± 17.37 50.19 ± 17.36 Viabilitas Dan Fertilitas Spermatozoa Dalam Modifikasi Pengencer BTS Dan Zorlesco dengan Penyimpanan Berbeda Dalam Rangkaian Inseminasi Buatan Pada Babi

Perbandingan Persentase Motilitas dan Spermatozoa Hidup Dalam Pengencer dan Tempat Penyimpanan Berbeda Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup dengan pengencer M-Zorlesco menunjukkan hasil yang lebih baik, dalam penyimpanan ruang terbuka, kotak styrofoam maupun lemari es, diikuti secara berturut-turut dengan pengencer BTS dan M-BTS. Semua perlakuan menunjukkan adanya pola penurunan persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup selama 42 jam penyimpanan, baik dalam ruang terbuka, kotak styrofoam maupun lemari es Tabel 12 dan Gambar 14. Berkaitan dengan pelayanan IB, apabila syarat minimal persentase motilitas adalah 40, maka semen dengan pengencer M-BTS yang disimpan pada kotak styrofoam 18 °C masih layak untuk digunakan, namun melihat persentase spermatozoa hidup dibawah 60 akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan litter size . Tabel 12 Rataan persentase motilitas dan spermatozoa hidup semen cair dalam pengencer dan tempat penyimpanan berbeda selama 42 jam penyimpanan Tempat Penyimpanan Pengencer yang digunakan RT 22°C KS 18°C LE 15°C Motilitas M-Zorlesco 51.12 ± 13.90 54.76 ± 12.76 54.17 ± 12.60 BTS 39.97 ± 21.73

49.37 ± 17.37 50.19 ± 17.36

M-BTS 34.38 ± 24.09 43.51 ± 11.97 42.25 ± 17.93 Tanpa Pengencer 26.83 ± 24.11 35.63 ± 25.33 35.49 ± 24.36 Spermatozoa Hidup M-Zorlesco 59.49 ± 22.60 68.98 ± 17.67 67.38 ± 18.58 BTS 50.71 ± 27.91 63.02 ± 22.55 65.16 ± 22.46 M-BTS 44.09 ± 30.68 56.76 ± 26.57 59.24 ± 25.61 Tanpa Pengencer 35.57 ± 33.34 46.23 ± 32.26 47.95 ± 31.63 Ket: RT: ruang terbuka, KS: kotak styrofoam, LE: lemari es, Gambar 14 Rataan persentase motilitas spermatozoa M semen cair pada pengencer dan tempat penyimpanan berbeda selama 42 jam penyimpanan. Persentase motilitas spermatozoa dengan pengencer BTS dan M-Zorlesco yang disimpan dalam kotak styrofoam 18 °C dan lemari es 15 °C tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kepentingan dilapangan terutama untuk pengiriman semen ke daerah tertentu, dapat menggunakan kotak styrofoam sebagai salah satu media penyimpanan. Semen harus dikemas dan disimpan dalam sebuah kontainer atau kotak, dan dilindungi dari stress fisik terutama terhadap guncangan, dengan menggunakan material dari styrofoam, untuk menjaga temperatur 15 °C Flowers 1996, diacu dalam Kevin 2000. Penggunaan styrofoam memiliki beberapa kelebihan, yaitu lebih ringan, bentuk dan ukuran dapat diatur, serta dapat ditambahkan es ice block. Inseminasi Buatan pada Babi Pengujian fertilitas spermatozoa dalam penelitian ini dilakukan dengan menginseminasi 18 ekor babi induk umur 2 - 3 tahun menggunakan semen cair, masing-masing ditambahkan pengencer BTS, M-BTS dan M-Zorlesco, yang - 10 20 30 40 50 60 RT 22 °C KS 18 °C LE 15 °C M-Zoc BTS M-BTS TP Tempat Penyimpanan Motilitas disimpan dalam kotak styrofoam selama 6 - 12 jam rata-rata 9 jam. Asumsi yang digunakan adalah presentase motilitas spermatozoa lebih dari 50. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh rata-rata mencapai 2829.6 x 10 6 sel, dan untuk memenuhi konsentrasi tersebut dengan motilitas lebih dari 50 maka dosis IB volume berada pada kisaran 80 - 95 ml Lampiran 7. Hal ini sejalan dengan anjuran Ax et al. 2000b dan Johnson et al. 2000 yakni konsentrasi spermatozoa dalam satu dosis IB adalah 80 ml mengandung rata-rata 2000 - 3000 x 10 6 sel untuk fertilitas optimum, serta motilitas lebih dari 65, dan menurut Singleton 2001 volume per dosis IB 70 - 100 ml dengan konsentrasi spermatozoa mencapai 2500 - 4000 x 10 6 sel. Sel telur dilepaskan 38 - 42 jam setelah munculnya tanda-tanda berahi Anderson 2000, dan inseminasi dilakukan 30 - 35 jam setelah munculnya tanda- tanda berahi. Inseminasi buatan dilakukan 30 - 35 jam setelah munculnya tanda berahi mengingat ovulasi terjadi 38 - 42 jam setelah munculnya tanda-tanda berahi pertama Anderson 2000, dan untuk mendapatkan hasil yang optimun maka inseminasi dilakukan dua kali dengan jarak waktu 12 - 24 jam setelah IB yang pertama. Pendeteksian pada induk yang sudah diinseminasi dilakukan pada hari ke-21. Angka konsepsi atau Conception Rate CR yang diperoleh dalam penelitian ini mencapai 83.33 Tabel 13. Angka konsepsi merupakan perbandingan antara jumlah induk yang positif bunting dengan jumlah induk yang diinseminasi dikali 100. Tabel 13 Angka konsepsi menggunakan semen cair dalam pengencer berbeda yang disimpan dalam kotak styrofoam 18 °C selama sembilan jam penyimpanan Jumlah Induk Semen cair dalam pengencer Diinseminasi ekor Positif bunting ekor Persentase BTS 6 5 83.33 M-BTS 6 4 66.67 M-Zorlesco 6 6 100.00 Jumlah 18 15 83.33 Ket: BTS Beltsville Thawing Solution; M-BTS Modifikasi BTS; M-Zorlesco Modifikasi Zorlesco. Angka konsepsi dalam hasil penelitian ini cukup tinggi mencapai 83.33. Hasil serupa diperoleh Waberski et al. 1994 menggunakan semen babi dengan pengencer BTS yang disimpan dalam temperatur 17 °C menunjukkan persentase kebuntingan hasil inseminasi mencapai 89.5 dengan semen yang disimpan selama 24 jam, dan 88.9 dengan semen yang disimpan selama 48 jam, dengan persentase motilitas sebesar 92 selama 24 jam penyimpanan, dan 87.3 selama 48 jam penyimpanan. Keberhasilan IB pada babi induk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu munculnya berahi estrus setelah penyapihan, lamanya berahi, serta waktu antara munculnya berahi dan ovulasi, serta dua faktor penting dalam inseminasi yakni jumlah spermatozoa dan volume semen. Persentase motilitas spermatozoa juga memegang peranan penting dalam tingkat keberhasilan fertilisasi, semakin tinggi motilitas spermatozoa maka tingkat keberhasilan fertilisasi juga semakin tinggi. Kegagalan IB dapat disebabkan karena waktu inseminasi yang kurang tepat sehubungan dengan waktu ovulasi, dan kegagalan menempatkan spermatozoa motil dalam jumlah memadai di dalam volume pengencer yang cukup besar ke dalam uterus. PEMBAHASAN UMUM Penelitian mengenai daya tahan spermatozoa dalam pengencer sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian mengenai daya tahan spermatozoa babi, khususnya di Indonesia, masih sangat terbatas. Kendala utama dalam pengelolaan semen babi adalah pada saat penyimpanan semen cair babi untuk jangka waktu yang lebih lama karena penyimpanan semen babi umumnya pada temperatur 15 - 20 °C dan biasanya dilakukan penyimpanan pada kotak yang telah diatur temperaturnya. Dalam penelitian ini penyimpanan semen babi dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu pada ruang terbuka 22 °C, kotak styrofoam 18 °C dan lemari es 15 °C. Hasil penelitian ini menunjukkan semen segar dengan volume mencapai 214.44 ml, derajat keasaman pH mencapai 7.78, motilitas dan konsentrasi spermatozoa masing-masing mencapai 65.56 dan 191.65 x 10 6 selml, serta normalitas spermatozoa mencapai 93.18 dapat disimpan dengan baik selama enam jam pada ruang terbuka, dan dapat diperpanjang penyimpanannya pada kotak styrofoam dan lemari es selama 18 jam dengan persentase motilitas spermatozoa mencapai 40 - 45. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kulaitas semen segar adalah kondisi individu, genetik, umur, frekuensi penampungan dan lingkungan. Daya tahan spermatozoa babi dapat diperpanjang dengan menambahkan bahan pengencer Beltsville Thawing Solution BTS dan Zorlesco yang sudah dimodifikasi. Keunggulan dari pengencer BTS dan Zorlesco adalah mampu mempertahankan viabilitas spermatozoa selama penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama, karena di dalam pengencer BTS dan Zorlesco mengandung bahan-bahan kimia yang berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi spermatozoa, pelindung dari cekaman perubahan temperatur, dan sebagai buffer untuk menjaga keseimbangan pH serta tekanan osmotik sel spermatozoa. Dalam penelitian ini semen cair dengan pengencer M-Zorlesco lebih baik dibandingkan dengan pengencer BTS dan M-BTS, baik pada penyimpanan ruang terbuka 22 °C, maupun kotak styrofoam 18 °C, dan lemari es 15 °C. Persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-Zorlesco selama 42 jam penyimpanan rata-rata mencapai 53.35, diikuti secara berturut-turut dalam pengencer BTS dan M-BTS masing-masing mencapai 46.61 dan 40.04, dan secara statistik penyimpanan semen cair dalam kotak styrofoam dan lemari es adalah tidak berbeda nyata. Hal ini berarti semen cair dapat disimpan dalam kotak styrofoam dan dapat digunakan untuk kegiatan inseminasi dilapangan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas spermatozoa selama penyimpanan adalah adanya aktivitas seluler yang hampir optimum pada temperatur ruang 22 °C sehingga substrat energi di dalam plasma semen babi, terutama fruktosa, cepat habis dan terdapat akumulasi asam laktat sebagai sisa metabolisme dengan konsentrasi lebih tinggi yang bersifat toksik pada spermatozoa. Faktor lainnya adalah adanya cekaman temperatur terhadap spermatozoa yang berpengaruh pada komposisi membran plasma spermatozoa, dimana pada temperatur rendah terjadi perubahan struktur phospholipid membran plasma dari fase cair menjadi fase gel, yang dapat menyebabkan kerusakan membran plasma secara permanen. Kerusakan membran plasma menyebabkan sel mitokondria di dalam spermatozoa melepaskan enzim aspartat-aminotransferase AspAT ke dalam plasma semen, sehingga produksi ATP akan terhenti dan menyebabkan spermatozoa tidak dapat bergerak. Penggunaan semen cair dalam pengencer BTS, M-BTS dan M-Zorlesco yang disimpan dalam kotak styrofoam 18 °C selama sembilan jam, dengan persentase motilitas spermatozoa mencapai 55 - 65 dan konsentrasi spermatozoa mencapai 2829.6 x 10 6 sel80 ml, dapat digunakan dalam program IB, dan menunjukkan angka konsepsi Conception Rate yang cukup tinggi yaitu 83.33. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan IB adalah pertama, kondisi induk yang meliputi munculnya berahi, lamanya berahi, dan waktu ovulasi. Kedua, kondisi pejantan yang meliputi kualitas dan kuantitas spermatozoa. Ketiga, petugas inseminasi inseminator dilapangan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Semen segar dapat bertahan dalam penyimpanan ruang terbuka 22 °C selama enam jam dengan motilitas spermatozoa 48.89 dan dapat diperpanjang sampai 18 jam dalam kotak styrofoam 18 °C dan lemari es 15 °C dengan motilitas spermatozoa masing-masing 45 dan 43.89. 2. Pengencer M-Zorlesco adalah pengencer yang lebih baik dibandingkan dengan pengencer BTS dan M-BTS dalam mempertahankan viabilitas spermatozoa selama penyimpanan 42 jam dalam ruang terbuka, kotak styrofoam dan lemari es. 3. Kotak styrofoam dan lemari es adalah tempat penyimpanan semen cair yang lebih baik 42 jam; motilitas ± 40-50 dibandingkan dengan ruang terbuka 18 jam; motilitas ± 30-40. 