Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas

Asuhan Keperawatan Pada bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh Dameria Haryati Sirait
122500165
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
i

6. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, NS, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya menyelesaikan KTI

8. Ibu Eryunita Lubis, S.Kep, NS selaku dosen penguji yang memberikan saran dan kritik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi.
10. Teristimewa ayah saya Demson Sirait dan ibu saya Sitiaminah Simanjuntak yang telah membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya, serta Abang saya Chandra Sirait yang selalu memberi saya motivasi dan dukungan kepada saya, adik saya Nancy sirait dan Mitha sirait yang mendukung dan selalu mendoakan dan memberi motivasi.
11. Kepada teman dekat saya Ranfernando Ambarita yang selalu mendukung dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.
12. Sahabat-sahabat tercinta saya, Arvina, Natalia, Elsi, Haryati, Ewi, Devita yang selalu memberi motivasi. Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan. Medan, 29 Juli 2015 Penulis Dameria Haryati Sirait
ii

DARTAR ISI
LEMBAR SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan ......................................................................................... 4 C. Manfaat ....................................................................................... 4 BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................. 5 A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .......................................... 5
1. Pengkajian ........................................................................... 16 2. Analisa Data ........................................................................ 20 3. Rumusan Masalah ............................................................... 22 4. Perencanaan ......................................................................... 24 B. Asuhan Keperawatan Kasus ....................................................... 26 1. Pengkajian ........................................................................... 26 2. Analisa Data ........................................................................ 34 3. Rumusan Masalah ............................................................... 34 4. Perencanaan ......................................................................... 35 5. Implementasi ....................................................................... 36 6. Evaluasi ............................................................................... 37
iii

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 42 A. Kesimpulan ................................................................................. 42 B. Saran ........................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 43 LAMPIRAN
iv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dan elektrolit sangat penting mempertahankan keseimbangan atau homeostosis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi (FKUI, 2008). Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf (Asmadi, 2008). Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam menjaga keseimbangan (hemodinamik) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air memiliki karakteristik fisiologis (FKUI, 2008). Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik yang terdapat dalam tubuh sendiri. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan Ph cairan tubuh (Irwan, 2013).
1


Cairan merupakan komposisi terbesar dalam tubuh manusia. Cairan berperan dalam menjaga proses metabolisme dalam tubuh. Untuk menjaga kelangsungan proses tersebut adalah keseimbangan cairan. Cairan dalam tubuh manusia normalnya adalah seimbang antara asupan (input) dan haluaran (output). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidak seimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh, proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen (Mubarak, 2007).
Pentingnya cairan bagi tubuh membuat sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi jika berada /terendam dalam cairan ekstrasel yang sesuai. Sehingga, homeostasis cairan harus ekstrasel yang sesuai. Meskipun tubuh mempunyai respon fisiologis untuk menjaga keseimbangan. Akan tetapi, peningkatan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah serta sebaliknya. Sehingga, dari hukum tersebut dapat diasumsikan bahwa yang mengatur tekana darah adalah volume cairan ekstrasel (Mubarak, 2007).
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respon untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Respon harus merupakan refleks yang secaara otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus otak (Pranata, 2013).
2

Rasa haus akan muncul jika volume dalam tubuh menurun. Kondisi tersebut akan memberikan stimulasi pada terhadap pusat rasa haus bahwa terjadi peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sehingga pusat rasa haus di hipotalamus akan memerintahkan motorik untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Selain itu, untuk memantau osmolalitas diatur oleh sel-sel reseptor yang disebut dengan osmoresepor akan berespon dan mengaktifkan pusat rasa haus dan pada akhirnya orang tersebut akan minum (Pranata, 2013).
Selain penurunan volume cairan dalam plasma, pusat rasa haus juga dipengaruhi oleh keringnya membran mukosa faring dan mulut, Angiotensi II, Kehilangan kalsium, Faktor psikologis (Perry & Potter, 2006).
Anak mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya dehidrasi. Ada banyak alasan untuk hal ini. Anak-anak mempunyai insiden yang meningkat untuk penyakit gastrointestinal, terutama gastroenteritis, gejala-gejala gastrointestinal terjadi pada banyak penyakit yang nongastrointestinal. Anak-anak mengalami kehilangan melaluin gastrointestinal yang relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Bayi tidak dapat berespons terhadap rasa haus secar bebas. Semua anak sakit, tidak hanya yang sakit gastroenteritis saja, harus dinilai status hidrasinya (Pediatri, 2002).
Diare sendiri umumnya disebabkan asupan makanan yang terkontaminasi bibit penyakit ataupun racun. Diare akibat makanan yang terkena kuman biasanya menimbulkan gejala bayi sering pup kemudian muntah. Sebaliknya, diare karena keracunan gejala utamanya muntah baru diikuti diare.
3

B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Bayi dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. b. Untuk mengetahui analisa data asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. c. Untuk mengetahui rumusan masalah asuhan keperawatan pasien pada
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. d. Untuk mengetahui perencanaan asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. e. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. f. Untuk mengetahui kriteria hasil asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. C. Manfaat 1. Bagi Ibu

