Potensi Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum) sebagai Antibakteri

POTENSI KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum)
SEBAGAI ANTIBAKTERI

LEONITA SEJATI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Potensi Kulit Buah Langsat
(Lansium domesticum) sebagai Antibakteri adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Leonita Sejati
NIM G44090075

4

ABSTRAK
LEONITA SEJATI. Potensi Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum) sebagai
Antibakteri. Dibimbing oleh IRMA HERAWATI SUPARTO dan TUN TEDJA
IRAWADI.
Kulit buah langsat (Lansium domesticum) diketahui memiliki potensi
sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan menentukan senyawa metabolit yang
memiliki aktivitas antibakteri pada ekstrak kulit buah langsat. Sampel dimaserasi
dengan pelarut etanol 70% dan etil asetat. Aktivitas antibakteri diuji terhadap
Staphylococcus aureus menggunakan metode dilusi. Hasil uji menunjukkan
bahwa ekstrak teraktif adalah ekstrak etanol 70% dengan nilai konsentrasi hambat

minimum (KHM) dan nilai konsentrasi bunuh minimum (KBM) sebesar 1.00
mg/mL. Fraksionasi ekstrak etanol 70% menggunakan kromatografi kolom
dengan elusi gradien menghasilkan 12 fraksi untuk eluen heksana:asetat dan 9
fraksi untuk eluen etil asetat:metanol. F29 merupakan fraksi teraktif dengan KHM
dan KBM 0.50 dan 2.00 mg/mL. Berdasarkan identifikasi menggunakan
spektrofotometer inframerah diduga senyawa metabolitnya adalah flavonoid.
Kata kunci : Antibakteri, flavonoid, fraksi, kulit buah langsat

ABSTRACT
LEONITA SEJATI. Potency of Langsat Fruit Peel (Lansium domesticum) as
Antibacterial Agent. Supervised by IRMA HERAWATI SUPARTO and TUN
TEDJA IRAWADI.
The fruit peels of langsat (Lansium domesticum) have antibacterial
activities. However, the active compounds responsible for the activities have not
been studied. Therefore, this research was aimed to determine the metabolite
compounds with antibacterial activity in the fruit peel of langsat. Some samples
was macerated using ethanol 70% and further fractionated using column
chromatography with gradient elution from non-polar to polar solvent.
Antibacterial activity was tested to Staphylococcus aureus using dilution method.
Antibacterial test results showed that the most active extracts was ethanol 70%

extract with minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal
concentration (MBC) of 1.00 mg/mL. Fractionation using hexane:ethyl acetate
gave 12 fractions and 9 fractions for ethyl acetate:methanol. The most active
fraction was F29 with MIC and MBC of 0.5 mg/mL and 2.00 mg/mL,
respectively. Based on identification using Fourier transform infrared
spectrophotometers, the predicted active compound was flavonoids.
Key words: antibacterial, flavonoid, fraction, fruit peels langsat

6

POTENSI KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum)
SEBAGAI ANTIBAKTERI

LEONITA SEJATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

8

Judul Skripsi : Potensi Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum) sebagai
Antibakteri
Nama
: Leonita Sejati
NIM
: G44090075

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi,MS
Pembimbing II


Dr dr Irma Herawati Suparto,MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

10

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang
berjudul Potensi Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum) sebagai Antibakteri
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr dr Irma
Herawati Suparto, MS dan Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS selaku pembimbing
atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada orang tua dan kakak atas doa dan dukungannya baik
secara moril dan materil yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Juga terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis selama penelitian, yaitu teman satu penelitian Syifa, pihak
Laboratorium Kimia Anorganik, antara lain Bapak Syawal, Bapak Sunarsa, Bapak
Mulyadi dan teman-teman penelitian di Laboratorium Kimia Anorganik, pihak
Laboratorium Kimia Organik, antara lain Bapak Sabur, Ibu Yenni, Mbak Nia dan
teman-teman penelitian di Laboratorium Kimia Organik, pihak dari komdik, serta
teman-teman kimia angkatan 46 atas semangat dan kebersamaannya.
Semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Leonita Sejati

12


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Alat dan Bahan
Prosedur
Penentuan Kadar Air
Ekstraksi Kulit Buah Langsat
Penentuan Kandungan Fitokimia
Pemilihan Eluen Terbaik
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom
Uji Aktivitas Antibakteri
Identitas Senyawa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air

Ekstraksi
Fitokimia Ekstrak
Penentuan Eluen Terbaik
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
Aktivitas Antibakteri
Identitas Senyawa
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
1
2
2

2
2
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
6
6
7
8
10
10
10
11

11
13
20

DAFTAR TABEL
1 Rendemen ekstrak kulit buah langsat
2 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah langsat
3 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah langsat
4 Aktivitas antibakteri hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%

5
6
8
10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian
2 Perhitungan kadar air bubuk kulit buah langsat
3 Perhitungan rendemen ekstrak kulit buah langsat

4 Kromatogram ekstrak etanol 70% dengan eluen tunggal pada λ 254 nm
5 Kromatogram fraksi gabungan hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%
eluen heksana:etil asetat
6 Kromatogram fraksi gabungan hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%
eluen etil asetat:metanol
7 Hasil pemisahan ekstrak etanol 70% dengan kromatografi kolom
dari fraksi gabungan
8 Spektrum IR pada F29
9 Data spektrum inframerah dari F29

