badan hukum, dan pemerintah. Palmer, John, HKI, tanpa tahun.
2. Pengelompokan Stakeholder ODA 1995 mengelompokkan stakeholder ke dalam tiga kategori yaitu stakeholder
primer, sekunder, dan stakeholder kunci. Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai kebijakan, program, dan proyek pemerintah publik. Pengelompokannya adalah
sebagai berikut:
a. Stakeholder primer, yaitu yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan
suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: 1 masyarakat dan tokoh masyarakat: masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat yang di identifkasi akan
memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian dari proyek ini. 2 tokoh masyarakat:
Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat. 3 pihak manajer publik: lembagabadan publik
yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.
b. Stakeholder sekunder, adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan
secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian consern dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh
terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Yang termasuk stakeholder sekunder antara lain: 1 lembagaAparat pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak
memiliki tanggungjawab langsung; 2 lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan; 3
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM setempat: LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern”
termasuk organisasi massa yang terkait; 4 Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah; 5 Pengusaha
badan usaha yang terkait.
c. Stakeholder Kunci, merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal
dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu
keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten, yaitu pemerintah kabupaten, DPR
kabupaten, dan dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan. sumber: http:hmp-humas-usahid.blogspot.com200809
. Karakteristik Stakeholder Selain pengelompokkan berdasarkan hubungan antara
strakeholder dengan issu, stakeholder-stakeholder publik atau apa yang diistilahkan dengan publik relevan dapat dikolompokkan berdasarkan karakteristik pengorganisasiannya, yaitu:
a. Stakeholder publik yang tidak terorganisir, yaitu stakeholder individu yang tidak dapat diwakili oleh pihak lain. Misalnya, masyarakat, tokoh masyarakat, pengamat pendidikan,
dan sebagainya. b. Stakeholder publik yang terorganisir, yaitu stakeholder yang terhimpun dalam suatu
organisasi atau kelompok tertentu, di mana pimpinan atau anggota yang ditunjuk dapat mewakili organisasinya memberi pandangan dan sikap dalam proses pengambilan atau
implementasi suatu keputusan. c. Stakeholder yang terorganisir secara semu, yaitu stakeholder yang memiliki organisasi
atau kelompok tertentu, tetapi tidak memiliki perwakilan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin dan anggota diberi kebebasan bersikap dan berpandangan sehingga biasanya
anggotanya tidak bisa bertindak atas nama organisasi. Misalnya, beberapa organisasi informal di masyarakat, LSM-LSM, yayasan-yasan pendidikan, dan sebagainya.
Dalam proses pengambilan keputusan, suatu isu dapat berhubungan dengan salah satu karakteristik stakeholder atau kombinasi stakeholder tersebut. Maksudnya, suatu
keputusan yang akan diambil dapat berhubungan stakeholder publik yang tidak terorganisir atau dapat pula berhubungan dengan beberapa stakeholder terorganisir multi-stekholder
terorganisir. Pengelompokan stakeholder dapat dilihat dari kecendrungan posisi dan pandangan,
misalnya kelompok yang terdiri LSM, organisasi masyarakat, tokoh Masyarakat, dan masyarakat bawah, dan kelompok yang cenderung netral atau selama ini lebih berafiliasi
dengan pemerintah, seperti Perguruan Tinggi, organisasi profesi dan konsultan.
3. Penetapan Stakeholders