Untuk menambah pengetahuan ibu tentang perawatan pada Anak dengan gangguan cairan dan elektrolit. 2. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit.
4

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Kebutuhan dasar Cairan dan Elektrolit Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh (Irwan, 2013). Volume dan Distribusi Cairan Tubuh A. Volume cairan Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira- kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak, badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak daripada pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70%-80% dari BB; usia 1 tahun 60% dari BB; usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB; usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB; sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB (Tarwoto & Wartonah, 2010)
5

B. Distribusi cairan Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB,sedangkan cairan ekstraseluler (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravascular) 5% cairan interstisial (cairan disekitar tubuh seperti limfa) 10-15% dab transelular (misalnya, cairan serebrospinalis, synovial, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%. Terutama karena kesulitan dalam memperoleh cairan intraseluler, maka relative sedikit diketahui tentang pengendalian volume cairan intraseluler dalam keadaan sehat maupun sakit, maka haruslah terdapat mekanisme tertentu yang mencegah masuknya air secara tidak terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan pembengkakan sel, yang berbeda dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi oleh membran yang kuat (Tarwoto & Wartonah, 2010). Klasifikasi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS A. Klasifikasi diare untuk dehidrasi :
1. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi berat apabila terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut ini : a. Latergi atau tidak sadar b. Mata cekung c. Tidak bisa minum atau malas minum d. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
2. Balita diklasifikasikan mengalami diare dehidrasi ringan/sedang apabila terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut ini : a. Gelisah, rewel (mudah marah)
6

b. Mata cekung

c. Haus, minum dengan lahap

d. Cubitan kulit perut kembali lambat

3. Balita diklasifikasikan mengenai diare tanpa dehidrasi terdapat cukup


tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau

ringan/sedang

4. Klasifikasi diare jika 14 hari atau lebih :

a. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten berat apabila

terdapat gejala dehidrasi

b. Balita diklasifikasikan mengalami diare persisten apabila tanpa

gejala dehidrasi

5. Klasifikasi diare, jika ada darah dalam tinja :

Gejala/derajat dehidrasi
Keadaan umum
Mata Keinginan untuk minum
Turgor


Diare

tanpa

dehidrasi

Bila terdapat dua

tanda atau lebih

Baik, sedang

Tidak cekung Normal, tidak ada rasa haus

Kembali segar

Diare dehidrasi ringan/sedabg Bila terdapat dua tanda atau lebih Gelisah, rewel
Cekung Ingin minum terus, ada rasa haus Kembali lambat


Diare dehidrasi berat Bila terdapat dua tanda atau lebih Lesu, lunglai/tidak sadar Cekung Malas minum
Kembali sangat lambat

B. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare untuk dehidrasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu : 1. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare untuk dehidrasi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

7

a. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare dehidrasi berat meliputi : 1) Jika tidak ada klasifikasi lainya: beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi C) 2) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainya : a) Rujuk segera b) Jika masih bisa minum ASI dan larutan oralit selama perjalanan 3) Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera
2. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare dehidrasi ringan/sedang meliputi : a. Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B dan tablet zinc b. Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain : 1) Rujuk segera 2) Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutkan oralit selama perjalanan c. Nasihati kapan kembali segera d. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
3. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, meliputi : a. Berikan cairan dan makanan sesuai rencana terapi Adan tablet zinc b. Nasihati kapan kembali segera c. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perubahan
8

4. Tindakan/ pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare jika diare 14 atau lebih, dibagi menjadi : a. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare persisten berat, meliputi : 1) Atasi dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali ada klasifikasi berat lain 2) Rujuk b. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare persisten, meliputi : 1) Nasihati pemberian makanan untuk diare persistem 2) Kunjungan ulang 5 hari c. Tindakan/pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi diare, jika ada darah dalam tinja, yaitu tindakan/ pengobatan pada balita sakit berdasarkan klasifikasi disentri, meliputi : a. Beri antibiotik yang sesuai b. Nasihati kapan kembali segera c. Kunjungan ulang 2 hari (Maryunani, 2014).
Terapi Dehidrasi Dengan Konsep MTBS A. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah :
a) Pengertian dan hal-hal berkaitan dengan rencana terapi A : a. Terapi A, yaitu terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi, dimana anak yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan air dan elektrolit yang hilang selama diare.
9

b. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini : 1) Cairan yang bias diberikan, yaitu cairan dehidrasi oral dari gula dan garam, sayuran dan sop ayam yang mengandung garam 2) Cairan yang diberikan kapada anak sebanyak anak mau sampai diare berhenti, atau : a) Anak < 2 tahun, sebanyak 50 – 100 ml b) Anak 2 – 10 tahun, sebanyak 100 – 200 ml c) Anak > 10 tahun, diberikan cairan sebanyak anak mau
2. Dalam hal ini, yang paling utama ditekankan pada rencana terapi A ini adalah menjelaskan kepada ibu mengenai empat aturan perawatan di rumah sakit, berikut ini : a. Pemberian cairan tambahan Dalam rencana terapi pemberian cairan tambahan sebanyak anak mau ini, perlu dilakukan hal-hal berikut ini : 1) Berikan penjelasan kepada ibu, hal-hal berikut ini : a) Untuk menberikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian b) Untuk memberikan oralit atau matang sebagai tambahan, apabila anak memperoleh ASI tambahan c) Untuk memperoleh susu cairan atau lebih, apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif. (cairan-cairan tersebut, misalnya oralit, cairan makanan, atau air matang) d) Jelaskan juga kepada ibu bahwa anak harus diberikan larutan oralit di rumah, apabila :
10