13
14
14
15
16
16
17
18
19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki ketersediaan sumber daya
alam hayati yang melimpah. Sejak dahulu secara turun-temurun masyarakat
Indonesia telah memanfaatkan tanaman yang ada di alam untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup. Salah satunya pemanfaatan tanaman sebagai obatobatan, yaitu untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, virus, dan jamur. Mikroorganisme tersebut merupakan penyebab penyakit
pada manusia terutama di daerah tropis dengan menyebabkan infeksi yang
mengganggu berbagai fungsi tubuh. Meskipun adanya keberadaan agen antibiotik,
akan tetapi resistensi terhadap mikroorganisme tersebut terus muncul sehingga
perlu adanya penelitian berkelanjutan dan pengembangan obat baru.
Antibiotik merupakan substansi atau zat yang bisa membunuh atau
melemahkan mikroorganisme jasad renik seperti bakteri. Antibiotik yang
diperuntukkan dalam penanganan infeksi bakteri disebut antibakteri. Usaha
pengobatan terhadap infeksi bakteri patogen menggunakan obat tradisional juga
telah banyak dilaporkan ( Hasnawati dan Prawita 2010, Lense 2011).
Salah satu tumbuhan yang diketahui mempunyai potensi sebagai antibakteri
adalah kulit buah langsat (Lansium domesticum). Langsat berkhasiat sebagai obat
cacing, demam, dan diare serta kulit buahnya dapat digunakan sebagai penolak
nyamuk (Korompis et al. 2010). Selain itu, kulit batang langsat juga memiliki
aktivitas antioksidan dan antikanker (Semuel 2008), bijinya digunakan sebagai
antimalaria (Saewan 2006), serta daunnya sebagai antifeedant (Omar et al. 2007).
Khasiat ekstrak kulit buah langsat berdasarkan hasil penelitian Lawalata
(2012), bahwa semua jenis ekstrak kasar kulit buah langsat dari pelarut heksana,
etil asetat, dan etanol dengan berbagai konsentrasi mempunyai kemampuan untuk
menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Aktivitas
tertinggi ekstrak etanol dibandingkan ekstrak lainnya. Nilai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri S.
aureus lebih baik daripada bakteri E. coli terhadap ekstrak etanol kulit buah
langsat. Korompis et al. (2010) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah, kulit kayu,
dan biji buah langsat memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhii, E.
coli, Vibrio cholera, dan S. aureus. Dong et al. (2011) juga melaporkan ekstraksi
kulit buah langsat menggunakan pelarut etanol yang memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri gram positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit pada fraksi
ekstrak kulit buah langsat yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu meningkatkan manfaat kulit buah
langsat secara ekonomis, juga penguatan informasi empiris menjadi saintifik
pengetahuan.

2

METODE

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan di Laboratorim Kimia Anorganik, Kimia Organik,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, Pusat Studi Biofarmaka dan
Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan
April hingga September 2013.
Alat dan bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kulit buah
langsat (Lansium domesticum) yang diperoleh dari Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat (sumber dari Dr Lawalata). Bahan kimia untuk ekstraksi terdiri
dari etil asetat dan etanol serta pelarut organik. Bakteri uji S. aureus, media
Tryticase Soy Broth (TSB), kloramfenikol, dimetil sulfida (DMSO), pereaksi
untuk uji fitokimia, dan silika gel 60 untuk kolom.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat
gelas, rotavapor, spektrofotometer infra merah, pelat kromatografi lapis tipis
(KLT), plastik silika gel 60 F254 dari Merck, vial, mikropipet, kromatografi kolom,
lampu UV, autoklaf, inkubator, 96 well plates, dan neraca analitik.
Prosedur
Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu penentuan
kadar air, ekstraksi kulit buah langsat, uji fitokimia, penentuan eluen terbaik,
pemisahan ekstrak aktif dengan kromatografi kolom, uji aktivitas antibakteri serta
pencirian senyawa dengan spektrofotometer infra merah (Lampiran 1).
Penentuan Kadar Air (AOAC 2005)
Wadah kosong dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam,
kemudian didinginkan di dalam eksikator dan ditimbang bobotnya. Sebanyak 3 g
sampel ditimbang di dalam wadah yang telah diketahui bobotnya, kemudian
dikeringkan di dalam oven suhu 105 oC selama 3 jam.Wadah berisi sampel
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Proses pengeringan
dilakukan hingga bobot konstan.
Kadar air =

W 1−W 2
W1

x 100%

W1 = bobot sampel sebelum pengeringan (g)
W2 = bobot sampel setelah pengeringan (g)
Ekstraksi Kulit Buah Langsat
Serbuk kulit buah langsat sebanyak 25 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
dan ditambahkahkan masing-masing pelarut etanol 70% dan etil asetat. Maserasi

