syarat dan rukun pernikahan menurut agama, maka pernikahan tersebut tidak mempunyai kekuatan legal formal, dan tidak ada akibat hukum, Nikah Sirri dapat merugikan istri dan anak, Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan Terhadap Nikah Sirri, Sikap Pengadilan Agama apabila tidak ada buku nikah maka Pengadilan Agama tidak dapat memproses persidangan kecuali pemohon mengajukan permohonan Isbat (pengesahan pernikahan) dulu untuk permohonan Sidang cerai dan keperluan lain bagi perkawinan Sirri yang tidak dicatat.
Kata Kunci: Analisis Yuridis, Pernikahan, Sirri.
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
In Indonesia, one of the forms of marriage done in the community is Nikah Sirri. Nikah Sirri is a marriage done underhanded. Some of the Nikah Sirri are registered but not exposed to the public and some are not registered to the Marriage Registrar (PPN) at the Office of Regious Affairs (KUA). Though Nikah Sirri is commonly practiced.it is not accordance with the Hadits of Muhammad SAW who requires that who gets married announce their marriage through a walimah (feast).What is deliberately hidden has problems. The problemmay be in those who get married or there is a legal procedure that they do not meet.
This study discussed the position of Nikah Sirri according to law No. 1/1974 on Marriage, the legal consequence of Nikah Sirri viewed from law No. 1/1974 on Marriage and the Compilation of Islamic Laws, and the function and attitude of Religious Court Class 1A Medan towards Nikah Sirri.
The result of this study showed that according toArticle 2 Paragraph (1) and (2) of law No.1/1974 on Marriage saying that a marriage is legal it is done according to the laws of respective religion and belief ant the marriage must be registered according to the regulations of legislation existing and applicable in Indonesia, therefore, the unregistered Nikah Sirri is not legal. Principally, Nikah Sirri is an unofficial marriage so it belongs to an underhanded marriage, but if it is registered by the authorized official, it becomes an official marriage. Article 2 of law No. 1/1974 makes it loose by saying that a marriage is legal when it has met terms and conditions, basic principles, provisions of religion. In addition, the position of Nikah Sirri, according to Article 4 of the Compilation of Islamic Laws and this is in accordance with Article 2 (1) of law No. 1/1974 on Marriage. Viewed from Law No. 1/1974 on Marriage and Compilation of Islamic Laws, legal consequence of Nikah Sirri is nil if the Nikah Sirri is not registered to Marriage Registrar (PPN) at the Office of Religious Affairs (KUA) and does not meet terms and conditions, basic principles, and provisions of religion because it does not have any formal legal power at all. Nikah Sirri can inflict loss to wife children. The attitude of Religious Court Class 1A Medan towards Nikah Sirri is that Religious Court Class 1A Medan will not process the trial if the applicant cannot show their marriage certificate.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Analisis Yuridis Pernikahan Sirri di Tinjau dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam”. Penulisan tesis ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril yaitu berupa masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan tepat waktu, oleh sebab itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini. 4. Ibu Dr. T. Keizeirina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.
Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA.Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.
7. Ibu Chairani Bustami, SH., SpN., M.Kn, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.
8. Bapak dan Ibu Staf Pengajar dan Staf Pegawai/karyawan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Teman-teman penulis angkatan 2009 khususnya Rismawati Siahaan SH, M.Kn dan Maymunah, SH., M.Kn pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah bersama dalam suka dan duka dalam menjalani perkuliahan, saling memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Teristimewa dengan tulus hati penulis ucapkan terima kasih kepada Suami
tercinta Ir. H. Dirjam Angkasah M. Si yang telah memberikan perhatian, dorongan dan semangat kepada penulis agar menyelesaikan studi di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini juga penulis menghaturkan sujud dan terima kasih kepada Kedua orang Tua Ayahanda M. Jito Saleh dan Ibunda Wagiah serta Ayahanda Drs. Abdul Aziz B.A dan Ibunda dr. Hj. Fauziah yang selama ini telah memberikan limpahan kasih sayang dan nasihat serta motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara. Demikian juga kepada Dr. Syahrial Syafian, SH. M. Hum, dan Adik Penulis dr.Sunita dan Mayor Deddy Sulystia serta Anak- anak penulis