4. Keberhasilan inseminasi mencapai 83.33 dengan menggunakan semen cair pada semua pengencer yang disimpan dalam kotak styrofoam selama sembilan jam, dengan persentase motilitas mencapai 55 - 65 dalam volume 80 - 90 ml dan konsentrasi 2000 - 3000 x 10 6 selml. Saran Dari penelitian ini dapat disarankan : 1. Semen cair dengan motilitas 40 hasil penampungan dapat dicobakan untuk diinseminasikan, namun perlu diperhatikan dosis atau volume semen untuk memenuhi standar konsentrasi spermatozoa dalam IB. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan bangsa pejantan terhadap viabilitas dan fertilitas spermatozoa., serta pengencer lain yang dapat memperpanjang daya simpan semen cair. 3. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan plasma nutfah babi khususnya di Pulau Bali. DAFTAR PUSTAKA Anderson LL. 2000. Pigs. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals. 7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Aritonang A. 1993. Babi, Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Bandung: Penebar Swadaya. Ax RL, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME. 2000a. Semen Evaluation. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals. 7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Ax RL, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME. 2000b. Artificial Insemination. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals. 7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Bassol J, Kádár E, Briz MD, Pinart E, Sancho S, Garcia-Gil N, Badia E, Pruneda A, Coll MG, Bussalleu E, Yeste M, Bonet S. 2005. In vitro culture of boar epididymal epithelial cells. Theriogenology 63: 363-369. Bearden HJ, Fuquay JW. 1997. Applied animal reproduction. 4 th Ed. New Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle:Pp 133-177. Beaulieu M, Dube C, Reyes-Moreno C, Guillemette C, Bailey J.L. 2005. Differential effects of BTS and Androhep on boar semen [abstrack]. Di dalam : Gadella B.M Colenbrander B, editor. Proceedings of the V International Conference on Boar Semen Preservation ; Doorwerth, The Netherlands, 24-27 August 2003. Theriogenology 63: 422-430. Blakely J, Bade DH. 1985. Ilmu Peternakan Ed.4. Srigandono B, penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari Animal Husbandry 4 th Ed. Bonet S, Briz M, Fradera A. 1993. Ultrastructural abnormalities of boar spermatozoa. Theriogenology 40: 383-396 Bruce A, Dennis B, Julian L, Martin R, Keith R. 1994, Molecular Biology of The Cell , 3 rd Ed., New York: Garland Publishing, Inc. Chun-Xia Z, Zeng-Ming Y. 2000. Evaluation on sperm quality of freshly ejaculated boar semen during in vitro storage under different temperatures. Theriogenology 537: 1477-1488. Coffey RD, Parker GR, Laurent KM. 2007. Manipulation of the Estrous Cycle in Swine. www.uky.eduAgAnimalSciencespubsasc152.pdf 1 Agustus 2007 Colenbrander B. Fazeli AR. Van Buiten A. Parlevliet J. Gadella BM. 1992. Assesment of sperm cell membran integrity in the horse. Act Vet Scand. Supl. 88 : 49-58. De Leeuw FE, Colenbrander B, Verkleij AJ. 1990. The role membrane damage plays in cold shock and freezing injury. Reprod. Domest. Anim. 1: 95-104. Drajad AS. 1994. Penerapan teknologi inseminasi buatan, embrio transfer dan in vitro fertilisasi pada rusa Indonesia. Laporan Riset Unggulan Terpadu V bidang Teknologi Perlindungan Lingkungan. Hlm:92-111. Dube C, Beaulieu M, Reyes-Moreno C, Guillemette C, Bailey J.L. 2004. Boar sperm storage capacity of BTS and Androhep Plus: viability, motility, capacitation, and tyrosine phosphorylation. Theriogenology 62: 874-886. Evans G, Maxwel WMC. 