3

dilakukan selama 24 jam. Ekstrak disaring lalu ampasnya dimaserasi kembali
sebanyak 3 kali. Lalu filtrat dipekatkan dengan rotavapor.
Penentuan Kandungan Fitokimia (Harborne 1987)
Penentuan kandungan fitokimia secara kualitatif dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya golongan senyawa aktif yang terdapat pada simplisia
dan ekstrak kulit buah langsat, meliputi tanin, flavonoid, saponin, alkaloid,
triterpenoid, dan steroid.
Uji tanin. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10 mL akuades panas
kemudian disaring. Filtrat kemudian ditambahkan 1 tetes FeCl3 1 %. Sampel yang
positif mengandung tanin ditandai dengan terbentuk warna hijau, biru tua atau
hitam.
Uji Flavonoid. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10 mL akuades panas.
Setelah larut sempurna, campuran tersebut disaring kemudian ditambahkan serbuk
Mg 0.5 g, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol. Campuran tersebut kemudian
dikocok. Sampel yang positif akan terbentuk warna kuning, merah atau jingga
pada lapisan amil alkohol.
Uji saponin. Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan 10 mL akuades panas,
kemudian didihkan selama beberapa menit, lalu disaring. Filtrat hasil penyaringan
dikocok kuat selama 10 menit. Sampel yang positif akan memunculkan busa yang
stabil.
Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL kloroform,
kemudian ditambahkan beberapa tetes NH4OH. Setelah itu campuran disaring.
Filtrat ditambahkan 10 tetes H2SO4, kemudian dikocok hingga membentuk dua
lapisan. Lapisan asam dipisahkan kemudian diuji dengan penambahan perekasi
Dragendroff, Mayer, dan Wagner. Sampel positif mengandung alkaloid, jika
berturut-turut akan membentuk endapan jingga (pereaksi Dragendorf), putih
(pereaksi Mayer), dan cokelat (pereaksi Wagner).
Uji triterpenoid dan steroid. Sebanyak 0.1 g ekstrak dilarutkan dalam 25
mL etanol panas. Setelah larut sempurna, campuran disaring. Filtrat hasil
penyaringan kemudian diuapkan sampai kering. Sampel kering kemudian
dilarutkan dalam eter sampai larut sempurna dan selanjutnya ditambahkan 3 tetes
pereaksi Lieberman-Buchard. Sampel yang positif mengandung senyawa
triterpenoid apabila setelah penetesan pereaksi tersebut terbentuk warna merah
atau ungu. Sampel yang positif senyawa steroid bila terbentuk warna hijau atau
biru.
Pemilihan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)
Eluen terbaik ditentukan pada ekstrak dengan aktivitas antibakteri terbaik.
Ekstrak aktif ditotolkan pada pelat KLT selanjutnya dikeringudarakan. Pelat yang
sudah kering dimasukkan ke dalam chamber kromatografi berisi eluen yang telah
dijenuhkan. Mula-mula digunakan eluen tunggal. Eluen-eluen yang digunakan
adalah diklorometana, metanol, etanol, n-heksana, kloroform, dietileter, etil asetat,
dan aseton. Setelah proses elusi selesai, pemisahan pada pelat KLT dilihat di
bawah paparan UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Eluen terbaik
adalah eluen yang dapat mengelusi sampel hingga menghasilkan banyak spot
yang terpisah dengan baik pada pelat KLT. Apabila terdapat lebih dari satu eluen

4

yang memenuhi kriteria tersebut, maka eluen-eluen tersebut dicampurkan dengan
nisbah-nisbah tertentu.
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom
Kolom yang digunakan berdiameter 2.5 cm dengan fase diam silika gel 60
dari Merck dan fase gerak n-heksana, etil asetat serta metanol yang digunakan
secara gradien dengan nisbah tertentu. Sebanyak 60 g fase diam dikemas dengan
n-heksana selama semalam. Ekstrak aktif ditimbang 0.9 g, dimasukkan ke dalam
kolom, kemudian dialiri dengan pelarut gradien secara kontinu. Eluat ditampung
setiap 1 mL/menit selama 5 menit. Hasil koleksi tampungan diuji dengan KLT
menggunakan eluen terbaik dan dideteksi pada lampu UV panjang gelombang 254
dan 366 nm. Elusi dilakukan dengan menggunakan campuran eluen heksana:etil
asetat yang meningkat kepolarannya dengan nisbah (10:1), (9:1), (8:2), (7:3),
(6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1:9), dan (0:10). Lalu dilanjutkan kembali
pemisahan dengan gradien etil asetat:metanol dengan nisbah (10:1), (9:1), (8:2),
(7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1:9), dan (0:10). Noda dengan nilai faktor
retensi (Rf) dan pola KLT sama digabungkan sebagai 1 fraksi. Elusi dihentikan
ketika tidak ada lagi noda yang tampak pada uji KLT. Fraksi-fraksi dipekatkan,
lalu ditimbang bobotnya masing-masing.
Uji Aktivitas Antibakteri (Batubara et al. 2009)
Bakteri uji adalah S. aureus dengan medium Tryticase Soy Broth (TSB).
Sebanyak 100 µL medium steril dan 40 µL sampel dilarutkan dalam DMSO 20%
atau kontrol, serta 5 µL inokulum bakteri dimasukkan ke dalam masing-masing
sumur (96-well-plate). Inokulum yang telah disiapkan pada konsentrasi 10 -2
CFU/mL. Bakteri diinkubasi dalam medium selama 24 jam pada suhu 37 °C.
Konsentrasi sampel yang tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri (bening) secara
visual dideskripsikan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM).
Sebanyak 10 µL dari medium yang tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri
diinokulasikan pada 100 µL medium baru dan diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37 °C. Konsentrasi yang tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri setelah
inokulasi kedua dideskripsikan sebagai konsentrasi bunuh minimum (KBM).
Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 20% dan kontrol positifnya adalah
kloramfenikol.
Identifikasi Senyawa
Identifikasi senyawa dilakukan dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer infra merah. Senyawa diidentifikasi dalam bentuk padat yang
dicampur dengan KBr. Sebelum proses identifikasi dilakukan, mortar khusus pelat
KBr dan wadah cetakan sampel dibersihkan dengan aseton. Setelah proses
pembersihan, cakram tipis dibuat dari serbuk yang mengandung kira-kira 1 mg
ekstrak paling aktif kulit buah langsat dan 10-100 mg KBr dalam kondisi tanpa
air. Proses pembuatan cakram dilakukan secara dua tahap, yaitu tahap
homogenisasi antara pelat KBr dengan sampel dalam mortar khusus dan tahap
pencetakan cakram tipis dengan ketebalan yang sesuai dalam wadah cetakan
khusus. Pada tahap pencetakan cakram, wadah cetakan yang berisi campuran
sampel dan pelat KBr dimasukkan ke dalam alat tekan mekanik sehingga
dihasilkan cakram tipis yang padat. Setelah cakram tipis terbentuk, cakram