Universitas Sumatera Utara

Fadhillah Hafsah & M. Raihan yang turut memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, masih memiliki kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun substansi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk penyempurnaan tesis ini.
Akhir kata kepada semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih atas kebaikan, dukungan serta doa kepada penulis selama proses penulisan tesis ini. Semoga tesis ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan, Desember 2011 Penulis (NETTI)
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

I. DATAPRIBADI

Nama

: NETTI

Tempat/Tgl Lahir : Medan / 27 April 1967

Jenis Kelamin


: Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status

: Kawin

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Karya Wisata Complex Citra Wisata Blok 7 No. 59.

II. KELUARGA

Nama Ayah


: M. Jito Saleh

Nama Ibu

: Wagiah

Nama Suami

: Ir. H. Dirjam Angkasah M.Si

III.PENDIDIKAN

SD Marindal Medan Tamat Tahun 1980

SMP Pembangunan Medan Tamat Tahun 1983

SMA Muhamaddiyah Medan Tamat Tahun 1986

Universitas Darma Agung Medan Tamat Tahun 1991


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK................................................................................................................... ABSTRACT.................................................................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................................ RIWAYAT HIDUP..................................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Perumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ E. Keaslian Penelitian ....................................................................................... F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ...............................................
1. Kerangka Teori........................................................................................ 2. Kerangka Konsepsional........................................................................... G. Metode Penelitian ......................................................................................... 1. Spesifikasi Penelitian............................................................................... 2. Sumber Data............................................................................................. 3. Alat Pengumpul Data...............................................................................

i ii iii vi vii ix 1 1 7 7 8 8 10 10 16 18 18 19 20

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis Data........................................................................................... 21

BAB II.KEDUDUKAN NIKAH SIRRI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA INDONESIA
DAN SIKAP PENGADILAN AGAMA TERHADAP NIKAH SIRRI.....................................................................................................
22 A. Kedudukan Nikah Sirri Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974..................................................................................................... 22

B. Kedudukan Nikah Sirri Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia..............................................................................................

C. Sikap Pengadilan Agama Terhadap Nikah Sirri..................................

29 50

BAB III AKIBAT HUKUM PERNIKAHAN SIRRI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM........................

53

A. Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974...............................................................................................
B. Akibat Hukum Pernikahan Sirri Menurut Kompilasi Hukum Islam........
C. Anak yang lahir dari nikah siri tidak memiliki hubungan perdata dengan ayah biologisnya..........................................................................
D. Usaha untuk mendaftarkan Nikah Sirri...................................................

53
58
60 65


BAB IV FUNGSI DAN SIKAP PENGADILAN AGAMA TERHADAP NIKAH SIRRI............................................................................................
A. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama........................................................ B. Usaha untuk Menghindari terjadinya Nikah Sirri......................................
C. Kasus-Kasus Nikah Sirri............................................................................ D. Sikap Pengadilan Agama Menghadapi Kasus Nikah Sirri........................

67 67 72
76 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... A. Kesimpulan.................................................................................................. B. Saran............................................................................................................

85
85 88

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

90

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Permohonan Isbat Nikah.......................................................................94 Lampiran 2 : Surat Penetapan Isbat Nikah……………………………......……..….96 Lampiran 3 : Surat Penetapan sidang…………………………………..…………..97 Lampiran 4 : Surat Pemgumuman…………………………..………………………98