a) Anak telah diberikan pengobatan dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik apabila diare pada anak bertambah parah
e) Ajarkan kepada ibu tentang cara mencampur dan memberikan oralit serta berikan ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah
f) Tunjukan kepada ibu tentang berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak buang air besar
g) Untuk anak umur sampai 1 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang harus diberikan adalah 60 sampai 100 ml setiap kali anak buang air besar (berak)
h) Untuk anak umur 1 sampai 5 tahun, banyaknya oralit/cairan lain yang harus diberikan adalah 100 sampai 200 ml setiap kali anak buang air besar (berak)
3. Jelaskan kembali atau katakan kepada ibu mengenai hal-hal berikut ini : a. Untuk memberi minum pada anak sedikit demi sedikit tetapi sering dengan menggunakan mangkuk atau cangkir atau gelas b. Apabila anak yang diberikan minuman muntah, tunggu sebentar yaitu sekitar 10 menit. Kemudian, lanjutkan lagi pemberian minum lebih lambat c. Untuk melanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti. 1) Pemberian tablet zinc selama 10 hari
11

2) Melanjutkan pemberian makan 3) Penjelasan kapan harus kembali B. Terapi B : penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit 1. Rencana terapi B, yaitu terapi dehidrasi oral untuk anak dehidrasi sedang adalah dengan pemberian CRO (cairan oralit) 2. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi B ini, antara lain: a. Pemberian oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama 3 hari, antara lain : a) Anak umur ≤ 4 bulan dan berat badan < 6 kg, cairan oralit yang
diberikan sebanyak 200-400 ml b) Anak umur 4-12 bulan dan berat badan 6-10 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 400-700 ml c) Anak umur 1-2 tahun dan berat badan 10-12 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 700-900 ml d) Anak umur 2-5 tahun dan berat badan 12-19 kg, cairan oralit
yang diberikan sebanyak 900-1400 ml b. Penentuan jumlah oralit untuk 3 jam pertama :
Ketentuan : 1) Jumlah oralit yang diperlukan dihitung dengan rumus: berat
badan (dalam kg) x 75 ml 2) Penggunaan umur digunakan hanya apabila berat badan anak
tidak diketahui c. Jumlah oralit dapat diberikan lebih banyak dari pedoman yang
ditentukan di atas, apabila anak masih menginginkanya :
12


1. Selama periode ini, dapat diberikan juga 100-200 ml air matang pada anak yang berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu ASI
d. Penjelasan kepada ibu cara pemberian larutan oralit : Berikut ini adalah hal-hal yang perlu ditunjukan pada ibu Dalam memberikan larutan oralit : 1) Larutan oralit dapat diminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dengan menggunakan cangkir atau gelas 2) Apabila anak muntah, pemberian larutan oralit dapat ditunggu sebentar, yaitu selama 19 menit, untuk selanjutnya dapat diberikan kembali dengan lebih lambat 3) ASI dapat diberikan selama anak mau
e. Pemberian tablet zinc f. Penanganan selama 3 jam :
1. Lakukan penilaian ulang dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi pada anak
2. Setelah itu, pilih rencana terapi yang sesuai dengan penilaian dan klasifikasi tadi untuk melanjutkan pengobatan
3. Selanjutnya, anak bisa mulai diberikan makan g. Penanganan apabila ibu memaksa pulang sebelum pengobatan
selesai : 1. Peragakan atau tunjukan kepada ibu cara menyiapkan cairan
oralit di rumah
13

2. Peragakan atau tunjukan kepada ibu banyaknya oralit yang harus diberikan kepada anak di rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
3. Untuk mencukupi kebutuhan rehidrasi, maka berikan oralit yang cukup dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai anjuran pada rencana terapi A
4. Empat aturan perawatan di rumah berikut ini seperti yang terdapat pada rencana terapi A, perlu dijelaskan kembali : a) Pemberian cairan tambahan b) Melanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari c) Memberikan pemberian makanan d) Memberitahukan kapan harus kembali
C. Rencana terapi C: penanganan dehidrasi berat dan cepat : a. Terapi C adalah pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat, dengan pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat b. Hal yang paling utama ditekankan pada rencana terapi C ini, antara lain: a. Lakukan pemberian cairan intravena secepatnya b. Pada anak yang bisa minum, sementara mempersiapkan infus berikan oralit melalui minum c. Cairan infus yang diberikan yaitu cairan ringer laktat (apabila tidak tersedia, bisa diberikan cairan NaCl) dengan pemberian 100 ml/kg, dengan pembagian sebagai berikut : 1) Untuk bayi dibawah 12 bulan, diberikan cairan cairan sebanyak:
14