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goat. Sydney: Butterworths. Everett RW, Bean B. 1982. Environmental influence on semen output. J Dairy Sci. 65:1303-1310 Fisrt NL. 1970. Collection, Evaluation and Insemination of Boar Semen. Dep. Meat and Anim Sci. Winconsin University, Madison. Frandson. 1965. Anatomy Physiology of Farm Animals. Philadelphia : Lea Febiger. Gadea J. 2003. Semen extenders used in the artificial insemination of swine. Spanish Journal of Agricultural Research 1 2: 17-27. Garcia-Casado P, Marigorta P, Diaz C, Saiz-Cidoncha F. 2005. Use of the dehydrated egg yolk for boar semen freezing [abstrack]. Di dalam : Gadella B.M Colenbrander B, editor. Proceedings of the V International Conference on Boar Semen Preservation ; Doorwerth, The Netherlands, 24- 27 August 2003. Theriogenology 63: 422-430. Garcia MA, Graham EF. 1989. Development of buffer system analysis of bovine spermatozoa before freezing. II. Effects of sugars and sugar alcohols on post thaw motility. Theriogenology 31: 1029-1037. Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals.7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Girisonta. 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yogyakarta: Kanisius. Gunarso W. 1989. Mikroteknik. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproductive Behavior. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals.7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Hirai M, Boersma A, Hoeflich A, Wolf E, Foll J, Aumuller TR, Braun J. 2001. Objectively measured sperm motility and sperm head morphometry in boars Sus scrofa : relation to fertility and seminal plasma growth factors. J Androl 22: 104-110. Hirotada T, Emi O, Abdul GM, Sharoare H, Ummay S. 2006. Effect of fructose on motility, acrosome reaction and invitro fertilization capability of boar spermatozoa. Reproductive Medicine and Biology 54: 255-261 Huo Li-Jun, Ma Xing-Hog, Yang Zeng-Ming. 2002. Assesment of sperm viability, mitochondrial activity, capacitation and acrosome intacness in extender boar during long-term storage. Theriogenology 587: 1349-1360. Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Gestation, Prenatal Physiology, and Parturition. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in farm Animals.7 th Ed. USA: Williams Wilkins. Johnson L.A, Aalbers J.G, Willems C.M.T, Rademaker J.H.M, Rexroad C.E. 1982. Use of boar spermatozoa for artificial insemination : bagian III Fecundity of boar spermatozoa stored in Beltsville liquid and Kiev extenders for three days at 18°C. J Anim Sci 541: 132-136 Johnson LA, Weitze KF, Fiser P, Maxwell WMC. 2000. Storage of boar semen. J Anim Sci 62: 143-172. Kadirvel G, Nasker S, Das A, Hasin D. 2005. Effect of different extenders on preservation of boar semen at 17°C [abstrack]. Di dalam : Gadella B.M Colenbrander B, editor. Proceedings of the V International Conference on Boar Semen Preservation ; Doorwerth, The Netherlands, 24-27 August 2003. Theriogenology 63: 685-692. Kevin R. 2000. Fresh Boar Semen. In: Swine News. College of Agriculture Life Sciences. 