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Dalam masyarakat Indonesia Salah satu bentuk Perkawinan yang dikenal adalah Nikah Sirri yaitu nikah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ada yang dicatat tapi disembunyikan dari masyarakat dan ada juga yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah (PPN) dan tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA). Nikah seperti ini tidak sesuai dengan hadis rasul dimana rasul menyuruh masyarakat yang menikah untuk mengumumkan pernikahannya dengan walimah (kenduri/syukuran). Permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah: Bagaimana Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bagaimana Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bagaimana Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan Terhadap Nikah Sirri.
Hasil Penelitian yang dipaparkan pada kesimpulan dan Saran Akibat Hukum Pernikahan Sirri yang tidak dicatatkan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ditentukan bahwa sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama dan kepercayaannya dan perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, maka terhadap perkawinan Sirri yang tidak dicatatkan maka perkawinan tersebut tidak sah. Nikah Sirri pada prinsipnya pernikahan tidak resmi tidak sesuai dengan prinsip yang berlaku, termasuk kepada Nikah di bawah Tangan, tetapi apabila di catat oleh pejabat yang berwenang, maka sifat sirrinya hilang. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 memberi kelonggaran pada Pasal 2 apabila suatu pernikahan memenuhi syarat, rukun dan ketentuan agama maka suatu pernikahan adalah sah. Disamping itu Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Kompilasi Hukum Islam, Pasal 4 KHI menyebutkan Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Nikah sirri yang tidak tercatat pada Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) dan apabila tidak memenuhi syarat dan rukun pernikahan menurut agama, maka pernikahan tersebut tidak mempunyai kekuatan legal formal, dan tidak ada akibat hukum, Nikah Sirri dapat merugikan istri dan anak, Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan Terhadap Nikah Sirri, Sikap Pengadilan Agama apabila tidak ada buku nikah maka Pengadilan Agama tidak dapat memproses persidangan kecuali pemohon mengajukan permohonan Isbat (pengesahan pernikahan) dulu untuk permohonan Sidang cerai dan keperluan lain bagi perkawinan Sirri yang tidak dicatat.
Kata Kunci: Analisis Yuridis, Pernikahan, Sirri.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
In Indonesia, one of the forms of marriage done in the community is Nikah Sirri. Nikah Sirri is a marriage done underhanded. Some of the Nikah Sirri are registered but not exposed to the public and some are not registered to the Marriage Registrar (PPN) at the Office of Regious Affairs (KUA). Though Nikah Sirri is commonly practiced.it is not accordance with the Hadits of Muhammad SAW who requires that who gets married announce their marriage through a walimah (feast).What is deliberately hidden has problems. The problemmay be in those who get married or there is a legal procedure that they do not meet.
This study discussed the position of Nikah Sirri according to law No. 1/1974 on Marriage, the legal consequence of Nikah Sirri viewed from law No. 1/1974 on Marriage and the Compilation of Islamic Laws, and the function and attitude of Religious Court Class 1A Medan towards Nikah Sirri.
The result of this study showed that according toArticle 2 Paragraph (1) and (2) of law No.1/1974 on Marriage saying that a marriage is legal it is done according to the laws of respective religion and belief ant the marriage must be registered according to the regulations of legislation existing and applicable in Indonesia, therefore, the unregistered Nikah Sirri is not legal. Principally, Nikah Sirri is an unofficial marriage so it belongs to an underhanded marriage, but if it is registered by the authorized official, it becomes an official marriage. Article 2 of law No. 1/1974 makes it loose by saying that a marriage is legal when it has met terms and conditions, basic principles, provisions of religion. In addition, the position of Nikah Sirri, according to Article 4 of the Compilation of Islamic Laws and this is in accordance with Article 2 (1) of law No. 1/1974 on Marriage. Viewed from Law No. 1/1974 on Marriage and Compilation of Islamic Laws, legal consequence of Nikah Sirri is nil if the Nikah Sirri is not registered to Marriage Registrar (PPN) at the Office of Religious Affairs (KUA) and does not meet terms and conditions, basic principles, and provisions of religion because it does not have any formal legal power at all. Nikah Sirri can inflict loss to wife children. The attitude of Religious Court Class 1A Medan towards Nikah Sirri is that Religious Court Class 1A Medan will not process the trial if the applicant cannot show their marriage certificate.
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa
keluarga. Apabila keluarga sehat dan kokoh, maka masyarakat akan bersih, kokoh, dan selamat bangunannya. Namun bila keluarga rapuh, maka rapuhlah masyarakat, dan negara sebagai konsekuensi logisnya.1
Apabila rumah tangga muslim dibangun dengan landasan taqwa, maka tolak ukur rabbani dan adab-adab Islam akan menjadi pemandu dan pengendali langkah dalam membangun keluarga, mulai dari lamaran dan akad nikah. Cara pandang Islami yang benar akan mendominasi perkawinan dan kehidupan rumah tangga.2
Dalam masyarakat setiap bangsa, penilaian yang umum, bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin. Dalam Agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci.3
Pasal 4 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Tentang Perkawinan disebutkan