a) 30 ml/kg selama 1 jam (ulangi sekali lagi apabila denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba)
b) 70 ml/kg selama 5 jam 2) Untuk anak usia 12 bulan sampai 5 tahun, diberikan cairan
sebanyak: a) 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi sekali lagi apabila denyut

nadi sangat lemah atau tidak teraba) b) 70 ml/kg selama 2 1/2 jam 3) Lakukan pemeriksaan kembali pada anak setiap 15-30 menit : a) Segera setelah anak minum, berikan oralit (dengan
dosis/takaran kira-kira 5 ml/kg/jam b) Oralit ini bisa diberikan pada bayi sesudah 3-4 jam dan
pada anak sesudah 1-2 jam c) Disamping oralit, juga perlu diberikan tablet zinc 4) Lakukan pemeriksaan kembali, yaitu sesudah 6 jam pada bayi dan sesudah 3 jam pada anak 5) Dalam hal ini dilakukan klasifikasi dehidrasi 6) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai untuk meneruskan pengobatan
15

1. Pengkajian Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh
terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukannya. Pengkajian terhadap respirasi meliputi frekuensi, kedalaman, pola nafas, dan suara nafas. Frekuensi nafas yang cepat dapat meningkatkan insensible water losss. Nafas yang cepat dan dalam mungkin merupakan kompensasi tubuh terhadap asidosis metabolik yang terjadi. Suara nafas bronki, reles dapat menandakan terbentuknya cairan dalam paru-paru karena kelebihan volume cairan. 1. Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskuler Pengkajian pada sistem ini meliputi pengukuran distensi vena jugularis, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung, distritmia, dan lainlain.
b. Sistem pernafasaan Pengkajian pada sistem ini antara lain frekuensi pernafasan, gangguan pernafasan seperti dispnea, rales, dan bronki.
c. Sistem persarafan Pengkajian pada sistem ini antara lain perubahan tingkat kesadaran, gelisah atau kekacauan mental, refleks-refleks abnormal, perubahaan neuromuskular misalnya berupa kesemutan, parestesia, fatigue, dan lainlain.
d. Sistem gastrointestinal Pengkajian pada sistem ini antar lain meliputi riwayat anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen distensi, muntah, diare, hiperperistaltik, dan lain-lain.
16

e. Sistem perkemihan Pengkajian pada sistem perkemihan antar lain perlu dikaji adakah oliguria atau anuria, berat jenis urine.
f. Sistem muskuloskeletal Pengkajian pada sistem perkemihan antara lain adakah kram otot, kesemutan, tremor, hipotonisitas atau hipertonisitas, refleks tendon, dan lain-lain.
g. Sistem integumen Pengkajian pada sistem ini antara lain suhu tubuh, turgor kulit, kelembaban pada bibir, adanya edema, dan lain-lain.
Terkait dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang perlu dikaji oleh perawat, antara lain: 1. Aspek biologis, seperti:
a. Usia Usia memengaruhi distribusi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan perkembangan
b. Jenis kelamin. Persentase cairan tubuh pada laki-laki berbeda dengan wanita di manaa wanita lebih sedikit persentase cairan tubuhnya dibandingkan laki-laki.
c. Berat badan Perlu dikaji berat badan sebelum sakit dengan berat badan saat sakit. Pengkajian ini diperlukan untuk mengukur persentase penurunan berat badan dalam menentukan derajat dehidrasi.

17

d. Riwayat kesehatan Hal yang perlu dikaji antaraa lain riwayat penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis cairan dan elektrolit, misalnya kolitus ulseratif dan diabetes melitus. Dikaji juga mengenai terapi penyakit yang dijalani klien, seperti mengonsumsi obat-obatan kemoterapi antikanker.
e. Tanda vital meliputi suhu, respirasi, nadi, dan tekanan darah. Peningkatan suhu dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit karena peningkatan insensible water loss (IWL). Sebaliknya, penurunan suhu tubuh akan mengakibatkan penurunan IWL.
2. Aspek psikologis Pada aspek psikologis ini, perlu dikaji adanya masalah-masalah perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan dan elektrolit.
3. Aspek sosiokultural Pada aspek ini, perlu dikaji adanya faktor sosial, budaya, finansial, atau pendidikan yang memengaruhi terhadap terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit.
4. Aspek spritual Perlu dikaji apakah klien mempunyai keyakinan, nilai-nilai yang dapat memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit. Misalnya, apakah klien mempunyai pantaangan untuk tidak menerima transfusi darah manusia.
5. Aspek laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lanjutan tentang pemeriksaan cairan, elektrolit dan asam basah. Pemeriksaan ini
18

meliputi kadarserum elektrolit, hitungan darah lengkap, kadar blood urea nitrogen (BUN), kadar kreatinin darah, berat jenis urine dan analisa gas darah arteri. Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah. Elektrolit yang sering di ukur dalam darah vena memcakup, ion-ion natrium, kalium, dan bikarbonat serta daya gabung karbon dioksida. Hitungan darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih dan sel darah merah permilimeter kubik darah. Penghitungan darah lengkap khususnya hematokrit, terjadi sebagai respon terhadap dehidrasi atau over dehidrasi (Potter & Perry, 2005). Diagnosa keperawatan dan intervensi a. Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran cairan sekunder akibat
demam, drainase yang abnormal, peritonitis, atau diare. b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat Kemungkinan berhubungan dengan: a. Kehilangan cairan secara berlebihan b. Mual dan muntah Tujuan yang diharapkan: a. Mempertahankan keseimbangan cairan b. Menunjukan adanya keseimbangan cairan dan nutrisi seperti output urine
adekuat, tekanan darah stabis, nafsu makan meningkat, membran mukosa mulut dan bibir lembab, dan turgor kulit baik c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekuarangan volume cairan, demam, dan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi
19