23: 11 Kommisrud E, Paulenz H, Sehested E, Grevle IS. 2002. Influence of boar and semen parameters on motility and acrosome integrity in liquid boar semen stored for five days. Acta Vet Scand 431: 49-55 Li-Jun H, Xing-Hong M, Zeng-Ming Y. 2002. Assesment of sperm viability, mitochondrial activity, capacitation and acrosome intactness in extended boar semen during long-term storage. Theriogenology 58: 1349-1360. Maxwell WMC, Salamon S. 1993. Liquid storage of ram semen. Reprod Fertil Dev. 5:613-638 . Molinia FC, Evans G, Maxwell WMC. 1994. In vitro evaluation of zwitterion buffer in diluent for freezing ram spermatozoa. Reprod. Nutr. Dev. 34: 491- 500. Morel DMCG. 1999. Equine Artificial Insemination. CABI Publishing, Wallingford, Oxon, UK. Parks JE, Graham JK. 1992. Effects of cryoprotectant procedures on sperm membran. Theriogenology 38: 385-392. Paulenz H, Kommisrud E, Hofmo PO. 2000. Effect of long-term storage at different tempertures on the quality of liquid boar semen. Reprod Dom Anim 35: 83-85. Ponglowhapan S, Gustavsson BE, Forsbeg CL. 2004. Influence of glucose and fructose in the extender during long-term storage of chilled canine semen. Theriogenology 62: 1498-1517. Pursel VG, Johnson LA, Schulman LL. 1973. Effect of dilution, seminal plasma and incubating period on cold shock susceptibility of boar spermatozoa. J Anim Sci 37: 528-531 Rigau T, Piedrafita J, Reverter J, Canal M, Rodriguez-Gil JE. 1996. The rate of L- lactate production: a feasible parameter for the fresh diluted boar semen quality analysis. Anim Reprod Sci. 43: 161-172 Robert VK. 2006. Semen Processing, Extending Storage for Artificial Insemination in Swine. Dep. of Animal Science University of Illinois. Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sorenson AM. 1979. A Laboratory Manual for Animal Reproduction 4 th Ed. Texas: Animal Science Departemen A M University. Shukla SN, Sigh BB, Tomar NS, Misra BS. 1992. Factor effecting spermatozoa motility in preserved semen. J. Indian Vet. 69: 856-857. Singleton WL. 2001. State of the art in artificial insemination in the United States. Theriogenology 56: 1305-1310. Supriatna I, Pasaribu FH. 1992. In vitro fertilisasi, transfer embrio dan pembekuan embrio. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Steinbach J, Foote RH. 1967. Osmotic pressure and pH effects on survival of frozen or liquid spermatozoa. J. Dairy Sci. 50:205. Stell RGD, Torrie JH. 1993. Principles and Procedures of Statistics. 2 th Ed. London: International Student Edition. Sterle J, Safranski T. 1997. Artificial Insemination in Swine : Breeding the Female . Dept. of Anim. Sci. University of Missouri Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa. Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa. Trejo AG, Anaya MJ, Hermandez GM. 1996. Effect of the egg yolk concentration and the cooling rates on the sperm motility and acrosomal integrity of frozen caprine semen. VI International Conference on Goat. Vol 2. International Academic Publishers. Vyt P, Maes D, Dejonckheere E, Castryck F, Van Soom A. 2004. Comparative study on five different commercial extenders for boar semen. Reprod Dom Anim 391: 8 Vyt P, Maes D, Dejonckheere E, Castryck F, Van Soom A. 2005. Comparison of porcine semen quality during one week of preservation using 5 commercial extenders [abstrack]. Di dalam : Gadella B.M Colenbrander B, editor. Proceedings of the V International Conference on Boar Semen Preservation ; Doorwerth, The Netherlands, 24-27 August 2003. Theriogenology 63: 685- 692. Waberski D, Weitze KF, Rath D, Salman HP. 1989. Effect of bovine serum albumin and zwitterionic buffers on stored liquid boar semen. Zuchthygiene 24: 128-133. Waberski D, Wetze KF, Lietmann C, Lubbert W. 1994. The initial fertilizing capacity of longterm-stored liquid boar semen following pre-and postovulatory insemination. Theriogenology 41: 1367-1377. Watson PF. 1990. Artificial insemination and the preservation of semen. Di dalam : Lamming G, editor. Marshall’s Physiology of Reproduction 4 th Ed. , Churchill livingstone, Edinburgh, 2: 747-869. Watson PF. 1995. Recent development and concept in the cryopreservation of spermatozoa and assement of their post-thawing function. Reprod Fertil Dev 7: 871-891. Watson PF. 1996. Cooling of spermatozoa and fertilizing capacity. Reprod. Domest. Anim. 31: 135-140. White IG. 1993. Lipid and calcium uptake of sperm in relation to cold shock and preservation : A review. Reprod Fertil Dev 5: 639-658. Yildiz C, Kaya A, Aksoy, Tekeli. 