1 Syaikh Mushthafa Mansyhur, “Fiqh Dakwah Edisi Lengkap”, Cetakan Ketiga, (Jakarta: AlItisom Cahaya Umat, 2005), hal. 574.
2 Syaikh Mushthafa Mansyhur. Ibid. hal. 576. 3 Mardani, “Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern”, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 5.
Universitas Sumatera Utara

“Perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya.4 Hal ini berarti bahwa Kompilasi Hukum Islam sudah mengakomodasi Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, walaupun Kompilasi Hukum Islam sudah menjadi kesepakatan tentang kekuatan mengikatnya.
Dalam kehidupan manusia didunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (lakilaki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis dapat dikatakan untuk membentuk suatu ikatan lahir dan batin dengan tujuan menciptakan suatu keluarga/rumah tangga yang rukun, bahagia, sejahtera dan abadi.5
Manusia ingin selalu hidup bersama antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Kehidupan bersama ini bisa dalam bentuk keluarga, masyarakat maupun negara. Keluarga merupakan lingkungan yang paling kecil dari suatu masyarakat dan negara. Pembentukan suatu keluarga ini harus dilakukan melalui ikatan perkawinan yang sah. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.6
4 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. 5 Juliani, “Akibat Hukum dari Suatu Perkawinan yang tidak didaftarkan Menurut Undangundang Nomor 1 Tahun 1974” (Suatu Kajian Lapangan di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh), Tesis, Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU, 2002, hal.20. 6 Juliani, “Akibat Hukum dari Suatu Perkawinan yang Tidak Didaftarkan Menurut Undangundang Nomor 1 Tahun 1974” (Suatu Kajian Lapangan di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh), Tesis, Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU, 2002, hal.15.
Universitas Sumatera Utara

Perkembangan manusia sejak manusia pertama adalah disebabkan oleh perkawinan, kemungkinan adanya manusia tanpa kawin dapat terjadi tetapi perkembangan tanpa kawin tidak mempunyai peradaban, tanpa kerukunan tanpa mempunyai perasaan untuk menghormati kewajiban sendiri dan kewajiban orang lain".7
Dari rumusan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan, jelas bahwa perkawinan itu tidak hanya merupakan ikatan lahir saja, ataupun ikatan batin saja, akan tetapi ikatan kedua-duanya sehingga akan terjalin ikatan lahir dan ikatan batin yang merupakan pondasi yang kuat dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal.8
Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa setiap perkawinan harus dicatat.
Dalam Masyarakat Indonesia Salah satu bentuk Perkawinan yang dikenal yang disembunyikan adalah Nikah Sirri. Nikah Sirri adalah nikah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ada yang dicatat tapi disembunyikan dari masyarakat dan ada juga yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah (PPN) dan tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA). Nikah Sirri lazim disebut juga dengan nikah di bawah tangan.9 Nikah seperti ini tidak sesuai dengan hadis rasul dimana rasul menyuruh masyarakat yang menikah untuk mengumumkan pernikahannya dengan walimah (kenduri/syukuran).
7 Juliani, Ibid. hal.21. 8 Pasal 1 Undang-undang Nomor l Tahun l974 Tentang Perkawinan LN 1974/1, TLN NO. 3019. 9 Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 17.
Universitas Sumatera Utara