2. Analisa Data Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan pasien, kemampuan pasien mengelolah kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapat data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selajutnya data dasar itu digunakan untuk menetukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak dilakukan pengkajian. Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainya. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama
20


pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran.
Jika kita menelaah, sebenarnya sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Cairan tubuh ini sangat penting peranannya dalam menjaga keseimbangan (hemodinamik) proses kehidupan. Peranan tersebut dikarenakan air memiliki karakteristik fisiologis. Beberapa peran air, antara lain (FKUI, 2008). 1. Sebagai media utama pada reaksi intrasel. 2. Mempertahankan kehidupan sel, karena hampir semua reaksi biokimia terjadi
dalam media air. 3. Sebagai pelarut terbaik untuk solute polar dan ionik. 4. Media transport pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar (intravaskuler,
interstitium) dan intrasel. 5. Sebagai pengatur suhu tubuh (thermoregulasi), karena air mempunyai panas
jenis, panas penguapan dan daya hantar panas yang tinggi. Komponen cairan tubuh ini sangat bervariasi jumlahnya, tergantung dari
faktor usia, antara lain: 1. Pada bayi yang lahir prematur komposisi cairan di dalam tubuh sekitar 80%
dari berat badan. 2. Pada bayi yang lahir normal, komposisi cairan di dalam tubuh berkisar antara
70-75% dari berat badan tubuh. 3. Pada masa remaja, komposisi cairan tubuh ini berkisar antara 65-70% dari
berat badan tubuh. 4. Pada orang dewasa, komposisi cairan tubuh ini berkisar 50-60% dari berat
badan tubuh.
21

3. Rumusan Masalah Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali tubuh. Respon untuk memasukan cairan ke dalam tubuh. Respon haus merupakan reflek yang secara otomatis menjadi perintah kepada tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus otak.
Rasa haus akan muncul jika volume cairan dalam tubuh menurun. Kondisi tersebut akan memberikan stimulus pada terhadap pusat rasa haus terjadi peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sehingga, pusat rasa haus di hipotalamus akan memerintahkan motorik untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Selain itu, untuk memantau diatur oleh sel-sel reseptor yang disebut dengan osmoreseptor. Jika terjadi kehilangan cairan terlalu banyak, maka osmoreseptor akan berespons dan mengaktifkan akan minum.
Selain menurunan volume cairan dalam plasma, pusat rasa haus dipengaruhi oleh (Perry & Potter, 2006). 1. Keringnya membran mukosa faring dan mulut 2. Angiotensin II 3. Kehilangan kalsium 4. Faktor psikologis
Air sebagai asupan pokok diperoleh dari sebagai bahan makanan, seperti buah-buahan, sayuran dan daging. Proses oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan juga menghasilkan air. Proses pencernaan makanan akan menghasilkan jumlah air yang cukup (220 ml dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak). Akan tetapi memenuhi kebuhan air, karena kebutuhan cairan kita sangat besar.
22

Asupan cairan melewati oral bisa dilakukan pada orang yang sadar, karena respon haus reflek menelan yang bagus. Akan tetapi, pada klien dengan kerusakan neurologis atau psikologis, bahkan lansia sering mengalami reistraned sehingga tidak merasakan dan merespon rasa haus dari hipotalamus. Klien-klien seperti inilah yang sangat beresiko untuk terjadinya dehidrasi.
Sebagain asupan cauran, peroses reabsorbsi dalam tubuh juga memberikan input bagi keseimbangan. Reabsorbsi bisa terjadi di tubulus proksimal dalam tubulus.
Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya kehilangan melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, drainase dan gastrik intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran perkemihan, karena diuresis osmotik, diabetes insipidus.
Ada dua jenis dehidrasi yaitu: (Long, 1992) 1. Dehidrasi di mana kekurangan air lebih dominan dibanding kekurangan
elektrolit (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi „dehidrasi intraselluler‟. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat. 2. Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibanding kekurangan air (dehidrasi hipertonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi „edema intrasel‟. Dehidrasi jenis ini terjadi bila
23

seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatas dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit (Asmadi, 2008). Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang dialaminya. Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan. 4. Rencana Tindakan Keperawatan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat mengembangkan rencana keperawatan. Rencana asuhan keperawatan bersifat individu, bergantung pada ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa yang dialami klien, kronik atau akut. Rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan klien yang aktual atau yang potensial. Tujuan rencana tersebut meliputi satu yang lebih tujuan berikut: 1. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa yang
normal. 2. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi. 3. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk
mengembalikan status keseimbangan. Terutama penting untuk melibatkan klien dan keluarga dalam proses
perencanaan ini. Ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa sering menimbulkan perubahan ringan pada perilaku atau status klien, dan hanya keluarga yang cukup mengenal perilaku klien sehari-hari yang kemudian mampu
24

mengidentifikasi perubahan tersebut secara bertahap. Klien dan kelurga harus

mengetahui tindakan pencegahan, tanda dan gejala dilaporkan, dan tindakan yang

dapat diimplementasikan jika terjadi ketidakseimbangan.