2000. Influence of sugar supplementation of extender on motility, viability and acrosomal integrity of dog spermatozoa during freezing. Theriogenoloy 54: 507-650. Zhou J.B, Yuek K.Z, Luo M.J, Chang Z.L, Liang H, Wang Z.Y, Tan J.H. 2004. Effect of extender and temperatures on sperm viability and fertility capacity of harbin white boar semen during long-term liquid storage. Asian- Australas.J.Anim.Sci 1711: 1501-1508. Lampiran 1 Persentase motilitas spermatozoa dari pejantan 1 Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es Pengamatan jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 63.33 6 36.67 56.67 56.67 60.00 58.33 61.67 60.00 61.67 58.33 61.67 61.67 61.67 12 25.83 51.67 49.17 58.33 53.33 60.00 56.67 60.00 53.33 60.00 60.00 60.00 18 15.00 46.67 41.67 56.67 41.67 56.67 48.33 60.00 41.67 59.17 55.00 58.33 24 5.00 33.33 15.00 43.33 30.00 53.33 40.00 60.00 30.00 58.33 50.00 56.67 30 - 16.67 5.00 40.00 15.00 46.67 31.67 55.00 15.00 54.17 40.00 51.67 36 - 5.00 - 32.33 5.00 30.00 20.00 40.00 5.00 30.00 25.00 40.00 42 - 1.67 - 21.20 - 20.00 10.00 30.00 - 20.00 10.00 30.00 rataan 18.23 34.38 28.85 46.90 33.33 48.96 41.25 53.75 33.33 50.83 45.63 52.71 Ket : TP tanpa pengencer; BTS beltsville thawing solution; MBTS modifikasi BTS; MZoc modifikasi Zorlesco Lampiran 2 Persentase motilitas spermatozoa dari pejantan 2 Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es Pengamatan jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 68.33 6 56.67 61.67 60.00 65.00 62.50 65.00 62.50 65.83 59.17 65.00 58.33 65.83 12 50.00 59.17 55.00 62.50 56.67 61.67 56.67 63.33 50.00 61.67 48.33 63.33 18 43.33 56.67 50.00 60.00 43.33 55.83 53.33 61.67 40.00 57.50 50.83 60.00 24 30.00 46.67 33.33 53.33 30.00 50.00 50.00 60.00 30.00 53.33 53.33 56.67 30 5.00 31.67 23.33 45.00 20.00 41.67 40.83 56.67 21.67 47.50 35.00 53.33 36 - 20.00 10.00 35.00 5.00 25.00 20.00 40.00 5.00 25.50 28.67 40.00 42 - 10.00 5.00 30.00 - 15.00 10.00 30.00 - 15.00 15.70 30.00 rataan 42.22 44.27 38.13 52.40 35.73 47.81 45.21 55.73 34.27 49.23 44.82 54.69 Lampiran 3 Persentase motilitas spermatozoa dari pejantan 3 Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es Pengamatan jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 65.00 6 53.33 58.33 55.00 63.33 60.83 64.17 62.50 63.33 59.17 63.33 61.67 63.33 12 46.67 55.00 50.83 62.50 56.67 63.33 60.00 61.67 53.33 61.67 58.33 61.67 18 40.00 51.67 46.67 61.67 50.00 60.00 55.00 60.83 50.00 58.33 53.33 61.67 24 23.33 43.33 40.00 56.67 43.33 56.67 50.00 60.00 46.67 55.00 48.33 61.67 30 - 26.67 16.67 53.33 21.67 51.67 25.00 57.50 31.67 50.83 32.50 57.50 36 - 20.00 10.00 40.00 5.00 30.00 20.00 40.00 5.00 30.00 27.67 40.00 42 - 10.00 5.00 30.00 - 20.00 15.00 30.00 - 20.00 15.67 30.00 rataan 28.54 41.25 36.15 54.06 37.81 51.35 44.06 54.79 38.85 50.52 45.31 55.10 Lampiran 4 Persentase spermatozoa hidup dari pejantan 1 Pengamatan Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 88.04 6 59.97 76.72 70.61 77.25 79.94 86.45 84.83 83.47 78.97 86.38 86.61 81.91 12 45.31 67.90 60.72 70.72 71.85 