5

tersebut diletakkan dalam wadah sampel spektorfotometer infra merah.
Selanjutnya wadah sampel diletakkan dalam kompartemen sampel dan dilakukan
pembacaan spektrum yang dimiliki sampel. Spektrum sampel yang diperoleh
dibandingkan dengan database untuk mengetahui jenis gugus fungsi sampel
tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Hasil penentuan kadar air menunjukkan bahwa kadar air serbuk kulit buah
langsat (Lansium domesticum) adalah 13.35% (Lampiran 2). Penentuan kadar air
suatu bahan berhubungan dengan indeks kestabilan khususnya saat penyimpanan
serta koreksi rendemen keringnya. Simplisia yang disimpan dengan kadar air
diatas 10% akan cepat rusak, karena berpeluang sebagai tempat hidup dan
berkembangnya mikroorganisme (Depkes 2000). Simplisia ini berpotensi
terkontaminasi mikroorganisme sehingga dilakukan penyimpanan yang baik agar
dapat meminimalisir kontaminasi kapang ataupun bakteri. Penelitian Lawalata
(2012), kadar air kulit buah langsat yang diperoleh adalah 8.06%. Perbedaan
kadar air ini dapat disebabkan sampel yang digunakan telah disimpan dalam
jangka waktu kurang lebih 6 bulan walaupun disimpan pada suhu 5-10 oC.
Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Teknik ekstraksi
maserasi dipilih karena sederhana tanpa pemanasan untuk mencegah rusaknya
komponen kimia yang tidak tahan panas. Rendemen ekstrak dari kulit buah
langsat terlampir pada Tabel 1.
Tabel 1 Rendemen ekstrak kulit buah langsat
Pelarut
Etanol 70%
Etil asetat

Bobot sampel (g)
25.0077
25.0010

Bobot ekstrak (g)
8.5763
6.8858

Rendemen (%)
39.58
31.79

Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% dan etil asetat yang memiliki
tingkat kepolaran yang berbeda. Etanol 70% lebih bersifat polar dibandingkan etil
asetat, sehingga diharapkan ekstrak etanol memberikan rendemen yang lebih
tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat. Lawalata (2012) juga melaporkan bahwa
ekstrak kulit buah langsat pada etanol (18.85%) memberikan rendemen yang lebih
tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat (15.51%). Perbedaan rendemen tiap ekstrak
disebabkan adanya perbedaan komponen kimia dan perbedaan kelarutan dari
pelarut yang digunakan. Tingginya rendemen ekstrak etanol dapat diartikan
bahwa komponen senyawa yang terkandung dalam kulit buah langsat sebagian
besar merupakan senyawa polar. Perhitungan penentuan rendemen ekstrak kulit
buah langsat pada Lampiran 3.

6

Fitokimia Ekstrak
Uji fitokimia pada ekstrak kulit buah langsat dilakukan untuk
memperkirakan kandungan metabolit sekunder pada sampel secara kualitatif
(Harbone 1987) (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah langsat
Uji
Tanin
Flavonoid
Steroid
Triterpenoid
Saponin
Alkaloid

Simplisia
+++
++
++
++
++

Ekstrak etil asetat
++
-

Ekstrak etanol 70%
+++
++
++
+
++

Keterangan : (-): tidak terdeteksi, (+): terdeteksi; (++): intensitasnya meningkat;
(+++): intensitasnya paling tinggi
Penentuan kandungan metabolit ini berguna untuk memperkirakan metabolit
sekunder yang berpengaruh pada bioaktivitas sebagai antibakteri serta penentuan
senyawa aktifnya. Hasil uji fitokimia menunjukkan, simplisia kulit buah langsat
dan etanol 70% mengandung tanin, flavonoid, triterpenoid, saponin, dan alkaloid
dengan intensitas yang berbeda, sedangkan pelarut etil asetat mampu mengekstrak
triterpenoid.
Uji fitokimia pada penelitian Lawalata (2012) menunjukkan bahwa pelarut
etil asetat mampu mengekstrak senyawa yang bersifat nonpolar (steroid dan
triterpenoid) dengan intensitas yang lebih banyak dan senyawa yang bersifat polar
(flavonoid) dalam intensitas yang sedikit. Ekstrak etanol mampu mengekstrak
senyawa yang bersifat polar (saponin, flavonoid, tanin) lebih banyak daripada
senyawa nonpolar (triterpenoid).
Penentuan Eluen Terbaik
Penentuan eluen terbaik dilakukan pada ekstrak aktif, yaitu ekstrak etanol
70% menggunakan eluen tunggal yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda.
Eluen yang telah dimasukkan ke dalam bejana kecil didiamkan beberapa menit
untuk penjenuhan agar proses pemisahan berlangsung lebih cepat. Eluen tunggal
yang digunakan, yaitu diklorometana, etil asetat, metanol, aseton, etanol 96%,
heksana, kloroform, dan dietil eter. Pencampuran 2 eluen selanjutnya dilakukan
berdasarkan noda yang terbentuk pada eluen tunggal. Eluen yang sedikit
menggerakkan komponen (tertahan), yaitu n-heksana tidak memberikan noda
karena eluen tidak cukup besar kepolarannya sehingga sampel bersifat lebih polar
dari eluen. Aseton, metanol, dan etanol 96% yang bersifat polar menghasilkan
noda berekor namun masih dapat terelusi pada akhir elusi. Eluen dietil eter dan
etil asetat bersifat semipolar sehingga dapat memberikan noda atau menggerakkan
komponen hingga batas garis pelarut dengan nilai Rf etil asetat lebih besar
dibandingkan dietil eter. Eluen diklorometana dan kloroform yang bersifat