Intervensi

Rasional

1. Ukur dan catat setiap 4 jam :

1. Menentukan kehilangan dan

- Intake dan output cairan

kebutuhan cairan dan nutrisi

- Warna muntahan, urine, dan

feses

- Monitor turgor kulit

- Berat badan

- Status mental

- Tanda vital

2. Berikan makanan yang disukai dan 2. Memenuhi kebutuhan makan dan

cairan

minum

3. Berikan pengobatan seperti anti 3. Menurunkan pergerakan usus dan

diare dan anti muntah

muntah

4. Berikan dukungan verbal dalam 4. Meningkatkan konsumsi yang

pemberian cairan

lebih

5. Lakukan kebersihan mulut sebelum 5. Meningkatkan nafsu makan makan

6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam

6. Meningkatkan sirkulasi

7. Berikan pendidikan kesehatan : - Tanda dan gejala dehidrasi - Intake dan output cairan - Terapi

7. Meningkatkan informasi dan kerja sama

25

B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI LINGKUNGAN 7 KELURAHAN HARJO SARI II KEC.MEDAN AMPLAS

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Bayi. P

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 2 bulan

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Link VII Kelurahan Harjosari II

Kecamatan Medan Amplas

Tempat, tgl lahir

: Medan, 9 maret 2015

Tanggal Pengkajian

: 19 Mei 2015

Diagnosa Keperawatan : Defisit volume cairan

II. KELUHAN UTAMA

BAB lebih dari 3 s/d 4 ×/hari dengan konsitensi cairan lebih banyak dari

ampas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocatif /palliative

1. Apa penyebabnya:

Bayi mengalami diare karena diberi susu formula dan ketidakbersian

pembuatan botol susu.

26

2. Hal-hal yang memperbaikin keadaan: Ibunya menghentikan pemberian susu formula kepada bayinya.
B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan: Bayi rewel terus 2. Bagaimana dilihat: Bayi selalu menangis, mukosa bibir kering, badan semakin kurus, kulit kering, kembali lambat, ada rasa haus.
C. Region 1. Dimana lokasinya: Hanya daerah abdomen. 2. Apakah menyebar: Tidak menyebar
D. Severity Bayi terlihat lemah
E. Time Hal ini dialami bayi sejak 3 hari yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami Bayi pertama kali mengalami penyakit demam setelah mendapat imunisasi HB0. B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Pengobatan yang dilakukan oleh keluarga tidak ada hanya memberikan ASI.
27

C. Pernah dirawat/dioperasi Bayi tersebut tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami operasi.
D. Lama dirawat Tidak pernah di rawat di rumah sakit.
E. Alergi Bayi tidak ada mengalami alergi karena obat maupun makanan.
F. Imunisasi Bayi baru mendapatkan imunisasi HB0 saat baru lahir.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua Orang tua sibayi tidak ada mengalami penyakit. B. Saudara kandung Pasien ini adalah anak pertama dan belum mempunyai saudara yang lain. C. Penyakit keturunan yang ada Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Anggota kelurga pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. E. Anggota keluarga yang meninggal Anggota keluarga pasien belum ada yang meninggal F. Penyebab meninggal Tidak ada yang meninggal dunia dari riwayat kesehatan keluarga.
28

G. Genogram
Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Klien : Tinggal Serumah
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakit
Persepsi orangtua tentang penyakit saat ini adalah untuk tidak memberikan susu formula dan selalu memberikan ASI kepada bayinya. B. Keadaan emosi Klien hanya bisa menangis dan gelisah saat sedang BAB dan BAK. C. Hubungan sosial 1. Orang yang berarti: anak 2. Hubungan dengan keluarga: klien sebagai anak dikeluarga 3. Hubungan dengan orang lain: hubungan dengan orang lain sebagai
tetangga di lingkungan.
29

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidah ada hambatan

hanya saja klien masih bayi dan belum bisa bersosialisasi kepada teman di

lingkungannya dan belum bisa mengikuti aktivitas dan kegiatan

dilingkungannya.