Dalam pergaulan hidup masyarakat Indonesia terdapat perkawinan secara Sirri. Nikah Sirri dapat berbentuk dua macam:
1. Nikah yang tidak tercatat di kantor pencatat Nikah, 2. Nikah yang dicatat tetapi di sembunyikan dari orang lain, karena khawatir
terganggu bagi keluarganya. Sebab-sebab terjadinya Nikah Sirri:
1) Tidak ada biaya, 2) Karena perkawinan di bawah umur, 3) Karena poligami.10
Hukum Islam yang telah menjadi hukum positif di Indonesia adalah Kompilasi Hukum Islam (KHI). untuk dapat terjadinya tindakan/perbuatan hukum atau akad yang mempunyai akibat hukum, orang yang melakukannya harus cakap dan mempunyai kekuasaan untuk melakukannya, Faturrahman Djamil dalam tulisannya yang berjudul hukum perikatan syariah mengemukakan bahwa hal-hal yang harus di perhatikan dalam membuat perjanjian adalah sebagai berikut: 1. Dari segi subjek aqad atau para pihak.
a. Para pihak harus cakap melakukan perbuatan hukum, artinya orang dewasa dan bukan mereka yang secara hukum berada dibawah pengampuan atau perwalian, seseorang yang dibawah pengampuan atau perwalian, didalam melakukan perjanjian wajib diwakili oleh wali atau pengampunya.
10 Ibid.
Universitas Sumatera Utara

b. Identitas para pihak dan kedudukannya masing-masing dalam perjanjian harus jelas, apakah bertindak untuk diri sendiri atau mewakili sebuah badan hukum.
c. Tempat dan saat perjanjian dibuat, untuk kebaikan, seyogyanya harus disebutkan dengan jelas dalam aqad.
2. Dari Segi Tujuan dan Objek Aqad. disebutkan secara jelas tujuan dari dibuatnya akad tersebut, misalnya perjanjian dan perkawinan. Sekalipun diberikan kebebasan dalam menentukan objek aqad, namun jangan sampai menentukan suatu objek yang dilarang oleh ketentuan hukum Islam atau ‘urf (kebiasaan/kepatutan) yang sejalan dengan ajaran Islam, dengan kata lain objek akad harus halal dan tidak bertentangan dengan dasardasar syariah. Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat syarat dan rukun yang harus
dipenuhi. Secara definisi, rukun adalah ”suatu unsur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu”. Definisi syarat adalah ”sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada”.11
Bila terjadi perkawinan yang diakui oleh undang-undang maka akan di berikan akta nikah.
11 Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 30.
Universitas Sumatera Utara

Perkawinan yang tidak bermasalah adalah perkawinan yang dilakukan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi orang Islam, perkawinan yang tidak bermasalah itu adalah perkawinan yang diselenggarakan menurut hukum Islam seperti disebutkan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan dicatat, “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.”
Perkawinan yang dilakukan di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebiasaan tersebut di atas dapat dikatagorikan sebagai perkawinan rahasia atau yang dirahasiakan yang menyimpan masalah. Masalah itu akan menimpa orang yang bersangkutan, mungkin juga mengenai anak-anak yang lahir dari perkawinan bermasalah itu kelak. Kalau, misalnya, tidak ada bukti otentik yang menyatakan bahwa mereka telah nikah memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, dan masalah yang dirahasiakan itu muncul kepermukaan kemudian menurut hukum yang berlaku bagi umat Islam Indonesia.
Namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang melakukan Nikah Sirri tanpa mempertimbangkan aspek dan akibat hukum bagi suami dan istri, hubungan mewarisi bagi anak dan bapaknya.
Berdasarkan kenyataan yang demikian, maka disusun penelitian dalam bentuk tesis dengan judul “Analisis Yuridis Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam tesis ini adalah: 1) Bagaimana Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam? 2) Bagaimana Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam? 3) Bagaimana Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan Terhadap Nikah Sirri?
C. Tujuan Penelitian Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Kedudukan Pernikahan Sirri menurut Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. 2. Untuk mengetahui Akibat Hukum Pernikahan Sirri ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam 3. Untuk mengetahui Fungsi dan Sikap Pengadilan Agama Kelas 1 A Medan
Terhadap Nikah Sirri.
Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian Dari pembahasan permasalahan dalam kegiatan penelitian ini diharapkan
nantinya dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktek. 1. Secara Teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dibidang hukum, khususnya hukum Perkawinan di Indonesia spesifiknya aspek hukum nikah sirri di Indonesia. 2. Secara praktek, hasil penelitian ini diharapkan dapat, yaitu Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat mengenai segi hukum Pernikahan Sirri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan, khususnya pada
perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Medan, penelitian mengenai Analisis Yuridis Pernikahan Sirri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam belum ada yang meneliti, akan tetapi dapat penulis paparkan beberapa Peneliti terdahulu yang berkaitan dengan judul tesis penulis, Oleh: 1. Juliani, NIM: 00211125 Judul yang diangkat:” Akibat Hukum dari Suatu
Perkawinan yang tidak di daftarkan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Universitas Sumatera Utara