7

semipolar belum menghasilkan keterpisahan noda yang baik. Maka eluen yang
dipilih sebagai eluen terbaik adalah n-heksana yang bersifat menahan komponen
dan etil asetat yang menggerakkan komponen hingga batas garis pelarut dengan
keterpisahan yang baik. Kromatogram pemisahan dengan eluen tunggal pada
Lampiran 4.
Eluen n-heksana dan etil asetat kemudian dicampurkan dengan nisbah
perbandingan n-heksana : etil asetat dengan elusi peningkatan kepolaran. Sampel
yang ditotolkan pada fase diam (silika) akan terelusi dengan kecepatan yang
bergantung pada sifat senyawa tersebut (kemampuan terikat pada fase diam dan
kemampuan larut dalam fase gerak). Eluen campuran yang memberikan
pemisahan yang baik ialah n-heksana : etil asetat (7:3). Eluen ini menghasilkan 3
noda dari ekstrak dengan keterpisahan yang baik pada KLT, yaitu di bagian
bawah, tengah, dan atas. Eluen campuran n-heksana : etil asetat (3:7), (4:6), (6:4),
dan (9:1) juga menghasilkan 3 noda tetapi keterpisahannya kurang baik karena
tidak merata di sepanjang KLT (noda ada yang terpisah di bagian atas saja atau di
bagian bawah saja). Eluen n-heksana:etil asetat (5:5) menghasilkan 2 noda pada
bagian tengah dan atas. Selanjutnya eluen n-heksana:etil asetat (8:2)
menghasilkan lebih banyak noda, yaitu 4 noda tetapi keterpisahannya kurang baik
karena terpisah pada bagian bawah dan tengah. Kromatogram pemisahan ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kromatogram ekstrak etanol 70% perbandingan eluen campuran
heksana:etil asetat
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
Proses elusi sampel ekstrak etanol 70% kulit buah langsat dilakukan dengan
metode step gradient (peningkatan kepolaran), yaitu diawali dengan heksana yang
non polar, dilanjutkan dengan etil asetat yang sedikit lebih polar dan metanol yang
paling polar. Berdasarkan sifat pelarut yang dimasukkan, komponen nonpolar
akan terelusi lebih dahulu sedangkan komponen polar akan tertahan oleh silika
gel. Penggunaan metode ini dilakukan agar semua komponen pada sampel dapat
terbawa keluar kolom dimulai dari yang nonpolar hingga polar. Elusi dimulai
dengan eluen heksana 100% kemudian dilanjutkan dengan campuran heksana:etil
asetat menggunakan perbandingan sebagai berikut 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7,
2:8, dan 1:9, diakhiri dengan etil asetat 100%. Dikarenakan masih terdapat pita
yang belum keluar dari kolom, elusi kemudian dilanjutkan dengan eluen
campuran etil asetat:metanol perbandingan, yaitu 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7,