D. Spiritual

Nilai dan keyakinan: klien mengikutin dan menaati nilai sesuai keyakinan dan

peraturan yang ada ditengah-tengah keluarga klien. Dan itu masih di lakukan

oleh kedua orang tuanya karena klien masih bayi belum bisa melakukan

peraturan yang ada di keyakinannya. Kegiatan ibadah: klien belum bisa

mengikuti kegiatan ibadah dan kumpulan di lingkungannya karna klien masih

bayi.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Bayi terlihat lemas, gelisah, rewel dan badan semakin menurun.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh

: 38,1 ºC

2. Pernafasan

: 25×/menit

3. Nadi

: 100×/menit

4. TB

: 5,8 cm

5. BB

: 3,5kg

C. Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan rambut

a. Bentuk : bentuk oval tidak ada massa atau benjolan

b. Ubun-ubun : ubun-ubun belum menutup

30

c. Kulit kepala : kulit kepala bayi bersih

2. Rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut: rambut bayi sedikit dan hitam,

rambut lurus

b. Bau : tidak ada bau dari rambut

3. Wajah

a. Warna kulit

: warna kulit wajah masih merah.

b. Struktur wajah : struktur wajah oval.

4. Mata

a. Kelengkapan dan kesimetrisan: mata lengkap dan simetris tidak

ada gangguan atau sakit pada mata.

b. Mata: cekung

5. Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: lengkap dan simetris

b. Lubang hidung: simetris dan bersih tidak ada sinusitis

c. Cuping hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung

6. Telinga

a. Bentuk telinga: bentuk telinga pasien normal, simetris antara

telinga kanan dan kiri

b. Ukuran telinga: ukuran telinga kanan dan kiri sama besar

c. Lubang telinga: kedua lubang telinga pasien bersih

d. Ketajaman pendengaran: bayi belum tau apa-apa tentang yang

dilakukan.

31

7. Mulut dan faring a. Keadaan bibir : mukosa bibir kering b. Keadaan gusi dan gigi : gusi bersih c. Keadaan lidah : bersih dan tidak ada putih-putih karenah ASI
8. Leher a. Posisi trachea: posisi trakea pasien berada di tengah b. Suara: bayi hanya bisa menangis c. Denyut nadi karotis: dapat teraba dengan jelas d. Kelenjar limfe: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe e. Tyroid: tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid
9. Pemeriksaan integumen a. Kebersihan : bayi bersih dan harum. b. Kehangatan : urin bayi hangat c. Turgor : bersih, bila dicubit kulit kembalinya lambat > 2 detik
10. Pemeriksaan paru a. Palpasi getaran suaran: tidak ada suara tambahan b. Perkusi : bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
11. Pemeriksaan abdomen a. Inspeksi (bentuk, benjolan): tidak ada benjolan atau massa pada abdomen b. Auskultasi: tympany c. Palpasi(tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): tidak ada nyeri d. Perkusi (suara abdomen) : sonor
32

12. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): lubang uretra pada puncak glen penis. b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum): lubang anus paten, perineum bersih c. testis: testis dapat diraba di dalam setiap skrotum d. skrotum: skrotum lengkap ada dua, edema, pendulus dan tertutup dengan rugae. e. Pigmentasi: lebih gelap pada kulit kelompok etnik
VIII. POLA KEBIASAAB SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum a. Frekuensi makanan/ hari: minum ASI 8×/hari b. Nafsu/selera makan: minum ASI dan ditambah susu Formula c. Mual dan muntah: muntah bila bayi banyak bergerak setelah minum ASI d. Waktu pemberian makan: setiap hari minimal 8×/hari atau lebih e. Jumlah dan jenis makan: 100 glas ASI 2. Perawatan diri/ personal hygiene a. Kebersihan tubuh: bayi bersih dan selalu harum. 3. Kersihan gigi dan mulu: mulut bersih, tidak bau belum mempunyai gigi 4. Pola kegiatan/aktifitas Pasien tidak mempunyai kegiatan atau aktifitas karna pasien masih bayi berumur 2 bulan.
33

2. Analisa Data

No Data 1. Data subjektif:
Ny. N mengatakan bayinya gelisah dan rewel terus Data objektif: – Rasa haus meningkat – Cubitan kulit perut kembali
lambat >2 detik – Mata cekung – BAB lebih dari 3×/hari
dengan konsitensi cairan lebih banyak dari ampas – Warna urine kekuningan – Mukosa bibir kering
2. Data subjektif : Ny.N mengatakan bayinya ingin minum terus Data objektif : – Berat badan turun 1/5kg sebelum sakit BB An.P 3,8 – Rasa haus meningkat – Minum ASI 100ml ditambah susu formula 100ml – Intake : 150 ml – Output : 200 ml – T: 37,3ºC

Etiologi Pengeluaran cairan
berlebih
Haus
dehidrasi ringan
Muntah
Kekurangan volume cairan
Bayi. P 3 hari yang lalu sudah mengalami
diare
Ada rasa haus
Perut terasa penuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Problem
Nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Rumusan Masalah Masalah Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1. Kekurangan volume cairan b/d pengeluaran cairan sekunder akibat demam,
drainase yang abnormal, peritonitis, atau diare 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat

34

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

No. Dx Waktu

Perencanaan Keperawatan

1 21 Mei Tujuan dan Kriteria Hasil :

2015 1. Meningkatkan masukan cairan paling sedikit 200ml

2. Meningkatkan kebutuhan asupan cairan selama stres

dan panas

3. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal

4. Adatanda dan gejala dehidrasi Menampilkan tidak

Rencana Tindakan

Rasional

09.00 - Berikan cairan oral - Sebagai upaya rehidrasi

150-260ml sesuai

untuk mengganti cairan

dengan program

- Memberikan informasi

rehidrasi 09.30 - Pantau intake dan

status keseimbangan cairan untuk menetapkan

output yang keluar

kebutuhan cairan pengganti

bersama feses

- Untuk menilai status hidrasi,

09.45 - Kaji tanda-tanda vital elektrolit dan keseimbangan

- Timbang berat badan

asam basa

2 21 Mei Tujuan dan Kriteria Hasil :

2015 a. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

3. Elastisitas turgor kulit, membran mukosa lembab, tidak

ada rasa haus yang berlebihan

Rencana Tindakan

Rasional

- 09.50 - Pantau aktivitas

- Dehidrasi nyata mungkin

kejang

ada karena muntah, diare.