1974 (Suatu Kajian Lapangan di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh)”, Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah: 1) Apakah Faktor Penyebab terjadinya Perkawinan yang tidak didaftarkan
menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. 2) Bagaimana keabsahan dari suatu perkawinan yang tidak didaftarkan menurut
ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. 3) Bagaimanakah akibat hukum terhadap anak dan harta Perkawinan dari suatu
perkawinan yang tidak didaftarkan menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. 2. Mega Magdalena, NIM: 017011040 Judul yang diangkat:” Fungsi Pencatatan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974)”, Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah: 1) Bagaimana Fungsi Pencatatan Perkawinan menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974. 2) Bagaimana akibat hukum Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974. 3) Bagaimana Sikap Hakim Pengadilan Agama Medan terhadap Status
Hukum Perkawinan yang Tidak dicatat. 3. Fitrianty Chuzaiman, NIM: 057011032 Judul yang diangkat:” Kedudukan
Perjanjian dan Akibat Hukum dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam”, Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara

1) Bagaimana Kedudukan Perjanjian Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2) Bagaimana Kedudukan Perjanjian Perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam.
3) Bagaimana akibat Hukum yang Timbul dari Pelaksanaan Perjanjian Perkawinan dan Penyelesaiannya.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik
atau proses sesuatu terjadi, dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.12
Mengenai konsep teori M. Solly Lubis yang mengatakan: “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.13
Landasan teori ini dibuat agar pada waktu penelitian ini di buat tidak salah arah jadi landasan teori ini berfungsi untuk memberikan arahan/petunjuk dan ramalan serta menjalankan gejala yang diamati, karena penelitian ini adalah penelitian hukum.
12 J.J.J M. Wuisman, ”Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas”, (Jakarta: FE UI, 1996), hal. 203. 13 M. Solly Lubis, ”Filsafat Ilmu dan Penelitian”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), hal. 80.
Universitas Sumatera Utara

Teori sendiri merupakan serangkaian proposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas suatu gejala. Dengan demikian teori adalah : “Seperangkat prosisi yang bersisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut”.14
Teori atau kerangka teori memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai berikut: 1. untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak
diselidiki atau diuji kebenarannya; 2. untuk mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-
konsep serta memngembangkan definisi-definisi; 3. merupakan suatu ikhtisar dari hal-hal yang telah dilakukan serta diuji
kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti; 4. memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktorfaktor tersebut akan timbul lagi pada masa yang akan datang; 5. memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.15 Allah telah menetapkan syariat peraturan-peraturan yang terdapat dalam AlQuran sebagai undang-undang dasar yang bersifat komprehensif dan universal, sebagaimana dalam Al-Maidah ayat 3 yang artinya16: Pada hari ini, Aku sempurnakan bagimu agamamu dan aku sempurnakan bagimu nikmatku serta Aku rela Islam menjadi agama bagimu.
14 Maria S. W. Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Peneltian, PT. Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 19.
15 Soerjono Soekanto, Op cit, hal. 121. 16 Al-Quran Surat Almaidah ayat 3.
Universitas Sumatera Utara

Al-Quran An-Nahl:44 yang artinya17: Dan kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.
Al-Quran An-Nahl 64 yang artinya18: Dan kami menurunkan kepadamu kitab Al-Quran ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Selain itu dalam menganalisis tesis ini, juga cenderung digunakan teori sistem yang dikemukakan Mariam Darus Badrulzaman, adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum.19 Hal yang sama juga dikemukakan Sunaryati Hartono, bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.20 Jadi, dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan:
17 Al-Quran Surat An-Nahl ayat 44. 18 Al-Quran Surat An-Nahl ayat 64. 19 Mariam Darus Badrulzaman, “Mencari Sistem Hukum Benda Nasional” Bandung: Alumni, 1983), hal. 15. Bandingkan, Mahadi, Falsafat Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hal. 119, menjelaskan bahwa asas adalah sesuatu yang dapat dijadikan alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang hendak dijelaskan. 20 C.F.G. Sunaryati Hartono, “Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional”, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 56.
Universitas Sumatera Utara