8

2:8, 1:9, dan diakhiri dengan metanol 100%. Penambahan metanol 100%
dilakukan agar komponen-komponen paling polar dari ekstrak dapat terelusi
karena kepolaran metanol lebih tinggi dibandingkan silika gel. Setelah
penambahan metanol 100%, pita pada kolom dapat terelusi seluruhnya.
Hasil pemisahan ditampung pada tabung setiap 5 menit dengan kecepatan 1
tetes/detik dan diuji pola pemisahan noda pada plat KLT dengan menggunakan
eluen terbaik n-heksana:etil asetat (7:3). Elusi dihentikan ketika tidak terdapat
lagi noda pada KLT. Eluat yang memiliki pola pemisahan KLT yang sama
digabungkan menjadi satu fraksi. Fraksi-fraksi yang telah digabungkan diuji
kembali pemisahannya pada KLT sehingga diperoleh 12 fraksi untuk campuran
eluen heksana:etil asetat (Lampiran 5) dan 9 fraksi untuk campuran eluen etil
asetat:metanol (Lampiran 6). Rendemen dari fraksi yang diperoleh disampaikan
pada Lampiran 7.
Aktivitas Antibakteri
Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi
menggunakan medium steril TSB. Medium ini umum digunakan karena kaya
akan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dan bakteri yang digunakan merupakan
jenis gram positif. Metode dilusi memiliki keunggulan dibandingkan dengan
metode difusi, diantaranya lebih peka, untuk mikrodilusi membutuhkan sampel
relatif sedikit, serta mampu membedakan efek bakteriostatik dan bakteriosidal.
Pada metode dilusi aktivitas ditentukan dengan melihat kekeruhan yang terjadi.
Medium yang lebih jernih daripada sebelumnya menandakan aktivitas mikrob
terhambat (Batubara et al. 2009).
Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk menentukan ekstrak teraktif serta
ada tidaknya aktivitas antibakteri pada ekstrak kasar kulit buah langsat dengan
pelarut etanol 70% dan etil asetat. Cara untuk mengetahui aktivitas penghambatan
sampel terhadap pertumbuhan bakteri adalah dengan menentukan nilai konsentrasi
hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM). KHM adalah
konsentrasi sampel yang menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat sedangkan
KBM adalah konsentrasi sampel untuk membunuh bakteri. Hasil pengujian
aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah langsat disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah langsat
Sampel
KHM (mg/mL)
KBM (mg/mL)
Ekstrak etanol 70%
1.00
1.00
Ekstrak etil asetat
1.00
2.00
Kloramfenikol
0.03
0.06
DMSO 20%
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa ekstrak etanol 70% memiliki aktivitas
antibakteri terbaik (KBM 1.00 mg/mL) dibandingkan ekstrak etil asetat.
Kloramfenikol sebagai kontrol positif mampu menghambat bakteri S. aureus pada
konsentrasi yang lebih rendah, yaitu 0.03 mg/mL dan mampu membunuh bakteri
pada konsentrasi 0.06 mg/mL. Hal ini disebabkan karena kloramfenikol
merupakan senyawa kimia sintesis yang mengandung senyawa tunggal, sehingga
memiliki mekanisme penghambatan terhadap bakteri lebih spesifik (Lawalata

9

2012). Antibiotik kloramfenikol menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menyerang sintesis protein. Kloramfenikol menghambat tahap elongasi dengan
cara berikatan pada subunit ribosom 50S untuk mencegah sintesis protein
sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan kode oleh mRNA (Madigan et al.
2003). Larutan DMSO 20% sebagai blangko tidak memiliki aktivitas antibakteri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lawalata (2012) yang
mendapatkan bahwa ekstrak etanol kulit buah langsat memiliki aktivitas
antibakteri dengan daya hambat yang lebih besar pada bakteri S. aureus (3.44 –
10.22 mm) dan E. coli (1.11 – 6.83 mm) dibandingkan ekstrak etil asetat pada S.
aureus (2.49 – 7.36 mm) dan E. coli (0.28 – 5.21 mm). Hasil pengukuran KHM
dan KBM menunjukkan bahwa nilai KHM ekstrak etanol kulit buah langsat
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli sebesar 62.5 ppm dan 500 ppm. Nilai KBM
adalah 125 ppm untuk bakteri S. aureus dan 1000 ppm untuk E. coli. Hasil yang
didapatkan dari penelitian sebelumnya lebih baik. Hal ini dapat disebabkan karena
waktu penyimpanan dari sampel yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas
antibakteri.
Penelitian antibakteri lainnya pada ekstrak etanol 50% kulit kayu ketapang
menghasilkan KHM dan KBM sebesar 1 mg/mL dan 2 mg/mL terhadap bakteri
Propionibacterium acnes, serta pada ekstrak etanol 50% daun jambu biji
menghasilkan nilai KHM dan KBM sebesar 1 mg/mL terhadap Propionibacterium
acnes (Batubara et al. 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
70% pada kulit langsat berpotensi sebagai antibakteri, hal ini sesuai jika
dibandingkan pada penelitian Batubara et al. 2009.
Kemampuan ekstrak etanol 70% kulit buah langsat dalam menghambat
bakteri uji diduga terkandungnya beberapa metabolit sekunder yang bersifat
antibakteri, antara lain saponin, flavonoid, tanin, dan terpenoid. Senyawa saponin
merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran, sehingga
terjadi hemolisis sel. Senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai bahan antibakteri
dengan membentuk ikatan kompleks dengan dinding sel bakteri dan merusak
membran sel bakteri. Kemampuan tanin sebagai bahan antibakteri diduga karena
tanin akan berikatan dengan dinding sel bakteri, sehingga akan inaktivasi
kemampuan menempel bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri oleh senyawa terpenoid diduga
bereaksi dengan porin pada membran luar dinding sel bakteri sehingga
mengakibatkan rusaknya porin. Porin merupakan pintu keluar masuknya
substansi, dengan rusaknya porin, mengakibatkan sel bakteri kekurangan nutrisi
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Cowan 1999).
Fraksi-fraksi dengan nilai rendemen yang tinggi dipilih untuk selanjutnya
dilakukan penentuan aktivitas antibakteri terbaik. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kekurangan sampel saat melakukan pengujian hingga akhir. Hasil uji
aktivitas antibakteri fraksi tersaji pada Tabel 4.