- 10.00 - Pantau hidrasi

Kebutuhan terapi didasarkan

(misalnya, turgor

pada penyebab dasar dan

kulit, kelembapan

keseimbangan cairan

mukosa)

- Mempertahankan intregitas

- 10.15 - Anjurkan asupan

kulit

cairan oral, sedikitnya - Meningkatkan kenyamanan

260 ml sehari

dan mencegah kekeringan

- Lepaskan pakaian

lanjut dan membrane

yang berlebihan dan

mukosa

tutupi pasien dengan

selimut saja

3 21 Mei Tujuan dan Kriteria Hasil :

2015 - Mempertahankan masukan makanan yang adekuat

- Mempertahankan urine output sesuai dengan berat badan

Rencana Tindakan

Rasional

- 10.20 - Tentukan motivasi

- Mengumpulkan dan

klien untuk mengubah menganalisa data klien untuk

kebiasaan makan

mengatur keseimbangan

- Manajemen nutrisi

cairan dan elektrolit

35

(NOC)

- Membantu atau

- 10.35 - Tentukan kemampuan menyediakan asupan

keluarga untuk

makanan dan cairan diet

mengetahui kebutuhan keseimbangan

nutrisi

- Membantu menyediakan

- 10.50 - Pantau kandungan

makanan yang disukai

nutrisi dan kalori pada pasien

catatan asupan

- 11.00 - Timbang pasien pada

interval yang cepat

- kaji adanya alergi

makanan

- 11.20 - yakinkan pasien dan

berikan lingkungan

yang tenang selama

makan

5. Implementasi Upaya mencegah ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
adalah penting. Apabila mungkin, saat terjadi ketidakseimbangan, perawat melakukan upaya untuk menghilangkan atau menangani penyebab ketidakseimbangan tersebut. Intervensi keperawatan lain, dilakukan dengan tujuan mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektroli.
Apabila volume cairan menurun, cairan dan elektrolit dapat digantikan secara oral, melaluin pemberian cairan intravena dan komponen darah, atau melalui pemberian NPT(nutrisi parenteral total), jika kekurangan cairan disebabkan oleh malnutrisi. Untuk klien dengan kelebihan volume cairan, perawat mengimplementasikan tindakan untuk mengurangi cairan, misalnya dengan membatasi asupan cairan, mengurangi asupan natrium, dan pemberian obat diuretik.

36

6. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/ Tanggal/ Waktu Selasa, 19 Mei
08.12
09.10

No

Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP)

1. – Sarankan ibu agar

S: Ibu mengatakan klien lemas

memberikan ASI

O: Klien tampak lemas, mata

sesering mungkin

cekung

– Minimal 260 ml atau 1 A: masalah belum teratasi

glas ukuran 200 ml

P: Pengkajian dilanjutkan

– Memantau bayi selama – Menyarankan ibu agar

melakukan pengkajian

memberikan ASI kepada

– Mengkur suhu tubuh

bayinya

bayi setiap 8 jam sekali -

Suhu : 38,2ºc

– Nadi : 130×/menit

– RR : 30×/menit

Rabu, 20 Mei 09.10

2. – Memantau ibu cara membuat susu formula dan kebersihan botol susu bayi
– Menyarankan ibu agar memantau bayinya saat malam hari

S: Ibu mengatakan bayi rewel O: Klien tampak gelisah dan rewel A: masalah belum teratasi P : Intervensi di lanjutkan – Menyarankan ibu agar
memantau keadaan bayinya saat malam hari

Kamis, 21 Mei 08.11

3. – Memantau keadaan bayi

S: Ibu mengatakan bayi sudah tidak rewel lagi O: Klien t

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Lingkungan VII Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

1 40 52

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar: Mobilisasi di Lingkungan VII Kecamatan Harjosari II Kelurahan Medan Amplas

0 44 59

Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Masalah Kebutuhan Dasar: Cairan dan Elektrolit di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 48 63

Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Masalah Kebutuhan Dasar: Cairan dan Elektrolit di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 5 63

Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas

0 5 50

Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas

0 0 7

Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas

0 0 4

Asuhan Keperawatan pada Bayi P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di Kelurahan Harjosari II Lingkungan VII Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Reference Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Masalah Kebutuhan Dasar: Cairan dan Elektrolit di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Appendix Asuhan Keperawatan pada Ny. C dengan Masalah Kebutuhan Dasar: Cairan dan Elektrolit di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas

0 0 9