84.85 81.62 78.91 69.90 84.72 85.19 75.78 18 30.65 59.08 50.83 64.20 54.97 74.97 70.16 74.97 57.51 80.80 76.72 71.28 24 12.22 41.56 19.35 55.67 38.10 65.08 58.70 71.04 45.12 76.89 68.26 66.79 30 - 19.91 8.82 51.99 19.05 56.19 46.98 66.47 22.56 73.16 56.31 61.50 36 - 8.50 - - 10.00 45.00 25.00 50.00 10.00 40.00 28.65 45.00 42 - 5.00 - - - 25.00 15.00 35.00 - 25.00 15.00 35.00 rataan 29.52 45.84 37.30 50.98 45.24 65.70 58.79 68.49 46.51 69.37 63.10 65.66 Lampiran 5 Persentase spermatozoa hidup dari pejantan 2 Pengamatan Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 90.48 6 73.95 80.77 78.96 79.62 79.89 85.05 82.76 85.24 77.95 85.83 84.17 86.04 12 66.20 75.74 70.20 72.63 69.29 79.63 75.03 80.00 65.42 81.17 77.86 81.60 18 58.46 70.71 61.44 65.64 54.34 71.63 68.56 76.71 52.75 76.21 68.58 75.72 24 37.42 50.33 44.82 61.47 39.39 63.64 62.09 73.41 40.08 71.25 59.29 69.85 30 12.22 40.12 30.97 54.44 27.61 52.51 51.07 69.50 30.75 60.54 40.26 64.19 36 - 27.67 15.00 47.67 10.00 30.00 22.50 48.67 10.00 33.67 30.00 45.50 42 - 15.00 8.50 40.00 - 22.50 12.22 35.50 - 20.00 20.50 35.00 rataan 42.34 56.35 50.04 63.99 46.37 61.93 58.09 69.94 45.93 64.89 58.89 68.55 Lampiran 6 Persentase spermatozoa hidup dari pejantan 3 Pengamatan Ruang Terbuka Kotak Styrofoam Lemari Es jam ke- TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC TP BTS MBTS MZOC 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 84.76 6 64.10 68.54 68.76 78.77 74.98 79.12 76.38 81.07 77.54 78.74 77.10 81.43 12 55.74 65.11 61.99 76.47 65.20 73.47 68.00 77.38 70.31 72.73 69.44 78.09 18 47.38 61.68 55.23 74.17 59.85 68.39 63.43 75.49 65.56 66.72 65.10 76.62 24 26.67 51.62 47.92 62.05 54.50 63.30 58.86 73.61 60.81 60.71 60.75 75.14 30 - 30.68 17.36 57.19 27.25 59.91 29.43 69.67 40.04 54.78 39.96 68.02 36 - 25.00 15.00 42.50 10.00 35.00 27.67 47.67 12.22 43.50 30.00 45.67 42 - 12.22 8.50 32.00 - 27.50 18.67 38.50 - 27.67 18.67 33.67 rataan 34.83 49.95 44.94 63.49 47.07 61.43 53.40 68.52 51.41 61.20 55.72 67.93 Lampiran 7 Pengenceran semen Dari data yang diperoleh dilapangan : Volume semen : 214.44 mL Motilitas progresif : 65.56 Konsentrasi : 191.65 x 10 6 selmL Dapat dihitung : volume x konsentrasi x motilitas Volume total = x volume IB konsentrasi IB 214.44 x 191.65 x 10 6 x 65.56 = x 80 mL 2000 x 10 6 41097.43 x10 6 x 65.56 = x 80 mL 2000 x 10 6 26943.47 x 10 6 = x 80 mL = 1077.74 mL 2000 x 10 6 Volume pengencer = Volume total – volume semen = 1077.74 – 214.44 = 863.3 mL Dari perhitungan diatas dapat dilihat : 1. Total spermatozoa per ejakulat = 41097.43 x10 6 sel 2. Total spermatozoa motil per ejakulat = 26943.47 x 10 6 sel 3. Konsentrasi per ml setelah diencerkan 26943.47 x 10 6 sel = x 80 mL 863.3 mL = 2496.80 x 10 6 sel80 mL Jika dalam sembilan jam penyimpanan terjadi penurunan M, maka dosis atau volume IB harus ditingkatkan untuk mencapai dosis standar IB yakni motilitas 65 dan konsentrasi 2 x 10 9 sel80mL, dengan perhitungan : = Motilitas IB Motilitas semen x Volume IB = 65 40 x 80 mL = 130 mL Jadi, dengan motilitas 40 dan konsentrasi 2 x 10 9 , volume IB yang digunakan adalah 130 mL. Lampiran 8 Rangkaian kegiatan IB pada babi 1. Prosesing Semen Cair Persiapan bahan pengencer Persiapan dummy sow Persiapan pejantan Persiapan alat penampungan semen Penampungan semen Evaluasi dan Pengenceran Penyimpanan Paking Dilanjutkan dengan pelaksanaan inseminasi, seperti yang diperlihatkan pada halaman dibawah ini.

2. Pelaksanaan Inseminasi Buatan a. Deteksi berahi

Vulva Merah Vulva hangat 35-38 °C Uji tekan punggung Vulva berlendir

b. Persiapan alat inseminasi