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.21 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: pertama digunakannya kata "seorang pria dengan seorang wanita” mengandung arti bahwa perkawinan itu antara jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak perkawinan sesama jenis yang waktu ini telah dilegalkan oleh beberapa Negara Barat.22 Kedua: digunakannya ungkapan "sebagai suami istri" mengandung arti bahwa perkawinan itu adalah bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah tangga, bukan hanya dalam istilah "hidup bersama".23 Ketiga: dalam definisi tersebut disebutkan pula tujuan perkawinan, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, yang menafikan sekaligus perkawinan temporal sebagaimana yang berlaku dalam perkawinan mut'ah dan perkawinan tahlil. Keempat: disebutkannya berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa menunjukkan bahwa perkawinan itu bagi islam adalah peristiwa agama dan dilakukan untuk memenuhi perintah agama. Defenisi Perkawinan:
21 Mardani, “Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2011, hal. 5.
23 Ibid.
Universitas Sumatera Utara

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974: Bab I Pasal 1 Perkawinan adalah: Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.24
2) Kompilasi Hukum lslam lndonesia Pasal 2 Bab 2 KHI memberikan definisi lain namun bersifat menambah penjelasan, dengan rumusan sebagai berikut: Perkawinan menurut islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqan ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.25 Ungkapan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah, merupakan penjelasan dari ungkapan "berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa" dalam Undang-Undang. Hal ini lebih menjelaskan bahwa perkawinan bagi umat lslam merupakan peristiwa agama dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan perbuatan ibadah.
Di samping perkawinan itu merupakan suatu perbuatan ibadah, perempuan yang sudah menjadi istri itu merupakan amanah Allah yang harus dijaga dan diperlakukan dengan baik. Dan ia diambil melalui proses keagamaan dalam akad nikah.26
24 Pasal 1 Bab I Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. 25 Pasal 2 Bab 2 Kompilasi Hukum Islam. 26 Ibid.
Universitas Sumatera Utara

Jika kedua rumusan perkawinan dalam peraturan perundang-undangan di atas dicermati dengan seksama, terdapat garis perbedaan yang cukup signifikan meskipun tidak bersifat konfrontatif. Perbedaan-perbedaan yang dimaksudkan ialah:27
Pertama, dalam rumusan undang-undang, tercermin keharusan ada ijab-kabul ('aqdun-nikah) pada sebuah perkawinan seperti tersurat dalam anak kalimat: "lkatan lahir-batin". Sedangkan Kompilasi Hukum lslam meskipun di dalamnya disebutkan kata "akad yang sangat kuat," lebih mengisyaratkan pada terjemahan kata-kata mitsaqan ghalizhan yang terdapat sesudahnya yang tidak menggambarkan pengertian pernikahan, akan tetapi lebih menunjukkan kepada sebutan atau julukan lain dari sebutan akad nikah yaitu perjanjian yang sangat kuat.
Kedua, kata-kata:" antara seorang pria dengan seorang wanita", menafikan kemungkinan ada perkawinan antara sesama pria (gay) atau antara sesama wanita (lesbian) dinegara hukum lndonesia, seperti yang terjadi di beberapa negara lain beberapa tahun terakhir ini. Diantaranya ialah Negara-negara Belanda, Belgia, dan sebagian Negara bagian Canada. Sedangkan KHI sama sekali tidak menyebutkan dua pihak yang berakad ini sungguhpun dapat diyakini bahwa KHI sangat mendukung peniadaan kemungkinan menikah antara sesama jenis yang dilarang oleh UndangUndang Perkawinan.
Ketiga, Undang-undang Perkawinan menyebutkan tujuan perkawinan yakni "membentuk keluarga (rumah-tangga) bahagia dan kekal," sementara KHI yang
27 Ibid.
Universitas Sumatera Utara