10

Tabel 4 Aktivitas antibakteri hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%
Fraksi
F6
F8
F11
F16
F18
F29
F30
F36
Kloramfenikol
DMSO 20%

Rendemen (%)
5.78
7.14
5.08
7.46
5.26
8.33
4.66
4.02

KHM (mg/mL)
>2.00
>2.00
>2.00
0.25
0.25
0.50
0.50
0.50
0.02
-

KBM (mg/mL)
>2.00
>2.00
>2.00
>2.00
>2.00
2.00
>2.00
>2.00
0.03
-

Keterangan : KHM : konsentrasi hambat minimum; KBM : konsentrasi bunuh
minimum
Penentuan aktivitas antibakteri terbaik ditunjukkan oleh F29 terhadap
bakteri S. aureus (KHM 0.50 mg/mL dan KBM 2.00 mg/mL). Aktivitas
antibakteri kloramfenikol lebih baik dengan KHM 0.02 mg/mL dan KBM 0.03
mg/mL.
Identitas Senyawa
Analisis menggunakan spektrofotometer infra merah pada F29 sebagai fraksi
teraktif yang memiliki aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa senyawa
metabolit yang diduga adalah golongan flavonoid (Lampiran 9). Hasil analisis
gugus fungsi senyawa diduga flavonoid menunjukkan bahwa isolat memiliki pita
serapan pada bilangan gelombang 3356.14 cm-1 yang merupakan serapan gugus
hidroksil membentuk ikatan hidrogen (OH). Keberadaan pita serapan pada
bilangan gelombang 891.11 cm-1 mengindikasikan adanya gugus aromatik
benzena posisi orto, serapan pada bilangan gelombang 2927.94 cm-1 diduga
adanya gugus CH2. Serapan pita tajam pada bilangan gelombang 1705.07 cm-1
menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dan adanya serapan pada bilangan
gelombang 2854.65 cm-1 mengindikasikan regang C-H, serta pita serapan pada
bilangan gelombang 1049.28 hingga 1257.59 cm-1 menunjukkan adanya gugus CO (Pavia et al. 2001).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Ekstrak etanol 70% merupakan ekstrak teraktif dibandingkan etil asetat
karena memiliki aktivitas antibakteri terbaik dengan nilai konsentrasi hambat
minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) sebesar 1.00 mg/mL.
Pemisahan dengan kromatografi kolom menghasilkan F29 sebagai fraksi teraktif

11

terhadap bakteri S. aureus yang menghasilkan KHM sebesar 0.50 mg/mL dan
KBM 2.00 mg/mL. Hasil identifikasi senyawa metabolit F29 menggunakan
spektrofotometer infra merah menunjukkan senyawa metabolit aktif diduga
golongan flavonoid. Senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai bahan antibakteri
dengan membentuk ikatan kompleks dengan dinding sel bakteri dan merusak
membran sel bakteri.
Saran
Karakterisasi senyawa aktif dapat didukung pula menggunakan resonansi
magnetik inti (NMR) dan spektrometer massa (MS) setelah dilakukan pemurnian
lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method
ofAnalysis of The Association of Official Analyticalof Chemist.
Arlington(US): Association of Official Analytical Chemist, Inc.
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Edisi I. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Batubara I, Mitsunaga T, Ohasi H. 2009. Screening antiacne potency of
Indonesian medicinal plants: antibacterial, lipase inhibition, and antioxidant
activities. J Wood Sci. 55:230–235. doi:10.1007/s10086-008-1021-1.
Cowan MM. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Clin Microbiol Rev.
12(4):564-582.
Dong SH, Chuan RZ, Lei D, Yan W, Jian MY. 2011. Onoceranoid-type
triterpenoids from Lansium domesticum. J Nat Prod. 74: 1042-1048.
doi:10.1021/np100943x.
Harbourne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soedira L,
penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Method.
Hasnawati, Prawita E. 2010. Isolasi dan identifikasi senyawa antibakteri dari daun
Eupatorium odoratum L. terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Majalah
Obat Tradisional. 15(1): 41-50.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of
Natural Extract. London(GB): Chapman & Hall.
Korompis GEC, Vennetia RD, Oksfriani JS. 2010. Uji in vitro aktivitas
antibakteri Lansium domesticum Correa (langsat). Chem Prog. 3(1): 13-19.
Lawalata VN. 2012. Rekayasa proses ekstraksi kulit buah langsat (Lansium
domesticum var. langsat) sebagai bahan antibakteri dan antioksidan
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lense O. 2011. Biological screening of selected traditional medicinal plants
species utilized by local people of Manokwari,West Papua province. ISEA J
Biol Sci. 3(3): 145-150.

12

Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2003. Biology of Microorganisms. Edisi ke9. USA: Pearson Education, Inc.
Omar S, Marcotte M, Fields P, Sanchez PE, Poveda L, Mata R, Jimenez A, Durst
T, Zhang J, MacKinnon S et al. 2007. Antifeedant activities of terpenoids
isolated
from
tropical
Rutales.
J
Stor
Prod.
43:92-96.
doi:10.1016/j.jspr.2005.11.005.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Spectroscopy.
Washington (US): Thomson Learning, Inc.
Saewan N, John DS, Kan C. 2006.Antimalaria tetranortriterpenoids from the
seeds of Lansium domesticum Corr. Phytochem. 67: 2288-2293.
Semuel MY. 2008. Aktivitas antioksidasi dan antikanker ekstrak kulit batang
langsat (Lansium domesticum L.). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Bubuk kulit buah
langsat

Penentuan kadar air

Ekstraksi menggunakan pelarut
etanol dan etil asetat secara maserasi

Ekstrak etil asetat

Ekstrak etanol 70%

Identifikasi fitokimia

Uji aktivitas antibakteri

Pemilihan eluen terbaik
dengan KLT

Ekstrak etanol 70%
fraksionasi

Heksana : etil asetat
(7:3)