memuat tujuan perkawinan secara tersendiri dalam pasal 3 lebih menginformasikan nilai-nilai ritual dari perkawinan seperti terdapat dalam kalimat: "Untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah". Padahal, rata-rata kitab hadis hukum dan fiqih memasukkan bahasan munakahat (perkawinan) dalam kitab (bab) muamalah tidak dalam kitab (bab) ibadah. Ini menunjukkan bahwa aspek muamalah dalam perkawinan jauh lebih menonjol dari pada aspek ibadah sungguhpun didalamnya memang terkandung pula nilai-nilai ibadah yang cukup sakral dalam perkawinan.
2. Kerangka Konsepsional Guna menghindari kesalahpahaman atas berabagai istilah yang dipergunakan
dalam penelitian ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep. Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinan akan konsepnya sendiri mengenai suatu permasalahan.28
Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.29 Pentingnya definisi operasional adalah untuk
28 M. Solly Lubis, ”Filsafat Ilmu dan Penelitian”, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), hal.80. 29 Sutan Remy Sjahdeini, ”Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia”, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), hal. 10.
Universitas Sumatera Utara

menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.30
Kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian pengertian hukum, kegunaannya untuk menghindari terjadinya salah penafsiran. Sehingga dianggap perlu untuk mendefenisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan makna topik. Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefenisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi. Oleh karena itu penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan dan kebenarannya agar dapat menjawab permasalahan penelitian, yaitu:
1. Nikah Sirri atau Perkawinan Rahasia adalah perkawinan yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Sesuatu yang sengaja disembunyikan, biasanya mengandung atau menyimpan masalah. Nikah Sirri ada yang dicatat dan ada juga yang tidak dicatat.
2. Pernikahan menurut Fiqih Islam, ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan, yang dilaksanakan menurut ketentuanketentuan hukum syari’at Islam.
30 Tan Kamelo, ”Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan, PPs – USU, 2002), hal. 35.
Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian Metode penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dan
metode keilmuan, dengan demikian maka penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langkah-langkah penelitian. Langkah-langkah penelitian mencakup apa yang diteliti, bagaimana penelitian dilakukan serta untuk apa hasil penelitian digunakan.
Untuk tercapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang dipergunakan dalam memberikan gambaran dan jawaban atas permasalahan yang dibahas, ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, maksudnya adalah suatu analisi data yang berdasarkan teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.31 1. Spesifikasi Penelitian.
Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah disebutkan di muka, maka dapat dilihat bahwa sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis suatu realitas sosial masyarakat dan mengkajinya dengan peraturan hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan.32
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan
31 Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), Hal. 38.
32 Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 63.
Universitas Sumatera Utara

teori atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data dengan seperangkat data yang lain.33
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan juridis normatif.34 Dengan pendekatan terhadap permasalahan yang dirumuskan dengan mempelajari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan, membandingkan dengan penerapan hukum dan peraturan di dalam masyarakat, yang berkaitan dengan Pernikahan Siri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam. 2.Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan dan data yang dikumpulkan melalui dokumen dan wawancara.
Dalam penelitian ini bahan dasar penelitian hukum normatif dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan atas 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Bahan Hukum Primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,
peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan, yaitu: 1) Al-Qur’an dan Hadist,
33 Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 38.
34 Ronny Hamitijo Soemitro, “Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetrii, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal. 14.
Universitas Sumatera Utara

2) Kompilasi Hukum Islam, 3) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, b. Bahan Hukum Sekunder

Dokumen yang terkait

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

Tinjauan Yuridis Keabsahan Pernikahan Yang Dinikahkan Oleh Seorang Wali Muhakkam Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Mengenai Perkawinan Antara Bibi dan Keponakan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam.

0 0 1

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN POLIGAMI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 1

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANAK DARI PERKAWINAN SIRI MENURUT PASAL 55 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 0 75

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANAK DARI PERKAWINAN SIRI MENURUT PASAL 55 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

3 5 75

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANAK DARI PERKAWINAN SIRI MENURUT PASAL 55 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 0 46

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANAK DARI PERKAWINAN SIRI MENURUT PASAL 55 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 0 46

ANALISIS HUKUM KEABSAHAN PERNIKAHAN SIRI SECARA ONLINE MELALUI MOBILE APLIKASI “NIKAH SIRI” DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN JURNAL ILMIAH

0 0 17