F6

Eluen heksana :etil
asetat

Eluen etil asetat :
metanol

12 fraksi

9 fraksi

F8

F11

F16

F18

F29

F30

F34

Fraksi
teraktif

Uji
antibakteri

FTIR

14

Lampiran 2 Perhitungan kadar air bubuk kulit langsat
Ulangan

1
2
3

Bobot
sampel (g)
1.0015
1.0022
1.0038

Bobot
cawan
kosong (g)
23.7038
24.7939
25.6854

Bobot
cawan+sampel
(g)
24.5738
25.6610
26.5541

Bobot
sampel
konstan (g)
0.8700
0.8671
0.8687

rerata
stdev

−bobot sampel konstan

bobot sampel
1.0015 − 24.5738 −23.7038

=
1.0015
= 13.13 %

× 100%

× 100% ×

Rerata kadar air = 13.35 %

Lampiran 3 Perhitungan rendemen ekstrak kulit buah langsat

Etanol
70%
Etil
asetat

13.13
13.48
13.45
13.35
0.1940

Contoh perhitungan
Ulangan 1
bobot sampel
Kadar air =

Pelarut

kadar air
(%)

Bobot
sampel
(g)
25.0077

Vol
pelarut
(mL)
250.00

Bobot
ekstrak
(g)
8.5763

25.0010

250.00

6.8858

Contoh perhitungan
Rendemen basah etanol 70 %

=

Rendemen Rendemen
basah
kering
(%)
(%)
34.29
39.58

bobot eksrak
bobot sampel
8.5763

27.54

31.79

× 100%

=
× 100%
25.0077
= 34.29%
Rendemen kering etanol 70% =
=

bobot ekstrak
bobot sampel × 1−kadar air
8.5763
25.0077 × 1−0.1335

= 39.58%

× 100%

× 100%

15

Lampiran 4 Kromatogram ekstrak etanol 70% dengan eluen tunggal pada λ 254
nm

D
I
K
L
O
R
O
M
E
T
A
N
A

A

16

Lampiran 5 Kromatogram fraksi gabungan hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%
eluen heksana : etil asetat

Lampiran 6 Kromatogram fraksi gabungan hasil fraksionasi ekstrak etanol 70%
eluen etil asetat : metanol

17

Lampiran 7 Hasil pemisahan ekstrak etanol 70% dengan kromatografi kolom
dari fraksi gabungan
Fraksi

heksana :etil asetat

FI
F4
F6
F7
F8
F9
F11
F12
F13
F16
F17
F18
Fraksi

10:0
9,5:0,5
9:1
9:1
8:2
8:2
6:4
6:4
5:5
4:6
3:7
2:8
etil asetat: metanol

F23
F25
F29
F30
F31
F32
F33
F34
F36

9:1
8:2
6:4
5:5
4:6
4:6
3:7
2:8
0:10

Contoh perhitungan :
Berat sampel = 900 mg
=

bobot fraksi
bobot sampel
8.7

× 100%
=
900
= 0.97%

bobot
fraksi (mg)
32.6
15.1
75
41.9
13.6
10.4
35
2.61
36.2

Keterangan : fraksi gabungan
F1= F2+F10
F4= F3+F5
F16= F14+F15
F18= F19+F20+F21
F29= F22+F24+F26+F27+F28
F34= F35

Rendemen F1

bobot
fraksi (mg)
8.7
39.8
52
23.8
64.3
29
45.8
15.1
6.3
67.1
24.2
47.3

× 100%

rendemen
(%)
0.97
4.42
5.78
2.64
7.14
3.22
5.08
1.68
0.7
7.46
2.69
5.26
rendemen
(%)
3.62
1.68
8.33
4.66
1.51
1.16
3.89
0.29
4.02

18

Lampiran 8 Spektrum IR pada F29

C-O
C-H

C=O
OH

C-O
CH2

19

Lampiran 9 Data spektrum IR dari F29
No

Bilangan gelombang (cm-1)

Bentuk
pita

Gugus fungsi

Gugus
fungsi
flavonoid
(Cowan
1999)

Isolat

(Pavia et al. 2001)

1
2
3

621.08
655.80
891.11

690-900

Tajam

Aromatik

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

933.55
1049.28
1072.42
1168.86
1203.58
1257.59
1384.89
1411.89
1566.20
1705.07
2164.13

1000-1300
1000-1300
1000-1300
1000-1300
1000-1300
1220-1440
1220-1440
1550-1640
1705-1725
2100-2250

Tajam
Melebar
Tajam
Tajam
Melebar
Tajam
Tajam
Tajam
Tajam
Melebar

C-O
C-O
C-O
C-O
C-O
C-O-H
C-O-H
Tekuk N-H
C=O

C-O
C-O
C-O
C-O
C-O

15
16
17

2854.65
2927.94
3356.14

2850-3000
2910-2940
3200-3400

Tajam
Melebar
Melebar

Regang C-H
CH2
O-H terikat

C-H
CH2
O-H

C=O

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjungpandan, Belitung pada 5 Agustus 1991. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan M.Taufik dan Yusmawati.
Pada tahun 2009, penulis lulus dari SMAN 1 Tanjungpandan dan melanjutkan
studi di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI).
Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan dan pelatihan yang ada di lingkungan
kampus. Penulis pernah melakukan praktik lapangan di Balai Pengujian Mutu
Hasil Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan judul laporan Verifikasi Metode
Penentuan Logam Berat Kadmium dalam Bawang Merah Menggunakan
Microwave secara Spektrofotometri Serapan Atom.

21